Anda di halaman 1dari 24

BAHAN AJAR MATA KULIAH

Biologi Sel
Pertemuan Ke IV
Dosen: Prof. Dr. Dirayah R. Husain, DEA.

Mata Kuliah : Biologi Sel


Kode Mata Kuliah / SKS : 18H4110402
Semester : AKHIR
Program Studi : Biologi
Mata Kuliah Prasyarat : Biologi Dasar
Dosen Penanggung Jawab : Prof. Dr. Dirayah R. Husain, DEA
Tim Dosen Dr. A. Ilham Latunra, Msi
Dr. Sulfahri, Ssi. Msi.
Dr. Faiqah Umar, Ssi. Msi..
Mahasiswa mampu mengetahui struktur dan fungsi sel
dan bagian-bagiannya dan berbagai teknik/metode
pengamatan dan analisis sel, sehingga mahasiswa mampu
Capaian Pembelajaran
: menjelaskan kerja sel secara keseluruhan serta
Mata Kuliah mekanisme terjadinya komunikasi dan kerjasama sel
sebagai unit terkecil dari makhluk hidup yang memiliki
struktur dan fungsi.

Mata kuliah ini membahas tentang Sel Sebagai Unit


Dasar Kehidupan, Sejarah Perkembangan Teori Sel
Teknik pemeriksaan dan Konservasi sel, Morfologi dan
komponen penyusun Sel, Selubung sel, membran plasma,
: Kuliah
Deskripsi Mata
sitoskeleton, sitoplasma dan organel sel, inti sel dan
bahan pewarisan sifat serta komunikasi antar
sel

1. Pendahuluan
a) Garis Besar Materi Pokok Bahasan III:

Pokok bahasan ketiga ini terkait pada pemahaman dan penjabaran Rangka
Sel/Sitoskeleton.

Sub Capaian Pembelajaran:

1
Mahasiswa mampu mendiskripsikan perbedaan struktur dan fungsi dari bagian
sitoskeleton

Perilaku Awal:

Mahasiswa mampu mendiskripsikan bentuk dan struktur serta fungsi dari bagian-
bagian membran sel.

Manfaat Pokok Bahasan:

Setelah mahasiswa mengikuti dan memahami materi bahasan ini maka mahasiswa
mampu memahami kemampuan sel dalam bergerak dan mempertahankan bentuknya.

b) Urutan Pembahasan:

Sitoskleton secara berurutan akan meliputi:

1. Struktur Sitoskleton
1.1. Mikrotubula
1.2. Mikrofilamen
1.3. Filamen Intermediate
2. Motilitas Sel (Gerakan Sel)

II. Petunjuk Belajar:

Pada materi bahasan ini sebagai pemahaman awal pada materi ini adalah mahasiswa
memahami bentuk dan bagian – bagian penyusun sel dan bahan penyusun sel

Uraian Materi Bahasan:

a. Materi Bahasan IV:

BAB IV
SITOSKELET
1. STRUKTUR SITOSKLETON
Sitoskeleton atau rangka sel merupakan filamen-filamen non spesifik yang umum

terdapat pada semua sel, membentuk jalinan pada daerah sitoplasma. Sitoskeleton terdiri dari

2
mikrofilamen, filamen intermediat, dan mikrotubula. Organel kecil ini dikenal setelah

digunakannya mikroskop ele

Gambar 4.1. Struktur Sitoskeleton

1.1. Mikrotubula

a. Struktur

Mikrotubula memiliki bentuk selinder dengan diameter luarnya + 30 nm dan

lumennya + 14 nm dengan ketebalan dinding 8 nm. Panjangnya bervariasi

tergantung dari tipe sel dan spesies. Tetapi kadang-kadang ukurannya dapat

mencapai 1000 kali tebalnya yaitu hingga 25 µm, namun tidak memiliki cabang.

Dinding dari mikrotubula tersusun dari 9 sampai 14 protofilamen/protofibril yang

identik (Gambar 4. 2).

3
4
5
Gambar 4. 2. Diagram mikrotubula (a) Potongan membujur; (b) Potongan
melintang, setiap unit protofilamen merupakan tubulin dimer.

Setiap protofilamen merupakan suatu dimer (Gambar 4.2.) dengan berat molekul

protein 110.000 – 120.000.

Protein tubulin dibedakan atas 2 macam yaitu:

 Tubulin α

6
 Tubulin β

Struktur monomer dari tubulin α tidak sama dengan tubulin β. Satu dimer dapat

terdiri dari 2 monomer identik yang disebut homodimer, atau 2 monomer yang

berbeda, disebut heterodimer (monomer tubulin α + monomer tubulin β).

 Protofilamen merupakan kesatuan, dapat berasal dari homodimer atau

heterodimer, tergantung jenis atau sifat dari mikrotubula yang bersangkutan.

 Pasangan sub unit (heterodimer α dan heterodimer β) membentuk suatu heliks.

Colchicine yang merupakan suatu alkaloid memiliki kemampuan bergabung

pada subunit mikrotubula dan juga memnghambat asosiasinya membentuk

mikrotubula. Merupakan penyebab terhambatnya pembelahan sel pada stadium

metafase.

 Dimer tubulin memiliki tempat berikatan dengan GTP (Guanosine

tryphosphate) dan tempat untuk alkaloid penghambat polimerisasi (cholchicine,

vinblastine, podophylline).

Suhu dingin dan jenis alkaloid yang telah disebutkan sebelumnya

menyebabkan depolimerasi dari mikrotubula. Fiksasi Colchicine menyebabkan

pemendekan, selanjutnya mikrotubula menghilang oleh kegagalan polimerisasi.

Polimerisasi dapat terjadi oleh kehadiran GTP dan Mg++. Polimerisasi

berawal dari satu kecambah inti (bakal inti) yang berbentuk cincin (tersusun dari

tubulin). Tubulin-tubulin bersatu pada ekstrimitas dari cincin dan selanjutnya

memulai membentuk protofilamen primer, sekunder, dan seterusnya

membentuk satu mikrotubula berdinding terbuka. Bilamana protofilamennya

semua telah terbentuk, dinding tertutup dan mikrotubula yang kecil tersebut

selanjutnya memainkan perannya lagi sebagai kecambah (bakal). Kecambah

7
atau bakal disebut sebagai Microtubule Organizing Centers (MTOCS). Lokasi

dan orientasinya menentukan pola pertumbuhan dari organel.

MTOCs memiliki beberapa bentuk seperti yang terdapat pada sentriol,

kapsul basal, kromosom dan lain-lain.

b. Fungsi

Mikrotubula terlibat dalam:

a. Pergerakan kromosom selama pembelahan

b. Transpor senyawa atau bahan-bahan intraseluler

c. Morfogenesis sel

d. Mempertahankan bentuk sel

e. Pergerakan dari sel (cilia dan flagella)

f. Migrasi vakuola endositosis

g. Pembebasan partikel-partikel sekresi

h. Polaritas selular

i. Mempertahankan struktur membran sel

1.2. Mikrofilamen
a. Struktur
Pengamatan dengan mikroskop electron menujukkkan bahwa mikrofilamen ukurannya

lebih pendek dari mikrotubula yaitu panjangnya 1-2 µm dan tebal 5-7 nm. Struktur dari

mikrofilamen berhubungan dengan fungsinya, terususun dari protein actin.

A.

B.

8
C

Gambar 4. 3 Organisasi molekular dari filament aktin (A) actin G


(Globular); (B) actin (polimer actin G); (C) actin F dengan kedua butir;
Satu molekul tropomysin dan setiap 36 nm satu molekul troponine;(D)
myofilamen dalam bentuk gel dan cair.

Actin terdapat dalam 2 bentuk yaitu:

a. Actin-G dalam bentuk globular dengan berat molekul 42.000 dan dicirikan oleh

kandungan asam N-methyl histhidine.

9
b. Actin-F dalam bentuk fibrilair

Bila konsentrasi Mg2+ dan ATP meningkat, actin-G terpolimerasi menjadi actin-

F, membentuk suatu double helix yang berdiameter 7 nm dan berjarak 72 nm.

Polimerisasi tersebut berjalan seperti berikut:

- Suatu molekul ATP melekat pada actin-G. Molekul actin-G yang actif bersatu pada satu

molekul ADP

- Molekul actin-G aktif memebentuk dua untai perpilin. ADP melekat pada setiap

monomer berfungsi sebagai regulator allosterik.

Actin –F terdapat dalam semua sel-sel nonmuscular (jaringan sub-membran sumbu

mikrovili) berasosiasi dengan molekullain seperti spektrin, α-actinin dan vinculin.

Actin berpartisipasi pada organisasi myofibril dan sel muscular skelet atau myocyte

cardiac.

c. Fungsi

Actin-F berperan dalam pembentukan sitoskeleton dan pergerakan selular. Dalam

pembentukan sitoskeleton actin F antara lain bertindak sebagai factor gelifikasi (perekat),

menyebabkan sitoplasma tetap dalam bentuk gel (faktor gelasi). ABP (Actin Binding Protein)

dan filament memodifikasi viscoelastisitas dari sitoplasma dengan menginduksi, melalui

hubungan dengan berkas actin, pembentukan suatu jaringan yang kaku. Sehingga,

menyebabkan terbentuknya semacam skeleton dan sitoplasma yang senantiasa berada dalam

keadaaan kondisi gel.

Dalam pergerakan sel, actin-F berperan secara aktif pada mekanisme kontraksi oleh

adanya 2 kofaktor yaitu:

- Tropomyosin (protein fibrilair yang terdapat di antara setiap molekul actin).

10
- Troponine (protein globular melekat pada satu bagian ekstremitas molekul

tropomyosine).

Di samping itu dimungkinkan pula oleh adanya filament myosine yang tersusun

dari molekul myosine (Gambar 4.4) yang mengandung 4 rantai polipeptida (2 panjang dan 2

pendek). Kedua rantai polipetida memintal satu dengan yang lain membentuk heliks.

Filamen myosin memiliki panjang yang bervariasi, umumnya pendek pada sel

non-muscular dan kadang-kadang dapat mencapai 1,5 mikrometer pada sel muscular yang

berdiferensiasi.

Filamen myosin terdiri dari meromyosine yang dibedakan lagi atas meromyosin

ringan (LMM) dan meromyosin berat (HMM). Meromyosin berat berupa jembatan terputar

(“cross bridge”) menuju eksterior, dalam bentuk heliks yang berjarak 42,9 nm. Heliks aktin

merupakan bagian struktur myofilamen tipis. Meromyosin berat terdiri dari 3 sub fragmen yaitu

1 sub fragmen S2 (batang) dan 2 sub fragmen S1 (kepala globular). Segmen S1 memiliki sifat

yaitu melekat pada aktin dan menerima ATPase myosin oleh adanya Ca 2+. Energi yang

diperlukan untuk kontraksi diperoleh dari penguraian ATP oleh ATPase.

A.

B.

11
C.

d.

f.

Gambar 4.4. Struktur Myosin

A. Organisasi molecular
a. Untai panjang berupa double heliks
b. Untai pendek
B. Bentuk umum dari molekul myosin
C. Trypsin berupa potongan dari myosin yang terdiri dari:
a. Meromyosin ringan (LMM)
b. Meromyosin berat (HMM)
D. Meromyosin berat stelah teruruai menjadi 3 subfragmen:
a. 1 fragmen S1
b. 2 fragmen S2

Transisi antar istirahat (relaksasi) dan kontraksi bergantung pada konsentrasi


ion Ca di sekitarnya. Jika tidak ada Ca 2+, maka protein regulator (tropomyosin dan berbagi
troponin) menghalangi interaksi antara aktin dan myosin.
Mekanisme kontraksi (interaksi antara aktin dan myosin) dan relaksasi (tidak
ada interaksi antara aktin dan myosin) dari filament myosin dan terjadi tanpa adanya modifikasi
dari ukurannya, menyebabkan meluncurnya filament actin (Gambar 5).

A B C

Gambar 4.5. Mekanisme meluncurnya filament actin pada filamen


Myosin .

12
Keterangan:
A. Posisi istirahat (relaks)
B. Tepat sebelum kontraksi, segmen S1 melekat pada actin dan troponin
C. Segmen S1 berputar pada sumbu menyebabkan filamen actin bergeser
searah panah

Sel eukariot mengandung aktin dalam konsentrasi yang tinggi dan myosin

berkonsentrasi yang rendah. Filamen aktin dan myosin terdapat pada amoeba sehingga

diketahui berperan dalam pergerakan amoeba yaitu dengan kontraksi frontal.

1.3. Filamen intermediate


a. Struktur
Memiliki struktur fibriler dengan diameter antara 7 dan 11 nm menghubungkan antara

mikrotubula dan mikrofilamen. Filamen intermediat tidak ditemukan pada semua tipe sel.

Dibedakan atas beberapa kelompok utama dari filamen inetrmediat. Filamen intermediat

umumnya terdiri dari 31 asam amino, memiliki bagian yang heliks dan menyerupai jarum.

Bagian pusat dikelilingi oleh amino dan karboksil terminal.

Filamen intermediat dapat dibedakan atas 2 berdasarkan struktur biokimianya yaitu:

1. Homopolimer yang termasuk protein seperti:

- Vimentine (sel mesenchim); Karakteristik dari sel mesenchim, terutama fibroblast,

fibrocyte, chondrocyte, dan sebagainya.

- Desmine (sel otot); terdapat pada sel muscular pada lapisan tengah dari dinding

vascular.

- Gilial Fibrillary Acidic protein/GFA (astrosit): Spesifik pada sel gilial, sel

neuroectodermis yang berpean antara lain dalam jaringan nervus.

2. Heteropolimer yang dibedakan atas sitokeratin (epitel) dan neurofilamen (sel saraf).

13
Jenis protein yang membentuk filament intermediate memberi karakteristik sel

dan jaringan yang dibentuk.

c. Fungsi

Pada sebagian sel, filament intermediate mempunyai peranan struktural.

Mikrotubula, mikrofilamen, dan filament intermediat berinteraksi dalam sel


untuk membentuk suatu Sitoskeleton.

2. MOTILITAS SEL (GERAKAN SEL)

Pengamatan dengan menggunakan mikroskop electron mengungkap bahwa pada

umumnya matriks sitoplasma sel eukaryote mengandung kerangka sel yang tersusun dalam

struktur yang berdimensi tiga. Kemampuan sel eukariotik untuk menahan deformasi, untuk

mengangkut muatan intraseluler dan untuk mengubah bentuk selama pergerakan bergantung

pada sitoskeleton, jaringan saling berhubungan dari polimer berserabut dan protein pengatur.

Penelitian telah menunjukkan bahwa kekuatan fisik internal dan eksternal dapat berlangsung

melalui sitoskeleton untuk mempengaruhi sifat mekanik lokal dan perilaku seluler. Perhatian

sekarang difokuskan pada bagaimana jaringan sitoskeletal menghasilkan, mentransmisikan,

dan merespons sinyal mekanis dalam rentang waktu pendek dan panjang. Sebuah wawasan

penting yang muncul dari penelitian ini adalah bahwa struktur sitoskeletal berumur panjang

dapat bertindak sebagai penentu epigenetik dari bentuk, fungsi, dan nasib sel.

Sitoskeleton yang merupakan sistem filamen molekul mikroskopis, terdapat pada

sitoplasma semua sel eukariotik. Sitoskeleton menyediakan kerangka kerja arsitektur sehingga

sel dapat mengatur organel dan mesin metabolisme. Sitoskleton bertanggung jawab untuk

mempertahankan bentuk sel, untuk penggerak sel, dan untuk pergerakan berbagai organel di

dalam sel itu sendiri. Selain pergerakan organel intraseluler, sitoskeleton bertanggung jawab

pula atas pergerakan kromosom selama pembelahan sel dan untuk sitokinesis. Jaringan rumit

14
dari filamen protein ini berlangsung pada seluruh sitoplasma, membentuk kerangka kerja yang

dinamis dan terus menerus mengatur ulang.

Mikrotubula, organel-organel mikrotubula dan mikrofilamen memainkan peranan

dalam pembelahan sel (sitokenesis) dan pergerakan sel (motilitas sel).

Organel sel yang terbentuk dari susunan mikrotubula beberapa di antaranya merupakan

organel transitoris, seperti aster dari spindle yang timbul dan menghilang pada daur mitosis

dan miosis. Sedangkan organel yang permanen adalah seperti cilia, flagella, basal body, dan

sentriol.

15
16
a. Sitokenesis

Sitoskeleton bertanggung jawab atas pergerakan kromosom selama pembelahan sel dan

untuk sitokinesis. Jaringan yang rumit dari filamen protein, yang berjalan di seluruh sitoplasma,

membentuk kerangka kerja yang dinamis dan terus menerus mengatur ulang. Dua komponen

struktural dari sitoskeleton diperlukan yang secara efisien memisahkan kromosom yang

direplikasi selama pembelahan sel:

1) Spindel Mitotik, sebuah susunan protein mikrotubular, yang terbentuk pada

akhir fase G-2 setelah sentrosom terduplikasi. Salah satu ujung mikrotubulus gelendong

mitosis berlabuh di sentrosom dan tumbuh menyilang ke luar ke mikrotubulus dari sentrosom

kutub lain.

2) Cincin Kontraktil, susunan protein aktin/miosin yang tumpang tindih (seperti

filamen geser yang ditemukan pada otot). Cincin, yang bertanggung jawab atas sitokinesis,

17
menjadi lebih kecil, karena menutup seperti diafragma kamera, yang kemudian membedah

sitoplasma sel menjadi dua bagian terpisah.

Percobaan memperlihatkan bahwa mikrotubula bermula di dalam sitoplasma tanpa

lokalisasi yang pasti dan mengarah dari nukleus. Penampakannya berupa filament lurus atau

kurva dan berakhir di permukaan sel. Filamen ini menghilang oleh depolamerisasi apabila

diberikan perlakuan colchinin, atau pendinginan. Selanjutnya dapat timbul atau Nampak

kembali bila diberi perlakuan. Sebaliknya akan nampak pada daerah sentrofer yakni daerah

yang mengandung sentriol. Sentrofer merupakan pusat organisasi mikrotubula. Pada sel yang

memasuki fase mitosis mikrotubula sitoplasma menghilang dan diganti oleh benang-benang

spindle danMikrotubulus (MT) adalah filamen panjang dan berongga yang terbuat dari protein

monomer globular," alfa dan beta - tubulin. MT lebih kaku daripada filamen lain dan memiliki

diameter 25nm. MT terus merakit dan membongkar. Salah satu ujungnya melekat padanya.

Sentrosom, Pusat Pengorganisasian Mikrotubulus (MTOC) terletak di dekat nukleus dalam sel

hewan, MTOC menjangkarkan ujung non-pertumbuhan (-) MT dan dengan demikian

merupakan situs asal MT baru.

Mikrotubulus memainkan peran penting dalam memindahkan kromatid yang terbelah

ke sel anak yang baru terbentuk selama mitosis. Koleksi mikrotubulus juga membentuk silia

dan flagela yang ditemukan di protozoa dan di organ beberapa hewan multiseluler.

MT tumbuh dari jenis monomer ketiga, (tubulin alfa, yang membentuk entitas yang

disebut tubulin cincin di dalam sentrosom. Pertumbuhan dan penyusutan elemen MT

melibatkan proses dinamis (masuk / keluar) yang disebut ketidakstabilan dinamis yang ditandai

dengan polimerisasi bergantian dan depolimerisasi pertumbuhan dan penyusutan "alfa dan

beta-tubulin. Subunit tubulin mengandung aktivitas hidrolitik GTP [GTP -> GDP + P]. Subunit

monomer tubulin-GTP dengan cepat mengikat bersama di ujung pertumbuhannya (ujung +).

18
Subunit monomer berkumpul lebih cepat dari GTP dapat dipecah, menghasilkan wilayah yang

disebut tutup GTP, yang mencegah depolimerisasi, sehingga memengaruhi pertumbuhan MT.

Saat subunit tubulin menghidrolisis GTP, menjadi tubulin-GDP + P, tutupnya

menjadi tidak stabil dan tubulin-GDP terlepas, mengakibatkan penyusutan autokatalitik. Hasil

bersih dari ketidakstabilan dinamis adalah bahwa MTOC (sentrosom) terus membentuk MT

baru. Pertumbuhan MT dari sentrosom terjadi di semua arah (360o), sampai MT mengenai

sesuatu, menempel padanya, dan membentuk dasar dari sitoskeleton, arsitektur superstruktur

sel dan jalan raya pergerakan intraseluler.

Sebagian besar pemahaman kami tentang perakitan dan pembongkaran MT berasal dari

tindakan obat yang menghambat pembentukan MT. Colchicine, adalah obat yang diperoleh

dari crocus dan tumbuhan lain, yang mengganggu pembelahan sel normal dengan

menghentikan mitosis pada titik di mana MT mengikat dan memisahkan kromosom.

Colchicine mengikat tubulin bebas dan mencegah perakitan tutup MT. Taxol, yang saat ini

digunakan sebagai obat antikanker, mampu bekerja dengan mengikat MT dan mendukung

pembongkaran, sehingga mencegah pembelahan sel.

Gelendong mitosis, adalah nama yang diberikan untuk kompleks sentriol,

centrosomes, dan seluruh array MT dan protein terkait yang dari antara kutub sel selama

pembelahan nuklir. Peran gelendong mitosis adalah memisahkan kromosom. Pada fase S akhir

sel hewan, sentrosom menduplikasi. Dalam profase, dua sentrosom terpisah ke kutub

berlawanan dari sel dan MT tumbuh dari setiap sentrosom. Laju pembentukannya selama

mitosis bisa sampai 20 kali lebih cepat, dibandingkan dalam kondisi sel normal. MT tumbuh

ke segala arah membentuk tiga jenis MT spindel. MT tumbuh dari setiap tiang membentuk MT

yang tidak terikat (polos). Jika MT yang tumbuh dari kutub berlawanan berinteraksi dan

19
mengikat bersama dengan protein terkait, mereka membentuk MT kutub. Dalam prometafase,

MT yang mengikat kinetokor (kompleks protein yang ditemukan dalam penyempitan

sentromer dari sepasang kromatid), membentuk MT kinetokor.

Selama anafase, enzim proteolitik memutuskan hubungan protein antara kromatid

saudara, dan mereka ditarik dan didorong oleh MT spindel mitosis. Tarif 1: m per menit telah

dicatat. Sejumlah aksi bekerja dalam pergerakan kromatid ke kutub yang berlawanan. Satu aksi

memiliki pemendekan MT kinetokor dengan depolimerisasi subunit tubulin di ujung kinetokor,

sehingga menggerakkan kutub kromatid. Gaya lain memiliki MT kutub yang bertambah

panjang dengan polimerisasi sehingga menggerakkan kutub spindel terpisah. Dua gaya

tambahan yang terlibat di sini: 1) gaya dorong di mana pemanjangan MT kutub terjadi dengan

mempolimerisasi subunit MT di ujung + mereka, dan 2) gerakan menarik di mana MT yang

tidak terikat mengalami depolimerisasi, menarik kutub spindel ke arah sel korteks.

Pembelahan sitoplasma menjadi dua domain dimulai dalam anafase dan dicapai

dengan penyempitan cincin kontraktil. Bentuk cincin tepat di bawah permukaan membran dan

terdiri dari susunan filamen aktin dan miosin yang tumpang tindih. Melalui mekanisme filamen

geser yang sama bertanggung jawab untuk kontraksi otot, filamen berkontraksi menyempitkan

cincin, sambil membentuk alur pembelahan. Alur muncul sebagai kerutan di dalam membran

plasma sepanjang sumbu tegak lurus dengan peralatan gelendong mitosis aster.

b. Gerakan membran

Gerakan yang berlokalisasi pada membran nampak oleh peranan dari filament actin.

Fenomena yang paling jelas adalah tonjolan-tonjolan halus ini adalah mikrovili yang terdiri

dari sekitar 20-30 mikrofilamen. Mikrovili ini secara teratur memanjang dan memendek ke

dalam epithelium intestinal. Mikrofilamen yang menyusun mikrovili, berkelompok oleh

adanya interaksi dari fimbrin dan vilin. Kelompok mikrofilamen tersebut tersusun parallel di

20
sepanjang mikrovili dan terbenam dalam membrane plasma pada bagian ujung mikrovili. Tidak

ditemukan adanya myosin dalam mikrovili namn terdapat anyaman mikrofilamen yang disebut

jaring terminal yang mengandung myosin. Interaksi myosin dan actin menyokong mikrovili

dan membentuk mekanisme kontraksi yang memendekkan mikrovili.

c. Gerakan silia dan flagella, amuboid

d. Organel silia dan flagella berperan dalam motilitas sel. Flagella bentuknya panjang

menonjol keluar sel, umumnya jumlahnya sedikit. Terdapat di ujung atau di permukaan

sel. Silia bentuknya pendek dan jumlah banyak.

Protozoa banyak yang mempunyai flagella atau cilia. Demikian pula spermatozoa dari

metazoan bergerak oleh karena adanya flagella. Pada permukaan dalam dari saluran percernaan

makanan, saluran pernafasan, dan sebagian saluran reproduksi, memiliki silia epitel.

Mekanisme pergerakan sel yang amuboid yaitu melibatkan tahap penjuluran membrane

dan daya rekat/adherence yang menyebabkan sitoplasma sel mengalir ke depan. Aksi tersebut

melibatkan peran dari mikrofilamen aktin. Percobaan yang dilakukan dengan penambahan

sitochalasin B, nampak bahwa tidak terjadi gerakan amuboid. Gerakan amuboid diduga

melibatkan sistem kontraksi oleh aktin dan myosin seperti halnya pada sel otot.

21
b. Pembahasan:
Setelah pemaparan materi bahasan tersebut di atas mahasiswa diberi kesempatan
bertanya atau membentuk kelompok diskusi

c. Penelitian:

22
Fasilitator menguraikan berbagai contoh penelitian yang telah dan sedang serta
prospective dan yang sedang dalam rencana kegiatan penelitian dari berbagai dosen
dalam lingkup laboratorium sendiri maupun peneliti terkait secara nasional maupun
internasional.

d. Penerapan:
Fasilitator menguraikan tentang Penghiliran/penerapan dari berbagai penelitian terkait
pentingnya memahami struktur dan fungsi sitoskleton untuk memahami berfungsinya
dalam jaringan.

e. Latihan:
Di dalam kelas mahasiswa diberi kegiatan berupa menjelaskan dengan kata-kata sendiri
dalam mendiskripsikan struktur dan penyusun serta fungsi dari sitoskeleton.

f. Tugas Mandiri:
Dapat diberikan dalam bentuk menambahkan materi atau publikasi terkait pokok
bahasan

Penutup Rangkuman
a) Tes Formatif:

Untuk mengetahui tingkat penguasaan pengetahuan yang diperoleh mahasiswa


pada materi diberikan pertanyaan:

1. Deskripsikan struktur sitoskleton.


2. Jelaskan fungsi sitoskleton

b) Umpan Balik:

Mahasiswa dapat mengajukan hal tentang kondisi yang dialami dan


diharapkannya untuk memahami materi bahasan terkait.

g. Daftar Pustaka
Albert, Bruce, D. Bray, J. Lewis, Martin Kaff, Keith Roberts, James D. Watson. 1994.
Molecular Biology of the Cell, Third Edition, Garland Publisihing, Inc. New York &
London.

23
Brock, T. D. & M.T., Madigan, 1990. Biology of Microorganism, Fifth Edition, Prentice
Hall International, Inc.
Campbell, N.A., J. B. Reece & L.G. Mitchell. 1999. Biology, Addison – Wesley, an Imprint
of Addison Wesley longman, Inc.
Goodman S.R. 2008. Medical Cell Biology. Third edition, Academic Press, London UK.
Howe, C. 1995. Gene Cloning and Manipulation, Campbridge University Press.
Lamb N. & Ania Manson, 2007. Crash Course: Cell Biology and Genetics. Mosby
Elsevier Philadelphia, PA.
Savada David, E. 1993. Cell Biology, Organelle Structure and Function. Jones and Bartiett
Publisher, Borton, London.
Starr C, & Ralph Taggart. 1993, Biology The Unity & Diversity of Life, Sixth Edition.
Wodworth Publishing Company, Belmont, California A Division of Wodsworth, Inc.

24

Anda mungkin juga menyukai