Laporan Pendahuluan Kontrasepsi Mantap Kel 7
Laporan Pendahuluan Kontrasepsi Mantap Kel 7
DAN
ASUHAN KEBIDANAN KONTRASEPSI MANTAB
Disusun oleh :
Pada :
Di :
Periode Tanggal :
Kediri,…………………............
( ) ( )
NIP. NIM.
Pembimbing Pendidikan
( )
NIP.
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN
Nama Mahasiswa :
NIM :
Tempat praktik :
Tanggal :
A. Masalah Kesehatan
B. Psikologi / Pat ofisiologi : menjelaskan proses fisiologis / patologis
sampai dengan timbulnya masalah kebidanan
C. Pohon Masalah : proses fisiologis / patologis secara skematis
D. Diagnosa kebidanan :
Diagnosa
Masalah
Kebutuhan
E. Perencanaan Kebidanan : menentukan rencana dan rasionalisasi tindakan
kebidanan
F. Daftar Pustaka : literature yang diterbitkan lima tahun terakhir
( ) ( )
NIP. NIM.
Pembimbing Pendidikan
( )
NIP.
BAB I
PENDAHULUAN
Kontrasepsi mantap atau Steril di masa ini meningkat jumlah peminatnya. Jenis
kontrasepsi ini hampir digunakan di dunia dan penurunan jumlah pengguna IUD/AKDR
akan meningkatkan jumlah pemakai kontrasepsi mantap/steril. Metode kontrasepsi ini
memiliki banyak keuntungan antara lain : metode yang efektif, prosedur hanya satu kali,
dapat digunakan oleh pria maupun wanita, komplikasi sangat rendah, dan menghemat
biaya. Pasangan yang memutuskan untuk memakai kontrasepsi ini tidaklah mudah dalam
membuat keputusan. Pasangan harus memenuhi persyaratan dan bersifat sukarela tanpa
ada paksaan. Pasangan yang telah mempunyai anak atau keturunan yang cukup dapat
melakukan metode kontrasepsi ini. Tingkat kesulitan yang tinggi mengharuskan calon
pemakai mendapatkan konseling yang tepat agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam
pelaksanaan prosedur.
Metode kontrasepsi mantap ini boleh dilakukan pada pria dan wanita. Pada
wanita disebut dengan Tubektomi dimana prosedur dari tubektomi ini adalah dengan
melakukan oklusi/penutupan pada tuba fallopi sehingga spermatozoa dan ovum tidak
dapat bertemu. Sebelum melakukan tubektomi ini perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan
tambahan untuk memastikan apakah seorang klien sesuai untuk menggunakan metode ini.
Sedangkan metode kontrasepsi untuk pria adalah Vasektomi. Vasektomi merupakan
metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana, dan sangat
efektif, memakan waktu yang singkat dan tidak memerlukan anestesi umum. Prinsip dan
prosedur vasektomi sama dengan tubektomi yaitu dengan penutupan saluran sehingga sel
sperma tidak dapat mencapai sel telur.
1.2 Tujuan
Untuk memberikan asuhan kebidanan pada pasangan yang ingin menjadi akseptor
kontap.
3. Mahasiswa dapat membuat rencana tindakan dalam asuhan kebidanan untuk calon
akseptor kontap
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Format Laporan Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
1.3 Metode Pengumpulan Data
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi adalah suatu cara mencegah faktor-faktor yang mengatur
kesuburan sesorang atau mencegah secara mekanik pertemuan antara ovum dan
spermatozoid.
Kontrasepsi mantap adalah suatu metode kontrasepsi yang pada pria disebut
vasektomi dan pada wanita disebut tubektomi. Kontrasepsi mantap pada wanita yang
disebut tubektomi ialah suatu pembedahan dengan cara mini laparatomi (minilap)
yaitu tindakan pada tuba fallopii wanita melalui irisan kecil di dinding perut ± 2-3 cm
yang dapat mengakibatkan wanita tersebut tidak dapat hamil (Prof. dr. John
Rambulangi, SpOG(K)*).
2.1.1.1 Tubektomi
Tubektomi pada wanita adalah setiap tindakan yang dilakukan pada
kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan
tidak akan mendapat keturunan lagi. Kontrasepsi ini hanya digunakan untuk
jangka panjang, walaupun kadang-kadang masih dapat dipulihkan kembali
seperti semula.
Tindakan tersebut awalnya disebut sterilisasi, dilakukan terutama atas
indikasi medis misalnya kelainan jiwa, kemungkinan kehamilan yang dapat
membahayakan jiwa ibu, serta penyakit keturunan. Meledaknya jumlah
penduduk dunia telah mengubah konsep ini sehingga tindakan tersebut kini
dilakukan untuk membatasi jumlah anak.
Sterilisasi wanita pada abad ke-19 dilakukan dengan mengangkat
uterus atau kedua ovarium. Pada tahun 1950-an dilakukan dengan
memasukkan AgNO3 melalui kinalis servikalis ke dalam tuba. Pada akhir abad
ke-19 dilakukan dengan pengikatan tuba, namun angka kegagalannya ternyata
tinggi sekali. Untuk mengurangi kegagalan ini, kemudian dilakukan
pemotongan dan pengikatan tuba. Operasi dilakukan dengan anastesi umum
dan insisi lebar yang memerlukan perawatan di rumah sakit. Kini tubektomi
telah berkembang sedemikian rupa sehingga operasinya dapat dikerjakan
tanpa anastesi umum, dengan insisi kecil, dan tidak perlu dirawat.
2.1.1.2 Vasektomi
Vasektomi adalah metode sterilisasi dengan cara mengikat saluran
sperma (vas deferens) pria. Beberapa alternatif untuk mengikat saluran sperma
tersebut, yaitu dengan mengikat saja, memasang klip tentalum, kauterisasi,
menyuntikkan sclerotizing agent, menutup saluran dengan jarum, dan
kombinasinya (Proverawati, 2010)
Vasektomi adalah istilah dalam ilmu bedah yang terbentuk dari 2 kata
yaitu as dan ektomi. Vas atau vasa deferensia artinya adalah saluran benih,
yaitu saluran yang menyalurkan sle benih jantan (Spermatozoa) keluar dari
buah zakar (testis) yaitu tempat sel benih itu diproduksi menuju kantung mani
(vesikulaseminalis) sebagai tempat penampungan sel benih jantan sebelum
dipancarkan keluar pada saat puncak senggama (ejakulasi). Ektomi atau
ektomia artinya pemotongan sebagian. Jadi vasektomi artinya adalah
pemotongan sebagian (0,5 cm-1 cm) pada vasa deferensia atau tindakan
operasi ringan dengan cara mengikat dan memotong saluran sperma sehingga
sperma tidak dapat lewat dan air mani tidak mengandung spermatozoa, dengan
demikian tidak terjadi pembuahan, opersi berlansung kurang lebih 15 menit
dan pasien tak perlu dirawat (Siswosydarmo dalam buku Mulyani, 2013)
2.1.2 Cara Pelayanan Kontrasepsi Mantap
2.1.2.1 Tubektomi
Tubektomi dapat dibagi atas beberapa bagian atara lain : saat operasi,
cara mencapai tuba, dan cara penutupan tuba.
1. Saat Operasi
Tubektomi dapat dilakuakan pascakeguguran, pascapersalinan, dan masa
interval sesudah keguguran tubektomi dapat langsung dilakukan.
Tubektomi pascapersalinan sebaiknya dilakukan dalam 24 jam atau
selambat-lambatnya 48 jam setelah persalinan. Tubektomi yang dilakukan
lewat dari 48 jam pascapersalinan akan dipersulit oleh adanya edema tuba,
infeksi, dan kegagalan. Edema tuba akan berkurang setelah hari ke-7
sampai 10 pascapersalinan, tubktomi yang dilakukan setelah hari itu akan
lebih sulit dilakukan karena alat-alat genital telah menyusut dan mudah
berdarah.
2. Cara mencapai tuba
Cara-cara yang dilakukan di indonesia saat ini ialah dengan laparotomi,
laparotomi mini, kolpotomi posterior, dan laparoskopi.
1) Laparotomi
Cara mencapai tuba melalui laparotomi biasa, terutama pada masa
pascapersalinan, merupakan cara yang banyak dilakukan di
indonesia sebelum tahun 70-an. Tubektomi juga dilakukan
bersamaan dengan bedah sesar, dimana kehamilan selanjutnya
tidak diinginkan lagi. Sebaiknya setiap laparotomi harus dijadikan
kesempatan untuk menawarkan tubektomi.
2) laparotomi mini
Laparotomi khusus untuk tubektomi ini paling mudah dilakukan 1
– 2 hari pascapersalinan. Uterus yang masih besar, tuba yang masih
panjang, dan dinding perut yang masih longgar memudahkan
mencapai tuba dengan sayatan kecil sepanjang 1 – 2 cm dibawah
pusat. Pasien diletakkan terbaring. Lipatan kulit dibawah pusat
yang berbentuk bulan sabit ditegangkan antara 2 buah doekklem
hingga menjadi lurus. Pada tempat lipatan kulit disayat sepanjang 1
– 2 cm sampai hampir menembus rongga peritoneum, tempat yang
hampir menembus rongga peritoneum ditembus sekaligus dengan
sebuah cunam pean, kemudian lubangnya dilebarkan dengan
cunam itu. Lubangnya harus cukup besar untuk dimasuki sebuah
jari telunjuk dan sebuah cunam tampon (tampon tang).
3) Kolpotomi posterior
Di indonesia cara ini kurang populer bila dibandingkan dengan
cara abdominal. Prosedurnya adalah pasien diposisikan dalam
sikap litotomi. Dinding belakang vagina dijepit pada jarak 1 dan 3
cm dari serviks dengan dua cunam. Lipatan dinding vagina diantara
kedua jepitan itu digunting sekaligus sampai menembus pritoneum.
Lubang sayatan diperlebar dengan dorongan spekulum
soonawalla. Tuba dapat langsung terlihat atau dipancing dan dapat
ditarik keluar. Tubektomi dilakukan dengan cara pomeroy atau
kroener. Mukosa vagina dan peritonium dijahit secara jelujur,
bersama atau dijahit sendiri-sendiri. Lama perawatan 2-3 hari,
sedang anastesi yang dipakai yaiu anastesi umum atau spinal.
Komplikasi berupa infeksi agaknya lebih tinggi daripada
laparotomi mini yang dapat diatasi dengan pemberian antibiotik.
Angka kegagalan bervarisi antara 1-,9%.
4) Laparoskopi
Pasien diposisikan dalam sikap litotomi. Kanula Rubin dipasang
pada kanalis servikasils dan bibir depan serviks dijepit dengan
tenakulum bersama-sama. Pemasangan alat-alat ini dimasudkan
untuk mengemudikan uterus selagi operasi dilakukan. Kulit kiri
kanan pusat dijepit engan dua cunam Allis dan mdengan pisau
runcing ditusuk di tengah dan diperlebar sampai 1,5 cm. Mellaui
sayatan ini, jarum Verres ditusukkan sampai masuk ke dalam
rongga peritoneum. Setalh diyakini ujung jarum berada dalam
rongga peritoneum, gas CO2 dimasukkan melalui jarum tersebut
kira-kira 1,5 liter dengan ecepatan 1 liter/menit. Trokar dan
selubungnya dimasukkan melalui luka sayatan tadi setelah terjadi
pneumoperitoneum yang ditandai dengan hilangnya peka hati dan
menggelembungnya perut secara simetris. Laparoskop dimasukkan
kedalam selubung, kemudian alat panggul diperiksa. Tuba dicari
dengan bantuan manipulasi uterus dari kanula Rubin, lalu steriisasi
dilakukan dengan menggunakan cincin Folope yang dipasang pada
pars ampularis tuba. Setelah yakin tidak ada perdarahan,
pnemoperitoneum dikelurkan dengan menekan dinding perut. Luka
dapat ditutup dengan dua jahitan subkutikuler, lalu dipasang band
aid. Pasien dapat dipulangkan setelah 6-8 jam apabila dipakai
neuroleptanalgesia.
Komplikasi yang mungkin dijumpai pada tubektomi
laparoskopi ialah perdarahan mesosalping atau perlukaan.
Perlukaan pada pembuluh darah abdominal dapat pula terjadi.
Komplikasi lain berupa emfisema subkutan dan perforusi uterus
oleh kanula Rubin. Kegagalan sterilisasi bervariasi 0-7% yang
dapat disebabkan oleh reaksi tuba yang tidak sempurna atau
identifikasi rotundum yang dikira tuba.
3. Cara penutupan tuba
Cara tubektomi yang dapat dilakukan ialah cara Pomeroy, Kroener, Irving,
pemasangan cincin Felope, klip Filshie, dan elektro koagulasi disertai
pemutusan tuba.
1) Cara Pomeroy
Tuba dijepit kira-kira pada pertegahannya, kemudian diangkat sampai
melipat. Dasar lipatan diikat dengan sehelai catgut biasa no. 0 atau
nom 1, kemudian dipotong di atas ikatan catgut tadi. Tujuan
pemakaian catgut biasa ini ialah agar segera diabsorbsi sehingga kedua
ujung tuba yang dipotong bisa segera terpisah. Dengan demikian, tidak
memungknkan terjadinya rekanalisasi kembali.
2) Cara Korner
Fimbria dijepit dengan sebuah klem. Bagian proksimal dari jpitan
diikat dengan sehelai benang sutera atau dengan catgut yang tidak
mudah diabsorbsi. Bagian tuba distal dari jepitan dipotong
(fimbriektomi).
3) Tuba Irving
Tuba dipotong pada pertengahan panjangnya setelah kedua ujung
potongan diikat dengan catgut kromik no. 0 atau 00. Ujung potongan
proksimal ditanamkan di dalam miometrium dinding depan uterus.
Ujung potongan distal ditanamkan di dalam ligamentum latum.
Dengan cara ini rekanalisasi spontan tidak mungkin terjadi. Cara
tubektomi ini hanya dilakukan pada laparotomi besar seperti bedah
sesar.
4) Pemasangan cincin Palope
Cincin Falope (Yoon Ring) terbuat dari silikon, dewasa ini banyak
digunakan dengan aplikator bagian ismus tuba ditarik dan cincin
dipasang pada bagian tuba tersebut. Sesudah terpasang lipatan tuba
tampak keputih-putihan oleh karena tidak mendapat suplai darah lagi
dan akan menjadi fibrotik. Cincin falope dapat dipasang pada
laparotomi mini, laparoskopi, atau dengan laprokator.
5) Pemasangan klip
Berbagai jenis klip telah dikembangkan untuk memperoleh kerusakan
minimal agar dapat dilakuakan rekanalisasi bila diperlukan kelak. Klip
Filshine mempunyai keuntungan dapat digunakan pada tuba yang
edema. Klip Huka-Clemens digunakan dengan cara menjepit tuba.
Oleh karena tidak memperpendek panjang tuba maka rekanalisasi
lebih mungkin dikerjakan.
6) Pemutusan tuba
Cara ini dahulu banyak dikerjakan pada tubektomi laparoskopik.
Dengan memasukkan grasping forceps melalui laparoskop, tuba dijepit
kurang lebih 2 cm dan koruna kemudian diangat menjauhi uterus dan
alat-alat panggul lainnya. Setelah itu dilakukan kauterisasi. Tuba
terbakar kurang lebih 1 cm ke proksimal dan distal serta mesosalping
terbakar sejauh 2 cm. Pada waktu katerisasi tuba tampak menjadi
putih, menggembung, lalu putus. Cara ini sekrang banyak ditinggalkan.
2.1.2.2 Vasektomi
1. Sebelum Tindakan Vasektomi
Sebelum melaksanakan vasektomi, dokter akan meminta klien
untuk berhenti mengonsumsi aspirin atau obat pengencer darah lainnya
selama 7 hari. Obat-obatan tersebut dapat memperbesar risiko perdarahan
saat operasi vasektomi. Sedangkan untuk mencegah infeksi, klien akan
diminta membersihkan alat kelamin dan mencukur bulu kelamin di
seluruh skrotum dengan menggunakan pisau cukur sehari sebelum
vasektomi dilakukan.
2. Prosedur Vasektomi
3. Sesudah Vasektomi
Selama satu hingga dua jam pasca vasektomi, pasien masih dapat
merasakan efek pembiusan pada skrotum. Setelah itu, pasien mulai merasa
sedikit nyeri dan bengkak yang umumnya akan menghilang dalam waktu
beberapa hari. Guna meredakannya, kompres skrotum dengan kantong es
setidaknya selama 36 jam, beristirahat selama 24 jam, dan gunakan perban
atau pakaian dalam yang ketat untuk menyangga skrotum setidaknya
selama 48 jam pasca vasektomi. Jika diperlukan, obat pereda nyeri
seperti paracetamol, juga dapat dikonsumsi.
Selain itu, beberapa hal yang perlu diperhatikan pasca vasektomi meliputi:
2.1.3.1 Tubektomi
Perencanaan
Komprehensif
Intervensi Implementasi
Evaluasi Evaluasi
Pencatatan Asuhan
Kebidanan
BAB III
TINJAUAN KASUS
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI
Jl. KH. Wakhid Hasyim No. 64 B Telp. (0354) 773095 – 772833
Website : http://www.poltekkes-malang.ac.id Fax. (0354) 778340
Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id Kediri 64114
PENGKAJIAN
No. RM :
Rt 02/Rw03 Yogyakarta
Cara Masuk :
Datang sendiri Rujukan dari : ─
Diagnosa : ─
A. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan utama : Ingin menggunakan kontrasepsi mantap karena merasa sudah cukup
memiliki 3 anak.
2. Riwayat menstruasi
- Usia manarche : 13 tahun - Lama haid :7 hari
- Jumlah darah haid : 2-3 softex/hari - Fluor albus :tidak ada
- Keluhan saat haid :
Dismenorhoe Spoting Menorrhagia
Premenstrual syndrome Dll..........
P3 A0 H3
5. Riwayat Ginekologi :
Infertilitas Infeksi virus PMS
Endometriosis Polip serviks Kanker kandungan
Opersai kandungan Perkosaan DUB
dll
B. DATA OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan umum
- Keadaan umum : Baik - Kesadaran : Composmentis
- BB/TB : 58kg/145cm - Tekanan darah : 110/80mmHg
- Nadi : 78x/menit - Suhu : 36,7o C
- Pernafasan : 22x/menit
2. Pemeriksaan fisik
- Mata: Konjungtiva : merah muda Sklera : tidak ikhterus
- Payudara : simestris kiri/kanan. Putting susu menonjol, ASI ada, dan tidak teraba
massa
- Abdomen : tidak ada bekas operasi, tidak ada nyeri tekan,
- Genitalia : tidak ada benjolan, (normal)
C. ANALISIS/INTERPRETASI DATA
Ny.Z berusia 29 tahun P3A0H3 akseptor KB Kontap (MOW)
D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 27 September 2019 Jam : 11.00WIB
11.20 Menyiapkan klien menjelang tindakan operatif, klien bersedia puasa sebelum
tindakan operatif, pengosongan kandung kemih,
Kediri,............................
.................................................... ......................................................
NIP. NIM.
Dosen Pembimbing
....................................................
NIP.
BAB IV
PEMBAHASAN
Ny.Z berusia 29 tahun P3A0H3 Ny.Z mendatangi rumah sakit pada tanggal 27
September 2019. untuk melakukan konstrasepsi mantab bertujuan mengakhiri kehamilan.
Ny.Z menemui bidan dan melakukan pelayanan keluarga berencana, Bidan melakukan
konseling alat kontrasepsi kepada klien. Bidan memberikan informed choice dan informed
consent kepada klien dan klien menyetujuinya. Dari pernyataan Ny.Z selama ini
menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 bulan, dan saat ini sudah memiliki 3 anak maka dari
itu klien memilih untuk menggunakan kontrasepsi mantab karena merasa sudah cukup
dengan jumlah anaknya.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ny.Z selama ini menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 bulan, dan saat ini
sudah memiliki 3 anak maka dari itu klien memilih untuk menggunakan kontrasepsi
mantab karena merasa sudah cukup dengan jumlah anaknya. Dari pemeriksaan fisik
yang dilakukan Bidan kepada klien dapat disimpulkan bahwa keadaan Ny.Z sangat
baik dan memenuhi ketentuan dari kontrasepsi mantap.
5.2 Saran
Mulyani, Nina Siti. 2013. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha
Medika
Khoiri, Imam.
Silverton, Louise. 1993. The Art and Science of Midwifery. UK: British Library
Pauline. 1993. Miwifery A Text and Reference Book For Midwives in South Africa. South
Africa: Juta & Co, Ltd
Hartanto, Hanafi. 2015. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan
Affandi, Biran dkk. 2016. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo