Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN


RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CENDRAWASIH
RSJD PROVINSI LAMPUNG
KELOMPOK CENDRAWASIH

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
T.A 2020/2021
LAPORAN SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CENDRWASIH

RSJD PROVINSI LAMPUNG

Kelompok Cendrawasih :

Firza noviatunnisa 1814301001

Nora yusnita 1814301002

Ni made melinia 1814301003

Raniah dafira hasnah 1814301004

Putri Kurnia Sari 1814301005

Wuri handayani 1814301006

Indah wulandari berutu 1814301007

Oktia hani pertiwi 1814301008

Gita metavia 1814301009

Komang tiara KG 1814301010

Annisa Abidin 1814301011

Elda Maysari 1814301012

Inda Maharani 1814301013

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
T.A 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gangguan mental atau gangguan jiwa adalah penyakit yang memengaruhi emosi,
pola pikir, dan perilaku penderitanya. Sama halnya dengan penyakit fisik, penyakit mental
juga ada obatnya. Gejala paling umum adalah perubahan kepribadian, perubahan suasana
hati (mood), gangguan tidur, kesulitan berpikir. Gangguan mental yang tidak diobati
atau bahkan tidak disadari, akan semakin memburuk dan menyebabkan berbagai
masalah, seperti: merasa tidak bahagia, bermasalah dengan keluarga, mengisolasi diri
dari lingkungan sosial, penggunaan narkoba atau minuman beralkohol, bermasalah
dengan pekerjaan ataupun kegiatan sekolah, sistem kekebalan tubuh melemah sehingga
mudah sakit, munculnya penyakit jantung atau lainnya, hingga dapat melakukan hal
yang dapat melukai diri sendiri atau orang lain.
Di Indonesia sendiri jumlah ODGJ menurut Riskesdas 2018 berjumlah
18.765.222. Sedangkan di lampung jumlah ODGJ berjumlah 46.146 jiwa. Di dalam
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung, sudah ada pengelompokan yang spesifik di antara
beberapa diagnosa. Dengan halusinasi berada dalam rentang 40%, resiko perilaku
kekerasan 35% , dan sisanya ditempati diagnosa harga diri rendah, isolasi sosial, dan
deficit perawatan diri. Maka dari itu alasan yang kenapa kami mengangkat resiko
perilaku kekerasan sebagai kasus utama dikarena mayoritas pasien yang berada di ruang
Cendrawasih mengalami resiko perilaku kekerasan ataupun pernah melakukan
kekerasan sebelumnya

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran, mengambil keputusan untuk menerapkan
asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa sesuai dengan masalah
utama yaitu resiko perlaku kekerasan.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian dengan pasien resiko perilaku kekerasan
b. Menyusun diagnosa utama risiko prilaku kekerasan
c. Menyusun intervensi atau rencana keparawatan dengan diagnosa utama
risiko prilaku kekerasan.
d. Menyusun implementasi dengan diagnosa utama resiko perlaku
kekerasan
e. Mengevaluasi asuhan keperawatan dengan diagnosa keperawatan
utama resiko perilaku kekerasan
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Resiko Perilaku Kekerasan

A. Kasus/Masalah Utama Resiko Perilaku Kekerasan

1. Pengertian

Menurut Stuart (2013) perilaku kekerasan merupakan akibat dari


kemarahan yang ekstrim atau kecemasan. Perilaku kekerasan adalah suatu
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan
secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan dimana
hal tersebut untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak
konstruktif (Stuart & Sundeen, 2009). Perilaku kekerasan merupakan suatu
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan
secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Fitria,
2010).

2. Rentang Respon

Gambar Rentang respon marah (Yosep,2010)

Perilaku kekerasan di definisikan sebagai bagian dari rentang respons marah


yang paling maladaptif, yaitu amuk.Marah merupakan perasaan jengkel yang
timbul sebagai respons terhadap ansietas (kebutuhan yang tidak terpenuhi)
yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Laraia, 2005).Amuk merupakan
respons kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai dengan perasaan
marah dan bermusuhan yang kuat dan merupakan bentuk perilaku destruktif
yang tidak dapat di kontrol (Yosep, 2009).Hal ini disertai dengan hilangnya
kontrol dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau
lingkungan. Berikut ini merupakan beberapa istilah perilaku kekerasan:

Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.


Frustasi: Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realitas atau terhambat.
Pasif : Respons lanjut klien tidak mampu ungkapkan perasaan.
Agresif: Perilaku destruksi masih terkontrol.
Amuk : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol.

B. Proses Terjadinya Masalah

1. Faktor Predisposisi

Menurut Stuart (2013), masalah perilaku kekerasan dapat disebabkan oleh adanya
faktor predisposisi (faktor yang melatarbelakangi) munculnya masalah masalah
dan faktor prepisitasi (faktor yang memicu adanya masalah).

Didalam faktor predisposisi, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan


terjadinya masalah perilaku kekerasan, seperti faktor biologis, psikologis, dan
sosiokultural.

a. Faktor biologis
1) Teori dorongan naluri (Instinctual drive theory)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
2) Teori psikomatik (Psycomatic theory)
Pengalaman marah dapat diakibatkan oehrespons psikologi terhadap
stimulus eksternal maupun internal.Sehingga, sistem limbik memiliki
peran sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa
marah.
b. Faktor psikologis
 Teori agresif frustasi (Frustasion aggression theory)
Teori ini menerjemahkan perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil
akumulasi frustasi.Hal ini dapat.terjadi apabila keinginan individu
untuk mencapai sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan frustasi dapat
mendorong individu untuk berperilaku agresif karena perasaan
frustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan.
 Teori perilaku (Behaviororal theory)
Kemarahan merupakan bagian dari proses be- lajar. Hal ini dapat
dicapai apabila tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung.
Reinforcement yang diterima saat melakukan kekerasan sering
menim- bulkan kekerasan di dalam maupun di luar rumah.
 Teori eksistensi (Existential theory)
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah ber.tindak sesuai
perilaku. Apabila kebutuhan tersebut tidak dipenuhi melalui perilaku
konstruktif, maka individu akan memenhi kebutuhannya melalul
perilaku destruktif.

2. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa
injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.

a. Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi
Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa
terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun
eksternal dari lingkungan.
c. Lingkungan
Panas, padat, dan bising.
Menurut Shives (1998) dalam Fitria (2009), hal-hal yang dapat
menimbulkan perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai
berikut.
 Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
 Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.
 Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuannya dalam menempatkan diri sebagai orang yang
dewasa.
 Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti
penyalahgunaan obat dan alkohol serta tidak mampu mengontrol
emosi pada saat menghadapi rasa frustasi.
 Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.

d. Penilaian terhadap stressor


Model stress diathesis dalam sebuah karya klasik oleh liberman dan rekan
(1994) menjelaskan bahwa gejala skizofernia berkembang berdasarkan
pada hubungan antara jumlah stress dalam pengalaman seseorang dan
toleransi internal terhadap ambang stress. Ini adalah model penting karena
mengintegrasikan factor budaya ,biologis ,psikologisdan social, cara ini
mirip dengan stress adaptasi model stuart yang digunakan sebagai
kerangka kerja konseptual. Menurut wueker model adaptasi ini membantu
menjelaskan hubungan stress dan skizofernia, meskipun tidak ada
penelitian ilmiah telah menunjukan bahwa stress menyebabkan
skizofernia, namun semakin jelas bahwa skizofernia adalah gangguan yang
tidak hanya menyebabkan stress, tetapi juga telah diperparah oleh
stress.Penilaian seseorang tentang stressor, dan masalah yang terkait
dengan koping untuk mengatasi stress dapat memprediksi timbulnya
gejala.
3. Mekanisme Koping
Menurut Stuart dan Laria ( 2001), yang diikuti dari damaiyanti 2012, mekanisme
koping yang dipaka pada klien marah untuk melindungi diri antara lain :
1) Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulai artinya di mata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluranya
secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan
kemarahanya pada objek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan
sebagainya, tujuanya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2) Proyeksi, menyalahkan orang lain mengenai kesukaranya atau keinginan yang
tidak baik. Misalnya seorang wanita muda yang menyangkalnya bahwa ia
mempunyai perasaan sesksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh
bahwa temanya terseburt mencoba merayu, mencumbunya.
3) Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
ke dalam alam sadar. Misalnya seseorang ank yang sangat benci pada orang
tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi 13 menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak
baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekanya dan
akhirnya ia dapat melupakanya.
4) Reaksi Formasi , yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan
dengan melebihlebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakanya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada teman
suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
5) Displacment, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan,
pada objek yang begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu. Misalnya anak berusia 4 tahun marah karea ia baru
saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena menggambat di dinding
kamarnya. Dia mulai bermmain perangperangan dengan temanya.
4. Sumber Koping
Sumber koping dapat berupa aset ekonomi, kemampuan dan ketrampilan, teknik
defensif, dukungan sosial, dan motivasi.Hubungan antara individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat sangat berperan penting pada saat ini.Sumber koping
lainnya termasuk kesehatan dan energy, dukungan spiritual, keyakinan positif,
ketrampilan menyelesaikan masalah dan sosial, sumber daya sosial dan material,
dan kesejahteraan fisik.
.

C. Pohon Masalah dan Data yang Perlu Dikaji


1. Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan ( Kliat, 2006 )

2. Data yang Perlu dikaji

NO DATA MASALAH
1. DS : Resiko perilaku
- Mengancam kekerasan
- Mengumpat dengan kata kata kasar
- Mengatakan jengkel pada seseorang

Do:
- Suara ketus
- Tangan mengepal
- Tubuh kaku
- Muka marah
- Mondar mandir
- Ketegangan otot seperti rahang
terkatup
- Merusak secara langsung benda benda
yang ada di sekitar lingkungan.
2. Ds : Risiko Cedera

- Membentak dan menyerang orang lain


atau lingkungan di sekitar
- Mengatakan benci atau kesel dengan
seseorang
Do :

- Mata merah
- Nada suara tinggi
- Berteriak
- Merusak dan melempar barang barang
- Pandangan tajam
3. Ds: Harga diri rendah

- Menilai diri sendiri negatif


- Merasa malu atau bersalah
- Melebih lebihkan penilaian negatif
tentang diri sendiri
- Menolak penilaian positif tentang diri
sendiri
Do:

- Berbicara pelan dan rendah


- Menolak berinteraksi dengan orang
lain
- Berjalan dan menunduk
- Kontak mata kurang
- Lesu dan tidak bergairah
- Tidak mampu membuat keputusan.

D. Diagnosa keperawatan

1. Resiko Prilaku Kekerasan


2. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
3. Harga Diri Rendah
E. Rencana Tindakan Keperawatan

No Dx Perencanaan
Tgl Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Dx Keperawatan
Risiko Perilaku TUM: Klien dapat
Kekerasan mengontrol perilaku
kekerasan

TUK: Klien Mampu:


1. Klien mampu 1. Membina hubungan 1. Bina hubungan saling percaya dengan:
mengenal perilaku saling percaya  Beri salam setiap berinteraksi.
kekerasan yang  Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
dialami dan berinteraksi
mengontrol  Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
dengan cara fisik  Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali
berinteraksi
 Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
 Buat kontrak interaksi yang jelas
 Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien
2. Bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya:
 Motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal atau
2. Menceritakan penyebab jengkelnya
perasaan jengkel/kesal  Dengarkan tanpa menyela atau memberi penilaian setiap ungkapan
baik dari diri sendiri perasaan klien
maupun lingkungannya 3. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang
dialaminya:
3. Menceritakan tanda-tanda  Motivasi klien menceritakan kondisi fisik (tanda- tanda fisik) saat
saat terjadi perilaku perilaku kekerasan terjadi
kekerasan:
o Tanda fisik : mata
merah, tangan
mengepal, ekspresi
tegang, dan lain-lain.
o Tanda emosional : perasaan  Motivasi klien menceritakan kondisi emosinya (tanda-
marah, jengkel, bicara kasar. tanda emosional) saat terjadi perilaku kekerasan
o Tanda sosial : bermusuhan  Motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan
yang dialami saat terjadi orang lain (tanda-tanda sosial) saat terjadi perilaku
perilaku kekerasan kekerasan

4. Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang


4. Menjelaskan jenis-jenis ekspresi dilakukannya selama ini:
kemarahan yang selama ini telah  Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak kekerasan
dilakukannya, perasaannya saat yang selama ini pernah dilakukannya.
melakukan kekerasan,  Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindak
efektivitas cara yang dipakai kekerasan tersebut terjad.
dalam menyelesaikan masalah  Diskusikan apakah dengan tindak kekerasan yang
dilakukannya masalah yang dialami teratasi

5. Diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang


5. Menjelaskan akibat tindak dilakukan pada:
kekerasan yang dilakukannya:  Diri sendiri
(Diri sendiri : luka, dijauhi  Orang lain/keluarga
teman, dll; orang lain/keluarga :  Lingkungan
luka, tersinggung, ketakutan,
dll; lingkungan : barang atau
benda rusak dll)
6. Diskusikan dan Jelaskan dengan klien cara-cara sehat untuk
6. Menjelaskan cara-cara sehat mengungkapkan marah
mengungkapkan marah  Cara fisik: nafas dalam, pukul bantal atau kasur, olah
raga.
 Obat
 Verbal/sosial: mengungkapkan bahwa dirinya sedang
kesal kepada orang lain dengan latihan asertif.
 Spiritual: sembahyang/doa, zikir, meditasi, dsb sesuai
keyakinan agamanya masing-masing
7. Memperagakan cara 7. Latihan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
mengontrol perilaku kekerasan: cara fisik:
Fisik: tarik nafas dalam,  Peragakan cara melaksanakan cara fisik: nafas
memukul bantal/kasur dalam dan pukul bantal/kasur.
 Jelaskan manfaat cara tersebut
 Anjurkan klien menirukan peragaan yang sudah
dilakukan.
 Beri penguatan pada klien, perbaiki cara yang masih
belum sempurna
 Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik

2. Klien mampu Klien mampu menjelaskan: 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik dan beri pujian
menggunakan obat o Manfaat minum obat 2. Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan
sesuai program o Kerugian tidak minum obat kerugian jika tidak menggunakan obat
yang telah o Nama obat 3. Jelaskan kepada klien:
ditetapkan untuk o Bentuk dan warna obat  Jenis obat (nama, warna dan bentuk obat)
mengontrol o Dosis yang diberikan  Dosis yang tepat untuk klien
perilaku kekerasan kepadanya  Waktu pemakaian
o Waktu pemakaian  Cara pemakaian
o Cara pemakaian  Efek yang akan dirasakan klien
o Efek yang dirasakan 3. Masukkan pada jadual kegiatan minum obat dan
Motivasi klien untuk:
 Minta dan menggunakan obat tepat waktu
 Lapor ke perawat/dokter jika mengalami efek yang
tidak biasa
 Beri pujian terhadap kedisiplinan klien
menggunakan obat.
3. Klien mampu Kklien mampu: mengungkapkan 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik dan obat, beri pujian
mengontrol dengan perasaan kesal/jengkel pada orang 2. Diskusikan cara verbal/sosial untuk mengungkapkan
cara verbal/sosial lain tanpa menyakiti kemarahan.
 Menyampaikan peraasaan dengan baik
 Meminta dengan baik
 Menolak dengan baik.
2. Masukkan pada jadual kegiatan dan anjurkan klien
menggunakan cara yang sudah dilatih saat
marah/jengkel
4. Klien mampu 1. Klien mampu: mengidentifikasi 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik, obat dan verval, beri
mengontrol dengan kegiatan spiritual yang dapat pujian
cara spiritual dilakukan: zikir/doa, meditasi 2. Diskusikan cara spiritual yang dipilih untuk mengontrol
sesuai agamanya kemarahan.
2. Klien mpu melakuan kegiatan 3. Masukkan pada jadual kegiatan dan anjurkan klien
spiritual untuk mengontrol menggunakan cara yang sudah dilatih saat marah/
marahnya jengkel

4. Evaluasi kegiatan latihan dan berikan pujian.


5. Latih kegiatan dilanjutkan sampai tak terhingga
6. Nilai kemampuan yang telah mandiri
7. Nilai apakah harga diri klien meningkat

5. Klien mendapatkan Keluarga mampu


dukungan untuk 3. Menjelaskan tentang RPK 1. Diskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien
mengontrol PK: 4. Menjelaskan cara merawat klien 2. Jelaskan tentang:
keluarga mampu dengan RPK  pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya PK
mengenal masalah 5. Melatih cara fisik (gunakan booklet)
RPK dan melatih  Jelaskan cara merawat PK
cara fisik  Latih keluarga cara merawat PKL fisik
 Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan
memberikan pujian
6. Klien mendapatkan 1. Keluarga menyampaikan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih
dukungan untuk kemajuan pasien setelah latihan pasien fisik1.2. Beri pujian
mengontrol PK: fisik
keluarga mampu 2. Keluarga menyampaikan 7 benar 2. Jelaskan kepada klien:
membimbing minum obat  Jenis obat (nama, warna dan bentuk obat)
minum obat  Manfaat
 Dosis yang tepat untuk klien
 Waktu pemakaian
 Cara pemakaian
 Efek yang akan dirasakan klien
3. Keluarga mampu mendampingi  kontinuitas minum obat
klien minum obat 3. Latih keluarga untuk
 menjadwalkan minum obat pasien
 Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan
memberi pujian

7. Klien mendapatkan 1. Keluarga menyampaikan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing pasien
dukungan untuk kemajuan pasien setelah latihan latihan fisik dan minum obat. Beri pujian
mengontrol PK: fisik dan minum obat
keluarga mampu
membimbing 2. Keluarga mampu mendampingi 2. Latih keluarga untuk
minum obat klien melatih cara verbal dan  Latih keluarga membimbing pasien dengan cara
spiritual verbal/bicara yang baik
 Latih keluarga membimbing pasien dengan cara
spiritual
 Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan
memberi pujian
8. Keluarga mampu 1. Keluarga menyampaikan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih
melakukan follow kemajuan pasien setelah latihan pasien fisik1.2, memberikan obat verbal & spiritual.
up ke PKM, fisik, minum obat, verbal, dan Beri pujian
mengenali tanda spiritual
kambuh, 2. Keluarga mampu menjelaskan 2. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan
melakukan rujukan tanda-tanda kambuh, cara
melakukan rujukan/ follow up ke
puskesmas

3. Keluarga menyatakan akan 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan


membantu pasien sesuai jadual memberikan pujian
4. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih
pasien fisik1.2, memberikan obat, verbal & spiritual
dan follow up. Beri pujian
5. Nilai kemampuan keluarga merawat pasien
6. Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke PKM

Perencanaan
No Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Tgl
Dx Keperawatan
Gangguan TUM: Klien memiliki
konsep diri: konsep diri yang
harga diri positif
rendah.
TUK:
1. Klien dapat 1. klien mampu membina hubungan 1. Bina hubungan saling percaya dengan meng-gunakan prinsip
mengenal aspek saling percaya komunikasi terapeutik :
positif diri dan  Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non
latihan kemampuan verbal.
pertama.  Perkenalkan diri dengan sopan.
 Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang
disukai klien.
 Jelaskan tujuan pertemuan.
 Jujur dan menepati janji.
 Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
 Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

2. klien mampu mengenal aspek 2.1. Diskusikan dengan klien tentang:


positif dan kemampuan yang  Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga,
dimiliki: lingkungan.
o Aspek positif dan  Kemampuan yang dimiliki klien.
kemampuan yang dimiliki
klien. 2.2 Bersama klien buat daftar tentang:
o Aspek positif keluarga.  Aspek positif klien, keluarga, lingkungan.
o Aspek positif lingkung-an  Kemampuan yang dimiliki klien.
klien. 2.3.Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian
negatif.
3. Klien menyebutkan kemampuan 3.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat
yang dapat dilaksanakan. dilaksanakan.
3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
pelaksanaannya.
4. klien memilih satu kemampuan 3.3. Diskusikan kemampuan yang akan dipilih
untuk dilatih 3.4. Latih kemampuan yang dipilih klien, beri pujian
5. Klien membuat rencana kegiatan 4.1. Rencanakan waktu latihan kemampuan yang sudah dilatih
harian kemampuan yang sudah bersama klien:
dilatih 4.2. minta klien menuliskan dalam jadwal kegiatan harian.

2. Klien dapat latihan 1. Klien menyampaikan manfaat 1. Evaluasi kegiatan pertama, yang telah dilatih dan berikan
kemampuan kedua kemampuan pertama yang sudah pujian
dilatih
2. klien memilih satu kemampuan 1. Diskusikan kemampuan yang akan dipilih
kedua untuk dilatih 2. Latih kemampuan kedua yang dipilih klien, beri pujian
3. Klien membuat rencana kegiatan 1. Rencanakan waktu latihan kemampuan kedua yang sudah
harian kemampuan kedua yang dilatih bersama klien (alat dan cara):
sudah dilatih 2. minta klien menuliskan dalam jadwal kegiatan harian.

3. Klien dapat latihan 1. Klien menyampaikan manfaat 1. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua, yang telah dilatih dan
kemampuan ketiga kemampuan kedua yang sudah berikan pujian
dilatih
2. klien memilih satu kemampuan 1. Diskusikan kemampuan ketiga yang akan dipilih
ketiga untuk dilatih 2. Latih kemampuan ketiga yang dipilih klien, beri pujian
3. Klien membuat rencana kegiatan 1. Rencanakan waktu latihan kemampuan ketiga yang sudah
harian kemampuan ketiga yang dilatih bersama klien:
sudah dilatih 2. minta klien menuliskan dalam jadwal kegiatan harian.

4. Klien dapat latihan 1. Klien menyampaikan manfaat 1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua, dan ketiga yang telah
kemampuan kemampuan pertama, kedua dan dilatih dan berikan pujian
keempat ketiga yang sudah dilatih
2. klien memilih satu kemampuan 1. Diskusikan kemampuan keempat yang akan dipilih
keempat untuk dilatih 2. Latih kemampuan keempat yang dipilih klien, beri pujian
3. Klien membuat rencana kegiatan 1. Rencanakan waktu latihan kemampuan yang sudah dilatih
harian kemampuan yang sudah bersama klien:
dilatih 2. minta klien menuliskan dalam jadwal kegiatan harian.
5. Klien Keluarga mampu 1. Diskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien
mendapatkan 1. Menjelaskan tentang harga diri
dukungan untuk rendah
meningkatkan 2. Menjelaskan cara merawat klien 2. Jelaskan tentang:
harga diri: dengan harga diri rendah  pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya harga
keluarga mampu diri rendah (gunakan booklet)
mengenal masalah  Jelaskan cara merawat harga diri rendah terutama
rendah diri klien memberikan pujian semua hal yang positif pada pasien
dan memberi  Latih keluarga memberi tanggung jawab kegiatan yang
tanggungjawab dipilih pasien: bimbing dan beri pujian
kegiatan yang  Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan
dipilih memberikan pujian

6. Klien mendapatkan 1. Keluarga menyampaikan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing pasien
dukungan untuk kemajuan pasien setelah latihan melaksanakan kegiatan pertama. Beri pujian
meningkatkan kemampuan pertama
harga diri: keluarga 2. Keluarga mampu mendampingi 2. Latih keluarga untuk
mampu melatih klien melatih kemampuan kedua  Bersama keluarga melatih pasien dalam melakukan
kemampuan kedua kegiatan kedua yang dipilih pasien
dipilih  Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi
pujian

7. Klien mendapatkan 1. Keluarga menyampaikan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing pasien
dukungan untuk kemajuan pasien setelah latihan melaksanakan kegiatan pertama dan kedua. Beri pujian
meningkatkan kemampuan pertama dan kedua
harga diri: keluarga 2. Keluarga mampu mendampingi 2. Latih keluarga untuk
mampu melatih klien melatih kemampuan ketiga  Melatih pasien dalam melakukan kegiatan ketiga yang
kemampuan ketiga dipilih pasien
yang dipilih  Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi
pujian

8. Keluarga mampu 1. Keluarga menyampaikan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing pasien
melakukan follow kemajuan pasien setelah latihan melaksanakan kegiatan pertama, kedua dan ketiga. Beri pujian
up ke PKM, kemampuan pertama, kedua dan
mengenali tanda ketiga
kambuh,
melakukan rujukan 2. Keluarga mampu mendampingi 2. Latih keluarga untuk
klien melatih kemampuan keempat  Melatih pasien dalam melakukan kegiatan keempat
yang dipilih pasien
 Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi
pujian

3. Keluarga mampu menjelaskan 3. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan


tanda-tanda kambuh, cara
melakukan rujukan/ follow up ke
puskesmas
4. keluarga menyatakan 4.Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan
akan membantu klien pujian
melakukan kegiatan sesuai
jadwal
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing pasien
melakukan kegiatan yang dipilih oleh pasien. Latih kemampuan
yang lain, sebanyak-banyaknya. Beri pujian
2. Nilai kemampuan keluarga mmbimbing pasien
3. Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke PKM

Anda mungkin juga menyukai