Anda di halaman 1dari 7

I.

Pembahasan
I.1. Pengertian Perkembangan
Perkembangan lebih mengacu kepada perubahan karakterstik yang khas dari
gejala-gejala psikologis kea rah yang lebih maju. Para ahli psikologi umumnya menunjuk
pada pengertian perkembangan sebagai suatu proses perubahan yang bersifat progresif
dan menyebabkan tercapainya kemampuan dan karakteristik psikis yang baru. Perubahan
seperti itu tidak terlepas dari perubahan yang terjadi pada struktur biologis, meskipun
tidak semua perubahan kemampuan dan sifat psikis dipengaruhi oleh perubahan struktur
biologis. Perubahan kemampuan dan karakteristik psikis sebagai hasil dari perubahan dan
kesiapan struktur biologis sering dikenal dengan istilah kematangan.1
I.2. Pengertian Iman

Secara etimologi Iman (bahasa Yunani: πίστιν– pisti) adalah rasa percaya


kepada Tuhan. Iman sering dimaknai “percaya” (kata sifat) dan tidak jarang juga
diartikan sebagai kepercayaan (kata benda).
Arti kata ‘Iman’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kepercayaan
terhadap Tuhan. Seseorang yang memiliki ketetapan hati dalam kepercayaan kepada Allah.
Iman kepada Allah berarti iman kepada FirmanNya kata Iman (Faith) memiliki arti sebagai
suatu kebenaran yang objektif, yang diwahyukan yang dipercaya (Fides qual) atau
penyerahan diri secara pribadi kepada Allah (Fidesque).
Pengertian iman dalam Perjanjian Lama, yakni: Perkataan ‘iman’ dalam bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Ibrani ‘aman’ yang dapat diterjemahkan dengan ‘firmness’
atau keteguhan, kekokohan dan ketetapan.Dalam Perjanjian Baru, perkataan yang
dipergunakan menerangkan ‘iman’ atau ‘kepercayaan’ adalah ‘pistis’ (bahasa Yunani),
berasal dari kata Pisteno, yang artinya ‘saya percaya’ atau ‘saya mempercayai’

Dalam Kamus Alkitab, Iman adalah kepercayaan, terutama kepada relibialitas


Allah., Iman semacam engetahuan yang sulit untuk dibuktikan. Makai man lebih terletak
pada hakekat komitmen, meskipun dalam kenyataan tersirat adanya dasar yang membuat
Iman tidak dapat didukung dengan bukti Historis secara meyakinkan.2

1
Mohammad Ali & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja:Perkembangan Peserta Didik, 10-11
2
W. R. F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta:BPK-GM,2014), 150
Iman adalah bagian dari moral, sebab dalam moral sebenarnya diatur segala
perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, serta perbuatan yang dinilai tidak baik
sehingga perlu dihindari.3 Kepercayaan yang menyangkut upaya mental untuk
menciptakan, memelihara, dan mentransformasikann arti.4 Iman jangan dijadikan sebagai
ketetapan yang absolut atau jangan mengarah ke”mentalitas mengotak-ngotakkan”.5
Iman menurut Fowler adalah suatu cara manusia bersandar atau berserah diri serta
menemukan atau memberikan makna terhadap kondisi berbaga hidupnya. Lebih dalam
lagi iman ialah cara kita mengerti dan memandang berbagai kehidupan dalam kaitannya
dengan gambaran-gambaranyang kurang lebih bersifat sadar tentang suatu lingkungan
akhir.6
Adapun yang menjadi tema-tema utama dalam tesis Fowler iman adalah:
1. Pendekatan Strukturalis
Fowler melakukan penelitian mengenai iman dari perspektif strukturalis dengan
memfokuskan pada “struktur-struktur yang mendasari atau operasi-operasi pikiran dan
kepercayaan manusia, yaitu pada kaidah-kaidah dan proses yang berpola dari
kemampuan manusia beriman. Oleh karena itu, iman anak kecil berbeda dari iman orang
dewasa bukan hanya pada isinya, tetapi juga pada struktur operasi yang berpola yang
ada di dalam dengan mana anak beriman.
2. Iman sebagai yang utama
Iman adalah inti manusia yang mendasar , disposisi fundamental yang mewarnai
dan membentuk segala sesuatu yang datang setelah iman. Oleh karena itu, iman adalah
fokus utama, disposisi atau orientasi utama berada di dunia dengan mana seseorang
membuat, mempertahankan, atau mengubah makna manusia. Timbul dari “inti
stuktural” seseorang, iman adalah orientasi utama keberadaan seseorang.
3. Iman sebagai kegiatan mengetahui yang aktif
Iman bukan sebagai keadaan atau milik yang statis, tetapi sebagai kegiatan
mengetahui, mengartikan, dan menafsirkan pengalaman. Dengan kegiatan ini, kita “
membuat makna” keluar dari kehidupan kita. Iman adalah proses mengetahui
3
Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja,(Jakarta:Rajawali Pers,2010), 109
4
James W. Fowler, Teori Perkembangan Kepercayaan,(Yogyakarta:Kanisius,1995), 20
5
Thomas H. Groome, Christian Religious Education/Pendidikan Agama Kristen,(Jakarta:BPK-
GM,2010), 95-96
6
Agus Craemer, Teori Perkembangan Kepercayaan, (Yogyakarta:Kanisius, 1995), 8
partisipatoris, dan pengetahuan ada di dalam kegiatan. Singkatnya, kita harus mulai
berpikir mengenai iman sebagai sebuah kata kerja.
I.3. Pengertian Dewasa
Secara etimologi atau asal kata, orang dewasa atau Andragogy kata aslinya
diambil dari kata “aner” yang berarti “man” (orang dewasa). Andragogy diartikan
sebagai seni dan ilmu untuk menolong orang dewasa belajar. 7 Kata dewasa (adult)
berasal dari bahasa latin yaitu “adolescence-adulscere” yang berarti tumbuh menjadi
dewasa serta tumbuh juga dalam hal kekuatan dan ukuran yang sempurna.8
Dewqasa dapat diartikan individu-individu yang telah memiliki kekuatan
tubuh secara maksimal dan siap bereproduksi sehingga telah memiliki kesiapan kognitif,
afektif, dan psikomotor, serta dapat diharapkan memainkan peranannya bersama dengan
individu-individu lain dalam masyarakat. Menurut Elizhabeth B.Hurlock, dalam
bukunya Development Psychology, 1968, masa deawsa meupakan masa matang sekitar
umur sekitar 21 tahun untuk dewasa awal dan terus hingga akhir hidupnya untuk masa
dewasa.seeta diikutidengan kematangan seksual atau masa pubertas.9
Dengan perkembangannya ini maka orang dewasa membutuhkan pendiidkan
dan pembinaan yang bertanggung jawab akan dapat terbina dalam kehidupan untuk
menjalani kehidupan secara benar. Serta juga diperlengkapi dengan pemahaman
terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehingga dapat
bertumbuh memenuhi kehidupan orang dewasa secara benar.10
Menurut Ericson, pembagian masa dewasa adalah:
1.         Masa dewasa awal merupakan pengalaman menggali keintiman
(intimacy), kemampuan untuk membaur identitas Anda dengan identitas orang lain
tanpa takut bahwa Anda akan kehilangan sesuatu dari diri Anda. Lawan dari identitas
adalah isolasi, yaitu mempertahankan jarak antara diri sendiri dengan orang lain.
Keseimbangan antara intiminasi dengan isolasi adalah belajar melepaskan diri dari
hubungan dengan orang lain dan tetap mempertahankan identitas diri.

7
Daniel Nuhamara, PAK Dewasa, (Bandung:Jurnal Info Media,2008), 15-16
8
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Edisi V, (Jakarta:Erlangga,1980), 246
9

10
Daniel Nuhamara, PAK Dewasa, (Bandung:Jurnal Info Media,2008), 9
2.         Masa dewasa tengah merupakan masa produktivitas maksimum. Pada
masa ini kekuatan watak yang muncul, perhatian rasa prihatin dan tanggung jawab yang
menghargai siapa yang membutuhkan perlindungan dan perhatian.
3.         Masa dewasa akhir, dalam masa ini nostalgia dapat menjadi sumber
kekuatan dan kedamaian pribadi yang sejati. Nostalgia dapat menjadi wahana dagi orang
lanjut usia untuk meninjau masa laampau guna memilih nilai-nilai, gagasan-gagasan
kegiatan yang menentramkan.11
I.4. Teori Perkembangan Iman
I.5. Tahap- tahap Perkembangan Iman
I.5.1. Keputusan Kaum Dewasa muda
Keputusan tentang Iman
Keputusan awal yang dimana orang dewasa muda harus membuat keputusan yang
berkaitan dengan komitmen iman. Seseorang yang tumbuh dalam lingkungan Kristen
diharapkan memiliki iman yang sama dengan orangtuanya. Kebanyakan tahap iman ada
usia ini sesuai dengan orangtua ataupun lingkungan dominannya, namun tidak jarang ada
yang memiliki sikap iman sendri sesuai dengan jalan yang diambilnya
Perkembangan Keyakinan
1. Tahap Pertama
Keyakinan ialah kepercayaan dan komitmen seseorang terhapa kekuatan sentral (Tuhan<
gereja, pemerintah) atau nila-nilai (keadilan cinta, dan belas kasih).. Tahap ini meyakini
ada kuasa alamiah yang dirasakan dalam kehidupannya meskipun pandangan ini bertolak
belakang dengan iman Kristen.
2. Tahap Kedua
Tahap ini keyakinan dipengaruhi rasio, emosi,social, dan bidang lain.
3. Tahap Ketiga
Kepercayaan seseorang dipengarhi pandangan dan nilai-nilai tertentu dalam kehidupan.
Keyakinan membutuhkan pengertian mantap tantang identitas dan otonomi seseorang.
Dan tahap ini sudah mulai melangkah dalam iman dengan merefleksikan atau menguji
kemampuan dari keyakinan tersebut
4. Tahap keempat

11
Ibid., hlm 31-35
Usia dewasa muda sudah mulai menuju keyakinan yang reflektif, serta mampu
mempertanggungjawabkan komitmen, perilaku, kepercayaan, dan jalan kehidupan.
Perubahan ini dipengarhi oleh sumber pribadi sendiri, orang lain dan Tuhan
5. Tahap kelima
Tahap dimana sudah mulai pandangan atau perspektif iman sudah dianggap berotoritas
dan berkuasa serta sejajar dan pantas dilihat untuk kehidupan
6. Tahap keenam
Komitmen muncul ketika orang dewasa memilih posisi yang akan diambilnya serta
komitmen ini dipengaruhi pengalaman dan kesadaran seseorang atas beragam sumber dan
kompleksitas dunia.
I.5.2. Prinsip dan praktik PAK
1. Iman individual-reflektive
Tanggung jawab sebagai seseorang dewasa terhapa komtmen dan kepercayaan sendiri
serta mempertanyakan dan menolak asumsi-asumsi tradisonal
2. Iman conjunctive
Mampu mengintegrasikan posisi tradisonal, keraguan dirinya, dan memangdang orang
lain sebagai satu keutuhan yang bermakna.
3. Iman universalizing
Tahap dimana bersifat universal dan mengarah kpeada Tuhan sebagai suatu realtis yang
dirindukan

4. Iman searching/ struggling


Gaya iman dewsa muda yag berefleksi secara kritis serta mempertanyakan iman mereka,
keluarga dan komunitas mereka, mulai mengintegrasikan iman dengan gaya hidup serta
ini merupakan komitmen nyata dengan perkataan serta perbuatan.

18-29 Refleksi dan individu         Kesadaran diri sudah cukup tinggi


tahun           Memiliki sistem dan konsep berpikir yang
jelas
          Memeriksa kembali imannya secara kritis
          Iman ditata ulang lagi, sehingga hasilnya
menjadi iman yang individu
30-45 Konsolidasi dan paradoks           Sadar akan batas akal
tahun           Ia melihat bahwa di dunia ini ada hal yang
paradoks
          Muncul macam-macam pandangan,
sehingga ia berpikir “benar itu apa?” Benar
adalah dapat didapatkan dimana-mana. Orang
yang benar/iman yang benar adalah iman
yang memiliki toleransi atau muncul
pemahaman/membentuk pemahaman
keyakinannya yang baru
+ 45 tahun Universal Hidup berdasarkan prinsip kasih dan keadilan

Usia 18-29, pada masa ini disebut masa  remaja atau masa muda awal. Remaja
sudah mempunyai kesadaran tinggi yang tinggi dan memiliki koonsep berpikir yang jelas.
Remaja berusaha mengkoreksi imannya dan mentata ulang kembali.  Tugas seorang
pendeta pada masa ini ialah mengawasi proses ini, memberi pengarahan, membantu
mengontrol imannya, sehingga si anak muda menjadi individu yang beriman teguh.
Usia  30-45 tahun, masa ini ialah masa dewasa. Pada tahap ini orang menyadari
akan batas akal. Muncul bermacam pandangan-pandangan terhadap iman. Pendeta
bertugas meluruskan pandangan-pandangan tersebut, agar pandangan tersebut tidak
menyimpang dari Alkitab. Inti iman orang Kristen ditekankan dalam hidup orang
tersebut, agar pandangan-pandangan baru tidak menggoyahkan iman orang tersebut.
Usia di atas 45 tahun, orang hidup berdasarkan prinsip kasih dan keadilan. Ini
merupakan buah iman orang yang bersangkutan. Pola hidup ini perlu ditekankan dan
dipertahankan dalam prinsip hidup. Pendeta bertugas menuntun orang tersebut agar mau
membagi imannya kepada orang lain, dengan mengajar dan membimbing orang lain pula,
sehingga buah iman orang tersebut benar-benar nampak dalam hidupnya.
Teori L. Kohlberg tentang  perkembangan moral. Kemampuan penalaran moral
merupakan kemampuan seseorang untuk memakai cara tertentu yang dapat menerangkan
pilihannya, mengapa melakukan sesuatu atau tidak melakukan suatu, tingkah laku macam
penalaran yang dipakai seorang anak menunjukkan tingkat perkembangan moralnya.
Alasan-alasannya mengambarkan meningkatnya derajat motif yang tidak ditujukan
kepada dirinya sendiri.
16 tahunke atas
Post konvensional
e.       Kontrak sosial dan legalistik

-          Mengikuti aturan-aturan yang ada dengan tujuan menjaga hak orang lain dan
kesejahteraan orang lain
f.       Etis universal
-          Moral universal terwujud dalam tingkah laku
-          Menghargai orang lain
-          Relasi saling percaya
Tahap post konvensional, usia 16 tahun ke atas. Perkembangan moral pada tahap
ini sangat bagus, dimana yang bersangkutan mengikuti peraturan yang ada demi menjaga
hak dan kesejahteraan orang lain. Moral yang universal terwujud dalam tingkah laku,
menghargai orang lain dan relasi saling percaya  dengan orang lain. Pembinaaan
dari seorang pendeta akan menguatkan  moral yang sudah terbentuk ini, Oleh sebab itu
pendeta harus tetap memantau dan mengkoreksi moral orang pada tahap ini. Agar moral
tersebut mengakar dalam pola hidup orang yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai