Hubungan Agama Dengan Negara Sesuai Dengan Pancasila Dan Undang Undang Dasar Nri 1945
Hubungan Agama Dengan Negara Sesuai Dengan Pancasila Dan Undang Undang Dasar Nri 1945
Makalah Teori
Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Pendidikan Pancasila
Yang dibina oleh Drs. KT. Diara Aswara, S.H, M.Si.
Disusun oleh :
Kelompok 6 Offering H Tahun 2019
1. Awliya Nur Fawziah A. 190342621296
2. Nina Aulia Rahmah 190342621209
3. Teguh Yuwono 190342621241
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................................4
BAB II KAJIAN PUSTAKA...............................................................................................5
A. Definisi Negara dan Agama.......................................................................................5
1. Definisi Negara....................................................................................................5
2. Definisi Agama....................................................................................................5
B. Hubungan Negara dengan Agama.............................................................................6
1. Berdasarkan Pancasila.........................................................................................6
2. Berdasarkan Undang-Undang Dasar NRI 1945..................................................7
BAB III PENUTUP................................................................................................................9
A. Simpulan......................................................................................................................9
B. Saran.............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia menjadikan ideologi pancasila sebagai dasar dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Ideologi pancasila yang lahir sejak pembentukan negara
Indonesia dan diterapkan mulai kemerdekaan yang diraih oleh salah satu negara
berpenduduk terbesar di Indonesia ini tentu memiliki hubungan dengan banyak hal
salah satunya terkait Agama.
Hubungan negara dan agama dalam negara yang berdasarkan Pancasila di mana sila
Ketuhanan Yang Maha Esa menegaskan bahwa Indonesia bukanlah negara yang
berdasarkan suatu agama dan bukan pula negara yang memisahkan agama dan negara.
Tetapi negara yang berketuhanan di mana negara menempatkan agama dan
kepercayaan sebagai roh atau spirit keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hubungan negara dan agama adalah hubungan saling membutuhkan, di mana agama
memberikan kerohanian yang dalam berbangsa dan bernegara sedangkan negara
menjamin kehidupan keagamaan.
Agama di Indonesia terdapat di posisi yang strategis. Meskipun negara Indonesia
bukan negara yang berdasar pada agama, tetapi kehidupan beragama di Indonesia
sangat diperhatikan oleh pemerintah. Sejak lahir, pemerintah negeri ini menunjuk satu
departemen tersendiri yang bertugas melakukan pembinaan dan pelayanan terhadap semua
agama yang ada, yaitu Departemen Agama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan agama?
2. Apa yang dimaksud dengan negara?
3. Bagaimana hubungan negara dengan agama berdasarkan Pancasila?
4. Bagaimana hubungan negara dengan agama berdasar Undang-Undang Daasar NRI
1945?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian agama.
2. Mengetahui pengertian negara.
3. Mengetahui hubungan negara dengan agama berdasarkan Pancasila?
4. Mengetahui hubungan negara dengan agama berdasar Undang-Undang Daasar
NRI 1945?
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Istilah negara merupakan terjemahan dari beberapa kata asing, yakni state
(Inggris), staat (Belanda dan Jerman), dan etat (Perancis). Kata – kata tersebut
berasal dari bahasa latin status atau statum yang memiliki pengertian tentang
keadaan yang tegak dan tetap. Pengertian status atau station (kedudukan). Istilah
ini sering pula dihubungkan dengan kedudukan persekutuan hidup antar manusia
yang disebut dengan istilah status republicae. Dari pengertian yang terakhir inilah
kata status selanjutnya dikaitkan dengan kata negara.
2. Definisi Agama
Selain definisi dan pengertian agama berasal dari bahasa Sansekerta, agama
dalam bahasa Latin disebut Religion, dalam bahasa-bahasa barat sekarang bisa
disebut Religion dan Religious, dan dalam bahasa Arab disebut Din atau juga.
Agama adalah kekuatan ghaib yang diyakini berada di atas kekuatan manusia
didorong oleh kelemahan dan keterbatasannya. Manusia merasa berhajat akan
pertolongan dengan cara menjaga dan membina hubungan baik dengan kekuatan
ghaib tersebut. Sebagai realisasinya adalah sikap patuh terhadap perintah dan
larangan kekuatan ghaib tersebut (Djalaludin, 2004)
5
B. Hubungan Agama dengan Negara
Hubungan antar agama dan negara dapat tetap harmonis di tengah kehidupan
bernegara jika kita mendiskusikannya secara terus menerus, sehingga kita sampai
pada pemahaman bahwa agama dan negara bagai dua sisi mata uang, di mana
keduanya berbeda, namun tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena keduanya
saling membutuhkan (Saifuddin, 2009).
1. Berdasar Pancasila
Pancasila berada di tengah-tengah hubungan antara negara dan agama yang dapat
menghadirkan kenyamanan untuk erbangsa dan bernegara. Hal ini dibuktikan dengan
adanya sila pertama Pancasila yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
“Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai sila pertama dalam Pancasila mempunyai
beberapa makna, yaitu:
Pertama, Pancasila lahir dalam suasana kebatinan untuk melawan kolonialisme
dan imperialisme, sehingga diperlukan persatuan dan persaudaraan di antara
komponen bangsa. Sila pertama dalam Pancasila ”Ketuhanan Yang Maha Esa”
menjadi faktor penting untuk mempererat persatuan dan persaudaraan, karena sejarah
bangsa Indonesia penuh dengan penghormatan terhadap nilai-nilai ”Ketuhanan Yang
Maha Esa.”
Kedua, Seminar Pancasila ke-1 Tahun 1959 di Yogyakarta berkesimpulan
(Arianto,1998) bahwa sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” adalah sebab yang pertama
atau causa prima dan sila ”Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan” adalah kekuasaan rakyat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara untuk melaksanakan amanat negara dari rakyat, negara bagi
rakyat, dan negara oleh rakyat. Ini berarti, “Ketuhanan Yang Maha Esa” harus
menjadi landasan dalam melaksanakan pengelolaan negara dari rakyat, negara bagi
rakyat, dan negara oleh rakyat.
Ketiga, Seminar Pancasila ke-1 Tahun 1959 di Yogyakarta juga berkesimpulan
bahwa sila ”Ketuhanan Yang Maha Esa” harus dibaca sebagai satu kesatuan dengan
sila-sila lain dalam Pancasila secara utuh. Hal ini dipertegas bahwa: Pancasila adalah
(1) Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang
berpersatuan Indonesia (berkebangsaan) yang berkerakyatan dan yang berkeadilan
sosial; (2) Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang berKetuhanan Yang Maha Esa,
yang berpersatuan Indonesia (berkebangsaan),yang berkerakyatan dan yang
berkeadilan sosial; (3) Persatuan Indonesia (kebangsaan) yang ber-Ketuhanan Yang
Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkerakyatan dan
berkeadilan sosial; (4) Kerakyatan, yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia (berkebangsaan)
dan berkeadilan sosial; (5) Keadilan sosial, yang berKetuhanan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang bepersatuan Indonesia (berkebangsaan)
dan berkerakyatan. Ini berarti bahwa sila-sila lain dalam Pancasila harus bermuatan
Ketuhanan Yang Maha Esa dan sebaliknya Ketuhanan Yang Maha Esa harus mampu
mengejewantah dalam soal kebangsaan (persatuan), keadilan, kemanusiaan, dan
kerakyatan.
Negara kebangsaan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa adalah negara yang
merupakan penjelmaan dari hakikat kodrat manusia sebagai mahkluk individu, sosial
6
dan manusia adalah sebagai pribadi dan mahkluk Tuhan Yang Maha Esa. Bila dirinci
maka hubungan negara dengan agama menurut pancasila adalah sebagai berikut:
1. Negara adalah berdasar atas ketuhanan yang maha esa
2. Bangsa indonesia adalah sebagai bangsa yang berketuhanan yang maha esa.
Konsekuensinya setiap warga memiliki hal asasi untuk memeluk dan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama masing-masing
3. Tidak ada tempat bagi atheisme dan sekulerisme karena hakikatnya manusia
berkedudukan kodrat sebagai mahkluk tuhan
4. Tidak ada tempat bagi pertetangan agama, golongan agama, antar dan inter
pemeluk agama serta pemeluk agama.
5. Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karena ketakwaan bukan hasil
paksaan bagi siapapun juga
6. Oleh karena itu harus memberikan toleransi terhadap orang lain dalam
menjalankan agama dalam negara
7. Segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus sesuai nilai-
nilai ketuhanan yang maha esa terutama norma-norma hukum positif maupun
norma moral baik negara maupun moral para penyelenggara negara.
8. Negara pada hakikatnya adalah merupakan “Berkat Nikmat Allah Yang
Maha Esa”.
7
bentuk keluarnya Surat Edaran Mentri Dalam Negeri No. 477/74054/1978 yang
diantaranya agama yang di akui pemerintah, yaitu Islam, Kristen/Protestan, Hindu,
Buddha, dan Khong Hu Cu (Budiyono,2014).
Pemerintah juga membentuk dan mengakui lembaga-lembaga seperti MUI,
WALUBI, PGI, KWI, dan HINDU DHARMA. Kelompok-kelompok inilah yang
diberi wewenang mengontrol bentuk-bentuk kegiatan dan tafsir keagamaan di
masyarakat. Kemurnian dan keshahihan tafsir yang benar pada gilirannya akan
dijadikan dalih untuk mengontrol dan mengendalikan sejauh mana praktek-praktek
keagamaan yang dijalankan seorang individu atau kelompok masyarakat
menyimpang atau tidak dari garis-garis pokok ajaran keagamaan atau dikatakan
sebagai induk agama. Dalam APBN maupun APBD tersedia anggaran untuk urusan
keagaaman
UUD 1945 tidak memisahkan hubungan agama dan Negara dan ini dapat kita lihat
pada Sila pertama Pancasila dan Bab XI UUD 1945 yang berjudulkan agama.
Hubungan negara dan agama yang seperti dijelaskan di atas seringkali menjadi
”rumit”. Agama seringkali dipergunakan untuk bertentangan dengan pemerintahan
atau pemerintahan sering dijadikan kekuatan untuk menekan agama. Dalam diskursus
politik dan ketatanegaraan serta agama jalinan tersebut masih diperdebatkan dan
dikaji baik di (negara) Barat maupun di (negara) Timur (Ali, 2019).
8
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Hubungan antara agama dan Negara senantiasa menghadirkan sebuah konsekuensi
hukum di Indonesia yang berlandaskan ketuhanan yang maha esa, menegasakan bahwa
Negara atas nama Konstitusi mengurusi urusan agama dan kepercayaan. Negara secara
aktif dan dinamis harus menyokong setiap individu-individu sehingga terciptanya
kerukunan umat beragama dan tercapai lah hubungan ideal yang di harapkan oleh
pendiri Negara ini dan pejuang-pejuang yang telah susah payah mempertahankan
kemerdekan karena jika rasa aman, tentram, dan damai dan jiwa Bhineka Tunggal Ika
melekat di jiwa masyarakat Indonesia.
B. Saran
Agama dan negara merupakan dua hal yang saling berkesinambungan. Oleh karena
itu kita tidak bisa memilih salah satu dalam melaksanakan kehidupan bermasyarakat.
Kita sebaiknya mengambil jalan tengah dalam melaksanakan kehidupan bermasyarakat
yaitu dengan pelaksaan beragama yang berdasar pada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar NRI 1945 agar tidak terjadi pertentangan maupun perdebatan antara pelaksaan
kehidupan beragama dan bernegara.
9
DAFTAR RUJUKAN
Ali. 2019. Hubungan Agama dan Negara Menurut Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jurnal
Pembangunan Hukum Indonesia, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2019
Budiyono. 2014. Hubungan Negara dan Agama dalam Negara Pancasila. Fiat
Justicia Jurnal Ilmu Hukum,Vol.8, (No.3),p. 410.
10