Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN “ HIPERTENSI “

Mata Kuliah : Keperawatan Komunitas I

Dosen MK : Ns.Thirsa Mongi, S.Kep,. M.Kes

Di susun Oleh

SHARON V. TUKIMIN (1814201076)

Kelas A3/V

Fakultas Keperawatan

Universitas Pembangunan Indonesia

Manado

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunianya saya dapat menyelesaikan tugas “Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan
Komunitas tentang Hipertensi”.

Terima kasih kepada dosen mata kuliah keperawatan komunitas yang telah membantu
dan membimbing saya dalam menyelesaikan tugas ini. Dan saya juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang telah mendukung dan membantu saya sehingga dapat bersama-sama
menyelesaikan tugas ini.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan, oleh sebab itu saya
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menjadi acuan bagi saya agar menjadi lebih
baik lagi dalam menyusun tugas yang ada.

Semoga Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Komunitas tentang Hipertensi, dapat


menambah wawasan para pembaca dan dapat bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan
ilmu pengetahuan.

Manado, November 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
C. PATOFISIOLOGI
D. MANIFESTASI KLINIS
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
F. PENATALAKSANAAN
G. KOMPLIKASI

BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
B. DIAGNOSA UTAMA
C. INTERVENSI

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia termasuk Indonesia.Hal ini
karena secara statistik jumlah penderita yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Berbagai
faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya adalah gaya hidup modern. Pemilihan makanan
yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat, merokok, minum kopi serta gaya hidup
sedetarian adalah beberapa hal yang disinyalir sebagai faktor yang berperan terhadap hipertensi
ini. Penyakit ini dapat menjadi akibat dari gaya hidup modern serta dapat juga sebagai penyebab
berbagai penyakit non infeksi.
Hal ini berarti juga menjadi indikator bergesernya dari penyakit infeksi menuju penyakit non
infeksi, yang terlihat dari urutan penyebab kematian di Indoensia. Untuk lebih mengenal serta
mengetahui penyakit ini, maka kami akan membahas tentang hipertensi. Hipertensi didefinisikan
sebagai peningkatan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg atau peningkatan
tekanan darah diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg(Anindya,2009).
Hipertensi menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung,
serangan jantung dan kerusakan ginjal. Tanpa melihat usia atau jenis kelamin, semua orang bisa
terkena hipertensi dan biasanya tanpa ada gejala-gejala sebelumnya. Hipertensi juga dapat
mengakibatkan kerusakan berbagai organ target seperti otak, jantung,ginjal,aorta,pembulu darah
perifer dan retina.
Oleh karena itu, negara Indonesia yang sedang membangun di segala bidang perlu
memperhatikan pendidikan kesehatan masyarakat untuk mencegah timbulnya penyakit seperti
hipertensi, kardiovaskuler, penyakit degeneratif dan lain-lain, sehingga potensi bangsa dapat
lebih dimanfaatkan untuk proses pembangunan. Golongan umur 45 tahun ke atas memerlukan
tindakan atau program pencegahan yang terarah.Hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan
pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat dilakukan pada waktu check-up kesehatan
atau saat periksa ke dokter.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi hipertensi ?
2.    Apakah etiologi/ faktor pencetus hipertensi ?
3.     Apakah manifestasi klinis hipertensi ?
4.     Apakah pemeriksaan penunjang pada hipertensi ?
5.    Apakah penatalaksanaan klien dengan hipertensi ?
6.     Apa sajakah komplikasi dari hipertensi ?
7.    Apakah asuhan keperawatan pasien dengan hipertensi ?

C. TUJUAN
Tujuan Umum
 Menjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
hipertensi.
Tujuan Khusus
 Mengetahui dan memahami definisi hipertensi.
 Mengetahui dan memahami etiologi/ faktor pencetus hipertensi.
 Menyebutkan dan memahami manifestasi klinis hipertensi.
 Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada hipertensi.
 Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan hipertensi.
 Mengetahui dan memahami komplikasi dari hipertensi.
 Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan hipertensi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Hipertensi          
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama).Hipertensi merupakan
kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui
hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan
tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama).Penderita yang mempunyai
sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat
istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh
pada saat jantung berelaksasi (diastolik).Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg
didefinisikan sebagai "normal".Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan
tekanan sistolik dan diastolik.Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90
mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
B. Etiologi Hipertensi
1). Faktor predisposisi
a). Usia
Hipertensi yang banyak menyerang orang pada usia produktif atau mulai pada usia 35
- 44 dan pada usia 65 - 74 prevalensianya menjadi lebih tinggi.
b). Jenis kelamin
Hipertensi memiliki resiko paling tinggi pada usia 30-55 tahun. Aktivitas pria yang
berat, kerja keras dan kesibukan lainnya menimbulkan tekanan dan pikiran berat
sehingga menimbulkan stress sebagai pemicu terjadinya hipertensi.Namun diatas 55
tahun resiko terjadi hipertensi tinggi pada wanita setelah mengalami monopause dan
perubahan homonal
c). Genetika dan penyakit jantung bawaan
Hipertensi dapat dirujukkan, jika salah satu orang tua menderita hipertensi, maka
anak-anak memiliki resiko 50 % lebih tinggi untuk terkena hipertensi.
2). Factor pencetus
a). Stress
Seseorang dengan gaya hidup begitu moderen bekerja keras dalam siatuasi penuh
tekanan yang berat, kurang olahraga, sering merokok, minum alkohol dan minum kopi
dalam waktu yang berkepanjangan akan menyebabkan stress dalam kondisi tersebut
adrenalin dan kortisol dilepaskan ke dalam aliran darah sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan darah
b). Pola makan
Kebiasaan makan-makanan yang biasanya diawetkan dan garam dapur serta bumbu
penyedap dalam jumlah yang tinggi, misalnya monosudium glutamat (MSG) dapat
menaikan tekanan darah karena mengandung natrium dalam jumlah yang
berlebihan.Itulah sebabnya pola makanan yang salah dapat menjadi salah suatu
penyebab hipertensi.
c). Obesitas
Berat badan yang berlebihan akan membuat seseorang susah bergerak dengan bebas.
Jantung berkerja keras untuk memopa darah agar bisa menggerakkan badan
berlebihan dari tubuh.Disamping itu pembuluh darah mengecil dan tersumbat dan
sebagai akibat penupukan lemak atau lipid didinding pembuluh darah sehingga darah
yang lewat tidak maksimal dan terjadi tekanan yang kuat dan tinggi
d). Gangguan ginjal
Gangguan pada ginjal dapat mengakibatkan perubahan pada fungsi ginjal.Meningkat
penahan air dan garam oleh ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang sejumlah
garam dan air didalam tubuh.Volume darah di dalam tubuh meningkat, sehingga
tekanan darah juga meningkat
e). Kelainan hormon
Pelepasan hormon epinefrin (adrenalin) dan non-epinefrin (nonadrenal) diduga
sebagai salah satu penyebab hipertensi.meningkatnya pengeluaran hormon insulin
sebagai salah satu hormon yang mengatur gula darah dapat menyebabkan penebalan
pembuluh darah dan karinanya meningkatkan resistensi perifer.

C. Patofisiologi
Tekanan darah di pengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Faktor yang
mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akan mempengaruhi tekanan darah`
seperti faktor genetik dan umur (faktor yang tidak dapat di ubah), stress, obesitas,
merokok, asupan Na yang meningkat, kelainan hormonal dan penyakit ginjal. (faktor
yang dapat di ubah).
Perubahan fungsi membran sel pada kelaianan genetik diduga terjadi perubahan pada
membran sel yang dapat menyebabkan konstriksi fungsional dan hipertensi struktural.
Kontriksi yang terjadi pada pembuluh darah yang mengakibatkan terjadi peningkatan
tekanan perifer yang kemudian menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Perkembangan gerontologis.Perubahan struktural dan fungsional pada sistem
pembuluh darah perifer bertanggung jawab padaperubahan tekanan darah yang terjadi
pada usila. Perubahan tersebut meliputi atereklerosis, hilangnya elastisitas jaringan
ikat dan penurunsan relaksasi oto polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan ekstensi dan daya regang pembuluh darah konsekuensinya
aorta dan arteri besar berkurang. Kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang di pompa oleh jantung menyebabkan peningkatan tekanan perifer54 yang
pada akhirnya mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
System renin anguiotensin dan aldosateron berperan dalam timbulnya hipertensi.
Produksi renin di pengaruhi oleh berbagai fakto antara lain stimulasi sistem saraf
simpatis yang merupakan respon dari stress psikologis dan penurunan aliran darah ke
ginjal .renin berperan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensi 1 kemudian di
ubah menjadi angiotensi 2 yang merupakan vasokonstriktor kuat yang pada gilirannya
merangsang pelepasan aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan tekanan
intravascular.
Hipertensi yang disebabkan oleh kelainan hormonal misalnya pada sindrom chusing
adanya pelepasan ACTH yang tidak adekuat akan meningkatan konsentrasi
glukokortikoid plasma sehingga meningkatkan efek katekolamin (peningkatan curah
jantung) dan kerja mineralokortikoid, kortisol yang berkadar tinggi (retensi natrium).
Faktor gaya hidup yang dapat mempengaruhi hipertensi adalah obesitas, merokok,
asupan natrium yang meningkat. Pasien Obesitas terjadi peningkatan glokosa dalam
darah. Peningkatan glukosa dalam darah dapat merusak sel endotel pembuluh darah
sehingga terjadi reaksi imun dan peradangan sehingga akhirnya terjadi pengendapan
trombosit, makrofag, dan jaringan fibrosa yang akanmenyebabkan penebalan dinding
pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan tahanan perifer dan menyebabkan
peningkatan tekanan darah.
Peningkatan intake sodium menyebabkan retenasi sodium di ginjal yang
mengakibatkan retensi cairan di ginjal yang akan meningkatkan volume plasma.
Dengan peningkatan volume plasma akan terjadi peningkatan curah jantung dan
peningkatan tekanan darah.

D. Manifestasi Klinis
Tanda da gejala pada penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan
tekanan darah tinggi seperti; Sakit kepala, Jantung berdebardebar, Mudah lelah,
Pendarahan dari hidung, Wajah kemerahan, Penglihatan kabur, Sulit bernafas / sesak
nafas, Mual dan muntah, Gelisah, Leher terasa tegang.

E. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi


1.    Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hipokoagulabilitas,
anemia.
2.    BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
3.    Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
4.    Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5.    Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
6.     Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiofaskuler).
7.    Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi dan
hipertensi.
8.    Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer
(penyebab).
9.    Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
10.     VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan adanya
feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan untuk pengkajian
feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
11.     Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya
hipertensi.
12.     Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma
atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin dapat juga meningkat.
13.     IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal,
batu ginjal dan ureter.
14.     Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub; deposit pada
dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
15.     CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau feokromositoma.
16.     EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi.
Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.

F. Penatalaksanan
1). Terapi dan penanganan non farmakologi:
a). Penurunan BB (berat badan) karena obesitas
Dengan penurunan berat badan (BB) maka dapat mengurangi bahkan dapat
mengendalikan TD, karena setiap penurunan BB1 kg maka TD akan turun 1,5 mmHg,
selain itu penurunan berat badan menurunkan kadar kolesterol dalam darah dan
mencegah resiko serangan jantung.

b). Diet tidak diartikan sebagai diet ketat namun diet yang dimaksud seperti; 1)
Mengurangi asupan garam (sodium klorida), 2).Menkonsumsi makanan berserat
karena dapat menakhan atau mengurangi asupan natrium, 3).Menghentikan kebiasaan
buruk (rokok, alkohol), 4).Perbanyak asupan kalium dan magnesium.

c). Olahraga teratur dan klinik relaksasi, latihan fisik dapat mengidentifikasi unutk
mengurangi stress, karena dengan latihan fisik dapat menjaga mekanisme pengaturan
TD.
2). Penanganan farmakologi, yang sering digunakan oleh tenaga kesehatan
untuk menghambat hipertensi
a). Diuretik seperti Diuretik thiazid seperti : cholothazid dan chlorth lidon, Diuretik
loop seperti : fulrosemide (lasix) dengan cara kerja untuk membantu ginjal membunag
garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh dan melebarkan
pembuluh darah dan keseimbangan natrium.

b). Inhibitor A drenergik


Beta-blocker dan alfa blocker seperti : propranadol, Hcl, nodolol, dokzasoin, prazoin
dengan cara kerja; Menghambat sistem saraf simpatis,
Mengurangi denyut jantung dan keluaran total darah dari jantung dan
Menghambat produksi adrenalin.

c). Vasodilator ACE inhibitor dan pengubah angiotensi. Seperti : minoxidil, gaptopril,
hifedipine, lisinopen, dihidrat dengan cara kerja :Vasodilataslangsungpada pembuluh
antriol, merelaksasi otot polos dan menurunkan kerja jantung dan konsumsi energi,
meningkatkan pengiriman oksigen ke jantung.
d). Pada hipertensi yang memerlukan penurunan tekanan darah segera
(kedaruratan hipertensi) biasanya diberikan : 1).Biozonde
2).Nitroprusside, 3).Nitroglicerin dan 4).Labelatol; yang dapat bekerja cepat untuk
menurunkan tekanan darah yang diberikan secara intravena.

G. Komplikasi Hipertensi

1). Kerusakan penglihatan


Tekanan darah yang sangat tinggi akibat dari adanya penyempitan pembuluh
darah.Penebalan serta pengerutan dinding pembuluh darah dari berbagai sebab.Dalam
keadaan ini jantung memompa darah dengan kontraksi yang cepat sehingga darah
yang keluar keseluruh tubuh lewat pembuluh darah mengalami tekanan yang sangat
kuat akibat sumbatan dari dinding pembuluh darah.Akibatnya pembuluh darah perifer
pada mata dan organ pecah.Organ dimata tidak mendapat suplay nutrisi dan oksigen
lewat aliran darah, sehingga mengakibatkan penglihatan menjadi kabur dan kebutaan.
2). Stroke
Hipertensi adalah faktor utama terjadinya stroke.Hal ini terjadi karena tekanan darah
yng terlalu tinggi menyebabkan perubahan struktur arteri-arteri dan penyumbatan
pembuluh darah. Pembuluh darah yang menyempit menyebabkan darah terganggu
sehingga pembuluh darah yang mempengaruhi otak akan lemah dan pecah. Saat itu
akan terjadi perdarahan di otak sehingga akan timbul stroke.
3). Kerusakan ginjal
Kerusakan ginjaldiketahui dapat terjadi akibat hipertensi sebagai salah satu
komplikasi. Hal ini juga dapat terjadi karena volume darah yang meningkat akibat
vasokonstriksi pembuluh darah dalam tubuh akan menyempit dan menebalkan aliran
darah menuju ginjal akibat ginjal tidak dapat membuang sejumlah air dan natrium dari
dalam darah. Natrium dan air menumpuk dalam jaringan tubuh kemudian terjadi
odem. Jika keadaan ini terus terjadi,ginjal akan bekerja terus sampai tidak mampu
bekerja dengan baik akhirnya terjadi disfungsi ginjal atau gagal ginjal.
4). Payah jantung
Tekanan tekanan darah sistemik meningkatan resistensi terhadap pemompaan darah
dari ventrikel kiri, sehingga beban kerja jantung bertambah dan tidak mampu lagi
memompa darah keseleruh tubuh sehingga akibatnya terjadi hipertrofi ventrikel untuk
meningkatakan kekuatan kontraksi, akan tetapi kemampuan ventrikel untuk
mempertahankan curah jantung terlampauhi dan terjadi dilatasi mengakibatkan payah
jantung (Coungestive Heart Fleure).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI PADA NY. S

I. BIODATA PASIEN

1.      Nama                                       : Ny. S


2.      Umur                                       : 54 tahun
3.      Jenis Kelamin                          : Perempuan
4.      Agama                                     : Kristen
5.      Pendidikan                              :
6.      Pekerjaan                                 :
7.      Golongan Darah                      : -                   
8.      Alamat                                     :
9.  Status                                      : Kawin
10.  Keluarga Terdekat                  : Anak
11.  Diagnosa Medis                      : Hipertensi

II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama : Klien sering merasakan kepala pusing, sesak nafas, dan badan terasa
lemas.
B. Riwayat penyakit sekarang
Paliatif             : klien datang dengan riwayat HT dan gastritis
Quality            : klien dengan keadaan sadar
Regio               : kepala pusing dan dada sesak
Saverity           : skala nyeri 5
Time                : ± 1 minggu yang lalu

N Intensitas Nyeri Diskripsi


O
Menurut numeric = 5 -      Pasien mengatakan nyeri masih bisa ditahan
atau sedang
-      Pasien nampak gelisah
-      Pasien nampak sedikit berpartisipasi dalam
perawatan

C. Riwayat penyakit yang lalu:


Klien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi ± 3 bulan dan hanya berobat di
PUSKESMAS saja.     
D. Riwayat kesehatan keluarga :
Klien mengatakan bahwa dalam keluarga klien tidak ada yang mempunyai riwayat
penyakit yang sama seperti klien.
III. POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN
a. Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi

N PEMENUHAN MAKAN/MINUM DIRUMAH


O
1 Jumlah/waktu - Pagi : Klien makan porsi
sedang dengan nasi, sayur,
lauk dan minum air putih.

- Siang : Klien makan porsi


sedang dengan nasi, sayur,
lauk dan minum air putih.

-Malam : Klien makan porsi


sedang dengan nasi, sayur,
lauk dan minum air putih.
2. Jenis -      - Nasi : putih.
-       -Lauk : Ikan, tahu, tempe,
daging
-       - Sayur : bayam.
-       - Minum : air putih.

3. Pantangan Rendah garam

b. Pola eliminasi

NO PEMENUHAN ELIMINASI BAK/BAB DIRUMAH


1 Jumlah/Waktu -    Pagi     : BAB 1x/hari,
BAK 2x/hari.
-    Siang   : BAK 2x/hari.
-    Malam : BAK 2x/hari.

2. Warna -    BAB : kuningan.


-    BAK : jernih.
BAB:Khas
3. Bau BAK : Khas
BAB : Khas
4. Konsistensi BAB : Lembek

BAK : kha

IV. PEMERIKSAAN KEPALA,WAJAH DAN LEHER

1. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala Dolicephalus,kesimetrisan +, luka -.
Palpasi   : Nyeri tekan +, pusing.
2. Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
a.       Kelengkapan dan kesimetrisan +.
b.      Warna iris merah.
c.       Kelopak mata/palpebra : oedema -, peradangan -, benjolan -.
d.      Pemeriksaan Visus
Tanpa Snelen Card : kurang jelas.
e.       Konjungtiva dan sclera : konjungtiva anemis dn scera coklat.
3. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi : Pembengkokan -, sekret -, perdarahan -, kotoran -, polip -.
4. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, lesi -, peradangan -, penumpukan serumen -, perdarahan -,
perforasi -.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
5. Pemeriksaan Mulut dan Faring
Inspeksi dan palpasi : Kelainan konginetal labio -, warna bibir merah muda, lesi -, caries
+, kotoran +,gigi palsu +,gingi vitis +, waarna lidah kotor, perdarahan -, abses -.
6. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : ekspresi wajah klien tegang, kondisi klien lesu dan letih, kelumpuhan otot-otot
facialis -.
7. Pemeriksaan Leher
a Inspeksi dan palpasi
a.       Bentuk leher simetris, peradangan -, perubahan warna -, masa -.
b.      Pembesaran kelenjar tiroid -.
c.       Pembesaran vena jugularis +.
8. Keluhan yang dirasakan klien terkait dengan pemeriksaan kepala, wajah, leher:
      klien mengeluh kepalanya terasa pusing.

V. PEMERIKSAAN THORAKS DAN PARU


a. Inspeksi

- Bentuk thoraks: normal chest,susunan ruas tulang belakang, bentuk dada simetris.
-Retraksi otot Bantu pernapasan : retraksi intercoste +, retraksi suprasternal-,
pernapasan cuping hidung +.
-Pola nafas : Takipneu.
b. Palpasi
Pemeriksaan taktil/vocal vermitus: -, getaran antara kanan dan kiri sama, cianosis
c. Perkusi
Area paru sonor
d. Auskultasi
1. Suara nafas: Area vesikuler bersih, area bronchial bersih,area bronchovasikuler
bersih.
2. Suara ucapan : Eghophoni –.
3. Suara tambahan : Rales +.
e. Kelainan lain yang dirasakan klien terkait dengan pemeriksaan thoraks dan paru yaitu
klien merasa dadanya sesak ketika bernafas.

VI. PEMERIKSAAN JANTUNG


a. Inspeksi

Ictus cordis -, pulsasi pada dinding thoraks lemah.


b. Palpasi
Palsasi pada dinding thoraks teraba: tidak teraba/tidak terkaji.
c. Perkusi
Tidak ada pembesaran.
-          Batas atas              : ICS II.
-          Batas bawah          : ICS V.
-          Batas kiri               : ICS VMid Clavikula.
-          Batas kanan          : ICS IV Mid Sternalis Dextra.
d. Auskultasi
-          BJ I           : Terdengar “LUB” tunggal (reguler), keras.
-          BJ II          : Terdengar “LUB” tunggal (reguler), keras.
e. Keluhan lain terkait dengan pemeriksaan jantung : tidak ada kelainan.

VII. PEMERIKSAAN ABDOMEN

a. Inspeksi
-          Bentuk abdomen datar.
-          Masa atau benjolan -, kesimetrisan +, bayangan pembuluh darah vena -.
b.  Auskultasi
Frekuensi peristaltik usus 15x/menit.
c. Palpasi
-          Hepar : Perabaan lunak.
-          Lien : tidak terdapat nyeri tekan dan tidak ada pembesaran.
-          Appendik : Nyeri tekan -, nyeri lepas -, nyeri menjalar kontralateral -.
d. Kelainan yang dirasakan pada saat pemeriksaan abdomen : tidak ada kelainan.

VIII. PEMERIKSAAN GENETALIA


Tidak Dikaji.

IX. PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL


(EKSTREMITAS)

a.   Inspeksi
                        Otot antara sisi kanan dan kiri simetris, Deformitas -, fraktur -, terpasang gips -.
b.      Palpasi
-          Oedem - -/- -/-
-          Uji kekuatan otot 5/5 5/5

X. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

            Respon membuka mata spontan, respon verbal 5, respon motorik 6.Kesimpulan
compor mentris.
            Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak : peningkatan suhu -, nyeri kepala +,
kaku kuduk -, mual muntah +, kejang -, penurunan kesadaran -.
            Memeriksa nervus cranialis :
-          Nervus III    : Ocumua latorius reaksi pupil terhadap cahaya +.
-          Nervus VIII : Ketajaman pendengaran +.
-          Nervus XII  : Gerakan lidah menjulur dan menonjolkan lidah +.
            Pemeriksaan fungsi motorik :Ukuran otot simetris, atropi -.
            Pemeriksaan fungsi sensorik : Kepekaan benda tumpul +.

ANALISA DATA
No Data Etiologi Prolem
1 Ds : Nyeri/Sakit kepala
Keluarga klien mengatakan klien Saraf simpatis
merasa sakit kepala yang sangat Saraf pasca ganglion
hebat Kontriksi
Do : Sakit kepala
Klien meringis menahan sakit
kepala yang dirasakan TD :
175/100 mmHg.
ADL : Klien sakit terhambat
2 Ds : Peningkatan tekanan vaskuler Gangguan pola
Keluarga klien mengatakan klien serabral istirahat
tidak tidur semalam dan terus Saraf simpatis
merasakan sakit kepalanya. Tidak mampu mengatasi
Do : nyeri
TD : 175/100 mmHg Gangguan pola istirahat
ASL : Klien sedikit terhambat

Diagnosa keperawatan.
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis : peningkatan vaskuler d.d kepala sakit
yang dirasakan oleh pasien.
2. Gangguan pola tidur b/dketidak tidak mampuan mengatasi nyeri d/d mata klien
tampak cekung, tekanan darah 175/100 mmHg.

Intervensi Keperawatan
N DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI
O
1. 1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis : Intervensi Utama :
peningkatan vaskuler d.d kepala sakit Observasi
yang dirasakan oleh pasien. Observasi :
. Identifikasi lokasi ,
karakteristik , durasi ,
frekuensi , kualitas ,
intensitas nyeri

. Identifikasi skala nyeri

. Identifikasi nyeri non


verbal

. Identifikasi faktor yang


memperberat dan
memperingan nyeri.

Terapeutik

. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
( mis. TENS , hipnosis ,
akupresur , terapi musik ,
biofeedback , terapi pijat ,
aromaterapi , kompres
hangat/dingin

. Kontrol lingkungan yang


memperberat rasa nyeri
( mis. Suhu ruangan ,
pencahayaan , kebisingan )

. Fasilitasi istirahat dan


tidur

Edukasi :

. Jelaskan penyebab ,
periode , dan pemicu nyeri

. jelaskan strategi
meredakan nyeri

. Anjurkan memonitor nyeri


secara mendiri

. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat

. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :

. Kolaborasi pemberian
analgetik , jika perlu.

2. 2. Gangguan pola tidur b/dketidak tidak Intervensi Utama :


mampuan mengatasi nyeri d/d mata klien Observasi :
tampak cekung, tekanan darah 175/100 - Identifikasi pola
mmHg. aktivitas dan tidur
- Identifikasi factor
pengganggu tidur
(fisik dan/
psikologis).
- Identifikasi
makanan dan
minuman yang
mengganggu tidur.
- Identifikasi obat
tidur yang
dikonsumsi.
Terapeutik :
- Modifikasi
lingkungan (mis.
Pencahayaan,
kebisingan, suhu,
matras, dan tempat
tidur).
- Batasi waktu tidur
siang, jika perlu.
- fasilitasi
menghilangkan
stress sebelum tidur.
- Tetapkan jadwal
tidur rutin
- Lakukan prosedur
untuk meningkatkan
kenyamanan
(mis.pijat,
pengaturan,
posisi,terapi
akupresur).
- Sesuaikan jadwal
pemberian obat dan/
tindakan untuk
menunjang siklus
tidur-terjaga.
Edukasi :
- Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit.
- Anjurkan menepati
kebiasaan waktu
tidur.
- Anjurkan
menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu
tidur.
- Anjurkan
penggunaan obat
tidur yang tidak
mengandung
supresor terhadap
tidur REM.
- Ajarkan factor-
faktor yang
berkontribusi
terhadap gangguan
pola tidur
(mis.psikologis,
gaya hidup, sering
berubah shift
bekerja).
- Ajarkan relaksasi
otot autogenic atau
cara nonfarmakologi
lainnya.

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah yang
abnormal dengan diastol > 90 mmHg dan sistol > 140 mmHg yang dipengaruhi oleh
banyak faktor risiko.Hipertensi dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu hipertensi
primer (essensial) dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer merupakan penyebab kematian terbesar dengan presentase 90%
dibandingkan dengan hipertensi sekunder dengan presentase 10% karena penyebab dari
langsung (etiologi) dari hipertensi primer tidak diketahui dan penderita yang mengalami
hipertensi primer tidak mengalami gejala (asimtomatik). Terapi hipertensi dibagi menjadi
dua kelompok besar, yaitu terapi medis dan non-medis.Kontrol pada penderita hipertensi
sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

Saran
Untuk menurunkan resiko hipertensi, pasien yang menderita hipertensi hendaknya
melakukan terapi medis maupun non-medis secara kontinyu, melakukan pola gaya hidup
sehat seperti olahraga teratur, diet teratur sesuai dengan kebutuhan dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Jilid 6. Jakarta : EGC
Doenges, ME., Moorhouse, MF., Geissler, AC. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta : EGC
Guyton, AC. & Hall, JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai