Disusun oleh:
Abdul Rahman
41181396100018
PERIODE AGUSTUS-SEPTEMBER
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
Abdul Rahman
NIM: 41181096100018
Penguji
( )
JAKARTA
2020
ii
IDENTITAS DIRI
NIM : 41181396100018
Angkatan : 2015
Periode : Agustus-September
Abdul Rahman
iii
Kegiatan Nama Usia Jenis Diagnosis/ Materi Fokus Refleksi
Pasien Kelamin
ii
DAFTAR ISI
iv
PASIEN PUSKESMAS
1
Nama Kegiatan : Poli Dewasa
A. Ilustasi Kasus
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. SA
Keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit sama seperti pasien.. Ayah pasien
menderita darah tinggi dan memiliki riwayat sakit jantung dan telah dipasang cincin 5 tahun
yang lalu. Ibu pasien menderita darah tinggi dan gula 10 tahun yang lalu. Saat ini ibu
menggunakan obat insulin.
TB : 163 cm
IMT : 19,5
Suhu : 36.8 c
Telinga : normotia +/+, liang telinga kanan dan kiri lapang, tidak terdapat nyeri
tekan tragus, tidak terdapat preauricular tag dan tidak terdapat abses
retroauricular.
Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret -/-, konka hiperemis -/-
Leher : tidak ada pembesaran KGB dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Toraks : dada kiri lebih menonjol
Jantung : - Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus cordis teraba di ICS V 1 jari medial LMCS
- Perkusi : sonor/sonor
HEMATOLOGI
Hematokrit 35.4 % 33 – 45
Hitung Jenis
Basofil 0 0-1
Eosinofil 0 1-3
Monosit 13 2-5
KIMIA KLINIK
DIABETES
ELEKTROLIT DARAH
SEROLOGI
Lain- lain
SEROLOGI
FUNGSI GINJAL
Imunologi
V. DIAGNOSIS HOLISTIK
1 Aspek personal
2 Aspek Klinis
VI.TATALAKSANA
• Non-farmakologi
Artinya : “Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan
suatu jalan yang buruk.”
Kandungan Ayat
Secara umum Q.S. al-Isra’/17:32 mengandung larangan mendekati zina serta
penegasan bahwa zina merupakan perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk. Allah Swt.
secara tegas memberi predikat terhadap perbuatan zina melalui ayat tersebut sebagai
perbuatan yang merendahkan harkat, martabat, dan kehormatan manusia. Karena bahayanya
perbuatan zina, sebagai langkah pencegahan, Allah Swt. melarang perbuatan yang mendekati
atau mengarah kepada zina.
Imam Sayuṭi dalam kitabnya al-Jami’ al-Kabir menuliskan bahwa perbuatan zina
dapat mengakibatkan enam dampak negatif bagi pelakunya. Tiga dampak negatif menimpa
pada saat di dunia dan tiga dampak lagi akan ditimpakan kelak di akhirat
Farmakologi
o Paracetamol tab 500 mg 3 x 1 prn
o FDC (Efavirenz 600 mg, Lamivudin 300mg, Tenofovir 300mg) 1x1
Terapi Gizi
BB ideal : 90% x (TB-100)x 1 kg = 90% x 63 x 1 = 56.7 Kg
Kebutuhan kalori basal : 30kkal x 56.7 = 1701 Kkal
Kebutuhan kalori total : 1701 + 20% ( aktivitas ringan ) x 1701 = 2041 Kkal
VII. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad malam
Ad Functionam : Dubia ad bonam
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Kelompok : 4
I. Identitas keluarga
DALAM
KELUARGA
3. keluarga ekstended
4. keluarga majemuk
Nama kepala keluarga adalah Tn. Sapei. Keluarga berdomisili di Kp. Rawa Burung RT/RW
001/002 Kosambi Tanggerang. Terdapat 3 anggota keluarga yang berdomisili di rumah tersebut,
dari mulai kepala keluarga, usia 54 tahun, lulusan SMP, bekerja sebagai supir ojek. Berikutnya
istri, bernama Ny. Suliah, 49 tahun, lulusan SD, tidak bekerja, dan berperan sebagai ibu rumah
tangga. Berikutnya adalah pasien yang merupakan anak satu-satunya Tn. Syaiful Anwar, berusia
23 tahun, lulusan SMA, bekerja sebagai mantan pelayan restoran.
g. Genogram:
Tn. S 23 tahun
Keterangan :
II. Keadaan Rumah
Lantai 1
2. plesteran semen
3. ubin
4. keramik
5. marmer
2. asbes
3. genteng
2. tripleks
3. kayu
e. Apakah dapat membaca tulisan/huruf di dalam rumah tanpa bantuan sinar lampu listrik pada
siang hari ?
1. ya 2. tidak
Pasien memiliki rumah 1 tingkat, dimana 1 lantai seluas 40 m 2. Bagian paling depan adalah pekarangan
rumah. Setelah pekarangan rumah, terdapat ruang tamu. Di sebelah kiri ruang tamu terlihat 2 kamar. Di belakangan
ruang tamu terdapat dapur, di samping kiri dapur terdapat satu kamar yang merupakan kamar pasien dan di
sebelah kamar `pasien terdapat 1 kamar mandi. Di bagian belakang dari dapur terdapat pekarangan rumah
belakang. Jenis lantai yang digunakan pasien adalah ubin. Jenis atap yang digunakan adalah seng. Jenis dinding yang
digunakan adalah tembok yang dilapisi cat dan bagian dapur dan kamar pasien meupakan dinding triplek. Keluarga
mengaku tidak mampu membaca tulisan atau huruf di dalam rumah tanpa bantuan sinar lampu listrik di siang hari.
Perbandingan luas jendela dengan lantai kurang baik di ruang tamu kurang dari 20%, dan di ruang tidur tidak
terdapat jendela.
a. Perencanaan keluarga
a.1. Apakah pasangan orang tua di keluarga melakukan perencanaan dalam berkeluarga ?
1. ya 2. tidak
Bila ya , uraikan perencanaan yang dilakukan. Bila tidak, uraikan gambaran di keluarga yang
menunjukkan tidak adanya perencanaan keluarga
1. suami 2. istri
1. ya
Tn. Sapei
7. lainnya ____________
Orang tua pasien sebagai kepala keluarga melakukan perencanaan dalam keluarga. Mereka tidak
mengikuti program KB. Pengambilan keputusan perencanaan tersebut dilakukan oleh orang tua pasien.
Anggota keluarga saling berkumpul setiap hari di rumah pasien. Keputusan dalam diskusi keluarga
yang tinggal serumah selalu berdasarkan diskusi ayah dan ibu pasien.
3. pendidikan menengah
4. pendidikan tinggi
5. lainnya ________________
5. lainnya ___________________________
Secara umum, kebutuhan ekonomi keluarga dapat terpenuhi hingga kebutuhan tersier. Keluarga pasien
masih mampu membeli motor, alat cuci, dan TV, meskipun pembelian tidak dilakukan secara bersamaan.
Kebutuhan pendidikan secara umum tercapai hingga pendidikan menengah, kecuali ibu pasien hanya
hingga lulusan SD.
Untuk kebutuhan spiritual, kegiatan ibadah diarahkan oleh orang tua. Tidak ada kegiataan ibadah
bersama keluarga namun keluarga tetap aktif untuk mengikuti kegiatan pengajian tiap hari jumat.
Untuk kebutuhaan kesehatan, keluarga pasien hanya datang ke pelayanan kesehatan atau Puskesmas
untuk kebutuhan kuratif saja kecuali pasien sendiri yang sudah melakukan perencanaan untuk kesehatan
penyakit pasien di Rumah Sakit.
4. lainnya __________________
5. lainnya ___________________________
a.3. jumlah : 1. masing-masing anggota keluarga kelebihan asupan kalori protein
4. lainnya ____________________________________________________
2. beberapa anggota keluarga jarang berolah raga, yaitu pasien dan ayah pasien
3. beberapa anggota keluarga berolah raga 1-2 x dalam seminggu, yaitu kepala keluarga dan
pasien
6. lainnya ______________________
1. tidak 2. Ya
d. Kebiasaan merokok:
1. tidak 2.ya
Daftar anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok
Keluarga selalu makan makanan yang disiapkan dan dihidangkan di rumah. Sembari menunggu makanan
tersebut, pasien dan keluarga kadang sering jajan ke tetangga untuk mengisi perut, seperti lontong gorengan, dan
lain-lain. Jenis makanan yang disiapkan di rumah adalah makanan sumber energi, protein, dan serat, pasien
mengaku sering membuat tahu dan tempe baik digoreng, bacem, atau lainnya. Jumlah makanan diatur sesuai
dengan kebutuhan kalori anggota keluarga.
Untuk kebiasaan berolahraga kepala keluarga dan pasien sangat jarang olahraga.Keluarga pasien tidak ada
yang memiliki kebiasaan minum alkohol, namun terdapat 1 anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok
sejak lama, yaitu kepala keluarga (Tn.Sapei) sejak 39 tahun yll.
5. lainnya _______________________
5. lainnya _________________
a.3. Keamanan lingkungan perumahan :
a.4. Paparan zat / partikel yang mungkin terjadi di lingkungan rumah adalah:
b.2. Risiko pekerjaan yang dapat terjadi sesuai dengan pekerjaannya adalah:
b.3. Paparan zat / partikel yang mungkin terjadi di lingkungan pekerjaan adalah:
1. Tidak 2. Ya
1. arisan rt/rw
5. lainnya __________________
c.3. Paparan stress sosial yang mungkin terjadi di lingkungan sosial adalah :
5. lainnya -
Untuk lingkungan pekerjaan anggota keluarga, kepala keluarga bekerja sebagai supir ojek online
dengan waktu kerja tidak menentu, bisa pagi, siang, sore, atau malam. Karena itu risiko pekerjaan yang dapat
terjadi sesuai dengan pekerjaannya adalah kecelakaan kerja dan paparan zat atau partikel yang mungkin terjadi
adalah debu dan CO.
Untuk lingkungan sosial keluarga, seluruh kelurga aktif menjadi anggota perkumpulan sosial di
lingkungannya. Kegiatan sosial berupa arisan RT/RW tiap hari minggu dan pengajian di RT/RW setiap hari jumat.
Kedudukan pasien di lingkungan adalah dihormati. Paparan stress sosial yang dialami pasien adalah tidak
VIII. Masalah kesehatan yang ad
tercukupinya kebutuhan hidup keluarga.
IX. a dalam keluarga
1. HIV on ARV
3. Hipertensi esensial
5. ___________________________________________
1. Pasien
1. Edukasi diberikan tidak
3. Edukasi kembali
hanya pada pasien namun 2. Keluarga
mengenai penyakit yang
1. Menjelaskan mengenai pada keluarga pasien. pasien yang
dialami pasien yaitu HIV,
penyakit yang dialami oleh tinggal serumah
DM, dan Hipertensi , faktor 2. Family conference, dapat
pasien dan pengobatannya
risiko yang dilakukan di Puskesmas
menyebabkannya, dan 2. Menjelaskan mengenai maupun di rumah pasien
pengobatannya faktor risiko yang
ditemukaan baik pada
pasien atau keluarga yang
mempengaruhi penyakit
paasien saat ini
(melaporkan apa hasil dari
kunjungan rumah)
3. Menjelaskan betapa
pentingnya tingkat disipilin
dan tatacara yang benar
dalam penatalaksanaan
penyakit, baik non
medikamentosa maupun
medikamentosa
4. Menjelaskan kepada
keluarga betapa
dibutuhkannya peran
keluarga dalam
mendukukung tercapainya
kesembuhan pada pasien
1. Edukasi mengenai
dampai penyakit yang
4. Menjaga kebersihan
ditimbulkan akibat rumah
rumah karena dapat
yang tidak bersih (kutu,
meningkatkan faktor risiko
asma, ISPA berulang, diare,
penyakit lain.
dll)
3. Edukasi bahwa
1. Edukasi dalam bentuk
kebersihan merupakan
family conference, bisa
tugas bersama dan bukan
dilakukan di Puskesmas
tugas pasien saja
atau di rumah pasien 1. Pasien
2. Keluarga
pasien yang
tinggal
serumah.
B. Refleksi perbedaan antara teori dan praktek yang dilakukan
• Saya mengambil kasus ini untuk saya kaji karena kasusnya menarik untuk dibahas dari
berbagai sisi. Keluhan pusing dan nyeri kepala yang dirasakan oleh pasien menurut
saya itu diakibatkan karena efek samping dari terapi ARV yang dikonsumsi oleh
pasien. Hal ini sesuai dengan teori bahwa efavirenz dapat menyebabkan efek samping
neuropsikiatrik seperti mimpi buruk, sakit kepala dan depresi yang umumnya
membaik setelah beberapa minggu pengobatan, namun dapat bertahan dalam jangka
waktu lama pada beberapa ODHA. Pasien di diagnosis sebagai HIV sejak 1 bulan
yang lalu dan mendapat terapi paduan ARV lini pertama yang terdiri dari dua
nucleoside reverse-transcriptase inhibitors (NRTI) ditambah non-nucleoside reverse-
trancriptase inhibitor (NNRTI) atau protease inhibitor (PI). Berdasarkan telaah
sistematik, kombinasi dosis tetap sekali sehari TDF (tenofovir) + 3TC (lamivudin) +
EFV (efavirenz) lebih jarang menimbulkan efek samping berat. Selain itu kombinasi
dosis tetap yang tersedia di Indonesia adalah TDF+3TC+EFV sehingga kombinasi ini
menjadi pilihan lini pertama. Pasien ini diberikan dari RSU Tangerang yaitu FDC
(Efavirenz 600 mg, Lamivudin 300mg, Tenofovir 300mg) sekali sehari yang sesuai
dengan yang tersedia di Indonesia
Tindakan yang saya lalukan sudah benar diantaranya adalah, saya telah
menyiapkan meja dan bangku periksa untuk melayani pasien, alat pemeriksaan tanda
vital seperti tensimeter, thermometer, stetoskop, senter, meteran, timbangan dan
lainnya. Ketika pasien masuk, saya menanyakan nama, usia dan alamat pasien yang
saya sesuaikan dengan rekam medis agar menghindari kesalahan data dengan
pasiennya. Pada saat anamnesis saya sudah menanyakan mengenai keluhan utama
pasien datang berobat, riwayat perjalanan penyakit pasien hingga saat ini dengan runut
menggunakan timeline yaitu menanyakan keluhan penyakit sekarang pasien dengan
lengkap, keluhan penyerta tambahan yang berkaitan dengan penyakit maupun
komplikasinya, menanyakan faktor yang memperingan dan memperberat penyakitnya,
mencari faktor risiko pada pasien, keluarga, dan lingkungan sekitarnya. Menayakan
pengobatan yang sudah dilakukan terhadap penyakitnya serta hasil dari pengobatan
tersebut. Serta memberi kesempatan kepada pasien untuk menyatakan persepsi,
harapan, kekhawatiran, dan upaya yang telah dilakukan pasien untuk mengobati
penyakitnya. Saya juga menanyakan riwayat penyakit dahulu, alergi, menanyakan
riwayat penyakit yang dapat menyebabkan keluhan pusing dan nyeri kepala yang
dirasakan oleh pasien, dan menanyakan kebiasaan hariannya dan faktor sosial nya.
Saya juga telah melakukan pemeriksaan fisik berupa menilai keadaan umun,
pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan generalis yang paling penting dalam pasien
ini untuk mencari kelainan penyerta yang tersering pada kasus HIV. Saya telah
mendiagnosis pasien berdasarkan pengetahuan yang pernah saya pelajari sebelumnya
dan mentatalksana pasien sesuai dengan masalah penyakitnya yaitu memberikan terapi
farmakologi berupa paracetamol sebagai terapi untuk membantu mengurangi perasaan
pusing dan nyeri kepala yang dialami oleh pasien. Saya sudah menuliskan resep
berdasarkan kaidah penulisan resep yang benar sesuai yang pernah saya pelajari
selama di pre-klinik. Dan yang terakhir saya juga sudah mengedukasi pasien agar
patuh untuk konsumsi obat ARV agar jangan sampai putus obat, edukasi mengenai
kondisi penyakitnya saat ini dan risiko penularan penyakit HIV. Edukasi pentingnya
Berolahraga dan menjaga pola hidup sehat
Tindakan yang saya rasakan masih kurang adalah saat terapi farmakologi
untuk pasien saya berikan obat analgetik berupa paracetamol namun tidak
mengedukasi bahwa ini diminum saat lagi nyeri kepala saja. Selain itu saya juga tidak
memberikan penjelasan kepada pasien bahwa kemungkinan penyakit nyeri kepalanya
merupakan suatu keadaan yang wajar dan memang sering timbul pada pasien yang
menerima pengobatan anti HIV. Karena salah satu obatnya yaitu efavirenz dapat
menyebabkan efek samping berupa sakit kepala. Selain itu saya juga belum
menyarankan pasien untuk dilakukan pemeriksaan darah perifer lengkap agar dapat
menilai dari nilai hemoglobin pasien untuk menyingkirkan keluhan pusing yang
diakibatkan karena anemia.
Hal yang tidak sesuai dengan teori adalah pada pasien masih ada beberapa
pemeriksaan penunjang awal saat akan memulai terapi ARV yang masih belum
dilakukan, diantaranya pasien belum dilakukan pemeriksaan Tes cepat molecular atau
basil tahan asam sebagai skrining TB, dan belum dilakukan pemeriksaan HBsAg dan
Anti-HCV padahal hal ini sudah di jelaskan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI
No. HK.01.07/MENKES/90/2019 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Tatalaksana HIV.
F. Nilai Agama dan Profesionalisme
Nilai agama dan profesionalisme yang saya dapat pelajari di sini adalah dokter harus
memperkaya ilmunya dengan baik dan benar agar dapat mengobati pasien dan mengedukasi
pasien dengan ilmu yang benar. Jika dokter tidak memiliki ilmu yang cukup berdasarkan
kompetensinya, maka yang rugi adalah pasiennya. Pasien akan menjadi korban kedangkalan
ilmu seorang dokter yang menanganinya. Hal ini sangat fatal jika hanya akibat pengetahuan
dokter yang kurang atau tidak sesuai kompetensi akan menyebabkan pasien bahaya apalagi
sampai pasien meninggal. Oleh karena itu seorang dokter harus memperlakukan dan
menangani pasien seutuhnya serta menggunakan seluruh pengetahuannya untuk memikirkan
segala kemungkinan diagnosis yang ada dan terapi yang tepat.
Artinya
“Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui?”, sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.” (QS. Az-Zumar: 9)
Selain itu, sehubungan dengan riwayat social yang dialami pasien mengingatkan lagi kepada kita
tentang ayat Al-Qur’an mengenai larangan mendekati zina.
Artinya : “Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan
suatu jalan yang buruk.”
Kandungan Ayat
Imam Sayuṭi dalam kitabnya al-Jami’ al-Kabir menuliskan bahwa perbuatan zina
dapat mengakibatkan enam dampak negatif bagi pelakunya. Tiga dampak negatif menimpa
pada saat di dunia dan tiga dampak lagi akan ditimpakan kelak di akhirat
Hal yang dapat saya pelajari untuk kedepannya adalah saya harus lebih banyak belajar
lagi dan membaca lebih banyak lagi mengenai penatalaksanaan HIV. Saya juga belajar
bagaimana menganamnesis pasien dengan lengkap dan menggali informasi sebanyak
mungkin dari pasien mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penyakit pasien agar saya
dapat menegakkan diagnosis dan mengobati pasien dengan tepat secara holistic dan
komprehensif. Harapan saya adalah agar pasien datang yang berobat dapat sembuh dengan
tuntas. Jika dokter tidak menggali masalah-masalah apa saja yang berhubungan dengan
penyakit pasien, maka dokter tidak akan mampu mengobati pasien secara holistic dan
komprehensif.
Disini saya belajar untuk mengasah empati terhadap masyarakat Indonesia. Saya
belajar bahwa tidak cukup jika pasien hanya diberikan terapi farmakologis saja, namun yang
tidak kalah penting juga terapi nonfarmakologis nya termasuk didalamnya adalah ilmu agama.
Tidak ada salahnya jika seorang dokter mengajarkan ilmu agama dan ilmu pengetahuan yang
ia ketahui kepada pasiennya. Tujuannya adalah untuk memotivasi pasien untuk tetap taat
terhadap aturan Allah SWT serta mencerdaskan masyarakat Indonesia mengenai kesehatan.
Dengan ini, semakin banyak masyarakat Indonesia yang cerdas dan melek kesehatan akan
membangun generasi yang kuat untuk bangsa dan negara Indonesia.
H. Daftar Pustaka
3. Q.S. al-Isra’/17:32
4. Q. S. Az-Zumar: 9
Feedback dari Pembimbing Kampus
Tempat Kegiatan : Rumah Pasien, Kp. Pondok Benda RT/RW 001/004, Serpong, Tangerang
A. Ilustasi Kasus
III. Identitas Pasien
Nama : Ny. H
Umur : 49 tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda
Pemeriksaan : 30 Agustus 2020
IV. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis kepada pasien pada tanggal 30 Agustus 2020 di rumah
pasien.
Keluhan Utama:
keluhan utama pasien saat ini adalah nyeri kedua sendi lutut yang sudah dirasakan
memberat sejak 1 minggu terakhir.
Pasien seorang perempuan usia 49 tahun merasakan nyeri kedua sendi lutut
yang sudah dirasakan memberat sejak 1 minggu terakhir. Keluhan nyeri lutut sudah
dirasakan sejak 6 bulan terakhir namun tidak begitu berat dan masih dapat ditahan
oleh pasien. Pasien mengaku lutut juga sering kaku pada pagi hari, keluhan bengkak
dan lutut kemerahan disangkal. Riwayat trauma tidak ada.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, riwayat DM, penyakit jantung, dan penyakit lainnya
disangkal. Riwayat asam urat tinggi tidak diketahui karena tidak pernah periksa
Keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit sama seperti pasien. Riwayat
hipertensi dan riwayat DM, asam urat tinggi disangkal.
Telinga : normotia +/+, liang telinga kanan dan kiri lapang, tidak terdapat nyeri
tekan tragus, tidak terdapat preauricular tag dan tidak terdapat abses
retroauricular.
Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret -/-, konka hiperemis -/-
Leher : tidak ada pembesaran KGB dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
- Perkusi : sonor/sonor
- Auskultasi : suara nafas vesikular, ronkhi -/-, tidak ada wheezing
Status lokalis genu : edema -/-, hiperemis -/-, deformitas -/-, nyeri tekan -/- , krepitasi
+/+, ROM terbatas +/+.
B. Diagnosis Holistik
1. Aspek Personal
Ny. H 49 tahun dengan keluhan nyeri kedua sendi lutut yang memberat sejak 1 minggu yang
lalu. Pasien sudah merasakan keluhan tersebut sejak 6 bulan terakhir namun tidak berobat
dokter. Kedua lutut sering kaku pagi hari, keluhan bengkak dan lutut kemerahan disangkal.
Riwayat trauma tidak ada. Pasien khawatir keluhan nyeri tersebut akan memperparah
kondisinya sehingga akan semakin sulit beraktivitas. Pasien berharap agar nyeri lutut tersebut
dapat berkurang sehingga dapat kembali beraktivitas seperti biasanya
2. Aspek Klinis
Pasien perempuan, usia 49 tahun, sangat jarang olahraga, terkadang makan jeroan, kacang-
kacangan akan tetapi jarang makan sayur dan buah.
C. Tatalaksana
Non Farmakologis :
Farmakologis :
ʃ 2 dd tab 1 p.c
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Kelompok : 4
I. Identitas keluarga
DALAM KELUARGA
3. keluarga ekstended
4. keluarga majemuk
Nama kepala keluarga adalah Tn. Anim . Keluarga berdomisili di Kp. Pondok
Benda RT/RW 001/004, Serpong, Tangerang. Terdapat 3 anggota keluarga yang
berdomisili di rumah tersebut, dari mulai kepala keluarga, usia 59 tahun, lulusan SMP,
bekerja sebagai satpam Berikutnya istri, bernama Ny. Haryani (Pasien), 49 tahun,
lulusan SMP, tidak bekerja, dan berperan sebagai ibu rumah tangga. Berikutnya adalah
anak yang merupakan anak satu-satunya Tn. Putra Aditya, berusia 16 tahun, tamat SMP,
belum bekerja.
l. Genogram:
Toilet Tempa
Dapur t
mencu
ci
Kamar
Ruang Makan +
anak
Ruang Keluarga
Ruang
Kamar Tamu
Utama
Teras
Lantai 1
2. plesteran semen
3. ubin
4. keramik
5. marmer
2. asbes
3. genteng
2. tripleks
3. kayu
e. Apakah dapat membaca tulisan/huruf di dalam rumah tanpa bantuan sinar lampu listrik
pada siang hari ?
1. ya 2. tidak
Pasien memiliki rumah 1 tingkat, dimana 1 lantai seluas 50 m 2. Bagian paling depan adalah
pekarangan teras. Setelah teras, terdapat ruang tamu. Di sebelah kiri ruang tamu terlihat 1
kamar.selanjutnya terdapat ruang keluarga, di depan ruang kelurega terdapat 1 kamar lgi yang merupakan
kamar anak. Di` belakangan ruang keluarga terdapat dapur, di samping kanan dapur terdapat toilet dan di
samping toilet terdapat ruangan khusus untuk mencuci pakaian. Jenis lantai yang digunakan pasien adalah
ubin. Jenis atap yang digunakan adalah seng. Jenis dinding yang digunakan adalah tembok yang dilapisi
cat. Keluarga mengaku tidak mampu membaca tulisan atau huruf di dalam rumah tanpa bantuan sinar
lampu listrik di siang hari. Perbandingan luas jendela dengan lantai kurang baik di ruang tamu kurang dari
20%, dan di ruang tidur tidak terdapat jendela.
a. Perencanaan keluarga
a.1. Apakah pasangan orang tua di keluarga melakukan perencanaan dalam berkeluarga ?
1. ya 2. tidak
1. ya
Tn. Ardai
7. lainnya ____________
3. pendidikan menengah
4. pendidikan tinggi
5. lainnya ________________
5. lainnya ___________________________
d. Kebutuhan kesehatan : 1. tidak ada perencanaan khusus untuk kesehatan
5. lainnya _______________________
Untuk kebutuhan spiritual, kegiatan ibadah diarahkan oleh orang tua. Tidak ada
kegiataan ibadah bersama keluarga namun keluarga tetap aktif untuk mengikuti kegiatan
pengajian tiap hari jumat.
4. lainnya __________________
5. lainnya ___________________________
4. lainnya
____________________________________________________
2. beberapa anggota keluarga jarang berolah raga, yaitu pasien dan ayah pasien
3. beberapa anggota keluarga berolah raga 1-2 x dalam seminggu, yaitu kepala
keluarga dan pasien
6. lainnya ______________________
1. tidak 2. Ya
d. Kebiasaan merokok:
1. tidak 2.ya
Untuk kebiasaan berolahraga beberapa anggota keluarga berolah raga 1-2 x dalam seminggu,
yaitu kepala keluarga dan pasien.Keluarga pasien tidak ada yang memiliki kebiasaan minum alkohol,
namun terdapat 1 anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok sejak lama, yaitu kepala keluarga
(Tn.Ardai) sejak 30 tahun yll.
5. lainnya _______________________
5. lainnya _________________
a.4. Paparan zat / partikel yang mungkin terjadi di lingkungan rumah adalah:
b.2. Risiko pekerjaan yang dapat terjadi sesuai dengan pekerjaannya adalah:
b.3. Paparan zat / partikel yang mungkin terjadi di lingkungan pekerjaan adalah:
1. Tidak 2. Ya
1. arisan rt/rw
5. lainnya __________________
c.3. Paparan stress sosial yang mungkin terjadi di lingkungan sosial adalah :
5. lainnya -
1. Osteoartritis
2. Hipertensi
III. Rencana pemeliharaan kesehatan pada keluarga
Tujuan kegiatan Materi kegiatan Cara pembinaan Sasaran
individu
2. Menegakkan diagnosis
holistic secara tepat
3. Menjelaskan betapa
pentingnya tingkat
disipilin dan tatacara yang
benar dalam
penatalaksanaan penyakit,
baik non medikamentosa
maupun medikamentosa
4 Hindari konsumsi
makanan tinggi garam,
asam urat, gorengan -
Menurunkan berat badan
- Hindari aktivitas berat
dengan beban tertumpu di
lutut, seperti naik turun
tangga, jongkok -
Melakukan latihan fisik,
latihan penguatan otot,
aktivitas aerobik seperti
berjalan, berenang, senam
5. Menjelaskan kepada
keluarga betapa
dibutuhkannya peran
keluarga dalam
mendukukung
tercapainya kesembuhan
pada pasien
RUMAH TAMPAK DEPAN
KAMAR ANAK
KAMAR UTAMA
RUANG DAPUR
TOILET
C. Refleksi Perbedaan Antara Teori dan Praktek yang Dilakukan
Tindakan yang telah saya lakukan dengan benar yaitu saya telah melakukan
alur penegakan diagnosis secara terstruktur dimulai dari menanyakan identitas,
anamnesis, dan melakukan pemeriksaan fisik sehingga saya mendiagnosis pasien
dengan osteoarthritis genu bilateral.
Pada kasus ini pasien mengeluhkan nyeri kedua sendi lutut, selain
osteoarthritis saya masih memikirkan diagnosis lain yang sama memiliki keluhan
serupa, yaitu artritis gout dan rheumatoid artritis, saya telah ajukan beberapa
pertanyaan untuk menyingkirkan diagnosis banding tersebut, akan tetapi dalam hal ini
saya masih membutuhkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan hal tersebut.
Beberapa pemeriksaan penunjang yang saya butuhkan adalah pemeriksaan kadar
asam urat dan radiologi (rontgen genu dextra/sinistra), dan saya telah mengedukasi
kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan tersebut.
Tindakan yang menurut saya masih kurang tepat yaitu terkait nyeri sendi lutut
pasien, saya tidak menanyakan apakah pasien sering membeli obat anti nyeri untuk
menghilangkan keluhan nyeri tersebut. Selain itu saya juga tidak menanyakan apakah
terdapat riwayat sakit lambung (dyspepsia) sebelumnya. Hal ini sangat penting untuk
kita ketahui karena dari literature telah dijelaskan bahwa obat antinyeri termasuk
dalam golongan anti inflamasi nonsteroid (OAINS) yang memiliki salah satu efek
samping yaitu terhadap organ lambung. Mekanisme efek samping tersebut yaitu
adanya hambatan terhadap enzim siklooksigenase sehingga mengurangi pembentukan
prostaglandin (PGE2) yang merupakan suatu mukoprotektor terhadap mukosa
lambung. Keadaan ini akan dapat menimbulkan ulkus peptikum, sehinggauntuk
penggunaan obat tersebut harus diperhatikan betul terutama apabila pasien dengan
riwayat kelainan lambung. Selain itu saya juga masih belum menentukan status gizi
pasien karena keterbatasan alat dan saat saya mencoba untuk menanyakan berat badan
serta tinggi badan pasien, pasien mengatakan tidak mengetahui, padahal untu mencari
salah satu factor risiko terjadinya osteoarthritis dapat kita lihat dari status gizi (IMT).
Perbedaan antara teori dan fakta yang saya dapatkan yaitu berdasarkan teori
bahwa osteoarthritis (OA) merupakan suatu proses terjadinya peradangan atau
inflamasi kronik pada sendi synovium, dan kerusakan mekanis pada kartilago sendi
dan tulang. Klasifikasi OA terdiri atas primer atau idiopatik yang merupakan suatu
proses degeneratif, dan sekunder yang diakibatkan oleh adanya penyakit atau suatu
deformitas, maupun trauma yang mengubah dan mempercepat kerusakan di tulang
rawan sendi. Kondisi tersebut seperti clubfeet, displasia pelvis, septik artritis, riwayat
fraktur, dan kelainan lainnya. Faktor risiko OA terdiri atas faktor genetik, usia, jenis
kelamin (sering pada perempuan), obesitas, riwayat trauma / operasi, cedera / stress
berulang, dan pekerjaan dengan beban berat. Gejala klinis OA umumnya nyeri sendi
terutama saat beraktivitas dan berkurang saat istirahat, kaku sendi < 30 menit,
mobilitas sendi berkurang, tidak disertai adanya keluhan sistemik seperti demam.
Pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya edema lokal, deformitas, nyeri tekan,
krepitasi, dan ROM terbatas. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu X-
ray sekaligus untuk menilai derajat OA. Tatalaksana osteoarthritis perlu dilakukan
secara komprehensif karena belum ada tatalaksana yang secara spesifik untuk penyakit
tersebut, dan penyakit ini termasuk dalam penyakit yang bersifat degeneratif. Prinsip
dasar tatalaksana osteoarthritis selain untuk mengurangi nyeri dengan obat-obatan
yaitu untuk meningkatkan fungsi sehingga kualitas hidup lebih baik. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan rehabilitasi medis atau dengan terapi fisik. Terapi fisik dapat
dilakukan berupa latihan aerobik dan latihan penguatan otot, menghindari aktivitas
yang loading impact. Hal ini yang masih belum didapatkan oleh pasien, pasien juga
tidak mengetahui ataupun mengikuti adanya kegiatan senam atau aerobik yang
dilakukan di desa atau oleh pihak puskesmas, pasien juga belum mengetahui bahwa
terapi fisik tersebut sangat penting dalam tatalaksana osteoarthritis tersebut, pasien
hanya berharap obat-obatan yang dapat menghilangkan keluhan tersebut.
Saya perlu banyak berlatih dalam melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang lebih rinci dan terarah sehingga dapat menegakan diagnosis secara tepat dan
memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien. Selain itu saya juga perlu belajar
mengenai cara mengedukasi pasien mengenai penyakit dan bagaimana penanganannya
terutama pada penyakit yang bersifat kronik seperti pada kasus ini, sehingga pasien
paham dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya rutin kontrol agar dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien.
Daftar Pustaka
1. Setiati, Siti. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II edisi IV. Jakarta: interna
publishing; 2014.
2. Zaki, Achmad. Buku saku osteoarthritis lutut edisi I. Celtics Press; 2013.
3. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. Farmakologi dan terapi edisi 5.
Jakarta: Badan Penerbit FK UI; 2012
4. HR Bukhari
Feedback dari Pembimbing Kampus
Pembimbing TTD
TTD
A. Deskripsi Kegiatan
Kami sekelompok kami melakukan observasi ke pesantren sebanyak dua kali, yaitu
Pada hari rabu kami mendatangi Pondok Pesantren Nur Hasanah untuk melakukan survey.
Di sana kami memperkenalkan diri, melihat lokasi, menyampaikan tujuan dan meminta izin
untuk mengadakan penyuluhan di pesantren tersebut. Setelah pengurus pesantren menyetujui,
kami menentukan jadwal observasi selanjutnya sambil membawa surat resmi untuk
penyuluhan. Kemudian observasi kedua pada hari kamis, 27 Agustus 2020, Kami melakukan
observasi mengenai keadaan lingkungan pesantren kesehatan santri. Kami melakukan
observasi ke kamar santri menginap, tempat pengajian, dapur, kamar mandi, dan lingkungan
sekitar pesantren. Kami juga melakukan wawancara bersama pengurus pesantren mengenai
profil pesantren dan pada beberapa santri mengenai kebiasaan apa saja yang sering dilakukan
dan beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi di pesantren. Kami kemudian
menentukan waktu penyuluhan dan menyampaikan hal tersebut kepada pemimpin pesantren
dan santri.
Dari hasil observasi dan wawancara dengan santri, kami mendapatkan masalah
kesehatan terkait kebersihan lingkungan dan perseorangan santri. Adapun penyakit tersering
yang dialami oleh santri adalah scabies dan diar. Pada hari sabtu, 26 Agustus 2020, kami
laksanakan kegiatan penyuluhan dengan tema “Budaya Hidup Sehat di Pesantren” yang
terdiri dari 2 materi yakni mengenai PHBS dan materi tentang skabies. Kami tiba di lokasi
pukul 09.30 WIB dan langsung mempersiapkan aula sebagai tempat penyuluhan. Santri
satriwati dikumpulkan dan dipisahkan oleh penghalang terbuat dari papan. Kemudia kami
mulai mempersiapkan laptop, proyektor dan kabel roll serta mircrophone dan speaker. Pukul
10.00 acara dimulai dan diawali dengan pembukaan dan sambutan oleh pihak Puskesmas
Salembaran Jaya yaitu drg. Tri Ajeng. Setelah itu kami melanjutkan ke pemaparan materi
yang sebelumnya kami memberikan pretest terlebih dahulu untuk mengetahui pengetahuan
santri terkait materi PHBS dan skabies yang akan diberikan. Pemberian materi PHBS
disampaikan oleh Robby Franata dan materi skabies disampaikan oleh Salsabila Windiya.
Saat materi disampaikan, santri tampak antusias dan memperhatikan. Untuk materi langkah
cuci tangan, dari kami mempratekkan langsung dengan bernyanyi bersama santri lalu kami
meminta relawan dari 4 santri untuk maju ke depan dan mempaktekkan di depan santri yang
lain. Di sela penyampaian materi, santri diberikan jeda dengan kegiatan relaksasi untuk
menghindari kejenuhan acara. Setelah pemberian materi inti kemudian dilanjutkan tanya
jawab. Saat sesi tanya jawab dibuka, ada 7 santri yang bertanya kemudia kami pemateri
mencoba menjawab penyataannya. Kami juga memberikan post test dan didadapatkan hasil
yang memuaskan dimana hampir semua santri dapat menjawab post test dengan benar.
Setelah itu kami membagikan konsumsi untu semua santri lalu kami menutup acara dan
merapikan kembali aula yang telah digunakan.
B. Refleksi Kegiatan
Tindakan yang saya lakukan yang menurut saya benar adalah pemilihan program
yang tepat dan sesuai dengan apa yang terjadi pada populasi pesantren ini. Kami datang ke
pesantren dan melakukan observasi langsung mengenai keadaan santri-santri di pesantren ini
dan lingkungannya, Hal ini kami lakukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan apa yang
saat ini menjadi masalah utama bagi mereka. Hal ini penting agar kegiatan penyuluhan kami
nantinya benar-benar bermanfaat bagi pihak pesantren. Kegiatan penyuluhan ini juga berjalan
dengan baik dan diikuti oleh antusiasme peserta yang cukup tinggi dalam menyimak materi
kami sampaikan. Saya dan teman-teman sudah melakukan pre dan post test untuk menilai
apakah santri memahami materi, dan hasil yang didapatkan terdapat adanya peningkatan
pengetahuan peserta. Sehingga dapat diketahui kesesuaiannya dengan indikator. Kami
berharap setelah kegiatan penyuluhan dan gerakan bersih bersama ini bisa menjadi contoh
untuk membuat santri mengerti dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pada
penyuluhan pesantren kami memberikan materi PHBS mengenai cuci tangan, membuang
sampah pada tempatnya, tidak meroko dan makan makanan yang sehat dan bergizi serta
olahraga rutin. Cuci tangan menurut WHO, terbagi menjadi 6 langkah yang langsung
langsung kami praktekkan depan santri. kami menjelaskan bahwa mencuci tangan dilakukan
seharusnya dengan menggunakan sabun.
Tindakan yang saya rasakan masih kurang adalah kami tidak memberikan sabun
khusus untuk cuci tangan dan alat kebersihan lainnya untuk diberikan ke pihak pesantren,
kami hanya mengadakan penyuluhan saja, sedangkan yang saya lihat adalah belum ada sabun
cuci tangan yang tersedia disetiap tempat cuci tangan di lingkungan pesantren,. Selain itu
Tidak adanya kerja nyata (action) langsung di lapangan misal gotong royong bersama dan
lainnya setelah dilakukan penyuluhan.
Terdapat perbedaan antara teori dengan fakta yang ditemukan
Penyuluhan merupakan salah satu upaya promosi kesehatan yang nantinya setelah
dilaksanakan diharapkan peserta dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berbeda dengan penyuluhan kali ini, tidak terdapat indikator yang dapat mengertahui peserta
sampai batas melaksanakan, hanya sampai batas adanya peningkatan pengetahuan dari
peserta penyuluhan yang diukur dengan pre dan post test.
Hal yang saya pelajari dari kegiatan penyuluhan pesantren bersama ini mengenai nilai
profesionalisme dokter yang tertuang dalam five star doctor yaitu dokter sebagai
communicator dan manager. Dalam hal ini dikatakan seorang dokter, dimanapun ia berada
dan bertugas hendaknya mampu mempromosikan gaya hidup sehat, mampu memberikan
penjelasan yang edukatif, mampu memberdayakan individu dan kelompok untuk dapat tetap
sehat. Pada kegiatan ini menyadarkan bahwa jika menjadi dokter, kami tidak hanya
melakukan kuratif saja, namun juga diperlukan tindakan secara komunitas berupa promotif
dan pencegahan.
Feedback dari Pembimbing Kampus
Pembimbing TTD
TTD