BAB VII
KEPEMIMPINAN
PERILAKU ORGANISASI 75
HSP STIK-PTIK
LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
Kelompok Michigan juga sampai pada dua dimensi perilaku kepemimpinan yang
mereka sebut berorientasi karyawan dan berorientasi produksi. Pemimpin yang
berorientasi karyawan didiskripsikan sebagai menekankan hubungan antar pribadi;
mereka berminat secara pribadi pada kebutuhan bawahan mereka dan menerima
PERILAKU ORGANISASI 76
HSP STIK-PTIK
LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
Kesimpulan yang didapat oleh para peneliti Michigan sangat disukai pemimpin
yang perilakunya berorientasi karyawan. Pemimpin yang berorientasi karyawan
dikaitkan dengan produktivitas kelompok yang lebih tinggi dan kepuasan kerja yang
lebih tinggi. Pemimpin yang berorientasi produksi cenderung dikaitkan dengan
produktivitas kelompok yang rendah dan kepuasan kerja yang lebih rendah.
PERILAKU ORGANISASI 77
HSP STIK-PTIK
LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
5,5
4 Manajemen orang organisasi
Kinerja organisasi yang memadai itu mungkin
lewat menyeimbangkan perlunya memberi kerja
dengan mempertahankan semangat orang-orang
3 pada suatu tingkat yang memuaskan
1,1 9,1
Manajemen termiskinkan Otoritas kepatuhan
2 Pengeluaran upaya minimum untuk Efisiensi dalam operasi dihasilkan dari
menyelesaikan pekerjaan yang diminta pengaturan kondisi kerja sedemikian rupa
itu memadai untuk mempertahankan sehingga gangguan unsur-unsur
keanggotaan pada organisasi manusiawi menjadi seminimum mungkin
Rendah 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rendah
Tinggi
Kepedulian pada produksi
Sumber: Dikutip dari Havard Business Review. Sebuag peraga dari “Breakthrough in Organization
Development” oleh R.R. Blake. J.S. Mouton, L.B. Barnes, dan L.E. Greiner (November-December
1964). Hak Cipta 1964 ada pada Rektor dan peneliti Harvard College; semua hal dilindungi.
kondisi a, gaya x akan memadai sedangkan gaya y akan lebih cocok untuk kondisi b,
dan gaya z untuk kondisi c. Tetapi apakah kondisi a, b, c, dan seterusnya itu? Untuk
mengatakan bahwa keefektifan kepemimpinan bergantung pada situasi adalah lain
daripada mampu memisahkan kondisi-kondisi situasional itu.
Tidak sedikit telaah yang mencoba memilahkan faktor penting situasional yang
mempengaruhi faktor penting kepemimpinan. Misalnya, variabel pelunak (moderating
variabel) yang populer, variabel ini digunakan dalam mengembangkan teori
kemungkinan yang mencakup tingkat struktur dalam tugas yang akan dikerjakan
kualitas hubungan pemimpin anggota, kekuasaan jabatan pemimpin, kejelasan peran
bawahan, norma kelompok, ketersediaan informasi, penerimaan bawahan akan
keputusan pemimpin, dan kematangan bawahan.
PERILAKU ORGANISASI 79
HSP STIK-PTIK
LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
Kategori
I II III IV V VI VII VIII
Hubungan Baik Baik Baik Baik Buruk Buruk Buruk Buruk
Pemimpin-anggotaTinggi Tinggi Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah Rendah
Struktur tugas Kuat Lemah Kuat Lemah Kuat Lemah Kuat Lemah
Kekuasan posisi
PERILAKU ORGANISASI 80
HSP STIK-PTIK
LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
Hakikat teori baru itu dapat diperas menjadi tiga ramalan: (1) perilaku direktif
menghasilkan kinerja yang baik hanya jika dihubungkan dengan kecerdasan yang
tinggi dalam suatu lingkungan kepemimpinan tanpa stres yang mendukung; (2) dalam
situasi penuh stres, ada suatu hubungan positif antara pengalaman pekerjaan dan
kinerja; dan (3) kemampuan intelektual dari para pemimpin berkorelasi dengan kinerja
kelompok dalam situasi-situasi yang dipersepsikan oleh si pemimpin sebagai tidak
penuh stres.
PERILAKU ORGANISASI 81
HSP STIK-PTIK
LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
R2 Orang-orang yang tidak mampu tetapi bersedia melakukan tugas pekerjaan yang
perlu. Mereka termotivasi tetapi dewasa ini kekurangan keterampilan yang
memadai.
R3 Orang-orang yang mampu tetapi tidak bersedia melakukan apa yang diinginkan
oleh pemimpin.
R4 Orang-orang mampu dan bersedia melakukan apa yang diminta pada mereka.
PERILAKU ORGANISASI 82
HSP STIK-PTIK
LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
Perilaku Pemimpin
(Tinggi)
Hubungan Tugas
tinggi dan tinggi dan
tugas hubungan
rendah tinggi
S3 S2
S4 S1
Hubungan Tugas
rendah dan tinggi dan
tugas hubungan
rendah tinggi
Kesiapan Pengikut
Sumber: P. Hersey dan K.H. Blanchard, Management of Organizational Behavior: Utilizing Human
Resources, ed. Ke-5. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, 1988. Digunakan dengan izin dari Ronald
Campbell, President, Leadership Studies. Escondido, CA. September 1991.
PERILAKU ORGANISASI 83
HSP STIK-PTIK
LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
Kompabilitas pribadi
Kompetensi bawahan Pemimpin
dan/atau kepribadian
extrovert
Hubungan
Kepercayaan Formal
Interaksi
Tinggi
Berikut ini beberapa contoh hipotesis yang telah berkembang dari dalam teori jalur
tujuan:
♦ Kepemimpinan direktif membawa kepuasan yang lebih besar bila tugas-tugas
bersifat ambigu atau penuh tekanan daripada bila tugas-tugas sangat terstruktur
dan ditata dengan baik.
♦ Kepemimpinan suportif menghasilkan kinerja dan kepuasan karyawan yang tinggi
bila bawahan mengerjakan tugas yang terstruktur.
♦ Kemungkinan besar kepemimpinan direktif dipersepsikan sebagai berlebih jika
bawahannya memiliki kemampuan pemahaman yang tinggi atau pengalaman yang
cukup banyak.
♦ Semakin jelas dan birokratis hubungan-hubungan otoritas formal, pemimpin harus
semakin menampilkan perilaku yang mendukung dan mengurangi tekanan pada
perilaku direktif.
♦ Kepemimpinan direktif akan membawa kepuasan karyawan yang lebih tinggi bila
ada konflik substantif di dalam suatu kelompok kerja.
♦ Bawahan dengan suatu tempat kedudukan kontrol internal (mereka yang meyakini
mengendalikan nasibnya sendiri) akan lebih dipuaskan dengan suatu gaya
partisipatif.
♦ Bawahan dengan suatu tempat dikendali eksternal akan lebih dipuaskan dengan
suatu gaya direktif.
♦ Kepemimpinan yang berorientasi pretasi akan meningkatkan pengharapan
bawahan yang mendorong kinerja yang tinggi bila tugas-tugas itu terstruktur secara
ambigu.
Faktor-faktor
kemungkinan lingkungan
* Struktur tugas
* Sistem otoritas formal
* Kelompok kerja
Perilaku pemimpin
Hasil
* Direktif * Berorientasi-prestasi
*Kinerja
* Partisipatif * Mendukung
*Kepuasan
Faktor kemungkinan
bawahan
* Tempat kedudukan
control
* Pengalaman
* Kemampuan menata
dan memahami
PERILAKU ORGANISASI 85
HSP STIK-PTIK
LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
Model Partisipasi-Pemimpin
Kembali ke tahun 1973, Victor Vroom dan Phillip Yetton mengembangkan suatu
model partisipasi-pemimpin yang menghubungkan partisipasi kepemimpinan dan
partisipasi dengan pengambilan keputusan. Mengenali bahwa struktur-struktur tugas
mempunyai tuntutan yang beraneka untuk kegiatan rutin dan non-rutin, para peneliti ini
berpendapat bahwa perilaku kepemimpinan harus menyesuaaikan diri untuk
mencerminkan struktur tugas. Model Vroom dan Yetton bersifat normatif model itu
memberikan suatu perangkat urutan aturan yang seharusnya diikuti untuk menentukan
ragam dan banyaknya partisipasi yang diinginkan dalam pengambilan keputusan,
sebagaimana ditentukan oleh jenis situasi yang berlainan. Model itu merupakan pohon
keputusan yang rumit yang merangkum tujuh kemungkinan (yang relevansinya dapat
diidentifikasi dengan membuat pilihan ”Ya” dan ”tidak”) dan lima gaya kepemimpinan
alternatif.
PERILAKU ORGANISASI 86
HSP STIK-PTIK
LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
memberikan suatu rasa kesinambungan bagi para pengikut dengan menautkan masa
kini dengan masa depan yang lebih baik bagi organisasi itu. Kemudian sang pemimpin
mengkomunikasikan harapan akan kinerja yang tinggi dan mengungkapkan keyakinan
bahwa para pengikut dapat mencapai pengharapan itu. Ini meningkatkan harga diri dan
kepercayaan-diri para pengikut. Kemudian, pemimpin menghantarkan, lewat kata dan
tindakan, suatu perangkat baru dari nilai-nilai dan, dengan perilakunya, menunjukkan
suatu contoh untuk ditiru para pengikut. Akhirnya, pemimpin karismatik itu melakukan
pengorbanan diri dan terlibat dalam perilaku yang tidak konvensional untuk
memperlihatkan keberanian dan keyakinan mengenai visi itu.
Apa yang dapat kami katakan mengenai efek pemimpin karismatik pada para
pengikutnya? Sebuah badan riset yang sedang menanjak menunjukkan korelasi yang
mengesankan antara pemimpin karismatik serta kinerja dan kepuasan yang tinggi di
kalangan pengikutnya. Orang-orang yang bekerja untuk pemimpin karismatik
termotivasi untuk mengeluarkan upaya kerja ekstra dan, karena mereka menyukai
pemimpin mereka mengungkapkan kepuasan yang lebih besar.
Jika karisma itu sangat diinginkan, dapatkah orang-orang belajar untuk menjadi
pemimpin krismatik? Atau apakah pemimpin karismatik lahir dengan sifat-sifat itu?
Walaupun satu minoritas kecil masih berfikir bahwa karisma tidak dapat dipelajari,
kebanyak pakar berkeyakinan bahwa individu dapat dilatih untuk memperlihatkan
perilaku karismatik dan dengan demikian dapat disebut ”seorang pemimpin karismatik”.
Misalnya, sekelompok pengarang mengemukakan bahwa seseorang dapat belajar
menjadi karismatik dengan mengikuti suatu proses tiga langkah. Pertama, seorang
individu perlu mengembangkan aura karisma dengan memelihara suatu pandangan
yang optimis, menggunakan keinginan kuat sebagai katalisator untuk menimbulkan
antusiasme, dan berkomunikasi dengan seluruh tubuhnya, bukan dengan kata-kata.
Kedua, seorang individu menarik orang lain masuk dengan menciptakan suatu ikatan
yang mengilhami yang lain-lain untuk mengikuti. Dan ketiga, individu membangkitkan
potensial dalam diri para pengikut dengan menyadap emosi mereka. Pendekatan ini
tampaknya berhasil seperti dibuktikan oleh para peneliti yang telah berhasil menulis
naskah bagi mahasiswa strata satu bisnis untuk ”bermain” karismatik.
PERILAKU ORGANISASI 87
HSP STIK-PTIK
LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
Suatu kajian tentang berbagai definisi menemukan bahwa sebuah visi itu
berbeda dari bentuk-bentuk lain penetapan arah dalam beberapa hal: ”Sebuah visi
memiliki gambaran yang jelas dan mendorong, yang menawarkan suatu cara yang
inovatif untuk memperbaiki, yang mengakui dan berdasar tradisi serta terkait dengan
tindakan-tindakan yang dapat diambil orang untuk merealisasikan perubahan. Visi
menyalurkan emosi dan energi orang. Bila diartikulasikan secara tepat, sebuah visi
menciptakan kegairahan sebagaimana yang dimiliki orang pada peristiwa-peristiwa
olah raga dan kegiatan-kegiatan pengisi waktu luang lainnya, yang membawa energi
dan komitmen ketempat kerja.
7.5 Rangkuman
Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke
arah tercapainya tujuan. Sumber dari pengaruh ini bisa formal, seperti misalnya yang
disediakan oleh pemilikan peringkat manajerial dalam suatu organisasi.
Kita jumpai bahwa kepemimpinan yang tidak didukung yaitu, kemampuan untuk
mempengaruhi apa yang timbul di luar struktur formal organisasi itu sama atau lebih
penting dari pada pengaruh formal. Dengan kata lain, pemimpin dapat muncul dari
dalam suatu kelompok juga lewat pengangkatan formal untuk memimpin suatu
kelompok.
PERILAKU ORGANISASI 88
HSP STIK-PTIK
LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
Berbagai pembahasan mengenai kepeminpinan dalam bab ini tersaji teori dasar
perilaku, teori karakter, teori kemungkinan, dan teori kepemimpinan baru.
7.6 Latihan
Pemahaman mengenai bab ini dapat dilihat beberapa soal berikut:
1. Sebutkan beberapa teori kepemimpinan yang dibahas dalam bab ini!!
2. Berikan perbedaan terhadap konsep kepemimpinan yang berdasarkan perilaku, teori
karakter, teori kemungkinan, dan teori kepemimpinan versi baru!!
3. Diskusikan, dengan mengambil pilihan satu teori kepemipinan dan implikasinya
terhadap tugas kepolisian.
PERILAKU ORGANISASI 89
HSP STIK-PTIK