Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rahma Muja Zahra

Nim : P07131219066
Mk : Imun Dasar

1. Jelaskan keterkaitan antara jalur klasik, alternatif dan lektin pada sistem kompleme?

SISTEM KOMPLEMEN

Sistem komplemen adalah suatu sistem yang terdiri dari seperangkat kompleks protein yang satu
dengan lainnya sangat berbeda. Pada kedaan normal komplemen beredar di sirkulasi. darah dalam
keadaan tidak aktif, yang setiap saat dapat diaktifkan melalui dua jalur yang tidak tergantung satu
dengan yang lain, disebut jalur klasik dan jalur alternatif.

Aktivasi sistem komplemen menyebabkan interaksi berantai yang menghasilkan berbagai substansi
biologik aktif yang diakhiri dengan lisisnya membran sel antigen. Aktivasi sistem komplemen tersebut
selain bermanfaat bagi pertahanan tubuh, sebaliknya juga dapat membahayakan bahkan
mengakibatkan kematian, hingga efeknya disebut seperti pisau bermata dua. Bila aktivasi komplemen
akibat endapan kompleks antigen-antibodi pada jaringan berlangsung terus-menerus, akan terjadi
kerusakan jaringan dan dapat menimbulkan penyakit.

AKTIVASI KOMPLEMEN

Sistem komplemen dapat diaktifkan melalui dua jalur, yaitu jalur klasik dan jalur alternatif. Aktivasi
tersebut melalui suatu proses enzimatik yang terjadi secara berantai, berarti produk yang timbul pada
satu reaksi akan merupakan enzim untuk reaksi berikutnya. Caranya ialah dengan dilepaskannya
sebagian atau mengubah bangunan kompleks protein tersebut (pro enzim) yang tidak aktif menjadi
bentuk aktif (enzim). Satu molekul enzim yang aktif mampu mengakibatkan banyak molekul komplemen
berikutnya. Cara kerja semacam ini disebut the one hit theory.

Secara garis besar aktivasi komplemen baik melalui jalur klasik maupun jalur alternatif terdiri atas tiga
mekanisme, a) pengenalan dan pencetusan, b) penguatan (amplifikasi), dan c) pengakhiran kerja
berantai dan terjadinya lisis serta penghancuran membran sel (mekanisme terakhir ini seringkali juga
disebut kompleks serangan membran) (lihat Gambar 5-1) .

Aktivasi jalur klasik dicetuskan dengan berikatannya C1 dan kompleks antigen-antibodi, sedangkan
aktivasi jalur alternatif dimulai dengan adanya ikatan antara C3b dengan berbagai zat aktivator seperti
dinding sel bakteri. Kedua jalur bertemu dan memacu terbentuknya jalur serangan membran yang akan
mengkibatkan lisisinya dinding sel antigen (lihat Gambar 5-2).
Aktivasi komplemen jalur klasik
Aktivasi komplemen melalui jalur klasik atau disebut pula jalur intrinsik, dibagi menjadi 3 tahap.

1. Regulasi jalur klasik Regulasi jalur klasik terutama terjadi melalui 2 fase, yaitu melalui aktivitas C1
inhibitor dan penghambatan C3 konvertase.

2. Aktivitas C1 inhibitor. Aktivitas proteolitik C1 dihambat oleh C1 inhibitor (C1 INH). Sebagian besar C1
dalam peredaran darah terikat pada C1 INH. Ikatan antara C1 dengan kompleks antigen-antibodi akan
melepaskan C1 dari hambatan C1 INH.

3. Penghambatan C3 konvertase Pembentukan C3 konvertase dihambat oleh beberapa regulator.

 C4 binding protein (C4bp) dan reseptor komplemen tipe 1 (CR1) dapat berikatan dengan C4b
sehingga mencegah terbentuknya C4b2b (C3 konvertase). Disamping itu kedua reseptor ini
bersama dengan membrane cofaktor protein (MCP) juga dapat meningkatkan potensi faktor I
dalam merusak C4b.
 Decay accelerating faktor (DAF) dapat berikatan dengan C4b sehingga mencegah terbentulmya
C4b2b.

Aktivasi komplemen jalur alternatif


Aktivasi jalur alternatif atau disebut pula jalur properdin, terjadi tanpa melalui tiga reaksi pertama yang
terdapat pada jalur klasik (C1 ,C4 dan C2) dan juga tidak memerlukan antibodi IgG dan IgM.

Pada keadaan normal ikatan tioester pada C3 diaktifkan terus menerus dalam jumlah yang sedikit baik
melalui reaksi dengan H2O2 ataupun dengan sisa enzim proteolitik yang terdapat sedikit di dalam
plasma. Komplemen C3 dipecah menjadi frclgmen C3a dan C3b. Fragmen C3b bersama dengan ion Mg++
dan faktor B membentuk C3bB. Fragmen C3bB diaktifkan oleh faktor D menjadi C3bBb yang aktif (C3
konvertase) (Lihat Gambar 5-2). Pada keadaan normal reaksi ini berjalan terus dalam jumlah kecil
sehingga tidak terjadi aktivasi komplemen selanjutnya. Lagi pula C3b dapat diinaktivasi oleh faktor H dan
faktor I menjadi iC3b, dan selanjutnya dengan pengaruh tripsin zat yang sudah tidak aktif ini dapat
dilarutkan dalam plasma.

Tetapi bila pada suatu saat ada bahan atau zat yang dapat mengikat dan melindurlgi C3b dan
menstabilkan C3bBb sehingga jumlahnya menjadi banyak, maka C3b yang terbentuk dari pemecahan C3
menjadi banyak pula, dan terjadilah aktivasi komplemen selanjutnya. Bahan atau zat tersebut dapat
berupa mikroorganisme, polisakarida (endotoksin, zimosan), dan bisa ular. Aktivasi komplemen melalui
cara ini dinamakan aktivasi jalur alternatif. Antibodi yang tidak dapat mengaktivasi jalur klasik misalnya
IgG4, IgA2 dan IgE juga dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur alternatif.

Jalur alternatif mulai dapat diaktifkan bila molekul C3b menempel pada sel sasaran. Dengan
menempelnya C3b pada permukaan sel sasaran tersebut, maka aktivasi jalur alternatif dimulai; enzim
pada permukaan C3Bb akan lebih diaktifkan, untuk selanjutnya akan mengaktifkan C3 dalam jumlah
yang besar dan akan menghasilkan C3a dan C3b dalam jumlah yang besar pula. Pada reaksi awal ini
suatu protein lain, properdin dapat ikut beraksi menstabilkan C3Bb; oleh karena itu seringkali jalur ini
juga disebut sebagai jalur properdin. Juga oleh proses aktivasi ini C3b akan terlindungi dari proses
penghancuran oleh faktor H dan faktor I.

Tahap akhir jalur alternatif adalah aktivasi yang terjadi setelah lingkaran aktivasi C3. C3b yang dihasilkan
dalam jumlah besar akan berikatan pada permukaan membran sel. Komplemen C5 akan berikatan
dengan C3b yang berada pada permukaan membran sel dan selanjutnya oleh fragmen C3bBb yang aktif
akan dipecah menjadi C5a dan C5b. Reaksi selanjutnya seperti yang terjadi pada jalur altematif
(kompleks serangan membran).

Aktivasi komplemen jalur lektin


Komponen sistem komplemen dapat dibagi dalam tiga jalur utama. Jalur klasik terutama diinisiasi oleh
pengikatan C1q terhadap antigen-antibodi kompleks, sedangkan jalur lektin dipicu oleh pengikatan
mannose-binding lectin (MBL) atau ficolin untuk glikosilasi permukaan pada dinding sel mikroba.

Ikatan yang terjadi antara lektin, protein dari golongan kolektin yang diproduksi oleh hati, dengan
mannosa merupakan kompleks protein. Kompleks protein MBL, lebih lanjut membentuk ikatan
kompleks menjadi MASP-I. Mannan-binding lectin Associated Serine Protease) atau MASP-II, dua buah
zimogen protease. MASP-I dan MASP-II sangat mirip dengan protein C1r dan C1s pada lintasan
komplemen klasik dan dianggap mempunyai prekursor yang sejenis.

Ketika gugus reseptor karbohidrat pada MBL mengikat residu mannosa tertentu pada membran
fosfolipid dari patogen, MASP-I dan MASP-II teraktivasi dan membelah protein komplemen C4 dan C2
menjadi C4a, C4b, C2a, C2b. C4b dan C2a saling mengikat pada permukaan patogen, membentuk C3
konvertase, sedangkan masing-masing C4a dan C2b bertindak sebagai kemokina.

C3 konvertase akan terpotong menjadi C3b yang kemudian mengikat reseptor komplemen yang
terdapat pada fagosit.

Anda mungkin juga menyukai