DISUSUN OLEH :
1. Agung irwansyah
2. Apri handoyo
3. Harry nusantara
4. Huro iriani
5. Siska royani
6. Yunita wahyuningsih
7. Tri rahma yanti
8. Fitriyana
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada anak berkebutuhan
khusus”. Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan
bantuan, saran, dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan anak
dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan
untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi.Bahasa bisa diekspresikan melalui
bicara mengacu pada simbol verbal.Selain itu bahasa dapat juga diekspresikan
melalui tulisan, tanda gestural dan musik.Bahasa juga dapat mencakup aspek
komunikasinonverbal seperti gestikulasi, gestural atau pantomim.
1
Kerusakan telinga bagian dalam dan hubungan saraf otak yang
menyebabkan tuli sensoris.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
verbal.Komunikasi non-verbal ini digunakan oleh anak
tunawicara.Tunawicara adalah individu yang mempunyai hambatan dalam
berbicara.
4
emosional, kebiasaan yang salah dalam menggunakan suara atau
menggunakan suara secara berlebihan, kondisi fisik yang lemah dan
hilangnya pendengaran.Beberapa orang yang mengalami masalah
psikologik juga dapat kehilangan suara atau sering disebut
sebagaiabnormalitas suara yang parah. (Mangunsong, 2009: 116).
Gangguan suara yang berhubungan dengan resonansi juga dapat disebabkan
oleh abnormalitas fisik, misalnya terkena celah dilangit-langit mulut atau
kena kerusakan otak, begitu juga pada orang yang mengalami tonsillitis dan
sinusitis yang parah.
5
b. Etiologi dari gangguan kelancaranbicara
Gangguan ini biasanya disebabkan karena gangguan emosi, adanya
kerusakan otak dan saraf yang menyebabkan gangguan organ bicara, terjadi
pada saat anak belajar berbicara.Gangguan kelancaran berbicara sering
disebut dengan gagap.Conture (dalam Mangungsong 2009: 118)
mengatakan bahwa” mereka yang gagap lebih dari satu setengah atau dua
tahun beresiko menderita gagap kronis.Jika mereka tidak ditangani lebih
alanjut maka anak akan mengalami ketidakemampuan dalam komunikasi,
mengembangkan perasaan diri yang negative serta mengalami masalah
dalam mengambil kesempatran kerja atau pendidikan”. Pendekatan yang
paling berguna dalam memahami gagap adalah memandangnya sebagai
hasil berbagai sebab yakni hasil komulatif dari belajar yang keliru dan hasil
kecemasan yang berhubungan dengan berbicara
c. Etiologi kelainanbahasa
6
periferal berhubungan dengan gangguan sensoris atau fisik, gangguan
pendengaran, gangguan penglihatan, gangguan fisik, dan gangguan motorik
yang berhubungan dengan bicara. Faktor lingkungan dan emosional
dikarenakan oleh faktor lingkungan fisik dan psikologi antara
lainpenelantaran dan penganiayaan, masalah perkembangan perilaku dan
emosi. Faktor-faktor campuran dikarenakan oleh faktor sentral, periferal
dan faktorlingkungan.
7
kikuk olehgurunya.
5. Kurang bisa menyesuaikan diri dari segi perilakunya, sulit membaca
dan banyak terjadi pada anaklaki-laki.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristis
tuna rungu yaitu : terjadi pada anak-anak yang lahir teratur, belum bisa
berbicra dalam bentuk kalimat pada usia dua tahun, memiliki gangguan
penglihatan, kurang bisa menyesuaikan diri dan sulit membaca.
8
mengenai konseptual dan prestasi pendidikan, keterlambatan perkembangan
bahasa dan aphasia ekspresif akan mempengaruhi perkembangan
pendidikan dan kognitif karena perkembangan pendidikan dan kognitif
sangat tergantung pada pemahaman dan penggunaan bahasa. Faktor yang
kedua mengenai faktor personal dan sosial, kelainan artikulasi dan suara
menyebabkan konsekuensi negative dalam relasi interpersonal dan
perkembangan konsep diri anak.
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK TUNAWICARA
4.1 Pengkajian
a. Data Subjektif
Pada anak yang mengalami gangguan bahasa :
1. Umur berapa anak saudara mulai mengucapkan satu kata?
2. Umur berapa anak saudara mulai bisa menggunakan kata dalam suatu
kalimat?
3. Apakah anak anda mengalami kesulitan dalam mempelajari kata baru?
4. Apakah anak anda sering menghilangkan kata-kata dalam kalimat yang
diucapkan dalam kalimat yang diucapkan?
5. Siapa yang mengasuh di rumah?
6. Bahasa apa yang digunakan bila berkomunikasi di rumah?
7. Apakah pernah diajak mengucapkankata-kata.
8. Apakah anak anda mengalami kesulitan dalam menyusun kata-kata?
10
8. Apakah orang lain merasa kesulitan dalam mengerti kata-kata anakanda?
9. Perhatikan riwayat penyakit yang berhubungan dengan gangguan fungsi
SSP seperti infeksi antenatal (Rubbela syndrome), perinatal (trauma
persalinan), post natal (infeksi otak, trauma kepala, tumor intra kranial,
konduksi elektrikotak).
b. Data Objektif
4. Umuranak.
5. Kemampuan membuatkalimat.
- Gangguan fungsineurologis.
- suka melihat gerak bibir atau gerak tubuh temanbicaranya
- Telinga mengeluarkancairan
- Biasanya Menggunakan alat bantu dengar
- Bibir sumbing
- Suka melakukan gerakantubuh
- Cenderungpendiam
- Suarasengau
- Cadel
11
4.2 Diagnosa Keperawatan
12
berhubungan dengan kurangnya stimulasi mengapaanaktidak dapat berbicara
bahasa,deviasi anatomis(kerusakan 2) Lakukan komunikasi secara
komprehensif baik verbal
neuromuscular,) kelainan persepsi,
maupun nonverbal.
kendala lingkungan 3) Berbicara perlahan, jelas, dan
tenang, sambil menghadapanak.
4) Anjurkan kepada orang tua untuk
memberikan lebih banyak kata
meskipun anak belum mampu
mengucapkan dengan benar.
5) Lakukan sekrening lanjutan
dengan mengggunakan
TesAudiometri
DefisiensiPengetahuan (Tuna Wicara); 1) Sepakati terlebih
Keluarga/orangtuaberhubungan dengan dahulupengetahuanapa yang
kurang paparan, Kurang pengalaman, dibutuhkan orang tua/keluarga.
2) Lakukan edukasi orang
kurang familier dengan sumber informasi tua/keluarga
3) Bersamakeluargamenetapk
antujuan yang realitis yang
ingin di capai oleh keluarga
terkait masalahanak.
4) Berikan informasi tentang
sumber – sumber
komunitas yang dapat
menolong orang tua/
keluarga
dalammeningkatkan
pengetahuan orang
tua/keluarga
Ketidakmampuankeluargauntukmerawatk 1) Kenali dan pahami
eluarga yang mengalami kondisiorangtua/keluarga.
gangguankesehatan 2) Bantu orang tua untuk bisa
(TunaWicara)berhubungan dengan mengenali dan
deficitpengetahuan, social ekonomi mengidentifikasi masalah yang
rendah, lingkungankeluarga sepi, di khawatirkan oleh orang tua
kultur/budaya (mitos)yangberkaitan (pemberi asuhan) dan keluarga
dengankondisianak, ketegangan peran 3) Ajari orang tua cara merawat
pemberi asuhan anggota keluarga yang sakit
(Tuna wicara ) seperti :
membersihkan liang telinga
anak, saat mengajak anak
13
berbicara, hindari hal-hal lain
yang mungkin dapat
mengganggu, seperti radio dan
televisi yang menyala ,
Gunakan kata yang sederhana
namun sering di dengar anak
missal : memanggil namanya ,
ma-ma, pa-pa.
4) Lakukan terapi Spiritual
Emotional Freedom Technique
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Mahasiswa diharapkan dapat mempelajari lebih banyak lagi
tentang asuhan keperawatan pada kelopok rentan/khusus dengan membaca
lebih banyak buku dan jurnal ilmiah terkait. Hal ini guna membantu
mahasiswa dalam memahami lebih banyak lagi tentang materi terkait.
14
DAFTAR PUSTAKA
15