Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN NEGARA DENGAN AGAMA

SESUAI DENGAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NRI 1945

Makalah Teori
Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Pendidikan Pancasila
Yang dibina oleh Drs. KT. Diara Aswara, S.H, M.Si.

Disusun oleh :
Kelompok 6 Offering H Tahun 2019
1. Awliya Nur Fawziah A. 190342621296
2. Nina Aulia Rahmah 190342621209
3. Teguh Yuwono 190342621241

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGAM STUDI S1 BIOLOGI
Oktober 2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, makalah


yang berjudul “Hubungan Negara dengan Agama Sesuai dengan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar NRI 1945” ini dapat diselesaikan. Tanpa ridha dan kasih
sayang serta petunjuk dari-Nya mustahil tugas ini dapat penulis selesaikan.
Penulis tidak hanya bersyukur kepada-Nya saja, tetapi penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu penulis.

Makalah ini disusun untuk memudahkan mahasiswa memahami hubungan


negara dengan agama sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar NRI
1945 dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila yang dibina oleh Drs. KT. Diara
Aswara, S.H, M.Si. Meski begitu penulis sadar bahwa makalah ini perlu untuk
dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Untuk itu saran dan kritik yang
membangun dari pembaca akan penulis terima.

Penulis berharap dengan adanya makalah Hubungan Negara dengan Agama


Sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar NRI 1945 dapat memberikan
ilmu yang bermanfaat untuk pembaca mengenai hubungan negara dan agama.
Atas kurang lebihnya penulis mohon maaf sebesar-besarnya.

Malang, 22 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................................4
BAB II KAJIAN PUSTAKA...............................................................................................5
A. Definisi Negara dan Agama.......................................................................................5
1. Definisi Negara....................................................................................................5
2. Definisi Agama....................................................................................................5
B. Hubungan Negara dengan Agama.............................................................................6
1. Berdasarkan Pancasila.........................................................................................6
2. Berdasarkan Undang-Undang Dasar NRI 1945..................................................7
BAB III PENUTUP................................................................................................................9
A. Simpulan......................................................................................................................9
B. Saran.............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Indonesia menjadikan ideologi pancasila sebagai dasar dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Ideologi pancasila yang lahir sejak pembentukan negara
Indonesia dan diterapkan mulai kemerdekaan yang diraih oleh salah satu negara
berpenduduk terbesar di Indonesia ini tentu memiliki hubungan dengan banyak hal
salah satunya terkait Agama.
Hubungan negara dan agama dalam negara yang berdasarkan Pancasila di mana sila
Ketuhanan Yang Maha Esa menegaskan bahwa Indonesia bukanlah negara yang
berdasarkan suatu agama dan bukan pula negara yang memisahkan agama dan negara.
Tetapi negara yang berketuhanan di mana negara menempatkan agama dan
kepercayaan sebagai roh atau spirit keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hubungan negara dan agama adalah hubungan saling membutuhkan, di mana agama
memberikan kerohanian yang dalam berbangsa dan bernegara sedangkan negara
menjamin kehidupan keagamaan.
Agama di Indonesia terdapat di posisi yang strategis. Meskipun negara Indonesia
bukan negara yang berdasar pada agama, tetapi kehidupan beragama di Indonesia
sangat diperhatikan oleh pemerintah. Sejak lahir, pemerintah negeri ini menunjuk satu
departemen tersendiri yang bertugas melakukan pembinaan dan pelayanan terhadap semua
agama yang ada, yaitu Departemen Agama.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan agama?
2. Apa yang dimaksud dengan negara?
3. Bagaimana hubungan negara dengan agama berdasarkan Pancasila?
4. Bagaimana hubungan negara dengan agama berdasar Undang-Undang Daasar NRI
1945?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian agama.
2. Mengetahui pengertian negara.
3. Mengetahui hubungan negara dengan agama berdasarkan Pancasila?
4. Mengetahui hubungan negara dengan agama berdasar Undang-Undang Daasar
NRI 1945?

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Negara dan Agama


1. Definisi Negara

Istilah negara merupakan terjemahan dari beberapa kata asing, yakni state
(Inggris), staat (Belanda dan Jerman), dan etat (Perancis). Kata – kata tersebut
berasal dari bahasa latin status atau statum yang memiliki pengertian tentang
keadaan yang tegak dan tetap. Pengertian status atau station (kedudukan). Istilah
ini sering pula dihubungkan dengan kedudukan persekutuan hidup antar manusia
yang disebut dengan istilah status republicae. Dari pengertian yang terakhir inilah
kata status selanjutnya dikaitkan dengan kata negara.

Sedangkan secara terminologi, negara diartikan sebagai organisasi tertinggi di


antara suatu kelompok masyarakat yang mempunyai cita cita – cita untuk bersatu,
hidup di suatu kawasan dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat. Pengertian
ini mengandung nilai konstitutif dari sebuah negara yang pada hakikatnya dimiliki
oleh suatu negara berdaulat, yaitu masyarakat, wilayah, dan pemerintahan yang
berdaulat (Abdul, 2006).

2. Definisi Agama

Menurut Bahrun Rangkuti, seorang muslim cendekiawan sekaligus seorang


linguis, mengatakan bahwa definisi dan pengertian agama berasal dari bahasa
Sansekerta; a-ga-ma. A (panjang) artinya adalah cara, jalan, The Way, dan gama
adalah bahasa Indo Germania; bahasa Inggris Togo artinya jalan, cara-cara
berjalan, cara-cara sampai kepada keridhaan kepada Tuhan.

Selain definisi dan pengertian agama berasal dari bahasa Sansekerta, agama
dalam bahasa Latin disebut Religion, dalam bahasa-bahasa barat sekarang bisa
disebut Religion dan Religious, dan dalam bahasa Arab disebut Din atau juga.

Agama adalah kekuatan ghaib yang diyakini berada di atas kekuatan manusia
didorong oleh kelemahan dan keterbatasannya. Manusia merasa berhajat akan
pertolongan dengan cara menjaga dan membina hubungan baik dengan kekuatan
ghaib tersebut. Sebagai realisasinya adalah sikap patuh terhadap perintah dan
larangan kekuatan ghaib tersebut (Djalaludin, 2004)

Beberapa definisi dan pengertian agama, memperlihatkan betapa luasnya


cakupan agama dan sekaligus menunjukkan betapa pengertian agama itu cukup
banyak. Hal ini di samping menunjukkan adanya perhatian besar dari para ahli
terhadap agama, juga menunjukkan bahwa merumuskan pengertian agama itu
sangat sulit sehingga tidak cukup satu pengertian saja.

5
B. Hubungan Agama dengan Negara

Hubungan antar agama dan negara dapat tetap harmonis di tengah kehidupan
bernegara jika kita mendiskusikannya secara terus menerus, sehingga kita sampai
pada pemahaman bahwa agama dan negara bagai dua sisi mata uang, di mana
keduanya berbeda, namun tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena keduanya
saling membutuhkan (Saifuddin, 2009).

1. Berdasar Pancasila
Pancasila berada di tengah-tengah hubungan antara negara dan agama yang dapat
menghadirkan kenyamanan untuk erbangsa dan bernegara. Hal ini dibuktikan dengan
adanya sila pertama Pancasila yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
“Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai sila pertama dalam Pancasila mempunyai
beberapa makna, yaitu:
Pertama, Pancasila lahir dalam suasana kebatinan untuk melawan kolonialisme
dan imperialisme, sehingga diperlukan persatuan dan persaudaraan di antara
komponen bangsa. Sila pertama dalam Pancasila ”Ketuhanan Yang Maha Esa”
menjadi faktor penting untuk mempererat persatuan dan persaudaraan, karena sejarah
bangsa Indonesia penuh dengan penghormatan terhadap nilai-nilai ”Ketuhanan Yang
Maha Esa.”
Kedua, Seminar Pancasila ke-1 Tahun 1959 di Yogyakarta berkesimpulan
(Arianto,1998) bahwa sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” adalah sebab yang pertama
atau causa prima dan sila ”Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan” adalah kekuasaan rakyat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara untuk melaksanakan amanat negara dari rakyat, negara bagi
rakyat, dan negara oleh rakyat. Ini berarti, “Ketuhanan Yang Maha Esa” harus
menjadi landasan dalam melaksanakan pengelolaan negara dari rakyat, negara bagi
rakyat, dan negara oleh rakyat.
Ketiga, Seminar Pancasila ke-1 Tahun 1959 di Yogyakarta juga berkesimpulan
bahwa sila ”Ketuhanan Yang Maha Esa” harus dibaca sebagai satu kesatuan dengan
sila-sila lain dalam Pancasila secara utuh. Hal ini dipertegas bahwa: Pancasila adalah
(1) Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang
berpersatuan Indonesia (berkebangsaan) yang berkerakyatan dan yang berkeadilan
sosial; (2) Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang berKetuhanan Yang Maha Esa,
yang berpersatuan Indonesia (berkebangsaan),yang berkerakyatan dan yang
berkeadilan sosial; (3) Persatuan Indonesia (kebangsaan) yang ber-Ketuhanan Yang
Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkerakyatan dan
berkeadilan sosial; (4) Kerakyatan, yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia (berkebangsaan)
dan berkeadilan sosial; (5) Keadilan sosial, yang berKetuhanan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang bepersatuan Indonesia (berkebangsaan)
dan berkerakyatan. Ini berarti bahwa sila-sila lain dalam Pancasila harus bermuatan
Ketuhanan Yang Maha Esa dan sebaliknya Ketuhanan Yang Maha Esa harus mampu
mengejewantah dalam soal kebangsaan (persatuan), keadilan, kemanusiaan, dan
kerakyatan.
Negara kebangsaan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa  adalah negara yang
merupakan penjelmaan dari hakikat kodrat  manusia sebagai mahkluk individu, sosial

6
dan manusia adalah sebagai pribadi  dan mahkluk Tuhan Yang Maha Esa. Bila dirinci
maka hubungan negara dengan agama menurut pancasila adalah sebagai berikut:
1. Negara adalah berdasar atas ketuhanan yang maha esa
2. Bangsa indonesia adalah sebagai bangsa yang berketuhanan yang maha esa.
Konsekuensinya setiap warga memiliki hal asasi untuk memeluk dan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama masing-masing
3. Tidak ada tempat bagi atheisme dan sekulerisme karena hakikatnya manusia
berkedudukan kodrat sebagai mahkluk tuhan
4. Tidak ada tempat bagi pertetangan agama, golongan agama, antar dan inter
pemeluk agama serta pemeluk agama.
5. Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karena ketakwaan bukan hasil
paksaan bagi siapapun juga
6. Oleh karena itu harus memberikan toleransi terhadap orang lain dalam
menjalankan agama dalam negara
7. Segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus sesuai nilai-
nilai ketuhanan yang maha esa terutama norma-norma hukum positif maupun
norma moral baik negara maupun moral para penyelenggara negara.
8. Negara pada hakikatnya adalah merupakan “Berkat Nikmat Allah Yang
Maha Esa”.

2. Berdasar Undang-Undang Dasar NRI 1945


Hubungan Negara dan Agama yang ada di Indonesia telah diperjelas dalam
beberapa pasal-pasal dalam UUD yaitu: Pasal 28E UUD bahwa: “Setiap orang bebas
memeluk agama dan beribadat menurut agamanya ” serta Pasal 29 ayat (1) UUD
bahwa “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa” dan Pasal 29 ayat (2) UUD
bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.” Berdasarkan pada pasal 29 UUD 1945 beserta tafsirnya
tersebut, pemerintah wajib untuk mengatur kehidupan beragama di Indonesia.
Sebagai pelaksanaan pasal 29 (2) UUD 1945 pemerintah mengeluarkan UU No.
1/PNPS/1965 tentang pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama yang
dikukuhkan oleh UU No.5 tahun 1969 tentang pernyataan bebagai penetapan
presiden sebagai undang - undang.
“Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa” juga harus dimaknai bahwa
negara melarang ajaran atau paham yang secara terangterangan menolak Ketuhanan
Yang Maha Esa, seperti komunisme dan atheisme. Karena itu, Ketetapan MPRS No.
XXV Tahun 1966 tentang Larangan Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau
Mengembangkan Faham atau Ajaran Komunis/Marxisme Leninisme masih tetap
relevan dan kontekstual. Pasal 29 ayat 2 UUD bahwa “Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing …”
bermakna bahwa negara hanya menjamin kemerdekaan untuk beragama. Sebaliknya,
negara tidak menjamin kebebasan untuk tidak beragama (atheis). Kata “tidak
menjamin” ini sudah sangat dekat dengan pengertian “tidak membolehkan”, terutama
jika atheisme itu hanya tidak dianut secara personal, melainkan juga didakwahkan
kepada orang lain.
Bentuk terlibatnya pemerintah dalam persoalan agama adalah dengan adanya
pengakuan terhadap beberapa agama di Indonesia. Pengakuan ini muncul dalam

7
bentuk keluarnya Surat Edaran Mentri Dalam Negeri No. 477/74054/1978 yang
diantaranya agama yang di akui pemerintah, yaitu Islam, Kristen/Protestan, Hindu,
Buddha, dan Khong Hu Cu (Budiyono,2014).
Pemerintah juga membentuk dan mengakui lembaga-lembaga seperti MUI,
WALUBI, PGI, KWI, dan HINDU DHARMA. Kelompok-kelompok inilah yang
diberi wewenang mengontrol bentuk-bentuk kegiatan dan tafsir keagamaan di
masyarakat. Kemurnian dan keshahihan tafsir yang benar pada gilirannya akan
dijadikan dalih untuk mengontrol dan mengendalikan sejauh mana praktek-praktek
keagamaan yang dijalankan seorang individu atau kelompok masyarakat
menyimpang atau tidak dari garis-garis pokok ajaran keagamaan atau dikatakan
sebagai induk agama. Dalam APBN maupun APBD tersedia anggaran untuk urusan
keagaaman
UUD 1945 tidak memisahkan hubungan agama dan Negara dan ini dapat kita lihat
pada Sila pertama Pancasila dan Bab XI UUD 1945 yang berjudulkan agama.
Hubungan negara dan agama yang seperti dijelaskan di atas seringkali menjadi
”rumit”. Agama seringkali dipergunakan untuk bertentangan dengan pemerintahan
atau pemerintahan sering dijadikan kekuatan untuk menekan agama. Dalam diskursus
politik dan ketatanegaraan serta agama jalinan tersebut masih diperdebatkan dan
dikaji baik di (negara) Barat maupun di (negara) Timur (Ali, 2019).

8
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Hubungan antara agama dan Negara senantiasa menghadirkan sebuah konsekuensi
hukum di Indonesia yang berlandaskan ketuhanan yang maha esa, menegasakan bahwa
Negara atas nama Konstitusi mengurusi urusan agama dan kepercayaan. Negara secara
aktif dan dinamis harus menyokong setiap individu-individu sehingga terciptanya
kerukunan umat beragama dan tercapai lah hubungan ideal yang di harapkan oleh
pendiri Negara ini dan pejuang-pejuang yang telah susah payah mempertahankan
kemerdekan karena jika rasa aman, tentram, dan damai dan jiwa Bhineka Tunggal Ika
melekat di jiwa masyarakat Indonesia.
B. Saran
Agama dan negara merupakan dua hal yang saling berkesinambungan. Oleh karena
itu kita tidak bisa memilih salah satu dalam melaksanakan kehidupan bermasyarakat.
Kita sebaiknya mengambil jalan tengah dalam melaksanakan kehidupan bermasyarakat
yaitu dengan pelaksaan beragama yang berdasar pada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar NRI 1945 agar tidak terjadi pertentangan maupun perdebatan antara pelaksaan
kehidupan beragama dan bernegara.

9
DAFTAR RUJUKAN

Abdul. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: ICCE UIN Syarif


Hidayatullah, hlm. 24

Ali. 2019. Hubungan Agama dan Negara Menurut Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jurnal
Pembangunan Hukum Indonesia, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2019

Budiyono. 2014. Hubungan Negara dan Agama dalam Negara Pancasila. Fiat
Justicia Jurnal Ilmu Hukum,Vol.8, (No.3),p. 410.

Djalaludin. 2004. Psikologi Agama. Jakarta: PT Grafindo Persada, hlm. 15

Saifuddin, Lukman H. (2009). Indonesia adalah Negara Agamis :Merumuskan


Relasi Agama dan Negaradalam Perspektif Pancasila. In Kongres
Pancasila yang diselenggarakan Universitas Gajah Mada (UGM)
Yogyakarta dan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (pp.1-15)
Yogyakarta : PSP Press Universitas Gadjah Mada.

10

Anda mungkin juga menyukai