Anda di halaman 1dari 31

TUGAS MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN

DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

Nama Kelompok III :


1. Vici Ramona
2. Lia Waroka Sianturi
3. Fenti Dwi Sinta
4. Lisda Sihite

Dosen Pengampu : Dewi Riastawaty., SKM., M.Kes

UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI


FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
PRODI SI KEBIDANAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan
Proposal ini tepat pada waktunya yang berjudul “Tugas Manajemen Dan
Kepemimpinan Dalam Kebidanan” Penulis menyadari bahwa proposal ini masih
jauh dari sempurna. Penulis sangat berharap proposal ini dapat bermanfaat. Oleh
sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan proposal
yang telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga proposal sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya proposal yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan proposal ini di waktu yang akan datang
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
penulis harapkan demi kesempurnaan proposal ini.
Demikian makalah ini penulis selesaikan dan terima kasih.

Jambi, April 2020

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................2
1.3 Tujuan .................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI ........................................................................................3
2.1 Tanggung Jawab Dan Akuntabilitas Dalam Kebidanan..........................3
2.2 Etika Profesional, Nilai Dan Dukungan Ham Dalam Praktik
Kebidanan .......................................................................................................................6
2.3 Kerahasiaan Dan Informasi Klien ..............................................................22
2.4 Informed Choice Dan Informed Consent ....................................................23
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................26
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................26
3.2 Saran .................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kepemimpinan dalam kebidanan sangatlah penting, namun untuk
menjadi pemimpin yang sesuai dengan profesi kebidanan nya tidaklah
mudah, tentunya ada beberapa hambatan-hambatan yang harus di atasi dalam
rangka memperbaiki kinerja bidan tersebut, dalam hal ini bidan harus bisa
berkomitmen agar dapat mengutamakan wanita-wanita yang berpusat tentang
perawatan.
Bidan telah memfasilitasi suatu budaya kerja yang mendukung dan
proaktif di mana setiap individu didorong untuk secara teratur menilai dan
memperbarui pengetahuan mereka untuk kepentingan praktik mereka sendiri
dan untuk melindungi keselamatan perempuan dan bayi dalam perawatan
mereka.
Selanjutnya, bidan melaksanakan kegiatan kepemimpinan dalam
praktek sehari-hari mereka, meskipun mereka mungkin tidak menyadari hal
itu. Ini termasuk memprioritaskan kebutuhan perawatan, bidan memiliki
kemampuan untuk menjadi agen perubahan dan mengembangkan
kemampuan kepemimpinan mereka. Tergantung bagaimana bidan itu bisa
menerapkan konsep-konsep kepemimpinan nya. Semua bidan juga dapat
meningkatkan keterampilan nya melalui beberapa pelatihan, keterbatasan
individu lah yang menentukan hal ini bisa efektif atau tidak. Dan untuk
mengembangkan ini harus di dorong oleh kemauan dan kesempatan untuk
melakukannya.
Bidan dapat mengatasi hambatan dan memastikan profesi mereka
dilengkapi dengan para pemimpin yang efektif, memerlukan upaya
kolaborasi (Tucker, 2003). Namun, para pemimpin yang ada harus mengakui
bahwa dalam profesi yang didominasi perempuan, karir pilihan dan peluang
pembangunan harus memfasilitasi kualitas bawaan biologis perempuan, dan

1
bahwa prioritas bidan individu akan berbeda (Pashley, 1998). Oleh karena itu,
penting untuk mengidentifikasi para bidan, untuk dapat manjadi pemimpin
profesional yaitu melalui pembangunan mereka sendiri sebagai pemimpin,
dan sesama orang-orang praktisi yang berkontribusi dengan mendukung,
mentoring dan mendorong rekan-rekan mereka. Bidan juga harus dapat
berperan sebagai advokator untuk dapat mempengaruhi masyarakat agar
terjadinya perubahan dalam kebijakan publik secara bertahap maju &
semakin baik terutama dalam bidang kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan tanggung jawab dan akuntabilitas dalam
kebidanan?
2. Apa yang dimaksud dengan etika, nilai, dan HAM dala kebidanan?
3. Apa yang dimaksud dengan kerahasiaan informasi pasien?
4. Apa yang dimaksud dengan informed choice dan informed consent?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud tanggung jawab dan akuntabilitas
dalam kebidanan.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Etika Profesional, nilai,
dan HAM dalam kebidanan.
3. Untuk mengetahui tentang kerahasiaan informasi pasien.
4. Untuk mengetahui tentang Informed Consent dan Informod Choice.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Tanggung Jawab Dan Akuntabilitas Dalam Kebidanan


A. Pengertian Tanggung Jawab
Tanggung jawab mengarah pada kinerja tindakan dari tugas,
mencakup tindakan para staf dalam memberikan pelayanan kesehatan
untuk kesejahteraan pasien.
Tanggung jawab menunjukkan kewajiban. Ini mengarah kepada
kewajiban yang harus dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan secara
professional. Manajer dan para staf harus memahami dengan jelas
tentang fungsi tugas yang menjadi tanggung jawab masing-masing
perawat dan bidan serta hasil yang ingin dicapai dan bagaimana
mengukur kualitas kinerja stafnya. Perawat atau bidan yang professional
akan bertanggung jawab atas semua bentuk tindakan klinis keperawatan
atau kebidanan yang dilakukan dalam lingkup tugasnya.
Tanggung jawab diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan
kinerja yang ditampilkan guna memperoleh hasil pelayanan keperawatan
atau kebidanan yang berkualitas tinggi. Yang perlu diperhatikan dari
pelaksanaan tanggung jawab adalah memahami secara jelas tentang
“uraian tugas dan spesifikasinya” serta dapat dicapai berdasarkan standar
yang berlaku atau yang disepakati. Hal ini berarti perawat atau bidan
mempunyai tanggung jawab yang dilandasi oleh komitmen, dimana
mereka harus bekerja sesuai fungsi tugas yang dibebankan kepadanya.
Untuk mempertahankannya, perawat dan bidan hendaknya
mampu dan selalu melakukan introspeksi serta arahan pada dirinya
sendiri (self-directed), merencanakan pengembangan diri secara kreatif
dan senantiasa berusaha meningkatkan kualitas kinerjanya. Hal ini
diperlukan agar mereka dapat mengidentifikasi elemen-elemen kritis
untuk meningkatkan dan mengembangkan kinerja klinis mereka, guna
memenuhi kepuasan pasen dan dirinya sendiri dalam pekerjaannya.

3
Mencatat respon dan perkembangan pasen dengan lengkap dan benar
merupakan salah satu tanggung jawab perawat atau bidan dalam
melaksanakan tugasnya.
B. Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah mempertanggung jawabkan hasil pekerjaan,
dimana “tindakan” yang dilakukan merupakan satu aturan profesional.
Oleh karena itu pertanggungjawaban atas hasil asuhan keperawatan atau
kebidanan mengarah langsung kepada praktisi itu sendiri. Pada tingkat
pelaksana sebagai perawat atau bidan harus memiliki kewenangan dan
otonomi (kemandirian) dalam pengambilan keputusan untuk tindakan
yang akan mereka lakukan.
Manajer ruangan (KARU) bertanggung jawab atas keputusannya
terhadap pelaksanaan tugas-tugasnya, termasuk menyeleksi staf,
terutama mengarah pada kemampuan kinerja mereka masing-masing.
Selanjutnya, setiap perawat atau bidan sebagai anggota tim bertanggung
jawab terhadap penugasan yang dilimpahkan kepadanya. Oleh karena itu,
setiap perawat atau bidan harus faham terhadap pertanggungjawaban atas
tugas yang dibebankan kepadanya. Kepala ruangan wajib melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dari srafnya. Perawat atau bidan
professional harus dapat mempertanggungjawabkan tindakan yang
dilakukan dalam pencapaian tujuan asuhan keperawatan atau kebidanan
kepada pasen. Kepekaan diperlukan terhadap hasil setiap tindakan yang
dilakukannya, karena berhubungan dengan tanggung jawab,
pendelegasian, kewajiban dan kredibilitas profesinya.
Akuntabilitas profesional mempunyai beberapa tujuan, antara
lain:
1. Perawat dan bidan harus mempertanggungjawabkan tindakannya
kepada pasien, manajer dan organisasi tempat mereka bekerja.
2. Mereka bertanggungjawab terhadap tindakan yang diambil untuk
pasen dan keluarganya, masyarakat dan juga terhadap profesinya.
3. Mengevaluasi praktek profesional dan para stafnya.

4
4. Menerapkan dan mempertahankan standar yang telah ditetapkan dan
yang dikembangkan oleh organisasi.
5. Membina ketrampilan personal staf masing-masing.
6. Memastikan ruang lingkup dalam proses pengambilan keputusan
secara jelas.
C. Mempertahankan Akuntabilitas Profesional dalam Asuhan
Kebidanan
1. Terhadap Diri Sendiri;
a. Tidak dibenarkan setiap personal melakukan tindakan yang
membahayakan keselamatan status kesehatan pasien.
b. Mengikuti praktek keperawatan atau kebidanan berdasarkan
standar baru dan perkembangan ilmu pengetahuan serta
teknologi canggih.
c. Mengembangkan opini berdasarkan data dan fakta.
2. Terhadap Klien atau Pasen;
a. Memberikan informasi yang akurat berhubungan dengan asuhan
keperawatan atau kebidanan.
b. Memberikan asuhan keperawatan atau kebidanan berdasarkan
standar yang menjamin keselamatan, dan kesehatan pasen.
3. Terhadap Profesinya;
a. Berusaha mempertahankan, dan memelihara kualitas asuhan
keperawatan, atau kebidanan berdasarkan standar, dan etika
profesi.
b. Mampu dan mau mengingatkan sejawat perawat/bidan untuk
bertindak profesional, dan sesuai etik moral profesi.
4. Terhadap Institusi/Organisasi; Mematuhi kebijakan dan peraturan
yang berlaku, termasuk pedoman yang disiapkan oleh institusi atau
organisasi.
5. Terhadap Masyarakat; Menjaga etika dan hubungan interpersonal
dalam memberikan pelayanan keperawatan, atau kebidanan yang
berkualitas tinggi.

5
2.2 Etika Profesional, Nilai Dan Dukungan Ham Dalam Praktik Kebidanan
A. Etika Profesional
1) Pengertian
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam segala
bidang berpengaruh terhadap meningkatnya kritis masyarakat
terhadap mutu pelayanan kebidanan. Sikap etis profesional bidan
akan mewarnai dalam setiap langkahnya, termasuk dalam
mengambil keputusan dalam merespon situasi yang muncul dalam
asuhan. Etik merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang
perilaku benar atau salah, kebajikan atau kejahatan yang
berhubungan dengan perilaku. Etik berfokus pada prinsip dan
konsep yang membimbing manusia berfikir dan bertindak dalam
kehidupanya dilandasi nilai-nilai yang di anutnya. Nilai (values)
merupakan suatu proses dimana seseirang dapat mengerti sistem
nilai-nilai yang melekat pada dirinya sendiri. Ada 3 fase dalam
klarifikasi nilai-nilai yang perlu dipahami oleh bidan yaitu: pilihan,
penghargaan, dan tindakan.
Etika diartikan sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan
keburukan dalam hidup manusia khususnya perbuatan manusia
yang didorong oleh kehandak dengan didasari pikiran yang jernih
dengan pertimbangan perasaan.
2) Ciri-ciri Profesional :
Menurut T. Raka Joni,1980 adalah sbb:
a) Menguasai visi yang mendasari keterampilan.
b) Mempunyai wawasan filosofi.
c) Mempunyai pertimbangan rasional
d) Memiliki sifat yang positif serta mengembangkan mutu kerja.
Menurut CV.Good
a) memerlukan persiapan dan pendidikan khusus bagi pelaku.
b) Memliki kecakapan profesional sesuai persyaratan yang telah
dibakukan (organisasi profesi,pemerintah).

6
c) Mendapat pengakuan dari masyarakat dan pemerintah.
Menurut Scein EH
a) Terikat dengan pekerjaan seumur hidup.
b) Mempunyai motivasi yang kuat atau panggilan sebagai landasan
pemilihan kariernya dan mempunyai komitmen seumur hidup
c) Memiliki kelompok ilmu pengetahun dan keterampilan khusus
melalui pendidikan dan pelatihan.
d) Mengambil keputusan demi kliennya, berdasarkan aplikasi
prinsip-prinsip dan teori.
e) Berorientasi pada pelayanan menggunakan keahlian demi
kebutuhan klien.
f) Pelayanan yang diberikan kepada klien berdasarkan kebutuhan
objektif klien
g) Lebih mengetahui apa yang baik untuk klien mempunyai otomi
dalam mempertahankan tindakan
h) Membentuk perkmpulan profesi peraturan untuk profesi.
i) Mempunyai kekuatan status dalam bidang keahliannya,
pengetahuan mereka dianggap khusus.
j) Tidak diperbolehkan mengadakan advertensi klien.
3) Prilaku Etis Profesional
Bidan harus memiliki komitmen yang tinggi untuk
memberikan asuhan kebidanan yang berkualitas bedasarjkan standar
perilaku yang etis dalam praktis yang etis dalam praktik asuhan
kebidanan. Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari
pendidikan bidan dan berlanjut pada forum atau kegiatan ilmiah baik
formal atau non formal dengan teman,sejawat, profesi lain maupun
masyarakat. Dalam membantu pemecahan masalah ini bidan
mengunakan 2 pendekatan dalam asuhan kebidanan, yaitu:
pendekatan berdasarkan prinsip, pendekatan berdasarkan asuhan
atau pelayanan.
a) Pendekatan berdasarkan prinsip

7
Menurut Beauchamp Childres, menyatakan ada 4 pendekatan
prinsip dalam etika kesehatan, meliputi:
(1) tindakan sebaiknya mengarah sebagai penghargaan terhadap
kapasitas otonomi setiap orang.
(2) menghindarkan berbuat suatu kesalahan.
(3) dengan murah hati memberikan sesuatu yang bermanfaat
dengan segala konsekuensinya.
(4) keadilaan menjelaskan tentang manfaat dan resiko yang
dihadapi.
b) Pendekatan Berdasarkan Asuhan
Bidan memandang care atau asuhan sebagai dasar dan
kewjiban moral. Perspektif asuhan memberikan arah dengan
cara bagaimana bidan dapat berbagi waktu untuk duduk bersam
dengan pasien atau sejawat,merupakan suatu kebahagiaan bila
didasari etika. Komitmen utama pada asuhan kebidanan adalah
bagaimana advokasi terhadap pasien dalam memberikan
asuhan. Advokasi adalah memberikan saran dalam upaya
melindungi dan mendukung hak-hak pasien. Sikap etis
profesional berari bekerja sesuai standar melaksanakan
advokasi, menjamin keselamatan pasien menghormati terhadap
ha-hak pasien. Sehingga kualitas pelayanan kebidanan
meningkat.
Ada beberapa unsur pelayanan profesional, yaitu:
(1) Pelayanan yang berlandaskan sikap dan kemampuan
profesional.
(2) Ditujukan untuk kepentingan yang menerima.
(3) Pelayanan yang diberikan serasi dengan pandangan dan
keyakinan profesi.
(4) Memberikan perlindungan bagi anggota profesi.
Bidan harus menampilkan perilaku profesional

8
(1) Bertindak sesuai dengan keahliannya dan didukung oleh
pengetahuan dan pengalaman serta ketrampilan.
(2) Bermoral tinggi.
(3) Berlaku jujur
(4) Tidak melakukan tindakan coba-coba
(5) Tidak memberikan janji yang berlebihan
(6) Tidak melakukan tindakan tindakan yang semata-mata
didorong oleh pertimbangan komersial.
(7) Memegang teguh etika profesi.
(8) Mengenali batas-batas kemampuan
(9) Menyadari ketentuan hukum yang membatasi geraknya.
4) Hak dan Kewajiban Pasien dan Bidan
a) Hak Pasien
(1) Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib
dan peraturan yang berlaku di RS.
(2) Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi adil dan
makmur.
(3) Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai
dengan profesi bidan tanpa diskriminasi.
(4) Pasien berhak memperoleh asuhan kebidanan sesuai dengan
profesi bidan tanpa diskriminasi.
(5) Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya.
(6) Pasien berhak mendapatkan informasi
(7) Pasien berhak mendapat pendampingan suami selama proses
persalinan berlangsung.
(8) Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai
dengan keinginannya.
(9) Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas
menentukan pendapat kritis dan mendapat etisnya tanpa
campur tangan dari pihak luar.

9
(10) Pasien berhak menerima konsultasi kepada dokter lain yang
terdaftar di RS tsb.
(11) Pasien berhak meminta atas “privacy” dan kerahasiaan
penyakit yang diderita termasuk data data medisnya.
(12) Pasien berhak mendapat informasi
(13) Pasian berhak menyetujui atas tindakan yang akan dilakukan
oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.
(14) Pasien berhak meolak tindakan yang hendak dilakukan
terhadap dirinya.
(15) Pasien berhak didmpingi keluarganya dalam keadaan kritis.
(16) Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama.
(17) Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya
selama perawatan di RS.
(18) Hak untuk menentukan diri sendiri.
b) Kewajiban Pasien
(1) Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala
peraturan dan tata tertib RS
(2) Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi
dokter,bidan,perawat yang merawatnya.,
(3) Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk
melunasi semua imbalan atas jasa pelayanan RS.
(4) Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban memenuhi
hal-hal yang selalu disepakati.
c) Hak Bidan
(1) Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
(2) Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan sesuai dengan
standar profesi pada setiap tingkat
(3) Bidan berhak menolak keinginan pasien/klien dan keluarga
yang bertentangan dengan paraturan perundangan.

10
(4) Bidan berhak atas privasi apabila nama baik dicemarkan baik
oleh pasien.
(5) Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik
melalui pendidikan maupun pelatihan.
(6) Bidan berhak atas kesempatan untuk untuk meningkatkan
jenjang karir
(7) Bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang
sesuai.
d) Kewajiban Bidan
(1) Bidan wajib mematuhi kewajiban RS.
(2) Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai
dengan standar profesi dengan menghorati hak pasien.
(3) Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter
yang mempunyai kemampuan sesuai dengan kebutuhan
pasien.
(4) Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk
didampingi oleh suami/keluarga.
(5) Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk
menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
(6) Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang seorang pasien.
(7) Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang
tindakan yang akan dilakukan serta resiko yang mungkin
dapat timbul.
(8) Bidan wajib meminta persetujuan tertulis.
(9) Bidan wajib mendokmentasikan asuhan kebidanan yang
diberikan.
(10) Bidan wajib mengikuti pekembangan ilmu pengetahuan dan
tehnologi serta menambah ilmu pengetahuanya melalui
pendidikan formal atau non formal.

11
(11) Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dalam
memberikan asuhan kebidanan.
5) Pelaksanaan Etika Dalam Pelayanan Kebidanan
Area kewenangan bidan tertuang dalam Kepmenkes
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan.
a) Etika dalam pelayanan kontrasepsi
Pemilihan alat kontrsepsi merupakan hakklien dan suami untuk
merencanakan pengaturan kelahiran mereka.
b) Tujuan konseling kontrasepsi adalah:
(1) Agar calon akseptor mampu memahami manfaat KB bagi
dirinya dan keluarga
(2) Calon akseptor mempunyai pengetahuan yang baik tentang
alasan menggunakan KB dan segala hal yang berkaitan
dengan kontrasepsi
Bidan sebagai konselor harus memiliki kepribadian sbb:
a) Minat untuk menolong orang lain
b) Mampu untuk empati
c) Menjadi pendengar yang aktif dan baik
d) Mempunyai pengamatan yang tajam
e) Terbuka terhadap pendapat orang lain
f) Mampu mengenali hambatan psikologis sosial dan budaya
mereka.
6) Fungsi Etika Dan Moralitas Dalam Pelayanan Kebidanan
a) Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan Klien
b) Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah
tindakan yg merugikan/membahayakan orang lain
c) Menjaga privacy setiap individu
d) Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai
dengan porsinya
e) Dengan etik kita mengatahui apakah suatu tindakan itu
dapat diterima dan apa alasannya

12
f) Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau
dalam menganalisis suatu masalah
g) Menghasilkan tindakan yg benar
h) Mendapatkan informasi tenfang hal yg sebenarnya
i) Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/perilaku manusia
antara baik, buruk, benar atau salah sesuai dengan moral yg
berlaku pada umumnya
j) Berhubungan dengans pengaturan hal-hal yg bersifat abstrak
k) Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik
l) Mengatur hal-hal yang bersifat praktik
m) Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat
maupun tata cara di dalam organisasi profesiMengatur sikap,
tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yg
biasa disebut kode etik profesi.
7) Tujuan Kode Etik
Pada dasarnya tujuan menciptakan atau merumuskan kode etik
suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan
organisasi. Secara umum tujuan menciptakan kode etik adalah sebagai
berikut:
a) Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi
Dalam hal ini yang dijaga adalah image dad pihak luar atau
masyarakat mencegah orang luar memandang rendah atau remeh
suatu profesi. Oleh karena itu, setiap kode etik suatu profesi akan
melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota
profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi di dunia luar.
Dari segi ini kode etik juga disebut kode kehormatan.
b) Untuk menjaga dan memelihara kesejahtraan para anggota
Yang dimaksud kesejahteraan ialah kesejahteraan material dan
spiritual atau mental. Dalam hal kesejahteraan materil angota
profesi kode etik umumnya menerapkan larangan-larangan bagi
anggotanya untuk melakukan perbuatan yang

13
merugikan kesejahteraan. Kode etik juga menciptakan peraturan-
peraturan yang ditujukan kepada pembahasan tingkah laku yang
tidak pantas atau tidak jujur para anggota profesi dalam
interaksinya dengan sesama anggota profesi.
c) Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Dalam hal ini kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi
tertentu, sehingga para anggota profesi dapat dengan mudah
mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian profesinya.
Oleh karena itu kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang
perlu dilakukan oleh para anggota profesi dalam menjalankan
tugasnya.
d) Untuk meningkatkan mutu profesi
Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran agar
profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu profesi sesuai
dengan bidang pengabdiannya. Selain itu kode etik juga mengatur
bagaimana cara memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi profesi.

B. Nilai
1) Pengertian Nilai
Nilai – nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang
penghargaan terhadap suatu standar atau pegangan yang mengarah
pada sikap / prilaku seseorang. Sistem nilai dalam suatu organisasi
adalah tentang nilai – nilai yang dianggap penting dan sering
diartikan sebagai perilaku personal. Nilai merupakan milik setiap
pribadi yang mengatur langkah – langkah yang seharusnya
dilakukan karena merupakan cetusan dari hati nurani yang dalam
dan di peroleh seseorang sejak kecil. Nilai dipengaruhi oleh
lingkungan dan pendidikan, yang dewasa ini mendapat perhatian
khusus, terutama bagi para petugas kesehatan karena perkembangan
peran menjadikan mereka lebih menyadari nilai dan hak orang lain.

14
Klasifikasi nilai- nilai adalah suatu proses dimana seorang dapat
menggunakannya untuk mengidentifikasi nilai- nilai mereka sendiri.
Seorang bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanannya. Selain
menggunakan ilmu kebidanan yang ia miliki juga diperkuat oleh
nilai yang ada didalam diri mereka.
2) Nilai Personal / Pribadi dan Nilai Luhur Profesi Bidan
a) Nilai Personal
Nilai personal merupakan nilai yang timbul dari pengalaman
pribadi seseorang, nilai tersebut membentuk dasar prilaku
seseorang yang nyata melalui pola prilaku yang konsisten dan
menjadi control internal bagi seseorang, serta merupakan
komponen intelektual dan emosional dari seseorang.
b) Nilai luhur
Merupakan suatu keyakinan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh
setiap orang, dimana sikap-sikap tersebut berupa kebaikan,
kejujuran, kebenaran yang berorientasi pada tindakan dan
pemberian arah serta makna pada kehidupan seseorang. Nilai
luhur dalam pelayanan kebidanan yaitu suatu penerapan fungsi
nilai dalam etika profesi seorang bidan, dimana seorang bidan
yang professional dapat memberikan pelayanan pada klien
dengan berdasarkan kebenaran, kejujuran, serta ilmu yang
diperoleh agar tercipta hubungan yang baik antara bidan dan
klien.
3) Penerapan Nilai Luhur
Seorang bidan harus mampu menerapkan nilai – nilai luhur
dimanapun dan kapanpun dia memberikan pelayanan kebidanan.
Karena nilia luhur dalam praktek kebidanan sangat menunjang
dalam proses pelayanan serta pemberian asuhan pada klien. Nilai
luhur yang dimiliki oleh setiap orang mempunyai kadar yang
berbeda. Nilai luhur tergantung oleh setiap individu, bagaimana cara
individu menerapakan dan mengelola dalam kehidupannya. Nilai

15
luhur bukan hanya diterapkan pada klien saja, tetapi juga pada rekan
– rekan seprofesi, tenaga kesehatan lainnya, serta masyarakat secara
umum. Sebab hubungan yang dijalin berdasarkan nilai – nilai luhur
dapat membantu dalam peningkatan paradigma kesehatan,
khususnya dalam praktek kebidanan. Nilai – nilai luhur yang sangat
diperlukan oleh bidan yaitu:
a) Kejujuran
b) Lemah lembut
c) Ketetapan setiap tindakan
d) Menghargai orang lain
4) Pertimbangan nilai-nilai
Pada tahun 1985, “The American Association Colleges Of
Nursing” melaksanakan suatu proyek termasuk didalamnya
mengidentifikasi nilai – nilai personal dalam praktik kebidanan
profesional. Perkumpulan ini mengidentifikasikan tujuh nilai-nilai
personal profesional, yaitu:
a) Aesthetics (keindahan)
Kualitas obyek suatu peristiwa / kejadian, seseorang
memberikan kepuasan termasuk penghargaan, kreatifitas,
imajinasi, sensitifitas dan kepedulian.
b) Alturisme (mengutamakan orang lain)
Kesediaan memperhatikan kesejahteraan orang lain termasuk
keperawatan atau kebidanan, komitmen, asuhan, kedermawanan
/ kemurahan hati serta ketekunan.
c) Equality (kesetaraan)
Memiliki hak atau status yang sama termasuk penerimaan
dengan sikap kejujuran, harga diri dan toleransi.
d) Freedom (kebebasan)
Memiliki kafasitas untuk memiliki kegiatan termasuk percaya
diri, harapan, disiplin, serta kebebasan dalam pengarahan diri
sendiri.

16
e) Human digrity (martabat manusia)
Berhubungan dengan penghargaan yang melekat terhadap
martabat manusia sebagai individu, termasuk didalamnya yaitu
kemanusiaan, kebaikan, pertimbangan, dan penghargaan penuh
terhadap kepercayaan.
f) Justice ( keadilan)
Menjunjung tinggi moral dan prinsip – prinsip legal. Temasuk
objektifitas, moralitas, integritas, dorongan dan keadilan serta
keawajaran.
g) Truth (kebenaran)
Menerima kenyataan dan realita. Termasuk akontabilitas,
kejujuran, keunikan, dan reflektifitas yang rasional.

C. Dukungan Hak Asasi Manusia


1) Pengertian
HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri
manusia,tanpa hak-hak itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai
manusia yang merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak
Asasi Manusia merupakan suatu gagasan , paradigma serta kerangka
konseptual tidak lahir secara tiba- tiba sebagaimana kita lihat dalam
Universal Declaration of Human Right’10 Desember 1948.
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat
hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia”. Pelanggaran atau
kurangnya perhatian terhadap hak asasi manusia berdampak buruk
bagi kondisi kesehatan (misal praktik tradisional yang
membahayakan, perlakuan menganiaya/ tidak berperikemanusiaan,

17
merupakan kekerasan terhadap perempuan dan anak ). Oleh karena
itu, bidan harus mendukung kebijakan dan program yang dapat
meningkatkan hak asasi manusia didalalm menyusun atau
melaksanakannya (misal tidak ada diskriminasi, otonomi individu,
hak untuk berpartisipasi, pribadi dan informasi). Karena perempuan
lebih rentan terhadap penyakit, dapat dilakukan langkah-langkah
untuk menghormnati dan melindungi perempuan (misal terbebas
dari diskriminasi berdasarkan ras, jenis kelamin, peran gender, hak
atas kesehatan, makanan, pendidikan dan perumahan).
Konfederasi Bidan Internasional (ICM) mendukung seluruh
upaya untuk memberdayakan perempuan dan untuk
mamberdayakan bidan sesuai hak asasi manusia dan sebuah
pemahaman tentang tanggung jawab yang dipikul seseorang untuk
memperoleh haknya.
ICM menyatakan keyakinannya, sesuai dengan Kode Etik
Kebidanan (1993), Visi dan Strategi Global ICM (1996), definisi
bidan yang dikeluarkan oleh ICM/ FIGO/ WHO (1972), dan
Deklarasi Universal PBB tentang Hak Asasi Manusia (1948), yang
menyatakan bahwa perempuan patut dihormati harkat dan
martabatnya sebagai manusia dalam segala situasi dan pada seluruh
peran yang dilalui sepanjang hidupnya.
Konfederasi juga meyakini bahwa saeluruh individu harus
dilakukan dengan rasa hormat atas dasar kemanusiaan, dimana
setiap orang harus merujuk pada hak asasi manusia dan bertanggung
jawab atas konsekuensi atau tindakan untuk menegakkan hak
tersebut. Konfederasi juga meyakini bahwa salah satu peran
terpenting dari bidan adalah untuk memberikan secara lengkap,
komprehensif, penuh pengertian, kekinian (up-to-date) dan
berdasarkan ilmu pendidikan serta informasi dasar sehingga dengan
pengetahuannya perempuan/keluarga dapat berpartisifasi di dalam

18
memilih/ memutuskan apa mempengaruhi kesehatan mereka dan
menyusun serta menerapkan pelayanan kesehatan mereka.
Penerapan sebuah etika dan pendekatan hak asasi manusia
pada pelayanan kesehatan harus menghormati budaya, etnis/ ras,
gender dan pilihan individu disetiap tingkatan dimana tidak satupun
dari hasil ini mebahayakan kesehatan dan kesejahteraan perempuan,
anak dan laki-laki. Ketika seseorang bidan menghadapi situasi yang
berpotensi mebahayakan diri atau orang lain, apakah dikarenakan
ketiadaan hak asasi manusia, kekejaman atau kekerasan, atau praktik
budaya, mampunyai tugas etik untuk mengintervensi dengan
perilaku yang tepat untuk menghentikan bahaya dengan tetap
memikirkan keselamatan dirin ya dari bahaya selanjutn ya
(diadaptasi dari the International Confederation Of Midwives
Council, Manila, May 1999).
2) Implikasi HAM Pada Praktek Kebidanan
Akuntabilitas bidan dalam praktek kebidanan merupakan
suatu hal yang penting dan dituntut dari suatu profesi yang
berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia. Semua tindakan
harus berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence based.
Accountability diperkuat dengan satu landasan hokum yang
mengatur batas- batas wewenang profesi yang bersangkutan.
Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas,
bidan memiliki hak otonomi dan mandiri untuk bertindak secara
professional yang dilandasi kemampuan berfikir logis dan
sisitematis serta bertindak sesuai standar profesi dan etika profesi.
Praktek kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan
bidan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus -
menerus ditingkatkan mutunya melalui hubungan bidan antara lain:
a) Pendidikan dan Pelatihan Berkelanjutan
b) Pengembangan Ilmu dan Teknologi dalam Kebidanan
c) Akreditasi

19
d) Sertifikasi
e) Registrasi
f) Uji Kompetensi
3) Fungsi Bidan Dalam HAM
Dalam konsep Hak Asasi Manusia (HAM), bidan memiliki
beberapa fungsi, diantaranya:
a) Memberikan hak kepada semua pasangan dan individual untuk
memutuskan dan bertanggung jawab terhadap jumlah, jeda dan
waktu untuk mempunyai anak serta hak atas informasi yang
berkaitan dengan hal tersebut. Contohnya bidan memberikan
informasi selengkap-lengkapnya kepada klien saat klien
tersebut ingin menggunakan jasa KB (Keluarga Berencana) dan
bidan memberi hak kepada klien untuk mengambil keputusan
sesuai keinginan kliennya.
b) Memberikan hak kepada masyarakat untuk mendapatkan
kehidupan seksual dan kesehatan reproduksi yang terbaik serta
memberikan hak untuk mendapatkan pelayanan dan informasi
agar hal tersebut dapat terwujud. Misalnya, bidan membrikan
penyuluhan tentang kehidupan seksual dan kesehatan
reproduksi kepada masyarakat dan memberikan pelayanan serta
informasi selengkap-lengkapnya kepada masyarakat agar
masyarakat mendapatkan kehidupan seksual dan kesehatan
reproduksi yang terbaik.
c) Memberikan hak untuk membuat keputusan yang berkenaan
dengan reproduksi yang bebas dari diskriminasi, pemaksaan dan
kekerasan. Hak-hak reproduksi merupakan hak asasi manusia.
Baik ICPD 1994 di Kairo maupun FWCW 1995 di Beijing
mengakui hak-hak reproduksi sebagai bagian yang tak
terpisahkan dan mendasar dari kesehatan reproduksi dan
seksual. Contohnya setelah bidan memberikan informasi kepada

20
klien, bidan tidak boleh memaksakan klien atau menekan klien
untuk mengambil keputusan secepatnya.
d) Memberikan hak privasi kepada klien
e) Memberikan hak pelayanan dan proteksi kesehatan
4) Implementasi Hak Atas Kesehatan Dalam Konteks HAM
Dalam upaya untuk menghormati (to respect), melindungi (to
protect) dan memenuhi (to fulfil) sebagai kewajiban negara
mengimplementasikan norma-norma HAM pada hak atas kesehatan
harus memenuhi prinsip-prinsip :
a) Ketersediaan pelayanan kesehatan, dimana negara diharuskan
memiiki sejumlah pelayanan kesehatan bagi seluruh penduduk;
b) Aksesibilitas. Fasilitas kesehatan, barang dan jasa, harus dapat
diakses oleh tiap orang tanpa diskriminasi dalam jurisdiksi
negara. Aksesibilitas memiliki empat dimensi yang saling
terkait yaitu :tidak diskriminatif, terjangkau secara fisik,
terjangkau secara ekonomi dan akses informasi untuk mencari,
menerima dan atau menyebarkan informasi dan ide mengenai
masalah-masalah kesehatan.
c) Penerimaan. Segala fasilitas kesehatan, barang dan pelayanan
harus diterim oleh etika medis dan sesuai secara budaya,
misalnya menghormati kebudayaan individu-individu, kearifan
lokal, kaum minoritas, kelompok dan masyarakat, sensitif
terhadap jender dan persyaratan siklus hidup. Juga dirancang
untuk penghormatan kerahasiaan status kesehatan dan
peningkatan status kesehatan bagi mereka yang memerlukan.
d) Kualitas. Selain secara budaya diterima, fasilitas kesehatan,
barang, dan jasa harus secara ilmu dan secara medis sesuai serta
dalam kualitas yang baik. Hal ini mensyaratkan antara lain,
personil yang secara medis berkemampuan, obat-obatan dan
perlengkapan rumah sakit yang secara ilmu diakui dan tidak

21
kadaluarsa, air minum aman dan dapat diminum, serta sanitasi
memadai.

2.3 Kerahasiaan Dan Informasi Klien


Dalam dunia medis, peranan rumah sakit sangat penting dalam
menunjang baik pelayanan kesehatan maupun pelayanan medis. Pelayanan
kesehatan pada rumah sakit merupakan hal yang penting dan harus dijaga
maupun ditingkatkan kualitasnya sesuai standar pelayanan yang berlaku agar
masyarakat sebagai konsumen yang dapat merasakan pelayanan kesehatan
yang diberikan. Terdapat tiga komponen yang terlibat dalam suatu proses
pelayanan yaitu:
a) Pelayanan sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan yang diberikan,
siapa yang melakukan pelayanan, serta konsumen yang menilai sesuatu
pelayanan melalui harapan yang diinginkan.
b) Rekam medis merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen
mengenai identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan
pelayanan yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan terhadap pasien.
Rekam medis sangat diperlukan dalam setiap sarana pelayanan
kesehatan, maupun pelayanan kesehatan terhadap aspek hukum. Dari
aspek hukum, rekam medis dipergunakan sebagai alat bukti dalam
perkara hukum.
c) Rumah sakit bertanggungjawab terhadap keberadaan dari rekam medis.
Namun jika ada pihak ketiga seperti badan-badan asuransi, polisi
pengadilan dan lain sebagainya terhadap rekam medis seorang pasien,
maka tampak bahwa rekam medis telah menjadi milik umum. Pengertian
umum disini bukanlah dalam arti bebas dibaca oleh masyarakat, karena
walaupun bagaimana rekam medis hanya dapat dikeluarkan bagi
berbagai maksud/kepentingan berdasarkan otoritas pemerintah/
berwenang. Secara umum informasi yang didapat dari rekam medis
sifatnya rahasia. Kerahasiaan Rekam Medis secara umum telah disadari
bahwa informasi yang didapat dari rekam medis sifatnya rahasia.

22
Informasi di dalam rekam medis bersifat rahasia karena hal ini
menjelaskan hubungan yang khusus antara pasien dengan dokter yang
wajib dilindungi sesuai dengan kode etik kedokteran dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dalam Peraturan Pemerintah No. 10
tahun 1966 pasal 3 disebutkan bahwa yang wajib menyimpan rahasia
antara lain tenaga kesehatan dan perawat (DepKes, RI. 1997).

2.4 Informed Choice Dan Informed Consent


A. Informed Choice
1) Pengertian
Informed Choice berarti membuat pilihan setelah
mendapatkan penjelasan tentang alternatif asuhan yang akan
dialaminya, pilihan (choice) harus dibedakan dari persetujuan
(concent). Persetujuan penting dari sudut pandang bidan, karena itu
berkaitan dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk
semua prosedur yang dilakukan oleh bidan. Sedangkan pilihan
(choice) lebih penting dari sudut pandang wanita (pasien) sebagai
konsumen penerima jasa asuhan kebidanan.
2) Tujuan Informed Choice
Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih
asuhannya. Peran bidan tidak hanya membuat asuhan dalam
manajemen asuhan kebidanan tetapi juga menjamin bahwa hak
wanita untuk memilih asuhan dan keinginannya terpenuhi. Hal ini
sejalan dengan kode etik internasional bidan yang dinyatakan oleh
ICM 1993, bahwa bidan harus menghormati hak wanita setelah
mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima
tanggung jawab untuk hasil dari pilihannya.
3) Bentuk Pilihan Pada Asuhan Kebidanan
Ada beberapa jenis pelayanan kebidanan yang dapat dipilih
oleh pasien antara lain:

23
a) Gaya, bentuk pemeriksaan antenatal dan pemeriksaan
laboratorium/screaning antenatal.
b) Tempat bersalin (rumah, polindes, RB, RSB, atau RS) dan kelas
perawatan di RS.
c) Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan.
d) Pendampingan waktu bersalin.
e) Clisma dan cukur daerah pubis.
f) Metode monitor denyut jantung janin.
g) Percepatan persalinan.
h) Diet selama proses persalinan.
i) Mobilisasi selama proses persalinan..
j) Pemakaian obat pengurang rasa sakit.
k) Pemecahan ketuban secara rutin.
l) Posisi ketika bersalin.
m) Episiotomi.
n) Penolong persalinan.
o) Keterlibatan suami waktu bersalin, misalnya pemotongan tali
pusat.
p) Cara memberikan minuman bayi.
q) Metode pengontrolan kesuburan.

B. Informed Consent
1) Pengertian
Informed concent berasal dari dua kata, yaitu informed (telah
mendapat penjelasan/keterangan/informasi) dan concent
(memberikan persetujuan/mengizinkan. Informed concent adalah
suatu persetujuan yang diberikan setelah mendapatkan informasi.
Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran
yang diberikan kepada pasien atau keluarga terdekatnya setelah
mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.

24
2) Tujuan Informed Consent
a) Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan
dokter yang sebenarnya tidak diperlukan dan secara medik tidak
ada dasar pembenarannya yang dilakukan tanpa sepengetahuan
pasiennya.
b) Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu
kegagalan dan bersifat negatif, karena prosedur medik modern
bukan tanpa resiko, dan pada setiap tindakan medik ada melekat
suatu resiko.
3) Fungsi Informed Consent
a) Penghormatan harkat dan martabat pasien selaku manusia.
b) Promosi terhadap hak untuk menentukan nasibnya sendiri.
c) Untuk mendorong petugas kesehatan melakukan kehati-hatian
dalam mengobati pasien.
d) Menghindari penipuan dan misleading oleh bidan.
e) Mendorong diambil keputusan yang lebih rasional.
f) Mendorong keterlibatan publik dalam kebidanan dan kesehatan.
g) Sebagai suatu proses edukasi masyarakat dalam bidang
kebidanan dan kesehatan.

25
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Tanggung jawab dan akuntabilitas memerlukan dasar komitmen yang
kuat dalam praktek keperawatan atau kebidanan untuk dapat
mengembangkan kemampuannya secara mandiri. Disamping itu diperlukan
kemampuan untuk dapat mengarahkan dirinya sendiri, sehingga dapat
mengidentifikasikan elemen-elemen kritikal untuk pengembangan atau
peningkatan kinerjanya dalam pelaksanaan tugasnya, dalam rangka
mempertahankan tercapainya status profesionalnya. Melalui pembelajaran
diri secara terus menerus, perawat atau bidan harus senantiasa meningkatkan
pengetahuan, kemampuan, serta memelihara perilaku yang etis dan
professional untuk menghasilkan kinerja klinis yang berkualitas tinggi. Hal
tersebut akan tercapai apabila semua fungsi tugas dan kegiatan dilandasi etika
dan standar dengan memanfaatkan dan menerapkan mekanisme akontabilitas
untuk memenuhi kepuasan pasen dan kepuasan bekerja.
Informed Consent adalah persetujuan tindakan kebidanan atau
kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah
mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut.
Informed Choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan
penjelasan tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya, pilihan (choice).
Persetujuan (consent) penting dari sudut pandang bidan, karena
berkaitan dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua
prosedur yang dilakukan oleh bidan.
Pilihan (choice) lebih penting dari sudut pandang wanita (pasien)
sebagai konsumen penerima jasa asuhan kebidanan

26
3.2 Saran
Diharapkan materi pada makalah ini bisa lebih di perbanyak lagi dan
tidak hanya dalam ruang lingkup kebidanannya saja.

DAFTAR PUSTAKA

27
Dedi Afandi, 2008. Hak Atas Kesehatan Dalam Perspektif HAM. Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Riau, Pekanbaru, Indonesia. Jurnal Ilmu Kedokteran, Maret 2008, Jilid 2
Nomor 1. ISSN 1978-662X
Heni Puji Wahyuningsih.2009. Etika Profesi Kebidanan, Fitramaya, Yogyakarta
kumpulan-segalamacam.blogspot.com/.../pengertian-etika-dan-moral-dalam.html
–Wahyuningsih, Heni P. 2009.Etika profesi kebidanan yogyakarta :
Fitramaya
Marimba, Hanum. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan. Mitra Cendikia
Patricia A. Potter and Anne G.Perry ,1989 “ Fundamental Of Nursing, Concepts,
Process ,and Practice, The Mosby Company,USA.
Ann Marine- Tomey R.N,Ph.D,FAAN, 1992” Guide To Nursing Management and
Leadership “ Mosby Company ,USA. Press;Yogyakarta.2008
Puji, Heni Wahyuningsih,2008. Etika Profesi Kebidanan.Yogyakarta: Fitramaya
Ratih Kusuma Wardhani. 2009. Tinjauan Yuridis Persetujuan Tindakan Medis
(Informed Consent) Di Rsup Dr. Kariadi Semarang. Tesis tidak
diterbitkan. Semarang: FH Universitas Diponegoro.
Samil, Ratna Suprapti. Etika Kedokteran Indonesia, Yayasan Bina Pustaka: Jakarta.
________, Informed Consent dan Informed Refusal, Penerbit Fakultas Kedokteran
UI, 2003.
Soepardan ,Suryani. 2007.Konsep Kebidanan. Jakarta;EGC.
Wahyuningsih, Heni Puji. Etika Profesi Kebidanan. Fitramaya; Yogyakarta. 2008
Winarno. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Bumi Aksara
Zubaidi,Ahmad. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi.
Paradigma : Yogyakarta

28

Anda mungkin juga menyukai