TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Suatu keadaan kekurangan protein dan kalori yang kronis yang memiliki
berat badan rendah. (Liansyah 2015) menjelaskan bahwa marasmus merupakan
kejadian yang paling sering ditemukan pada anak dengan ditandai gejala tampak
kurus, wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput yang disebabkan
karena lemak di bawah kulit berkurang, perut cekung, rambut tipis, jarang dan
kusam, tulang iga tampak jelas, pantat kendur dan keriput.
Suatu kondisi dimana anak mengalami penurunan berat badan sehingga
mengalami penciutan atau pengurusan otot generalisata dan tidak adanya lemak
subkutis (Rudolph, 2014). Marasmus adalah suatu bentuk kurang kalori-protein
yang berat. Keadaan merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan
makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain
pada anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap
terjadinya marasmus (Nurarif, 2013).
2.2 Etiologi
Keadaan marasmus merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan
makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain
pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap
terjadinya marasmus. Secara garis besar, penyebab marasmus (Nurarif & Kusuma,
2015) ialah sebagai berikut :
1. Masukan makanan yang kurang
Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan
yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang
tua si anak; misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu
encer.
2. Infeksi
Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi
enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis
dan sifilis kongenital.
3. Kelainan struktur bawaan
Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas
palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia,
hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas.
4. Prematuritas dan penyakit pada masa neonates
Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek
mengisap yang kurang kuat.
5. Pemberian ASI
Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan
yang cukup.
6. Gangguan metabolisme
Misalnya: renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose
intolerance.
7. Tumor hypothalamus
Jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab marasmus yang lain
telah disingkirkan.
8. Penyapihan
Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang
kurang akan menimbulkan marasmus.
9. Urbanisasi
Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya
marasmus; meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan
penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan
susu yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu; dan bila
disertai dengan infeksi berulang, terutama gastro enteritis akan
menyebabkan anak jatuh dalam marasmus.
Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas
Dehidrasi
Hipertermi
[Type text]
12. Kulit : keadaan turgor kulit menurun, kulit keriput, CRT: > 3 detik,
b. Pemeriksaan fisik abdomen antara lain:
a. Inspeksi
1) klien tampak kurus, ada edema pada muka dan kaki;
2) warna rambut kemerahan, kering dan mudah patah/dicabut;
3) mata terlihat cekung dan pucat;
4) terlihat pergerakan usus;
5) ada pembesaran/edema pada tungkai.
b. Auskultasi
1) bunyi peristaltik usus meningkat;
2) bunyi paru-paru wheezing dan ronchi.
c. Perkusi
1) terdengar adanya shifting dullnees;
2) terdengar bunyi hipertimpani.
d. Palpasi
1) hati: terjadi pembesaran hati.
c. Pemeriksaaan fisik untuk pertumbuhan anak.
1. Mengukur tinggi badan dan berat badan anak
2. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu berat badan (dalam kilogram)
dibagi dengan tinggi badan (dalam meter)
3. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang
(lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak
dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka
lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari
[Type text]
lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan
sekitar 2,5 cm pada wanita.
4. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur lingkar lengan atas
(LLA) untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean
body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).
d. Pemeriksaan Laboratorium
1. Biokimia: Hb anemia karena kurangnya konsumsi makanan yang
mengandung zat besi, asam folat dan berbagai vitamin, kadar albumin
yang rendah karena kurangnya konsumsi protein, kadar globumin
normal atau sedikit tinggi, kadar asam amino esensial dalam plasma
relatif lebih rendah daripada asam amino non esensial.
2. Biopsi: ditemukan perlemakan ringan sampai berat, fibrosis, nekrosis
dan infiltrasi sel mononuklear. Pada perlemakan berat hampir semua
sel hati mengandung vakual lemak yang besar.
3. Autopsi: menunjukkan kelainan pada hampir semua organ tubuh,
seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang, atrofi virus usus,
detrofi sistem limfold dan atrofi kelenjar timus.
g) Focus pengkajian pada anak
Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:
1. Penurunan ukuran antropometri.
2. Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan
mudah dicabut).
3. Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema
palpebra.
[Type text]
C. Intervensi
N DIAGNOSE INTERVENSI
O KEPERAWATAN
1. Resiko infeksi b/d Observasi
malnutrisi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
sistemik
[Type text]
N DIAGNOSE INTERVENSI
O KEPERAWATAN
Tujuan : Teraupeutik
Setelah 2 x 24 jam 2. Batasi jumlah pengunjung
diharapkan px tidak 3. Berikan perawatan kulit pada area edema
menunjukan tanda 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
gejala dengan pasien dan lingkungan pasien
Edukasi
KH : pasien tidak 5. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
demam,kemerahan,n 6. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
yeri,bengkak, pasien 7. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka
dapat menjaga operasi
kebersihan tangan 8. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
dan badan, nafsu 9. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
makan. Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
2. Gangguan integritas Observasi
kulit b/d perubahan 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
status nutrisi (mis. perubahan sirkulasi, perubahan
2. status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu
Tujuan : setelah lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
dilakukan 2 x 24 jam Terapeutik
diharapkan pasien 3. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
pasien tidak 4. Lakukan pemijatan pada area penon jolan
mengalami tulang, jika perlu
[Type text]
N DIAGNOSE INTERVENSI
O KEPERAWATAN
gangguan integritas 5. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama
kulit selama periode diare
6. unakan produkberbahanpetroliumatau minyak
KH : turgor kulit pada kulitk
membaik, tidak 7. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada
kering,tidak kulit kering
mengalami 8. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
kerusakan lapisan hipoalergik pada kulit sensitif
kulit, Edukasi
nyeri,perdarahan, 9. Anjurkan menggunakan pelembab (mis. lotion,
kemerahan,hematom serum)
a, jaringan parut, 10. Anjurkan minum air yang cukup
sensasi dan tekstur 11. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
membaik 12. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
13. Anjurkan menghindar terpapar suhu ekstrem
14. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF
minimal 30 saat berada di luar rumah
15. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya
3. Deficit nutrisi b/d Managemen nutrisi
ketidakmampuan Observasi
mengabsobsi 1. Identifikasi status nutrisi
nutrient 2. Identifikasi alergi dan intoteransi makanan
[Type text]
N DIAGNOSE INTERVENSI
O KEPERAWATAN
3. Identifikasi makanan disukai
Tujuan : setelah 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
dilakukan 2 x 24 jam 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
diharapkan pasien nasogastrik
pasien mendapat 6. Monitor asupan makanan
nutrisi yang adekuat 7. Monitor berat badan
dan mampu 8. Monitor hasil pemeriksaan lab
mengabsorsi nutrient tabTerapeutik
9. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
KH : posi makan 10. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
dihabiskan, BB piramida makanan)
bertambah, tebalnya 11. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
lipatan kulit 12. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
trisep,membrane konstipasi
mukosa lembab, 13. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
rambut tidak 14. Berikan suplemen makanan,jika perlu
rontok,sariawan,diar 15. Berikan pemberian makan melalui selang
e dan nyeri abd. nasogatrikjika asupan oral
Edukasi
16. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi
17. Ajarkan diet yang diprogramkan rasi pemberian
[Type text]
N DIAGNOSE INTERVENSI
O KEPERAWATAN
medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri,
antlemetik), jika asi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis dibutuhkan,
jika perlu
Promosi Berat Badan
Observasi
18. Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
19. Monitor adanya mual dan muntah
20. Monitor jumlah kalori yang dikonsumsi sehari-
hari
21. Minitor berat badan
22. Monitor allbumin, limfosit, dan elektrolit serum
Terapeutik
23. Berikan perawatan mulut sebelum pemberian
makan, jika perlu
24. iakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien
(mis. makanan dengan
25. halus, makanan yang diblender, makanan cair
yang
26. gastrostoml, total perentera/ nutrition sesuai
indikasi)
27. Hidangkan makanan secara menarik
[Type text]
N DIAGNOSE INTERVENSI
O KEPERAWATAN
28. diberikan melalui NGT atau Berikan suplemen,
jika perlu
4. Defisiensi Observasi
pengetahuan b/d 1. Identifikasi kebutuhan keselamatan berdasarkan
kurangnya tingkat fungsi fisik, kognitf dan
pengetahuan tentang 2. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
nutrisi yang adekuat informasi
3. kebiasaan identifikasi bahaya keaman an di
Tujuan : setelah lingkungan (mis. fisik, biologi, dan kimia)
dilakukan 1 x 24 jam Terapeutik
diharapkan pasien 4. Sediakan materi dan media pendidikan
mampu pengetahuan kesehatan
pasien atau keluarga 5. Jadwalkan pendidikan ke sehatan sesuai
bertambah kesepakatan
6. Berikan kesempatan untuk bertanya
KH : pasien mampu Edukasi
menjelaskan 7. Anjurkan menghilangkan bahaya lingkung an
pengetahuan suatu 8. Anjurkan menyediakan alat bantu (mis ,
topic,mampu pegangan tangan, keset anti slip)
mendiskusikan 9. Anjurkan menggunakan alat pelindung (mis,
tentang persepsi restrain, rel samping, penutup pintu,
yang keliru terhadap 10. pagar, pintu gerbang)
masalah, perilaku 11. Informasikan nomor telepon darurat
[Type text]
N DIAGNOSE INTERVENSI
O KEPERAWATAN
sesuai dengan 12. Anjurkan melakukan program skrining lingkung
pengetahuan an (mis, timah, radon)
13. Ajarkan Ind ividu dan kelom pok be ris iko
tinggi tentang bahaya lingkungan
Kolaborasi
14. Kolaborasi dengan pihak lain untuk
meningkatkan keamanan lingkungan
5. Gangguan tumbuh Observasi
dan kembang b/d 1. Identifikasi isyarat perilaku dan fisiologis yang
efek ditunjukkan bayi (mis. lapar, tidak
ketidakmampuan 2. Identifikasi pencapaian tugas perkembangan
fisik dan anak nyaman)
ketergantungan Terapeutik
sekunder akibat 3. Pertahankan sentuhan seminimal mungkin pada
masukan kalori atau bayi prematur
nutrisi yang tidak 4. Berikan sentuhan yang bersifat gentle dan tidak
adekuat ragu-ragu
5. Minimalkan nyeri
Tujuan : setelah 6. Minimalkan kebisingan ruangan
dilakukan tindakan 3 7. Pertahankan lingkungan yang mendukung
x 24 jam diharapkan perkembangan optimal
anak mampu tumbuh 8. Motivasi anak berinteraksi dengan anak lain
dan kembang sesuai 9. Sediakan aktivitas yang memotivasi anak
[Type text]
N DIAGNOSE INTERVENSI
O KEPERAWATAN
usianya berinteraksi dengan anak lainnya
10. Fasilitasi anak barbagi dan bergantian/bergilir
KH : pasien atas usahanya
menunjukan 11. Dukung anak mengekspresikan diri melalui
ketrampilan sesuai penghargaan positif atau umpan balik
usia, kemampuan 12. Pertahankan kenyamanan anak
melakukan 13. Fasilitasi anak melatih keterampilan pemenuhan
perawatan 14. kebutuhan secara mandiri (mis.makan, sikat
mandiri,respon mata gigi, cuci tangan, memakai baju)
baik,kontak mata 15. Bacakan cerita atau dongeng
regresi,dan afek 16. Bernyanyi bersama anak lagu-lagu yang disukai
cukup membaik. 17. Dukung partisipasi anak di sekolah,
ekstrakurikuler dan aktivitas komunitas
Edukasi
18. Jelaskan orang tua dan/atau pengasuh tentang
milestone perkembangan anak dan perilaku anak
19. Anjurkan orang tua menyentuh dan
menggendong bayinya
20. Anjurkan orang tua berinteraksi dengan anaknya
21. Ajarkan anak keterampilan berinteraksi
22. Ajarkan anak teknik asertif
Kolaborasi
[Type text]
N DIAGNOSE INTERVENSI
O KEPERAWATAN
23. Rujuk untuk konseling, jika perlu
6. Risiko Managemen cairan
keseimbangan cairan Observasi
kurang dari tubuh 1. Monitor status hidrasi (mis. frekuensi nadi,
b/d disfungsi kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
intestinal (diare) 2. kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan
darah)
Tujuan : setelah 2 x 3. Monitor berat badan harian
24 jam diharapkan 4. Monitor berat badan sebelum dan sesudah
volume cairan dialisis
pasien terpenuhi 5. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis.
hematokrit, Na, K, CI, berat jenis urine, BUN)
KH : asupan cairan 6. Monitor status hemodinamik (mis. MAP, CVP,
px bertambah, PAP, PCWP jika tersedia)
membrane mukosa Terapeutik
tampak lembab,tidak 7. Catat intake-output dan hitung balans cairan 24
edema , dehidrasi, jam
TD dalam batas 8. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
normal ,mata tidak 9. Berikan cairan intravena, jika perlu
tampak Kolaborasi
cekung,turgor kulit 10. Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
membaik,BB
bertambah. Pemantauan Cairan
[Type text]
N DIAGNOSE INTERVENSI
O KEPERAWATAN
Observasi
11. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
12. Monitor frekuensi napas
13. Monitor tekanan darah
14. Monitor berat badan
15. Monitor waktu pengisian kapiler
16. Monitor elastisitas atau turgor kulit
17. Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine
18. Monitor kadar albumin dan protein total
19. Monitor hasil pemeriksaan serum (mis.
osmolaritas serum, hematokrit, natrium, kalium,
BUN)
20. Monitor intake dan output cairan
21. Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis.
frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
tekanan darah, menurun, tekanan mukosa
kering, volume urin menurun, nadi menyempit,
turgor kulit menurun,urine meningkat, berat
badan menurun dalam waktu singkat)
hematokrit meningkat, haus, lemah, konsentrasi
22. Identifikasi tanda-tanda hipervolemia (mis
dispnea. Edema dalam waktu singkat)
[Type text]
N DIAGNOSE INTERVENSI
O KEPERAWATAN
Meningkat, CVP meningkat, refleks hepato
jugular positif, berat badperifer, edema
anasarka,
23. ldentifikasi faktor risiko ketidakseimbangan
cairan (mis. prosedur pembedahan Mayor,
trauma/perdarahan, luka bakar, aferesis,
obstruksi intestinal, pankreas, penyakit ginjal
dan kelenjar, disfungsi intestinal)
Terapeutik
24. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
25. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
26. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
27. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
D. Implementasi
Implementasi adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga
berdasarkan perencanaan yang mengacu pada diagnosa yang telah ditegakkan dan
dibut sebelumnya (Abi Muhlisin, 2012).
[Type text]
E. Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian
untuk melihat keberhasilannya, evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara
operasinal (Abi Muhlisin, 2012).
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
di lanjutkan, merevisi rancana etau mengnentikan rencana keperawatan
(Manurung,2011).
DAFTAR PUSTAKA
Ramadhan, Riardi Wahyu (2015) / Asuhan Keperawatan Pada An. H Dengan
Malnutrisi (Marasmus) Di Bangsla Anggrek III RSUD Surakarta /
http://eprints.ums.ac.id/34160/16/NASKAH%20PUBLIKASI.
1. BIODATA
A. Identitas Pasien
2. ALASAN KUNJUNGAN :
Pada tanggal 7 Agustus 2020 anak B jenis kelamin laki-laki dengan
usia 3 tahun 7 bulan datang bersama keluarga masuk rumah sakit dengan
keluhan tidak mau makan .Dokter mengatakan pasien mengalami malnutrisi
,Ibu mengatakan bahwa berat baadan pasien naik sedikit sekali makan hanya
satu sampai dua sendok minum susu tidak mau anak tampak lemas rambut
berwarna seperti jagung rontok mudah patah dan konjungtiva anemis mukosa
bibir kering pasien sering bolak-balik masuk rumah sakit dengan keluhan
diare dan muntah hasil pemeriksaan fisik suhu u 37,9 derajat Celcius tekanan
darah 80/60 mmhg nadi 72 kali permenit RR 27 kali permenit keadaan mulut
bersih hasil pemeriksaan perkembangan anak hanya bisa mengucapkan dua
suku kata tidak bisa berjalan turgor kulit kembali lambat bising usus 30 kali
per menit orang tua terus bertanya kepada dokter Kenapa anaknya tidak mau
makan, Kenapa setiap makan itu muntah ,lalu orang tua tampak cemas dan
selalu bertanya bagaimana cara cara agar berat badan anak bertambah dan
bagaimana cara supaya anak bisa segera berjalan.
Natal Spontan , BB: 5,5 kg, TB: 50cm, anak mendapat asi ekslusi
Post natal Anak B mendapat asi dengan baik
[Type text]
G.IMUNISASI
Hib-3 Influenza
Pcv-2
Rotavirus-2
5. 6 Bulan Pcv -3 24 Bulan Tifoid
Rotavirus -3 Hepatitis A
Influenza Japanese Encephalitis-2
GENOGRAM :
72 X 65 64
45 25
32 29
Keterangan : 42
bln
: laki-laki : tinggal serumah
6. RIWAYAT SOSIAL
A. Yang mengasuh anak Ibu kandung
B. Hubungan dengan anggota Anak
keluarga
C. Hubungan dengan dengan teman baik suka bermain dirumah karena masih
sebaya belum bisa berajalan ,dapat bermain
puzzle walau harus didampingi
D. Pembawaan secara umum pasien tampak lemas ,wajah seperti
terlihat orang tua
7. KEBUTUHAN DASAR
Kebutuhan Di rumah Di rumah sakit
dasar
Nutrisi
Makanan 4 x sehari, pukul 08.00, 11.00, 3x sesuai jam dan porsi
15.00, 19.30. jenis: rumah sakit.
nasi/bubur,daging,telur ,tahusayur Bubur ayam,sop,tahu
1-3 sendok ,selera makan
(wortel,bayam) dimakan hanya 1- 2
menurun
sendok paling banyak 5
sendok,selera makan menurun
Minum tidak mau minum susu (kadang Tidak minum susu hanya
[Type text]
3) Otot lemah
4) Kardiovaskuler : TD : 80/60mmhg, Nadi :
72x/m, irama : ireguler,kekuatan nadi
:lemah
5) Rambut : berwarna seperti jagung,mudah
patah dan rontok
6) Konjungtiva : anemis
7) Kulit : turgor kulit jelek ,CRT >3 detik
8) Mukosa bibir : kering
9) Kebersihan kulit dan mulut : bersih
10) Pembesaran kelenjar tiroid: -
11) Edema : -
4. Diet 1) Anak suka makan
ayam,tahu,wortel,brokoli
2) Jadwal makan pukul 08.00,11.00, 15,00,
19.30.
3) Anak tidak ada diet khusus
4) Anak tidak mau makan (hanya makan 1-2
sendok)
5) Anak tidak ada alergi terhadap makanan
6) Anak nafsu makan tidak ada
[Type text]
D. Status hidrasi :
Intake : output :
Minum :200cc muntah :100cc
Infus :1500cc urin : 1500cc
Obat ; 100cc BAB : 150 cc
AM : 8 x 5,5kg = 44 IWL : 100cc X 5,5 kg =550
= 550 x 0,25 =134,5 cc/24jam
Balance cairan : intake –output
= 1844 – 1750 = -94
Kesimpulan : berdasarkan data diatas yang saya dapatkan menyatakan bahwa
anak mengalami dehidrasi berat
E. Obat-obatan : obat pencahar lacto B,ondansentron untuk mual muntah
F. Aktifitas : merangkak ,bermain,menonton
G. X-ray :-
………………………………………
[Type text]
Tanda Tangan
Mahasiswa
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
B1 (Breath)Pernafasan
Retensi Hesistensi
Anuria
Produksi urine : jumlah : 100-150 ml/hari/jam warna : kuning bau : khas
amoniak
Alat bantu (kateter dll) ya tidak
Jenis:- dipasang tanggal:.-
Kandung kencing membesar ya tidak
nyeri tekan ya tidak
Intake cairan oral: 200cc/hr parenteral: cc/hr
Lain-lain…………………………………..
Masalah Keperawatan: hipovolemia
Pencernaan
4 4
ANALISA DATA
anemis,BB: 10 kebutuhan
Kg,TB : 50cm
mukosa bibir kering
dan belum bisa
berjalan
O : mukosa bibir Hiperperistaltik
kering ,turgor kulit
kembali lambat, S : Tidak mau makan
37,9º C .
Diare
Kehilangan BB
Kehilangan cairan dan elektrolit berlebih
Dehidrasi
Kekurangan volume cairan
07 Agustus 09.00 4. S: orang tua sering Malnutrisi 4. Ansietas
2020 WIB bertanya “ kenapa
anaknya tidak mau Intake kurang dari kebutuhan
makan?”, “kenapa
setiap makan itu Defisiensi kalori &protein
muntah ?” ,
“bagaimana BB anak Marasmus
bertambah ”, “
bagaimana cara Perubahan status kesehatan
[Type text]
DIAGNOSE KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : An. B UMUR : 3 tahun 7 bulan
TAHUN/BULAN : 2020/08 NO. REGISTRASI : 34561
07 agustus 1. Defitit nutrisi berhubungan dengan intake yang kurang ditandai dengan makan hanya Paula
2020 1-2 sendok ,minum susu tidak mau.pasien sering bolak-balik RS dengan keluhan diare
dan muntah pasien tampak lemas,rambut seperti jagung,mudah rontok dan
patah,konjungtiva anemis,BB: 10 Kg, mukosa bibir kering dan belum bisa berjalan
[Type text]
INTERVENSI KEPERAWATAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
Ansietas
[Type text]