Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

DISUSUN OLEH :

1. Agung irwansyah
2. Apri handoyo
3. Harry nusantara
4. Huro iriani
5. Siska royani
6. Yunita wahyuningsih
7. Tri rahma yanti
8. Fitriyana

UNIVERSITAS MUHAMMADYAH PRINGSEWU


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada anak berkebutuhan
khusus”. Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan
bantuan, saran, dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh


dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini dapat bermanfaat
bagi mahasiswa/i UNIVERSITAS MuhammadiyahPringsewu dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Pringaewu, 18 Desember 2019

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I KONSEP TEORITIS


A. DEFINISI.........................................................................................................1
B. PENYEBAB/ETIOLOGI...............................................................................1
C. PATOFISIOLOGI..........................................................................................2
D. BATASAN KARAKTERISTIK....................................................................2
E. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN.........................................4

BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN................................................................................................5
B. RIWAYAT KESEHATAN.............................................................................5
C. POLA FUNGSI KESEHATAN.....................................................................5
D. PEMERIKSAAN FISIK................................................................................9
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG...................................................................10
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN....................................................................11
G. INTERVENSI KEPERAWATAN................................................................12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan......................................................................................................13
B. Saran................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan anak
dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan
untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi.Bahasa bisa diekspresikan melalui
bicara mengacu pada simbol verbal.Selain itu bahasa dapat juga diekspresikan
melalui tulisan, tanda gestural dan musik.Bahasa juga dapat mencakup aspek
komunikasinonverbal seperti gestikulasi, gestural atau pantomim.

Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan


perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak.Keterlambatan bicara
adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang
tua.Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat.

Tuna rungu merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan


keadaan kehilangan pendengaran yang dialami oleh seseorang. Secara umum
tuna rungu dikategorikan kurang dengar dan tuli, sebagimana yang diungkap
Hallahan dan Kauffman (Muktiaji, 2016) bahwa Tuna rungu adalah suatu
istilah umum yang menunjukkan kesulitan mendengar yang meliputi
keseluruhan kesulitan mendengar dari yang ringan sampai yang berat,
digolongkan ke dalam tuli dan kurang dengar.Anak tuna rungu adalah anak
yang mengalami gangguan pendengaran dan percakapan dengan derajat
pendengaran yang bervariasi antara 15dB- 30dB (mild hearinglosses), 31dB-
60dB (moderate hearing losses),61dB-90dB (severe hearing losses), 91dB-
120dB (profound hearing losses) dan 121 dB ke atas dikatakan tuli (total
hearing losses). Somad (1996) membedakan tunarunguan berdasarkan tempat
terjadinya kerusakan, yaitu :
 Kerusakan pada bagian telinga luar dan tengah, sehingga menghambat
bunyi-bunyian yang akan masuk ke dalam telinga disebut telinga
konduktif.

1
 Kerusakan telinga bagian dalam dan hubungan saraf otak yang
menyebabkan tuli sensoris.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian anak berkebutuhan khusus dengan Tunawicara
2. Mengetahui etiologi anak dengan Tunawicara
3. Mengetahui klasifikasi Tunawicara
4. Mengetahui karakteristik anak dengan tunawicara
5. Mengetahui perkembangan anak dengan tunawicara
6. Mengetahui cara kaum tuna rungu menginformasikan pesan atau bahasa
isyarat
7. Mengetahui alat bantu dengar bagi tuna wicara
8. Mengetahui program bimbingan orang tua terhadap keterampilan berbicara
anak tunarungu
9. Mengetahui asuhan keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan
tunawicara

1.3 Manfaat Penulisan


Diharapkan makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam mata kuliah
keperawatan kesehatan jiwa, terkhusus pada materi asuhan keperawatan pada
kelompok rentan/ khusus ‘Tunawicara’.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Anak berkebutuhan Khusus

Suran dan Misso, 1979 (dalam Mangunsong 2009: 3) menyatakan


bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan
berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi
kemanusiannya.Mereka yang secara fisik, psikologis, kognitif atau sosial
terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan dan potensinya
secara maksimal, meliputi mereka yang tuli, buta, mempunyai gangguan
bicara, cacat tubuh, retradasi mental, gangguan emosional.Juga anak-anak
yang berbakat dengan inteligensi yang tinggi, dapat dikategorikan sebagai
anak khusus atau anak luar biasa, karena memerlukan penanganan yang
terlatih dari tenaga professional.
Gearheat 1981 (dalam Mangunsong 2009: 3) mengatakan bahwa
“seorang anak dianggap berkelainan bila memerlukan persyaratan
pendidikan yang berbeda dari rata-rata anak normal dan untuk dapat belajar
secara efektif memerlukan program, pelayanan, fasilitas dan materi
khusus.”
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa anak
berkebutuhan khusus adalah anak yang menyimpang dari rata-rata anak
normal yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus sehingga
memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga yang profesional.Kajian
penelitian ini yang dimaksud anak berkebutuhan khusus tidak termasuk
anak yang memiliki intelegensi tinggi, dan difokuskan pada anak
tunarungu, tunawicara dan tunagrahita.
Pada setiap manusia, komunikasi merupakan alat yang penting,
dengan komunikasi maka aktivitas manusia akan berjalan lancar. Berbicara
dan bahasa merupakan alat komunikasi.Komunikasi selalu melibatkan
pengiriman informasi dan penerimaan informasi tetapi komunikasi tidak
selalu melibatkan bahasa, misalnya dengan komunikasi non-

3
verbal.Komunikasi non-verbal ini digunakan oleh anak
tunawicara.Tunawicara adalah individu yang mempunyai hambatan dalam
berbicara.

2.2 Etiologi Anak Tunawicara


Kerusakan pada kelainan bicara atau tunawicara diklasifikasikan
menurut etiologi atau simptom.Etiologi anak tunawicara adalah penyebab
seseorang menjadi tunawicara, ada beberapa sebab yang menimbulkan
kerusakan pada suara sehingga anak menjadi tunawicara.Faktor penyebab
tunawicara sangat bervariasi.

Secara spesifik dikemukakan faktor-faktor yang berkaitan dengan


kelainan bicara dan bahasa (dalam Mangunsong 2009: 115) yaitu:
1. Faktor Sentral berhubungan dengan susunan saraf pusat,
ketidakmampuan berbahasa yang spesifik, keterbelakangan mental,
autism, deficit dalam perhatian dan hiperaktif serta mengalami
gangguan fungsikognitif.
2. Faktor periferal berhubungan dengan gangguan sensoris atau fisik,
gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, gangguan fisik, dan
gangguan motorik yang berhubungan denganbicara.
3. Faktor lingkungan dan emosional dikarenakan oleh faktor lingkungan
fisik dan psikologi antara lain penelantaran dan penganiayaan, masalah
perkembangan perilaku danemosi
4. Faktor-faktor campuran dikarenakan oleh faktor sentral, periferal dan
faktor lingkungan.
Mangunsong (2009: 116) menjelaskan faktor penyebab kelainan bicara
dan bahasa yaitu:
a. Etiologi dari Kelainan Suara

Masalah kualitas suara dapat disebabkan oleh suatu penyakit


misalnya laryngitis, dimana pita suara menjadi serak, adanya tumor pada
pita suara.Kelainan pada pich (tinggi atau rendahnya nada) yaitu suara
bernada terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat disebabkan oleh konflik

4
emosional, kebiasaan yang salah dalam menggunakan suara atau
menggunakan suara secara berlebihan, kondisi fisik yang lemah dan
hilangnya pendengaran.Beberapa orang yang mengalami masalah
psikologik juga dapat kehilangan suara atau sering disebut
sebagaiabnormalitas suara yang parah. (Mangunsong, 2009: 116).
Gangguan suara yang berhubungan dengan resonansi juga dapat disebabkan
oleh abnormalitas fisik, misalnya terkena celah dilangit-langit mulut atau
kena kerusakan otak, begitu juga pada orang yang mengalami tonsillitis dan
sinusitis yang parah.

a. Etiologi dari Kelainan Artikulasi


Kelainan artikulasi merupakan salah satu dari dua masalah kelainan
bicara yang paling umum terjadi pada uia sekolah.Secara spesifik, kelainan
suara merupakan kelainan karena seseorang tidak menggunakan suara
seperti aturan standar, sedangkan kelainan artikulasi merupakan keadaan
dimana suara dan bahasa diganti, dihilangkan, ditambah atau
didistorsikan.Penyebabnya bisa berasal dari kesalahan dalam memproduksi
bunyi yang akhirnya menjadi kebiasaan. Faktor keduayang perlu
dipertimbangkan juga adalah lingkungan dimana anak dibesarkan karena
seseorang belajar berbicara melalui imitasi dari dari orang-orang
sekitarnya,inilah kelainan artikulasi yang sering disebut dengan hasil
defisiensibelajar.
Penyebab kelainan artikulasi yang lain adalah factor biologis,
misalnya karena adanya luka otak atau kerusakan pada sayraf yang
mengendalikan otot bicara sehingga sulit untuk mengartikulasikan kata.
Pada banyak kasus juga disebabkan oleh adanya keterbelakangan
mental.Bukti-bukti bahwa masalah artikulasi adalah kesalahan yang
dipelajari, datang dari penemuan bahwa anak pertama dan anak-anak dari
status sosial ekonomi tinggi mempunyai kemungkinan yang lebih rendah
dalam kesalahanartikulasi.

5
b. Etiologi dari gangguan kelancaranbicara
Gangguan ini biasanya disebabkan karena gangguan emosi, adanya
kerusakan otak dan saraf yang menyebabkan gangguan organ bicara, terjadi
pada saat anak belajar berbicara.Gangguan kelancaran berbicara sering
disebut dengan gagap.Conture (dalam Mangungsong 2009: 118)
mengatakan bahwa” mereka yang gagap lebih dari satu setengah atau dua
tahun beresiko menderita gagap kronis.Jika mereka tidak ditangani lebih
alanjut maka anak akan mengalami ketidakemampuan dalam komunikasi,
mengembangkan perasaan diri yang negative serta mengalami masalah
dalam mengambil kesempatran kerja atau pendidikan”. Pendekatan yang
paling berguna dalam memahami gagap adalah memandangnya sebagai
hasil berbagai sebab yakni hasil komulatif dari belajar yang keliru dan hasil
kecemasan yang berhubungan dengan berbicara

c. Etiologi kelainanbahasa

Kelainan yang disebabkan oleh disfungsi susunan saraf pusat secara


medis sulit untuk diperbaiki, mereka mengalami masalah dalam program
pendidikan, perawatan psikologis dan latihan bahasa.Anak yang
mengalami kelainan bahasa mengalami kesulitan dalam pendidikan dan
perkembangan intelektualnya.Berdasarkan etiologinya, kelainan bahasa
dibedakan menjadi sub tipe yaitu primer dan sekunder. Kelainan bahasa
primer tidak diketahui penyebabnya, sedangkan kelainan bahasa skunder
disebabkan kondisi lain seperti retradasi mental, kerusakan pendengaran.
Keterlambatan dalam pengusaan bahasa sering kali dikaitkan dengan
keterlambatan dalam perkembangan anak, lingkunganyangkurang
menyediakan pengalaman termasuk didalam kurangnya stimulasi dalam
bentuk bahasa oleh orang dewasa.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang berkaitan dengan kelainan bicara dan bahasa adalah faktor
sentral yaitu berhubungan dengan susunan saraf pusat, ketidakmampuan
berbahasa yang spesifik, keterbelakangan mental, autism, deficit dalam
perhatian dan hiperaktif serta mengalami gangguan fungsi kognitif. Faktor

6
periferal berhubungan dengan gangguan sensoris atau fisik, gangguan
pendengaran, gangguan penglihatan, gangguan fisik, dan gangguan motorik
yang berhubungan dengan bicara. Faktor lingkungan dan emosional
dikarenakan oleh faktor lingkungan fisik dan psikologi antara
lainpenelantaran dan penganiayaan, masalah perkembangan perilaku dan
emosi. Faktor-faktor campuran dikarenakan oleh faktor sentral, periferal
dan faktorlingkungan.

2.3 Karakteristik Anak Tunawicara


Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang membutuhkan
penanganan khusus dalam kehidupannya.Anak berkebutuhan khusus antara
satu dengan yang lainnya memiliki ciri yang berbeda-beda tergantung pada
kelainan dan gangguannya, salah satu jenis anak berkebutuhan khusus itu
adalah anak tunawicara.Anak tunawicara juga memiliki beberapa
karakteristik agar bisa digolongkan sebagai anak tunawicara.

Kelainan bicara dan bahasa memiliki jenis gangguan dan jenis


kelainan yang berbeda-beda. Doorlag & Lewis (dalam Mangunsong 2009:
114)
mengatakanbahwasebagianbesarmasalahbicaraterdeteksipadausiadini,misa
lnya gangguan artikulasi umum ditemukan terjadi pada anak-anak diusia
sekolah awal. Gangguan bahasa juga diidentifikasi terjadi pada anak-anak
yang lebih muda tetapi dapat bertahan selama usia sekolah dasar dan
menengah pertamas.
Sheridan (dalam Mangunsong 2009: 114) mengemukakan bahwa
ada karakteristik-karakteristik khusus pada anak-anak dengan gangguan
bicara yaitu:
1. Terjadi pada anak-anak yang lahir prematur.
2. Kemungkinan empat kali lipat pada anak yang belum berjalan pada
usia 18 bulan.
3. Belum bisa berbicara dalam bentuk kalimat pada usia dua tahun.

4. Memiliki gangguan penglihatan, sering dikategorikan sebagai anak

7
kikuk olehgurunya.
5. Kurang bisa menyesuaikan diri dari segi perilakunya, sulit membaca
dan banyak terjadi pada anaklaki-laki.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristis
tuna rungu yaitu : terjadi pada anak-anak yang lahir teratur, belum bisa
berbicra dalam bentuk kalimat pada usia dua tahun, memiliki gangguan
penglihatan, kurang bisa menyesuaikan diri dan sulit membaca.

2.4 Perkembangan Anak Tunawicara


Konsekuensi kelainan bicara menyangkut tuntutan sosial yang
dihadapi anak. Kelainan artikulasi tidak menimbulkan konsekuensi yang
negative tetapi sebaliknya kelainan bahasa akan mempengaruhi pendidikan,
emosi danhubungan interpersonalnya. Mangunsong(2009:121)menjelaskan
konsekuensiperkembangan kelainan bicara yaitu:

a. Kemampuan konseptual dan prestasipendidikan


Keterlambatan perkembangan bahasa dan aphasia ekspresif akan
mempengaruhi perkembangan pendidikan dan kognitif , karena
perkembangan pendidikan dan kognitif sangat tergantung pada pemahaman
dan penggunaan bahasa. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan verbal
dan non verbalnya. Kelainan artikulasi dan kelancaran suara tidak
menunjukkan efek buruk pada perkembangan pendidikan dan kognitif.

b. Faktor personal dansosial


Kelainan artikulasi dan suara menyebabkan konsekuensi negative
dalam relasi interpersonal dan perkembangan konsep diri anak. Pandangan,
ekspresi, ketidakpahamanorang lain ketika berkomunikasi dapat
menyebabkan rasa rendah diri, merasa terisolasi, tidak berani berbicara di
depan umum dan bisa menimbulkan kecemasan tersendiri bagi anak
tunawicara.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
perkembangan anak tunawicara mempunyai 2 faktor. Faktor pertama

8
mengenai konseptual dan prestasi pendidikan, keterlambatan perkembangan
bahasa dan aphasia ekspresif akan mempengaruhi perkembangan
pendidikan dan kognitif karena perkembangan pendidikan dan kognitif
sangat tergantung pada pemahaman dan penggunaan bahasa. Faktor yang
kedua mengenai faktor personal dan sosial, kelainan artikulasi dan suara
menyebabkan konsekuensi negative dalam relasi interpersonal dan
perkembangan konsep diri anak.

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK TUNAWICARA

4.1 Pengkajian

Fokus pengkajian pada anak 2 – 3 tahun yang mengalami gangguan bicara :

a. Data Subjektif
Pada anak yang mengalami gangguan bahasa :
1. Umur berapa anak saudara mulai mengucapkan satu kata?

2. Umur berapa anak saudara mulai bisa menggunakan kata dalam suatu
kalimat?
3. Apakah anak anda mengalami kesulitan dalam mempelajari kata baru?
4. Apakah anak anda sering menghilangkan kata-kata dalam kalimat yang
diucapkan dalam kalimat yang diucapkan?
5. Siapa yang mengasuh di rumah?
6. Bahasa apa yang digunakan bila berkomunikasi di rumah?
7. Apakah pernah diajak mengucapkankata-kata.
8. Apakah anak anda mengalami kesulitan dalam menyusun kata-kata?

Pada anak yang mengalami gangguan bicara:

1. Apakah anak anda sering gugup dalam mengulang suatukata?


2. Apakah anak anda sering merasa cemas atau bingung jika ingin
mengungkapkan suatu ide?
3. Apakah anda pernah perhatikan anak anda memejamkan mata,
menggoyangkan kepala, atau mengulang suatu frase jika diberikan kata-
kata baru yang sulit diucapkan?
4. Apa yang anda lakukan jika hal di atasditemukan?
5. Apakah anak anda pernah/sering menghilangkan bunyi dari suatukata?
6. Apakah anak anda sering menggunakan kata-kata yang salah tetapi
mempunyai bunyi yang hampir sama dngan suatukata?
7. Apakah anda kesulitan dalam mengerti kata-kata anakanda?

10
8. Apakah orang lain merasa kesulitan dalam mengerti kata-kata anakanda?
9. Perhatikan riwayat penyakit yang berhubungan dengan gangguan fungsi
SSP seperti infeksi antenatal (Rubbela syndrome), perinatal (trauma
persalinan), post natal (infeksi otak, trauma kepala, tumor intra kranial,
konduksi elektrikotak).

b. Data Objektif

1. Kemampuan menggunakan kata-kata

2. Masalah khusus dalam berbahasa seperti (menirukan, gagap, hambatan


bahasa,malasbicara).

3. Kemampuan dalam mengaplikasikanbahasa.

4. Umuranak.

5. Kemampuan membuatkalimat.

6. Kemampuan mempertahankan kontak mata.

7. Kehilangan pendengaran (Kerusakan indra pendengaran).

8. Gangguan bentuk dan fungsi artikulasi

- Berbicara keras dan tidak jelas

- Gangguan fungsineurologis.
- suka melihat gerak bibir atau gerak tubuh temanbicaranya
- Telinga mengeluarkancairan
- Biasanya Menggunakan alat bantu dengar
- Bibir sumbing
- Suka melakukan gerakantubuh
- Cenderungpendiam
- Suarasengau
- Cadel

11
4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang berhubungan dengan keluarga/individu


1. Anxietas

2. Ketidakmampuan Koping Keluarga


3. Keterlambatan Pertumbuhan dan Perkembangan
4. Defisiensi Pengetahuan
5. Hambatan Komunikasi Verbal
Diagnosa KeperawatanyangberhubungandenganInterkasi Sosial

1. Hambatan Komunikasi Verbal


2. Hambatan Interaksi Sosial
3. Isolasi Sosial

Diagnosa Keperawatan yang berhubungan dengan Komunitas/keluarga

1. Ketidakmampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan yang


mengalami gangguan kesehatan (Tuna Wicara)
2. Ketidakmampuan keluarga untuk mengambilkeputusanterhadap perawatan
anggota keluarga yang sakit (Tuna Wicara)
3. Ketidakmampuan keluarga untuk merawat keluarga yang yang mengalami
gangguan kesehatan (Tuna Wicara)
4. Ketidakmampuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan yang aman dan
sehata untuk anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan (Tuna
Wicara)
5. Ketidakmampuan keluarga untuk menggunakan dan menanfaatkan
fasilitaskesehatan

4.3 Intervensi Keperawatan


Diagnosa Keperawatan Intervensi

Hambatan KomunikasiVerbal 1) Jelaskan kepada keluarga

12
berhubungan dengan kurangnya stimulasi mengapaanaktidak dapat berbicara
bahasa,deviasi anatomis(kerusakan 2) Lakukan komunikasi secara
komprehensif baik verbal
neuromuscular,) kelainan persepsi,
maupun nonverbal.
kendala lingkungan 3) Berbicara perlahan, jelas, dan
tenang, sambil menghadapanak.
4) Anjurkan kepada orang tua untuk
memberikan lebih banyak kata
meskipun anak belum mampu
mengucapkan dengan benar.
5) Lakukan sekrening lanjutan
dengan mengggunakan
TesAudiometri
DefisiensiPengetahuan (Tuna Wicara); 1) Sepakati terlebih
Keluarga/orangtuaberhubungan dengan dahulupengetahuanapa yang
kurang paparan, Kurang pengalaman, dibutuhkan orang tua/keluarga.
2) Lakukan edukasi orang
kurang familier dengan sumber informasi tua/keluarga
3) Bersamakeluargamenetapk
antujuan yang realitis yang
ingin di capai oleh keluarga
terkait masalahanak.
4) Berikan informasi tentang
sumber – sumber
komunitas yang dapat
menolong orang tua/
keluarga
dalammeningkatkan
pengetahuan orang
tua/keluarga
Ketidakmampuankeluargauntukmerawatk 1) Kenali dan pahami
eluarga yang mengalami kondisiorangtua/keluarga.
gangguankesehatan 2) Bantu orang tua untuk bisa
(TunaWicara)berhubungan dengan mengenali dan
deficitpengetahuan, social ekonomi mengidentifikasi masalah yang
rendah, lingkungankeluarga sepi, di khawatirkan oleh orang tua
kultur/budaya (mitos)yangberkaitan (pemberi asuhan) dan keluarga
dengankondisianak, ketegangan peran 3) Ajari orang tua cara merawat
pemberi asuhan anggota keluarga yang sakit
(Tuna wicara ) seperti :
membersihkan liang telinga
anak, saat mengajak anak

13
berbicara, hindari hal-hal lain
yang mungkin dapat
mengganggu, seperti radio dan
televisi yang menyala ,
Gunakan kata yang sederhana
namun sering di dengar anak
missal : memanggil namanya ,
ma-ma, pa-pa.
4) Lakukan terapi Spiritual
Emotional Freedom Technique
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Anak tunawicara adalah individu yang mengalami gangguan atau


hambatan dalam dalam komunikasi verbal sehingga mengalami kesulitan
dalamberkomunikasi
Aplikasi Pembelajaran “PemBais” ini telah berhasil diperuntukan
kepada semua masyarakat, baik yang memiliki keterbatasan pendengaran
(tuna rungu) maupun mereka yang mendengar. “PemBais” dibuat dengan
baik dan memiliki feature dengan kategori kosa kata, abjad dalambahasa
isyarat dan angka dalam bahasa isyarat. Aplikasi “PemBais”
diimplementasikan dengan baik pada perangkat smartphone berbasis
andorid dengan sistem andorid versi 4.0.3 icecream.

4.2 Saran
Mahasiswa diharapkan dapat mempelajari lebih banyak lagi
tentang asuhan keperawatan pada kelopok rentan/khusus dengan membaca
lebih banyak buku dan jurnal ilmiah terkait. Hal ini guna membantu
mahasiswa dalam memahami lebih banyak lagi tentang materi terkait.

14
DAFTAR PUSTAKA

Suharmini, Tin. 2007. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Departemen


PendidikanNasional.

Pradikja H. Maharoni.2018.Pengembangan Aplikasi Pembelajaran Bahasa


Isyarat Berbasis Android Tablet. Vol.2 , No.8 . hlm.2877-2885 (diakses
30 April 2019)

Suyadnya I Wayan,dkk. 2018.Alat Bantu Komunikasi Terintegrasi Bagi


Penyandang Tuna Wicara Berbasis Sensor Gerak Dan OpenWrt.Vol.5,
No.2. E-Journal.SPEKTRUM (diakses 30 April 2019)

Rachmawati Eni. 2018. Pengaruh Program Bimbingan Orang Tua Terhadap


Keterampilan Berbicara Anak Tunarungu Kelas Tinggi Pada Tingkat
Sekolah Dasar Luar Biasa.Vol.6, No.1 Hlm. 57-64. Jurnal Pemikiran
Dan Perkembangan SD (diakses 30 April 2019)

15

Anda mungkin juga menyukai