Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Game Puzzle
1. Pengertian game puzzle
Berbagai cara sebenarnya banyak memberikan arti dan manfaat dalam
dunia anak. Salah satunya yaitu permainan puzzle. Dina dalam Ernawati dkk
(2016) menjelaskan bahwa media pembelajaran puzzle merupakan permainan
mengasah otak melalui pencarian.
Puzzle meupakan metode menyusun potongan-potongan gambar
menjadi gambar yang utuh. Gambar asalah sesuatu yang diwujudkan secara
visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan dan pikiran
(Nursalam,2011).
Menurut jamil (2016) permainan puzzle adalah meningkatkan
kemampuan kerjasama kelompok, meningkatkan kemampuan anak mengenali
suatu benda, melatih dan meningkatkan daya analisis anak sekolah dasar
terhadap suatu masalah. Dengan media puzzle siswa dapat belajar secara
nyaman melalui permainan untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan
dengan materi pelajaran. Puzzle dapat memberikan kesempatan belaja yang
banyak, selain untuk menarik minat anak dan membina semangat belajar
dalam permainan.permainan, dalam kegiatan belajar mengajar dengan media
puzzle siswa dapat mencoba memecahkan masalah dengan kreativitas siswa.
Puzzle dapat dilakukan dirumah dan disekolah yang diberikan oleh guru.

2. Macam-macam game puzzle


Ada beberapa jenis puzzle anatara lain :
1. Logic Puzzle
Logic puzzle adalah puzzle yang menggunakan puzzle.
2. Jigsaw puzzle
Jigsaw puzzle adalah puzzle yang merupakan kepingan-kepingan. Disebut
dengan jigsaw puzzle kerena alat untuk memotong menjadi keeping
disebut jigsaw.
3. Mechanical puzzle
Mechanical puzzle adalah puzzle yang kepingnya saling berhubungan.
4. Combination puzzle
Combination puzzle adalah teka-teki yang dapat digunakan melalui
berbagai kombinasi yang berbeda.

Puzzle yang digunakan dalam penelitian ini adalah jigsaw puzzle. Jigsaw
puzzle adaalah puzzle yang merupakan kepingan-kepingan puzzlenya berupa
bentuk binatang dan lainnya. Jenis jigsaw puzzle merupakan jenis puzzle yang
paling sederhana dan mudah dilakukan oleh anak seusia sekolah dasar.
Penggunaan puzzle sebagai alat bermain mempunyai keunggulan disbanding
alat permainan lain karena bias merangsng perkembangan kognitif,
motoric,stimulus anak.
3. Manfaat game puzzle
manfaat permainan puzzle adalah menambah kreativitas siswa,
keaktifan siswa dalam belajar materi yang disampaikan, dan
menghidupkan rasa ingin tahu siswa sehingga pengetahuan siswa akan
bertambah. Puzzle memiliki banyak manfaat,antara lain (jamil,2016) :
a. Meningkatkan ketrampilan kognitif
Ketrampilan kognitif berkaitan dengan kemampuan untuk
Mempelajari dan memecahkan masalah , melalui puzzle anak-anak akan
berusaha memecahkan masalah yaitu menyusun gambar menjadi utuh.
b. Meningkatkan ketrampilan motoric halus
Anak-anak dapat melatih tangan dan mata untuk mencocokan
kepingan-kepingan puzzle dan menyusunnya menjadi suatu gambar.
Kemampuan anak dalam menggunakan otot-otot kecilnya
c. Melatih kemampuan nalar dan daya ingat, meningkatkan kemmpuan
berpikir, dn membuat anak belajar berkonsentrasi.
Melalui permainan puzzle anak dapat menyelesaikan dimana
tangan,kaki dan lainnya sesuai dengan logika. Ssat bermain puzzle Anak
akan melatih sel-sel otaknya untuk mengembangkan kemampuan berpikir
dengan mengelola untuk menyelesaikan potongan-potongan kepingan
gambar tersebut (soetjiningsih, 2010)..
d. Melatih kesabaran
Puzzle dapat melatih kesabaran, ketekunan dan memerlukan waktu
untuk berpikir anak dalam menyelesaikan sesuatu dan berpikir sebelum
dilakukan. Dengan melakukan permainan puzzle anak bias belajar melatih
kesabarannya dalam menyelaikan permainan puzzle.(Nursalam, 2011)
e. Memperluas pengetahuan
Dalam permainan puzzle anak belajar banyak hal, mulai dari
warna,angka, huruf dan bentuk. Pengethauan yang diperoleh dari cara ini
biasanya mengesankan bagi anak dibandingkan yang dihafalkan.anak
dapat belajar konsep dasar binatang, alam sekita, buah-buahan, alphabet
dan lain-lain (soetjiningsih, 2010).
f. Meningkatkan ketrampilan sosial
Teka teki dapat dilakukan lebih dari satu orang dan jika teka teki
dimainkan dalam bentuk kelompok maka diperlukan diskusi untuk
menyelesaikan masalah. Dalam kelompok anak saling mendukung, saling
membantu dan berdiskusi untuk menyelesaikan masalah.
4. Tata cara game puzzle
1) Tata cara menyusun puzzle
a. Pilih area permukaan datar dank eras misalnya meja.
b. Tuangkan isi kotak puzzle ke area.
c. Susun semua kepingan tepi gambar.
d. Mengurutkan keeping-keping potongan berdasarkan tab dan blank
Tab adalah keeping potongan yang memiliki bagian menganjur
dan blank adalah pasangannya.
e. Salah satu metode paling popular adalah menyusun keeping
menjadi beberapa kelompok warna. Waktu penerapan metose ini
bergantung kepada desain dan kerumitan puzzle
f. Setelah anda mengelompokan semua keeping potongan
berdasarkan warna, susun kelompok-kelompok warna puzzle
tersebut.
g. Taruh bagian puzzle yang dirangkai di lokasi puzzle lengkap akan
berbeda
h. Teruskan mengisi kekosongan puzzle
i. Teruskan sampai menyelesaikan puzzle tersebut.

B. Mitigasi bencana
a. Pengertian mitigasi bencana

Pengetahuan atau mitigasi bencana adalah tindakan atau upaya melalui


bebagai cara, untuk mencegah terjadinya suatu bencana atau mengurangi
efeknya, mengurangi resiko bencana, baik mulai pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana. (Pusponegoro & Sujudi, 2016).
Sedangkan menurut undang-undang Nomer 24 adalah serangkaian
upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana (UU No.24 Tahun 2007).
Dalam siklus penanggulangan bencana, mitigasi termasuk dalam
kategori prabencana dimana situasi terrsebut tidak terjadi bencana.upaya
atau kegiatan dalam rangka pencegahan dan mitigasi yang dilakukan,
betujuan untuk menghindari terjadinya bencana serta mengurangi resiko
yang ditimbulkan oleh bencana alam (BNBP No.4 Tahun 2008).

b. Tindakan mitigasi bencana


Tindakan mitigasi bencana dilihat dari sifatnya dapat digolongkan
menjadi 2 bagian yaitu, mitigasi aktif dan mitigasi pasif (BNPB Nomer 4,
2008).
Tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi pasif antara lain,:
1) Penyusunan peraturan perundang-undangan
2) Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah
3) Pembuatan pedoman/standars/prosedur
4) Pembuatan brosur/leaflet/poster
5) Penelitian/pengkajian karakteristik bencana
6) Pengkajian/analisis resiko bencana
7) Internalisasi PB dalam muatan local pendidikan
8) Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana
9) Perkuatan unit-unit sosial dalam masyarakat, seperti forum
10) Pengurus-utamaan PB dalam perencanaan pembangunan

Sedangkan tindakan pencegahan yang tergolong mitigasi aktif antara lain:


1) Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya,
larangan memasuki daerah rawan bencana
2) Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai peraturan tentang
penataan ruang, ijin mendirikan bantuan (IMB), dan peraturan lain
yang berkaitan pencegahan bencana
3) Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat.
4) Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan bencana ke daerah
yang lebih aman.
5) Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat
6) Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur
evakuasi jika terjadi bencana.
7) Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk mencegah,
mengamankan dan mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh
bencana.
Adakalanya kegiatan mitigasi digolongkan menjadi mitigasi yang
berifat non-struktural (berupa peraturan, penyuluhan, pendidikan) dan yang
bersifat strukturaldapat berrupa pembangunan dan prasarana.
c. Manfaat mitigasi bencana
Badan Nasional Penanggulangan Bencana, (2017). Manfaat mitigasi
bencana adalah :
a. Memahami bahaya di sekitar masyarakat.
b. Memaham system peringatan dini setempat. Mengetahui rute evakuasi
danb rencana penungsian.
c. Memiliki keterampilan untuk mengevaluasi situasi secara cepat dan
mengambil inisiatif tindakan melindungi diri.
d. Memiliki rencana antisipasi bencana untuk keluarga dan
mempraktekan rencana tersebut dengan latihan.
e. Mengurangi resiko bencana bagi penduduk dalam bentuk korban jiwa,
kerugian ekonomi dan kerusakan sumber daya alam.
f. Menjadi landasan perencanaan pembangunan
g. Meningkatkan kepedulian masyarakat untuk menghadapi serta
mengurangi dampak dan resiko bencana sehingga masyarakat dapat
hidup aman.
h. Melitibatkan diri dengan berpartisipasi dengan pelatihan.

C. Peran perawat dalam managemen bencana


Pelayanan kesehatan tidak hanya terbatas diberikan pada lokasi
pelayanan kesehatan seperti di rumah sakit, tetapi pelayanan kesehatan juga
sangat dibutuhkan dalam situasa bencana. Perawat tidak hanya dituntut
memiliki penegtahuan dan kemampuan dasar praktek keperawatan.
Kemampuan tanggap bencana juga dibutuhkan saat keadaan darurat. Hal ini
diharapkan menjadi bekal bagi perawat untuk bias terjun memberikan
pertolongan dalam situasi bencana. Kegiatan penanganan siaga bencana
memang berbeda dibandingkan pertolongan medis dalam keadaan normal
lainya. Menurut Efendi (2009), ada beberapa tindakan penting yang biasa
dilakukan oleh perawat dalam situasi tanggap bencana :
1. Pengobatan dan pemulihan kesehatan fisik
Bencana alam yang menimpa suatu daerah, selalu akn memakan
korban dan kerusakan, baik itu korban meninggal, korban luka-luka,
kerusakan fasilitas pribadi dan umum, yang akan menyebabkan isoslasi
tempat, sehingga sulit dijangkau oleh para relawan. Hal yang paling
dibutuhkan oleh korban adalah pengobatan dari tenaga kesehatan.
Melakukan pengobatan bersama perawat lainnya secara cepat,
menyeluruhdan merata ditempat bencana.pengobatan yang dilakukan bias
beragam, mulai dari pemeriksaan fisik, pengobatan luka, dan lainnya
sesuai dengan profesi keperawatan.
2. Pemberian bantuan
Perawat dapat melakukan aksi galang dana bagi korban bencana,
dengan menghimpun dana dari berbagai kalangan dalam berbagai bentuk,
seperti makanan, obat-obatan, keperluan sandang dan lain sebaginya.
Pemberian bantuan tersebut bias dilakukan langsung oleh perawat secara
langsung dilokasi bencana dengan mendirikan posko bantuan. Selain itu,
hal yang harus difokuskan dalam kegiatan ini adalah pemerataan bantuan
ditempat bencana sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh para
korban,
3. Pemulihan kesehatan mental
Para korban suatu bencana biasanya mengalami tauma psikologis
akibat kejadian yang menimpanya. Trauma tersebut bias berupa kesedihan
yang mendlam, ketakutan dan kehilangan. Tidak sedikit trauma ini
menimpa wanita, ibu-ibu dan anak-anak yang sedang massa pertumbuhan.
Sehingga apabila hal ini terus berkelanjutan makan akan mengakibatkan
stress berat dan gangguan mental bagi para korban bencana. Hal ini yang
dibutuhkan dalam penangan situasi seperti ini adalah pemulihan kesehatn
mental yang dapat dilakukan oleh perawat. Pada orang dewasa
pemulihannya bias dilakukan dengan cara sharing dan mendengarkan
segala keluhan yang dihadapinya, selanjutnya diberikan sebuah solusi dan
diberi penyemangat. Sedangkan pada anak-anak, caa yang efektif adalah
dengan mengembalikan keceriaan mereka kembali, perawat dapat
mendirikan sebuah taman bermain, dimana anak-anak tersebuat akan
mendapatkan permainan, cerita lucu dan lain sebagainya.

4. Pemberdayaan masyarakat
Kondisi masyarakat didaerah yang terkena musibah pasca bencana
biasanya akan menjadi bingung akibat memburuknya keaadan pasca
bencana, akibat kehilangan harta benda yang mereka miliki. Sehingga
banyak diantara mereka yang patah arah dalam menentukan hidup
selanjutnya. Hal ibi bias menolong membangkitkan keadaan tersebut
adalah dengan melakukan pemberdayaan masyarakat. Masyarakat perlu
mendapatkan fasilitas dan skill yang dapat menjadi bekal bagi mereka.
Perawat dapat melakukan pelatihan ketrampilan yang difasilitasi dan
berkolaborasi dengan istansi dalam bidang itu. Sehingga diharapkan
masyarakat disekitar daerah bencana akan mampu membangaun
kehidupan kedepan lewat kemampuan yang dimilikinya.
Untuk mewujudkan tindakan diatas, menurut Mespa (2012) perlu
adanya beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang perawat,
diantaranya adalah perawat harus memiliki skill keperawatan yang baik,
perawat harus memiliki jiwa dan sikap kepedulian, perawat harus
memahami managemensiaga bencana. Peran perawat dalam managemen
siaga bencana adalah sebagai berikut:
a. Peran perawat pada fase pre-impact
1. Perawat menjadi pendidik dan pelatih bagi tenaga kesehatan dalam
penanggulangan ancaman bencana
2. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan,
organisasi lingkungan, palang merah Indonesia, serta lembaga-
lembaga masyarakat dalam memberikan penyuluhan dan simulasi
persiapan menghadapi ancaman bencana
3. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk
meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menaggapi bencana.
b. Peran perawat dalam fase impact
1. Bertindak cepat
2. Perawat seharusnya tidak menjanjikan dengan maksud
memberikan harapan yang besar pada korban yang selamat.
3. Berkonsentrasi penuh
4. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan
c. Peran perawat dalam fase post impact
1. Bencana tentu menberikan bekas khususnya bagi keadaan fisik,
fisikologi korban.
2. Stess fisikologi yang terjadi dapat terus berkembang hingga tejadi
post traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom
dengan 3 kriteria utama.
3. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang bekerja
sama dengan unsure lintas sektor menangani masalah kesehatan
masyarakat .

D. Bencana gunung meletus


a. Pengertian Gunung meletus
Letusan gunung api merupkan bagian dari aktifitas vulkanik yang
dikenal dengan istilah “erupsi”. Hampir semua kegiatan gunung api
berkaitan dengan kegempaan aktif sebeb berhubungan dengan batas
lempeng, pada batas lempeng inilah tejadi perubahan tekanan dan suhu
yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang
merupakan cairan pijar (magma). Magma akan mengintrusi batuan atau
tanah disekitarnya melalui rekahan-rekahan mendekati permukaan
bumi.letusan gunung api sangat berbahaya sebab menghasilkan aliran lava
panas, awan panas, gas beracun (mematikan), dan lahar letusan. Meninjau
bahaya yang diakibatkan bencana ini, maka penting bagi masyarakat,
khususnya yang tinggal diwilayah rawan letusan, untuk memiliki
pemahaman prosedur evakuasi. (Eny Supartini,2017)
Meletusnya gunung berapi bias dicegah dengan mengurangi tekanan
didalam gunung tersebut dengan membuat saluran-saluran keluar
ketempat yang aman bila memungkinkan. Selain itu dapat dibuat tanggul-
tanggul penahan lahar sehingga aliran lahar dapat diarahka. (Pusponegoro
& Sujadi, 2016)
b. Tanda peringatan dini
Peringatan dini dimaksudkan untuk memberitahuakan tingkat kegiatan
hasil pengamatan secara kontiyu disuatu daerah rawan dengan tujuan agar
persiapan secara dini dapat dilakukan guna mengantisipasi jika sewaktu-
waktu terjadi bencana. Peringatakn dini disosialisasikan kepada
masyarakat melalaui pemerintah daerah dengan tujuan memberikan
kesadaran masyarakat dalam menghindarkan diri dari bencana.
Menurut BNPB (2017), tanda peringatan dini (status) gunung api
dibagi menjadi 4 yaitu:
1) Awas
Menunjukan aktifitas gunung api yang akan atau sedang
meletus,Tingkatan yang menunjukkan jelang letusan utama, letusan
awal mulai terjadi berupa abu atau asap. Berdasarkan analisis data
pengamatan, segera akan diikuti letusan utama.
2) Siaga
Menunjukan aktivitas gunung berapi yang menuju kearah
letusan dan memberikan dampak. Terdapat Peningkatan kegiatan
berupa kelainan yang tampak secara visual atau hasil pemeriksaan
kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lain.
3) Waspada
Tedapat aktivtas gunung berapi dalam bentuk apapun.
Peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visual atau pemeriksaan
kawah, kegempaan dan metode lain saling mendukung. Berdasarkan
analisis, perubahan kegiatan cenderung diikuti letusan.
4) Normal
Tidak terdapat gejala aktifitas tekananan magma. Level
aktivitas dasar,pengamatan rutin, Aktivitas gunung api, berdasarkan
pengamatan hasil visual, kegempaan, dan gejala vulkanik lain, tidak
memperlihatkan adanya kelainan.
c. Bahaya eropsi gunung api
Bahaya erupsi gunung api memiliki dua jenis bahaya berdasarkan waktu
kejadian, yaitu bahaya primer dan sekunder. Berikut ini bahaya dari erupsi
gunungapi.
1. Awan panas
aliran material vulkanik panas yang terdiri atas batuan berat,
ringan (berongga) lava masif dan butiran klastik yang pergerakannya
dipengaruhi gravitasi dan cenderung mengalir melalui lembah. Bahaya
ini merupakan campuran material erupsi antara gas dan bebatuan
(segala ukuran) yang terdorong ke bawah akibat densitas tinggi. Suhu
material bisa mencapai 300 – 700°C, kecepatan awan panas lebih dari
70 km/jam
2. Aliran lava
magma yang meleleh ke permukaan bumi melalui rekahan,
suhunya >10.000°C dan dapat merusak segala bentuk infrastruktur.

3. Gas beracun
gas vulkanik yang dapat mematikan seketika apabila terhirup
dalam tubuh. Gas tersebut antara lain CO2, SO2, Rn, H2S, HCl, HF,
H2SO4. Gas tersebut biasanya tidak berwarna dan tidak berbau.

4. Lontaran material (pijar).


Lontaran material terjadi ketika letusan magmatic berlangsung.
Suhu mencapai 200°C, diameter lebih dari 10 cm dengan daya lontar
ratusan kilometer.
5. Hujan abu.
Material abu tampak halus dan bergerak sesuai arah angina
6. Lahar Letusan
lahar letusan terjadi pada gunung berapi yang mempunyai
danau kawah, terjadi bersamaan saat letusan. Air bercampur material
lepas gunung berapi mengalir dan bentuk banjir lahar.

E. Anak Sekolah Dasar


a. Pengertian
Anak sekolah dasar adalah mereka yang berusia antara 6-12 tahun atau
bias disebut dengan periode intelektual. Pengetahuan anak akan bertambah
pesat seiring dengan bertambahnya usia. Ketrampilan yang dikuasai
semakain beragam. Minat anak pada periode ini terutama berfokus pada
segala sesuatu bersifat dinamis bergerak. Implikasinya adalah anak
cenderung untuk melakukan aktivitas yang berguna pada proses
perkembangannya (kurnia et al , 2013)

b. Karakteristik peserta didik sekolah dasar


Peserta didik sekolah dasar (SD) umumnya berkisaran antara 6 atau 7
tahun sampai 12 atau 13 tahun, mereka beraa pada fase operasional
konkret (selafin, 2011). Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah
kemampuan dalam proses berfikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah
logika, meskipun masih terkait dengan objek yang bersifat konkret. Objek
konkret tersebut yang dapat ditangkap oleh panca indera.
Menurut Masganti (2017), mengatakan bahwa setiap tahapan
perkembangan kognitif pada anak, mempunyai karakteristik berbeda.
Secara garis besar dikelompokan menjadi empat tahap, yaitu:
1. Tahap sensori motorik (0- 2 tahun), pada tahap ini anak belum
memasuki usia sekolah;
2. Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun), pada tahap ini kemampuan
kognitifnya masih terbatas. Anak masih suka meniru perilaku
orang lain yang pernah dilihat
3. Mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu
mengapresiasikan kalimat-kalimat pendek secara efektif.
4. Tahap eperasional konkret (usia 7-11 tahun), pada tahap ini anak
sudah mulai memenuhi cara mengkombinasikan beberapa
golongan benda yang bervariasi tingkatanya.
5. Tahap operasional formal (usia 11-15 tahun), pada tahap ini anak
sudah mengin jak usia remaja, memiliki kemampuan
mengkoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa karekteristik
peserta didik sekolah dasar yang umumnya berusia 7-12 tahun siswa mulai
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dengan cara menyelidiki, mencoba,
dan bereksperimen mengenai sesuatu hal yang dianggap menarik bagi
dirinya, peserta didik sudah mampu memahami cara mengkombinasikan
beberapa golongan benda yang bervariasi dan siswa sekolag dasar mampu
berpikir sistematis mengenai benda-benda serta peristiwa yang konkret.
Anak-anak usia sekolah dasar, memiliki karakteristik yang berbeda
dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Oleh karena itu guru harus
mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan,
mengusahakan siswa sekolah dasar berpindah atau bergerak, belajar dalam
kelompok, serta memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam
pembelajaran.
c. Kategori anak sekolah dasar
Kategori dari anak sekolah dasar, di bagi menjadi dua fase yaitu:
1. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar ( 6-8 tahun)
Dalam tingkatan kelas disekolah dasar pada usia tersebut dalam kelas
1 sampai kelas 3. Jadi kelas 1 sampai kelas 3 termasuk dalam kategori
kelas rendah.
2. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar (9-12 tahun)
Dalam tingkatan kelas disekolag dasar pada usia tersebut termasuk
dalam kelas 4 sampai dengan kelas 6. Jadi kelas 4 sampai dengan kelas
6 termasuk dalam kategori kelas tinggi.

F. Game puzzle tehadap mitigasi bencana


Dengan rendahnya tentang pengetahuan dan kesiapsiagaan bencana dilakukan
simulasi game puzzle untuk meningkatkan pengatuan mitigasi bencana,
menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan menambah motifasi
siswa sekolah dasar untuk belajar. Selain untuk hiburan game juga dapat
digunakan untuk tujuan yang lebih serius, seperti untuk pembelajaran edukasi.
Game puzzle memiliki konsep untuk edukasi dalam mitigasi bencana khususnya
persiapan ketika menghadapi bencana, tentang penanganan ketika ada bencana,
memahami bahaya di sekitar masyarakat, memahami system peringatan dini,
Mengetahui rute evakuasi dan rencana pengungsian, Memiliki keterampilan untuk
mengevaaaaluasi situasi secara cepat dan mengambil inisiatif tindakan
melindungi diri, dan juga dengan game puzzle dapat memecahkan teka-teki untuk
memecahkan masalah dalam memilih tindakan yang tepat ketika ada bencana
(lakoro, 2016).
G. Kerangka teori

Mitigasi Bencana :
Tindakan mitigasi bencana:
a. Pengertian mitigasi bencana
1) Penelitian/pengkajian karakteristik bencana
b. Tindakan mitigasi bencana
2) Pengkajian/analisis resiko bencana
c. Manfaat mitigasi bencana
3) Internalisasi PB dalam muatan local pendidikan
4) Pembentukan organisasi atau satuan gugus
tugas bencana

Game puzzle tehadap mitigasi bencana


Bencana gunung meletus

a. Pengertian Gunung Meletus


b. Tanda peringatan dini
Manfaat game puzzle
c. Bahaya eropsi gunung api
a. Meningkatkan ketrampilan kognitif
b. Meningkatkan ketrampilan motoric halus
c. Meningkatkan ketrampilan sosial

Peran perawat dalam managemen bencana


Game Puzzle
1. Pengobatan dan pemulihan kesehatan fisik
2. Pemberian bantuan a. Pengertian game puzzle
3. Pemulihan kesehatan mental b. Macam-macam game puzzle
4. Pemberdayaan masyarakat c. Manfaat game puzzle

Anak Sekolah Dasar Karakteristik peserta didik sekolah dasar

a. Pengertian 1. Tahap sensori motorik (0- 2 tahun)


2. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar
b. Karakteristik peserta didik sekolah dasar
(9-12 tahun)
c.
H. Kerangka konsep

Mitigasi
Simulasi game bencana
puzzle gunung
meletus

Ha : Ada pengaruh simulasi game puzzle terhadap peningkatan pengetahuan


mitigasi bencana gunung meletus di SD Negeri 1 Karangsalam Baturaden.

Ho : Tidak ada pengaruh pengaruh simulasi game puzzle terhadap


peningkatan pengetahuan mitigasi bencana gunung meletus di SD Negeri 1
Karangsalam Baturaden.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Pedoman Latihan Kesiapsiagaan Bencana Nasional. BNPB. (2017)

Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Mengahadapi BENCANA. BNPB. (2017).

Efendi & Makhfudi F. (2009). Keperawatan Kesehtan Komunitas: Teori dan Praktik
Dalam Keperawatn . Jakarta: salemba medika.

Hani Haryanto, Rahmatsyam lakoro, 2016. Game edukasi “evakuator” bergenre


puzzle dengan gameplay berbasis klasifikasi sebagai sarana pendidikan
dalam mitigasi bencan. Semarang: universitas Dian Nuswantoro.

Nursalam. (2011). Puzzle, melatih kemampuan dasar anak uisa 3-6 tahun. Jakarta :
Depdiknas.

Pusponegoro, Aryono & Ahmad Sujudi. (2016). Kegawatdaruratan dan BENCANA


Solusi dan Petunjuk Teknis Penanggulangan Medik& Kesehatan. Jakarta : Rayyana
Komunikasindo.

Soetjiningsih. (2010). Tumbuh kembang anak. Jakarta. : EGC

Sya’ban, Jamil. (2016). Permainan cerdas dan kreatif. Jakarta: penebar plus

Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 24. (2007). Penanggulangan Bencana.


Jakarta : BNPB. Redtrieved September 15,2019.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 4. (2008). Penanggulangan Bencana.


Jakarta. BNPB. Redtrieved September 15, 2019.

Anda mungkin juga menyukai