Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TUGAS PEMICU 2

BLOK 2

“ FILSAFAT DAN PANDEMI COVID-19, JADILAH DIRIMU SENDIRI…!!! ’’

Oleh:
FIRA TASYA SASALBILLA
200600192
Kelompok 7

DOSEN PEMBIMBING :

Roy Fachraby Ginting, SH M.Kn


Niskarto Zendrato,S.Kom.,M.Kom.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2020

Pemicu 2

Nama Pemicu : Filsafat dan Pendemi Covid-19, Jadilah Dirimu Sendiri...!!!

Penyusun : Roy Fachraby Ginting, SH M.Kn, Niskarto Zendrato, S.Kom.,M.Kom.

Hari/Tanggal : Selasa/03 November 2020

Pandemi virus covid-19 dan dampak sosialnya tentu saja lebih tepat dibicarakan para
dokter, pakar ekonomi dan ahli kebijakan publik. Lalu, masih adakah ruang diskusi untuk
filsafat...?

Filsafat tentu saja memiliki peran yang sangat penting dalam mengelaborasi setiap
persoalan krusial, termasuk soal pandemi covid 19.

Peran filsafat itu, meminjam ungkapan Slavoj Zizek, lebih sebagai unruhestifter – ‘pencipta
kegaduhan’. Peran ini sudah dihayati filsafat sejak zaman Sokrates, yakni “Die Jugend zu
verderben, sie zu entfremden von der vorherrschenden ideologischpolitischen Ordnung,
radikalen Zweifel zu sa? en und sie dazu zu befa? higen, eigensta? ndig zu denken” yang
artinya Mengguncang pikiran generasi muda, menjauhkan mereka dari tatanan politik
ideologi mainstream, menabur keraguan radikal, dan memampukan mereka untuk berpikir
mandiri.

Filsafat dapat menjalankan sekurang-kurangnya dua peran penting dalam mengatasi


pendemi covid-19. Pertama, filsafat berperan mengkritisi model pembangunan ekonomi
neoliberal yang telah menciptakan bencana ekologis.

Menurut perkiraan World Health Organization (WHO), setiap tahun sekitar 4,2 juta
penduduk dunia meninggal akibat polusi udara. Perubahan iklim juga akan berdampak pada
penambahan angka kematian sebesar 250 ribu orang dalam periode 2030- 2050. Jika tidak
ada langkah radikal dalam mengubah model pembangunan, kerusakan ekosistem akan
berakibat pada munculnya pandemi ganas lain di masa depan. Di hadapan sistem
pembangunan yang eksploitatif dan destruktif terhadap ekologi, filsafat menampilkan
kodratnya sebagai sebuah sistem berpikir subversif. Artinya, filsafat adalah sebuah metode
berpikir kritis yang menentang setiap tatanan status quo. Berhadapan dengan paradigma
pembangunan neoliberal mainstream, filsafat tampil sebagai sebuah kekuatan provokatif.
Namun Zizek berpandangan bahwa peran subversif sangat sulit dijalankan filsafat
dalam masyarakat Barat kontemporer. Alasannya, manusia modern tidak lagi hidup dalam
sebuah tatanan totaliter. Tapi, masyarakat liberal yang mengajarkan : jadilah dirimu sendiri,
beranilah mengungkapkan dirimu apa adanya. Jadi perbudakan justru terjadi di tengah
kondisi yang seolah-olah bebas. Subjek dalam masyarakat modern, menurut Zizek, berada
dalam samudera pilihan-pilihan bebas. Ia dapat bepergian ke mana saja dan mengonsumsi
apa yang disukainya. Identitas personal dan kecenderungan seksual dapat selalu
direkonstruksi secara baru.

Seorang manajer atau pengusaha dapat mencoba pelbagai pekerjaan yang


diinginkannya. Namun, pilihan-pilihan bebas itu akhirnya berubah menjadi keharusan untuk
memilih dan bermuara pada jajahan atau perbudakan Ueber-Ich (superego): Kita harus terus
mengonsumsi, menemukan diri secara baru, agar dapat mengikuti perkembangan supercepat
masyarakat kapitalis. Akibat dari perbudakan Ueber-Ich, manusia modern terperangkap
dalam budaya konsumtif dan hedonis. Guna memenuhi naluri hedonisme konsumtif
masyarakat kapitalis, sistem ekonomi neoliberal melebarkan sayapnya ke negara-negara
dunia ketiga yang memberi upah rendah kepada 13 buruh dan mempekerjakan anak di
pabrik-pabrik. Eksploitasi adalah sebuah keniscayaan agar roda mesin kapitalisme terus
berputar.

Tugas filsafat dalam kondisi seperti ini menurut Zizek ialah membuka mata generasi
muda terhadap bahaya nihilisme yang berbusana kebebasan tanpa norma. Kita sedang hidup
di masa krisis di mana identias kita tidak lagi berpijak pada tradisi. Suatu masa saat tak ada
struktur makna dan tatanan nilai yang memampukan manusia untuk hidup melampaui prinsip
hedonisme kapitalis.

Kedua, filsafat memberikan pertimbangan etis atas kebijakan herd immunity untuk
mengatasi pandemi covid-19. Herd immunity atau kekebalan komunitas terbentuk setelah
mayoritas sembuh dari infeksi patogen. Caranya dengan vaksinasi atau membiarkan tubuh
terinfeksi penyakit. Pada tahun 1918, misalnya, dunia mengalami pandemi flu atau dikenal
dengan flu Spanyol. Karena vaksin belum ditemukan, herd immunity terbentuk lewat cara
alami. Pertanyaan

1. Bagaimana cara filsafat berperan mengkritisi model pembangunan ekonomi neoliberal


yang telah menciptakan bencana ekologis?
2. Jelaskan maksud dari ungkapan Filsafat tentang Jadilah Dirimu Sendiri?
3. Jelaskan maksud dari sudut Filsafat tentang bahaya berbusana kebebasan tanpa
norma?
4. Bagaimana cara pandang Filsafat terbentuknya herd immunity terbentuk lewat cara
alami?
5. Jelaskan kaitan komputer (media sosial atau media online) dalam penyebaran
informasi terkait bencana ekologis

Pembahasan :

1. Bagaimana cara filsafat berperan mengkritisi model pembangunan ekonomi


neoliberal yang telah menciptakan bencana ekologis?

Menurut Giersch,1961 bahwa Neoliberalisme, sebagaimana dikemas oleh


ordoliberalisme, adalah sebuah sistem perekonomian yang dibangun di atas tiga prinsip
sebagai berikut: (1) tujuan utama ekonomi neoliberal adalah pengembangan kebebasan
individu untuk bersaing secara bebas-sempurna di pasar; (2) kepemilikan pribadi terhadap
faktor-faktor produksi diakui; dan (3) pembentukan harga pasar bukanlah sesuatu yang alami,
melainkan hasil dari penertiban pasar yang dilakukan oleh negara melalui penerbitan undang-
undang.
Berdasarkan ketiga prinsip tersebut maka peranan negara dalam neoliberalisme dibatasi
hanya sebagai pengatur dan penjaga bekerjanya mekanisme pasar. Dalam perkembangannya,
sebagaimana dikemas dalam paket Konsensus Washington, peran negara dalam
neoliberalisme ditekankan untuk melakukan empat hal sebagai berikut: (1) pelaksanaan
kebijakan anggaran ketat, termasuk penghapusan subsidi; (2) liberalisasi sektor keuangan; (3)
liberalisasi perdagangan; dan (4) pelaksanaan privatisasi BUMN (Stiglitz, 2002).
Dalam buku Toxic Turmoil Psycological and Societal Consequences of Ecological
Disaster, mendefinisikan bahwa bencana ekologis adalah suatu peristiwa yang tidak
terprediksi atau tiba-tiba, keterpaparan kolektif yang nyata atau dirasakan oleh kelompok
populasi yang dapat menyadari bahan berbahaya atau agen bahaya pada skala tertentu yang
menyerang komunitas dan butuh usaha ekstra untuk mengatasinya. Bencana ekologis
menyebabkan kerusakan alam dan semua itu disebabkan oleh manusia. Dengan menyepakati
ekonomi neoliberal, maka akan mencengkeram perekonomian Indonesia semakin dalam,
yang dilakukan dengan cara ekspolitasi secara ugal ugalan. Hal tersebut dibuktikan dengan
meningkatnya kerusakan ekologi di Indonesia pasca dilakukannya eksploitasi ugal-ugalan
dalam rangka neokolonialisme dan neoliberalisme dalam 40 tahun belakangan ini.
Menurut Sri Edi, terdapat dua aliran pemikiran ekonomi yang berdebat dan
berkompetisi. Pertama adalah aliran neoliberalisme atau fundamentalisme pasar yang dinilai
mengabdi kepada kepentingan bisnis internasional yang dipimpin oleh AS dan kelompok G-
8. Kedua, aliran strukturalis yang berpikir dalam ontologi dualisme sosial ekonomi,
menghendaki dihapuskannya hambatan-hambatan struktural dalam perkembangan ekonomi
rakyat.

Sri Edi, dimana ia dapat berdiskusi dan berbagi pikiran langsung dengan Bapak Koperasi
Indonesia, Drs. Moh. Hatta yang tak lain adalah mertuanya. Latar belakang lainnya ialah
konteks perekonomian Indonesia yang pernah dihadapinya, dimana ia melihat kegagalan
pembangunan yang dilaksanakan pada era orde baru, sehingga pemikirannya mengenai
ekonomi kerakyatan pun semakin kuat dan berkembang. Pengalamannya sebagai seorang
pengajar juga turut mempengaruhi perkembangan pemikirannya.

Sri Edi tampaknya adalah orang yang prihatin dengan makin tersisihnya kesejahteraan
sosial karena sistem ekonomi neoliberalisme dibiarkan berkecambah di Indonesia.
Pembangunan telah terbukti menggusur rakyat miskin dan bukan menggusur kemiskinan.
Daulat pasar telah menggusur daulat rakyat. Terjadi sekedar pembangunan di Indonesia, dan
bukan pembangunan Indonesia, sehingga bangsa Indonesia hanya menjadi korban globalisasi.

Bagi Sri Edi, dasar-dasar sistem ekonomi nasional sesungguhnya sudah terdapat dalam
konstitusi, sehingga kita tidak perlu melakukan eksperimen yang tidak perlu atau bahkan
menyimpang. Pragmatisme tanpa platform (cita-cita) yang jelas justru membuat kita
menjauhi amanat konstitusi. Prof Sri Edi menegaskan bahwa selama ini telah terjadi
hegemoni akademik yang mendewakan pasar bebas dan indi-vidualisme, sehingga kita
melupakan filsafat ekonomi yang secara serius telah dipikirkan para pendiri bangsa.

Dan jika ekonomi neoliberal ini tetap berjalan, kemungkinan besar akan
menimbulkan bencana ekologis yang bersumber dari penebangan hutan secara besar-besaran
untuk mendirikan pabrik dan menggusur rakyat kelas bawah. Selain itu, pencemaran air
ataupun udara akan di alami jika limbah pabrik tidak diolah terlebih dahulu sebelum di
buang.

Baswir R. Ekonomi Kerakyatan vs Neoliberalisme.Yogyakarta.Delokomotif,2010:1-6.


Anindita K. Pemikirannya tentang Ekonomi Kerakyatan, Kritik dan Perbandingan terhadap
Neoliberalisme, serta Relevansinya dengan Indonesiadi Era Globalisasi ; Fakultas Ekonomi
Sosial dan Ilmu Politik: Universitas Indonesia.2012
https://www.academia.edu/13259349/Comparative_Review_on_Peoples_Economy_Ekonomi
_Kerakyatan_and_Neoliberalism

2. Jelaskan maksud dari ungkapan Filsafat tentang Jadilah Dirimu Sendiri?

Banyak orang yang berprinsip menjadi diri sendiri. Namun, pada kenyataannya menjadi
diri sendiri bukanlah hal yang mudah karena banyak halangan yang datang. Maksud
ungkapan filsafat menjadi diri sendiri ialah kita harus memaksimalkan potensi yang ada pada
diri sendiri sehingga kita bisa menunjukkan keunikan yang kita miliki. Setiap individu
memiliki jati diri istimewa, dengan karakter unik, sarat potensi, dan penuh bakat luar biasa
untuk berkembang menjadi pribadi terbaik.

Bakat dan keunikan diri adalah dua hal yang harus diselesaikan terlebih dahulu, sebagai
contohnya Ronaldo dan Messi memiliki bakat dan minat dalam dunia sepak bila namun
mereka memiliki keunikan diri, yang membedakannya misalkan saja Ronaldo dengan power
dan akurasinya sedangkan lionel messi dengan kelihaiannya gocekannya terhadap si kulit
bundar. Contoh lainnya tentang perspektif, Andrea Hirata dan Eka Kurniawan sama-sama
sebagai novelis namun memiliki gaya tulisan yang berbeda. Hal tersebut menunjukkan bahwa
untuk menjadi diri sendiri garis bawahnya terletak pada mengetahui dan mengasah kekhasan
diri.

Menjadi diri sendiri bukan lantas tidak dengan melihat orang lain, dibutuhkan figur
sebagai keteladanan atau paling tidak sebagai frame terluar untuk berubah menjadi diri
sendiri yang seperti “itu”. Dalam langkah mengenali diri sendiri perlu ekstraksi diri, semua
unsur yang ada dalam diri seorang manusia harus diuraikan seperti apa yang kecenderungan
terhadap sesuatu dan yang paling mendekati bagaimana diri kita atau cerminan kita.

Berbanggalah terhadap kelebihan yang dimiliki. Maksimalkan potensi yang dimiliki.


Sadarilah bahwa tidak ada manusia yang sempurna di muka bumi ini. Setelah mengakui
kelemahan, belajarlah untuk menjadi lebih baik dikemudian harinya sekaligus bangga akan
diri sendiri.

Kompasiana.com, “Makna menjadi diri sendiri” , 29 April 2017 ,


https://www.kompasiana.com/alecsolidary.kompasiana.com/5904a3bfe2afbd84554c7db0/ma
kna-menjadi-diri-sendiri

3. Jelaskan maksud dari sudut Filsafat tentang bahaya berbusana kebebasan tanpa
norma?

Etika berbusana dengan mengacu pada etika umum yang dikemukakan pada
pendahuluan, maka etika berbusana dapat diartikan suatu ilmu yang memikirkan bagaimana
kita mengambil sikap dalam memilih model, warna, corak (motif), tekstur yang tepat yang
serasi dengan kondisi, kesempatan dan waktu serta norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat.

Nihilisme adalah sebuah pandangan filosofis yang sering dihubungkan dengan Friedrich


Nietzsche. Nihilisme mengatakan bahwa dunia ini, terutama keberadaan manusia di dunia,
tidak memiliki suatu tujuan. Sebagai manusia perlu memberikan jawaban atas pertanyaan dari
mana, untuk apa dan akan kemana menuju.

Pada dasarnya masyarakat memakai baju panjang, memakai batik, jarik, dan kebaya
sebagai ciri khas budaya lokal. Tetapi saat ini masyarakat Indonesia cenderung menggunakan
pakaian dengan meniru-nirukan gaya orang barat, sedangkan produk sendiri kebaya atau
batik mulai ditinggalkan, hal ini berawal ketika bangsa Eropa melakukan kolonialisasi di
Indonesia yang membuat masyarakat peka terhadap gaya mode terlebih-lebih perkembangan
teknologi informasi saat ini yang menjadi peluang bangsa Indonesia untuk melakukan
peniruan terhadap mode berpakaian bangsa barat (Hanitzch, 2011, hal. 307).

Kebebasan tanpa aturan berupa disiplin (baik disiplin diri maupun disiplin patuh hukum)
yang membatasi kebebasan diri, maka yang kemudian terjadi ialah “keliaran”. Karena itu
falsafah berpikir hukum lebih tepat jika menggunakan istilah “kewajiban asasi manusia” alih-
alih menggunakan istilah “hak asasi manusia” (HAM) untuk dimasukkan ke dalam konstitusi
maupun judul peraturan perundang-undangan.

Pribadi yang mengangungkan kebebasan tanpa terkontrol, cenderung menjadi “budak”


dari nafsu egonya sendiri, alias terpenjara oleh kebodohan batinnya sendiri. Seseorang yang
hidup bebas, cenderung tidak disiplin, tidak terkontrol, tidk mengidahkan hukum, dan tidak
peduli terhadap norma sosial karena tidak ada rasa takut dan malu untuk melanggarnya.
Jika dibolehkan kebebasan berbusana tanpa norma, maka akan memberikan peluang
hilangnya kebudayaan Indonesia itu sendiri. Selain itu para anak bangsa juga tidak akan
mengenali kebudayaan mereka. Guna norma dalam berbusana itu sendiri juga memberikan
banyak dampak positif, seperti meminimalisir akan terjadinya kekerasan maupun terjadinya
pelecehan seksual.

Riyani C . “filsafat nihilisme” , 2007

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDIDIKAN/1975123
02001121-CEPI_RIYANA/06_Filsafat_Nihilisme.pdf

Arifah A. “Peranan Etika dalam Pergaulan” , 2002

http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/194608
291975012-ARIFAH/2002__Peranan_Etika__8_Juli_2002_.pdf

4. Bagaimana cara pandang Filsafat terbentuknya herd immunity terbentuk lewat


cara alami

Herd immunity atau yang dikenal sebagai kekebalan kelompok merupakan kondisi
ketika suatu kelompok atau populasi manusia kebal atau resisten terhadap penyebaran suatu
penyakit infeksi. Untuk mencapai kekebalan kelompok tersebut, sebagian besar populasi
harus memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit. Dengan begitu, mayoritas populasi yang
telah kebal akan dapat melindungi sebagian kecil masyarakat yang belum memiliki
kekebalan, misalnya karena terdapat kontraindikasi dilakukannya tindakan vaksinasi.

Istilah herd immunity sering juga disebut dengan kekebalan populasi, kekebalan
komunitas, kekebalan sosial atau kekebalan kelompok. Dengan kata lain, kekebalan suatu
masyarakat terhadap penyakit menular tertentu.

Terdapat dua cara untuk menciptakan kekebalan kelompok ini. Pertama, secara artifisial
melalui tindakan vaksinasi. Vaksinasi ditujukan untuk merangsang tubuh membentuk
kekebalan sebelum terpapar infeksi suatu penyakit secara alami.

Kedua, secara alamiah dengan infeksi alami. Kekebalan kelompok ini didapat ketika
seseorang terinfeksi penyakit secara alami. Selanjutnya, tubuh akan merespons dengan
membentuk kekebalan ketika berhasil sembuh dari infeksi tersebut. 
Herd immunity melalui vaksinasi akan jauh lebih aman dibandingkan dengan infeksi
secara alami. Sebab, vaksin telah didesain sedemikian rupa baik dari komponen virus atau
virus yang dilemahkan untuk dapat merangsang terbentuknya kekebalan tubuh, namun tidak
menimbulkan sakit atau penyakit. Cara vaksinasi ini juga telah dikaji melalui ribuan
penelitian di seluruh dunia dan hanya menimbulkan efek samping yang minimal bagi tubuh
yang telah diketahui dan bisa diantisipasi oleh petugas kesehatan terlatih. 

Sebaliknya, herd immunity dengan infeksi secara alami sangatlah berisiko. Tidak hanya
menyebabkan terjadinya sakit atau penyakit, tetapi individu yang terkena infeksi alami juga
berpotensi menjadi agen penularan. Kondisi tersebut akan semakin memakan banyak korban
jiwa sampai pada tahap penularan dapat berhenti setelah individu yang tersisa dapat bertahan
hidup dan memiliki kekebalan.

Pilihan Herd Immunity ini menjadi petaka bagi individu-individu yang memiliki sistem
imun lemah, baik karena usia ataupun penyakit sebelumnya. Para lansia, para pengidap
kanker dan HIV, pasien kemoterapi, Leukimia, atau orang yang memang lemah secara imun
disebabkan pola hidup, mereka semua adalah calon-calon korban dalam proses Herd
Immunity. Besarnya persentase yang diperlukan untuk mencapai herd immunity bervariasi
berdasarkan karakteristik dan atau daya tular penyakit.

Kekebalan individual yang merupakan faktor utama penentu keberhasilan herd immunity
bisa diperoleh setelah sembuh dari penyakit tersebut, melalui sistem kekebalan
umum/alamiah yang telah terbentuk sebelumnya dan melalui immunisasi atau vaksinasi
(Merrill, 2020).

Strategi Untuk Mencapai Herd Immunity yang disarikan dari artikel yang ditulis oleh
Gysyamber D'Souza dan David Dowdy dari John Hopkins Bloomberg School of Public
Health, yaitu : Strategi Get It Over With.

Membiarkan masyarakat terpapar begitu saja sebanyak-banyaknya (get it over with).


Skenario ini adalah skenario yang sangat buruk. Inilah adalah skenario yang sangat ditakuti
oleh kita semua. Strategi yang akan memakan korban yang sangat banyak. 5-10% dari jumlah
populasi akan meninggal, bahkan bisa lebih dari itu. Hal itu bisa terjadi terutama disebabkan
oleh relatif sangat terbatasnya jumlah fasilitas dan tenaga kesehatan.
Nyawa manusia juga bukan perkara jumlah. Bukan perkara numerik atau angka, baik
dalam nilai nominal, nilai absolut, maupun frekuensi dan agregat. Nyawa perkara mendasar,
yaitu hak untuk hidup seorang anak manusia

Jika suatu negara mengambil kebijakan natural herd immunity dalam mengatasi suatu


pandemi, itu hanya akan menunjukkan keegoisan, keputusasaan, sekaligus ketidakmampuan
negara dalam mengatasi situasi. Itu juga sama artinya sekadar memosisikan warga negara
sebagai “angka semata”: cara pandang yang tak manusiawi dan tak bermoral.

Membiarkan satu generasi (tua) tereliminasi dengan menafikkan jasa-jasa berikut


pengorbanan mereka di masa lalu adalah tindakan inkonstitusional. Terlebih jika negara
tersebut berlabelkan “republik”. Istilah republik atau respublica untuk pertama kali muncul
lewat karya filsuf Plato yang berjudul sama. Res berati “kepentingan”, publica berati
“bersama”. Dengan demikian, suatu negara atau pemerintahan dengan konsep respublica atau
republik, mau tak mau sarat mengakomodasi kepentingan seluruh rakyatnya.

Ugm.ac.id “Peneliti UGM : Penerapan Herd Immunity Secara Alami Berbahaya” , 2020

https://ugm.ac.id/id/berita/19507-peneliti-ugm-penerapan-herd-immunity secara-alami-
berbahaya

Budi W. “Natural Herd Immunity, Kebijakan bernuansa Malthusian dan Spencerian” , 2020

https://www.sanglah-institute.org/2020/04/natural-herd-immunity-kebijakan.html

5. Jelaskan kaitan komputer (media sosial atau media online) dalam penyebaran
informasi terkait bencana ekologis

Dalam buku Toxic Turmoil Psycological and Societal Consequences of Ecological


Disaster, mendefinisikan bahwa bencana ekologis adalah suatu peristiwa yang tidak
terprediksi atau tiba-tiba, keterpaparan kolektif yang nyata atau dirasakan oleh kelompok
populasi yang dapat menyadari bahan berbahaya atau agen bahaya pada skala tertentu yang
menyerang komunitas dan butuh usaha ekstra untuk mengatasinya. Bencana ekologis
menyebabkan kerusakan alam dan semua itu disebabkan oleh manusia, ini adalah perbedaan
yang membedakan antara bencana alam dan bencana ekologis.

Media online merupakan hasil dari kajian teknologi komunikasi yang menawarkan
kepada pengguna sebagai media yang berperan sebagai alat komunikasi interpersonal atau
juga disebut media interaktif, dimana media memungkinkan partisipasi aktif baik penerima
maupun pengirim. Media sosial atau media online memiliki peran yang sangat penting dalam
terjadinya bencana alam. Media menjadi saluran yang memberitakan informasi mengenai
bencana alam yang dapat tersebar ke berbagai penjuru di dunia. Seperti halnya informasi
mengenai jenis bencana, informasi mengenai kapan terjadinya bencana, informasi mengenai
lokasi bencana, dampak, dan kebutuhan korban bencana alam dapat terekam dan
tersampaikan melalui pemberitaan.

Media dijadikan wadah oleh pers untuk menyebarluaskan informasi yang sudah ada,
salah satunya adalah informasi yang terkait dengan bencana alam. Informasi mengenai
kebencanaan diharapkan memiliki keakuratan. Hal ini dibutuhkan kompetensi komunikasi
baik dalam menyebarkan maupun mengakses berbagi informasi kebencanaan. Dengan kata
lain dibutuhkan orang yang mumpuni dalam mencari informasi.

Media memiliki tuntutan untuk menyediakan akses penuh terhadap informasi yang
tersembunyi pada suatu saat. Banyak hal penting yang sebenarnya dapat diberitakan oleh
media khususnya pada saat pra bencana, media online harus selalu menyediakan informasi-
informasi yang dapat Pemberitaan di Media Online Untuk Pengurangan Risiko Bencana dan
pegangan masyarakat saat berhadapan dengan bencana. Informasi yang disediakan oleh
media online akan menjadi semacam peringatan dini bagi masyarakat yang mengingatkan
bahwa masyarakat berada di wilayah yang rawan bencana, dan harus waspada bersiap setiap
saat untuk menghadapinya. Hal tersebut tentunya berpengaruh terhadap kegiatan siap siaga
bencana baik oleh pemerintah maupun masyarakat

Lestari , Puji . Pemberitaan di Media Online untuk Pengurangan Risiko Bencana Gunung
Sinabung . Jurnal Kajian Komunikasi ; 2018 ; vol.6 no.1 : 106-120

Anda mungkin juga menyukai