Pelayanan Kontekstual Dalam Melayani Jemaat Di GKPR
Pelayanan Kontekstual Dalam Melayani Jemaat Di GKPR
1
Jemaat Tangerang inipun secara ekonomi berasal dari kalangan menengah dan bawah yang
berprofesi sebagai pedagang, karyawan swasta, pengelola salon kecantikan, ibu rumah tangga,
buruh dan pekerja ojek on line.
Tokoh Tuhan Yesus dan gaya atau metode PelayananNya ke dunia adalah
prototipe, menjadi model Utama dan Pertama dan sumber dan asal muasalnya Teologi
Kontekstual dan pelayanan yang berbasiskan kontekstualisasi injil di bumi ini. Ini haruslah
menjadi Prinsip dan Dasar Utama gereja di muka bumi ini dalam melakukan pelayanan yang
kontekstual.., Inkarnasi Yesus adalah contoh yang sempurna dalam pengembangan teologia
kontekstual dan bagaimana aplikasinya di tengah jemaat modern saat ini. Dia dilahirkan dari
seorang perempuan desa yang sederhana dan secara fisik dilahirkan di palungan yang adalah
tempat makanan binatang dan karena berada di kandang binatang yang kotor, busuk dan
menjijikkan. Tentunya di situ banyak sekali kuman, virus, bakteri dan mungkin nenek moyang
virus corona juga ada di sana. Saya kira orang yang paling miskin sekalipun tidak pernah
dilahirkan tempat hina seperti itu. Dan dalam pelayanan Yesus sering berhubungan dengan
orang-orang yang terpinggirkan dan dimarjinalisasi dalam masyarakat Yahudi seperti orang
buta yang miskin, perempuan pelacur, orang kusta tapi juga mengikut sertakan orang dan
wanita kaya dalam pelayanannya.
Dalam kitab Filipi 2 menyatakan bahwa Dia meninggalkan kesetaraannya dengan Allah dan
mengosongkan dirinya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan
manusia, bahkan dalam keadaan sebagai manusia Ia telah merendahkan dirinya dan taat
sampai mati bahkan sampai mati di kayu salib. Suatu kontekstualisasi yang sempurna.
Contoh atau model yang lain dalam pelayanan kontekstual ini adalah pelayanan murid murid
Yesus dan pelayanan Rasul Paulus dan rekan rekannya seperti Barnabas dll.
Kita tahu Petrus dan kawan-kawannya itu banyak melayani orang Yahudi sedangkan Paulus
banyak melayani orang non Yahudi.
2
Dalam pelayanan Rasul Petrus, Yohanes dkk, dalam Kisah Para Rasul 3 : 6, bisa dilihat di sini
bahwa pelayanan juga dapat mengubah pandangan orang Yahudi yang sangat materialistis
melihat dunia ini.
Dengan mengatakan bahwa emas dan perak kami tidak punya tapi apa yang kupunyai
kuberikan padamu, demi nama Tuhan Yesus orang Nazaret itu berjalan lah. Jadi pelayanan
yang berbasis teologia kontekstual juga merubah Mind Set orang yang berorientasi materialistis
(uang dan barang) menjadi hal rohani dan justru secara fundamental merubah kehidupan
seseorang baik secara jasmani dan rohani.
Kita tahu pada saat Rasul Paulus melayani di Atena di tanah Yunani, dia melakukan
kontekstualisasi dengan kepercayaan orang-orang Yunani yang percaya Dewa-dewa. Dalam
Kisah Para Rasul 17: 23 dikatakan bahwa pada saat berjalan di kota itu dia menjumpai suatu
mezbah dengan tulisan kepada Allah (dewa) yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa
mengenalnya itulah yang kuberitakan kepada kamu
Tujuan Penulisan
PERTAMA, Melihat bagaimana penerapan teologia kontekstual terhada jemaat di Bekasi
yang heterogen, pluralistis dan majemuk serta jemaat yang homogen dan memiliki persamaan
yang dekat dari latar belakang sosial budayanya yang berada di jemaat Tangerang. Jemaat misi
yang ada di Sumatera dan Jawa umumnya homogen.
KEDUA, Melihat implikasi pelayanan dalam bentuk ibadah, kotbah, pengajaran, pelayanan
konseling, sakramen seperti Perjamuan Kudus, pelayanan dalam perkawinan, pembaptisan,
pelayan orang sakit, penguburan atau ibadah syukur, pengembangan talenta jemaat dalam
menopang pelayanan, juga pelayanan misi dan kaderisasi pelayanan dan pengembangan SDM
atau Sumber Daya Manusia.
Ketiga, Melihat efektifitas pelayanan yang berbasiskan teologia kontekstual yang dapat
memenangkan banyak jiwa dan membina atau memuridkan jiwa-jiwa yang ada.
3
BAB II Penjabaran Masalah
Untuk jemaat yang heterogen dan majemuk yang ada di Bekasi dengan strata sosial yang
sangat beragam . Ada jemaat dengan tingkat ekonomi yang tinggi sampai jemaat yang level
social di bawah seperti mantan preman dan saat ini juga tetap preman dan menjadi anggota
aktif dari geng preman. Maka masalah yang ada adalah bagaimana mencari bentuk dan
metode yang tepat untuk merangkul semua jemaat secara efektif sehingga dapat membantu
mereka menikmati kehidupan rohani yang bertumbuh dan bertambah baik tapi juga dapat
membantu kehidupan mereka secara sosial ekonomi. Bukankah dalam pelayanan Tuhan Yesus
memberi injil dan roti: ingat memberi makan 4000 dan 5000 orang laki-laki belum termasuk
wanita dan anak-anak. Prinsip Tuhan Yesus ini dapat dilakukan secara holistik, baik dan tepat .
Pelayanan rohani (injil) dan Pelayanan jasmani (Roti)
Begitu juga dengan pelayanan jemaat di Tangerang, dimana jemaatnya secara relatif homogen
karena umumnya berlatar belakang etnis China dengan latar belakang ekonomi sosial
menengah ke bawah yang banyak menjadi pedagang klontong, penjual mie ayam, pedagang air
isi ulang, pengelola salon dan ojek on line. Yang umumnya memiliki pengetahuan Alkitab yang
rendah. Karena banyak yang tetap bayi rohani dan berkarakter manusia lama, karena tiap hari
yang dipikirkan hanya bagaimana jualannya cepat laku dan banyak laku serta untung besar.
Mind set berpikir ini yang terus menerus memerlukan pembinaan rohani,
Di sini dibutuhkan kreasi dan kreatifitas yang lebih mendalam dan luas dalam menerapkan
prinsip-prinsip Alkitab dan khususnya etika dan praktika dalam berteologia kontekstual, seperti
dalam memilih topik-topik khotbah dan pengajaran yang lebih bersifat lintas budaya dan lintas
sosial dengan sering membahas kekuatan dan kelemahan etnis-etnis tertentu di Indonesia
dengan banyak menggali masalah pembinaan karakter dan sifat seorang pengikut Yesus dengan
mengambil cerita dari tokoh-tokoh Alkitab yang ada.
Menurut Yakob Tomatala dalam bukunya Teologi Kontekstual : Suatu Pengantar, menyatakan
bahwa Teologia Kontekstual adalah cabang ilmu teologi Kristen yang menelaah bagaimana
ajaran Kristen dapat menjadi relevan di dalam konteks-konteks yang berbeda.
Menurut Stephen B Bevans dalam bukunya Teologi kontekstual, mengemukakan gagasan dan
pandangan bahwa teologi kontekstual itu merupakan imperatif teologi. Berteologi kontekstual
adalah tugas dan tanggung jawab semua orang yang beriman. Semua orang Kristen ditantang
untuk berteologi dari konteks. Dalam kontekstualisasi orang akan berhadapan dengan konteks
kebudayaan dan agama yang tradisional di satu pihak dan di pihak lain bergumul juga dengan
konteks modernisasi yang menyebabkan terjadinya perubahan nilai, khususnya yang
berhubungan dengan martabat manusia. Sehingga sudah tentu teologia kontekstual bukan lagi
menjadi suatu pilihan yang bersifat fakultatif melainkan suatu imperatif teologi. (Buku Teologi
Kontekstual, Stephen B Bevans, Ledalero, Maumere).
Sedangkan pandangan Hans Kung seorang teolog katolik dari Swiss, berpandangan bahwa
teologia sistimatika sebagaimana juga teologia kontekstual itu pada dasarnya tidak
mengandung kebenaran tetapi didalamnya kebenaran itu sendiri yang membimbing untuk
melakukan aplikasi dan penerapan dari teologi kontekstual itu. (DR Ignas Kleden, Seminar
Internasional ilmu-ilmu sosial dan teologi kontekstual, STFK, Ledalero, Flores, Oktober 2018)
Untuk memahami secara mendalam dan lebih luas dan lengkap mengenai konsep teologia
kontekstual diperlukan pemahaman mengenai wawasan mengenai wilayah dan kerangka
teoritis yang meliputi suatu kontekstualisasi yang lengkap yang meliputi hal-hal sebagai berikut
(DR Lenny Chendralisan, Kuliah Teologi Kontekstual, STT REM, Feb. 2021) :
6
A. 3 (tiga) bidang yang harus dikontekstualisasikan : 1) Penginjil 2),Injil 3).Jemaat
B. 2 (dua) prinsip yang mendasari kontekstualisasi : 1) Menyesuaikan diri 2) Hidup di
bawah Hukum Kristus (Al masih).
C. 3 ( tiga) cara/pilihan dalam praktek kontekstualisasi1) Memakai 2) Mengubah 3)
Membuang
D. 1 (satu) tujuan yaitu memenangkan sebanyak mungkin orang (Injil yang relevan dan
murni).
KESIMPULAN
Setelah menelaah apa yang sudah dilakukan dan sedang dilakukan dalam jemaat GKPR di Bekasi
dan pos pelayanan gereja di Tangerang dalam kerangkan dan pemahaman berteologia
kontekstual maka beberapa hal yang dapat disimpulkan :
1. Bahwa pemahaman mendalam secara teoritis teologia kontekstual yang Alkitabiah
sangatlah membantu gereja untuk melakukan pelayanan yang holistic, efektif dan baik
untuk melayani jemaat dari berbagai latar belakang lintas budaya yang berbeda dan
majemuk.
2. Bahwa pemahaman Alkitabiah bahwa tujuan utama dari berteologia kontekstual adalah
memenangkan sebanyak mungkin jiwa adalah sejalan dengan perintah dan amanat
agung Tuhan Yesus untuk menjadikan semua bangsa muridNya.
3. Pemahaman teoritis dari teologia kontekstual hanyalah alat bantu dalam melakukan
pelayanan kontekstual yang efektif terhadap jemaat, peranan Roh Kudus adalah sentral
di dalam proses penginjilan dan pemuridan. Karena hanyalah Tuhan yang bisa
menambahkan jiwa-jiwa yang akan diselamatkan
4. Bahwa fator Kepemimpinan (Leadership) adalah berperan sangat signikan dalam
mengaplikasikan teologia kontekstual di tengah-tengah jemaat.
5. Pelayanan yang berbasiskan teknologi informasi (internet) harus terus digalakkan untuk
mendukung pelayanan teologia kontekstual agar semakin efektif dan menjangkau
pelayanan yang lebih luas terhadap masyarakat modern saat ini.
7
SARAN
Saran yang dapat dikemukakan adalah :
1. Sebaiknya pengajaran teologia kontekstualisasi bukan hanya menyoroti kerangka
teoritis secara dominan tapi juga memberikan porsi yang cukup besar untuk membahas
secara mendalam berbagai contoh aplikasi teologia kontekstualisasi dari berbagai
gereja lintas budaya di Indonesia maupun lintas negara dari berbagai negara di dunia ini.
Daftar Kepustakaan :
Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 1974
C Peter Wagner, Pertumbuhan Gereja dan Peranan Roh Kudus,
DR Ignas Kleden, Seminar Internasional Ilmu-ilmu Sosial dan Teologi Kontekstual, STFK,
Ledalero, Flores, Oktober 2018.
Stephen B Bevans, Teologi Kontekstual, Maumere,
Dr Yakob Tomatala, Teologi Kontekstualisasi: Suatu Pengantar, Gandum Mas, Malang, 1996
DR Lenny Chendralisan, Kuliah Teologi Kontekstual, STT REM, Jakarta, Feb 2021