Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Keamanan pangan (Food Security) adalah masalah penting di belahan
selatan dunia seperti Indonesia yang rentan terkena dampak perubahan iklim.
FAO menyatakan bahwa 805 juta orang rawan pangan yang dimana 98 persen
masih tinggal di negara berkembang (FAO, IFAD & WFP, 2014).
Berdasarkan undang-undang pangan No. 18 Tahun 2012, ketahanan
pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi Negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat
hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Fenomena perubahan iklim
yang dirasakan masyarakat mempengaruhi aktivitas pertahanan pangan khususnya
masyarakat pesisir (Shams et al., 2016).
Wilayah pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem daratan dan
lautan yang terus mengalami perubahan akibat interaksi dinamis antara lautan dan
daratan (Nelson, 2018). Di Asia dan Pasifik, garis permukaan laut diperkirakan
akan naik sekitar 3–16 cm pada tahun 2030 dan 7–50 cm pada tahun 2070
sehubungan dengan variabilitas permukaan laut regional (Preston et al., 2006) dan
jumlah orang yang menghadapi banjir di pesisir daerah akan meningkat dari 13
juta menjadi 94 juta setiap tahun, dengan 60 persen dari peningkatan ini terjadi di
Asia Selatan dan 20 persen di Asia Tenggara (Cruz et al., 2007).
Ancaman perubahan iklim terhadap ketahanan pangan wilayah pesisir
dapat berupa fenomena over fishing, pengasaman dan kerusakan laut, pemutihan
karang, serta berkurangnya keanekaragaman hayati, penurunan produksi tanaman
pangan hingga 60–70%, berkurangnya luas lahan pertanian akibat intrusi air laut
dan menyebabkan wilayah terendam air laut, serta peningkatan salinitas
(kegaraman) tanah sekitar pantai (Shams et al., 2016).
Dampak perubahan iklim yang terjadi juga mempengaruhi kejadian
bencana di wilayah pesisir. Bencana bencana yang terjadi di wilayah pesisir
disebabkan karena adaya ancaman yang terjadi dari daratan dan proses yang
terjadi dari lautan seperti banjir, banjir tsunami, gempa bumi dan lain-lain. Banjir
air pasang merupakan suatu kejadian yang disebabkan oleh kenaikan muka air laut
secara global. Adanya pasang naik dan pasang surut mempengaruhi kondisi
genangan yang terjadi. Fenomena ini menyebabkan terjadinya banjir yang
disebabkan oleh kenaikan permukaan air laut yang disebut dengan banjir rob
(Asrofi, et al. 2017).
Provinsi Bengkulu merupakan salah satu daerah yang terletak di pesisir
pantai barat Sumatera dengan wilayah pesisir yang terhampar sepanjang sekitar
525 km (Ketahanan Pangan RI, 2018). Pada tahun 2010, Provinsi Bengkulu mulai
mengembangkan FSVA (Food Security and Vulnerability Atlas) yang digunakan
sebagai alat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan untuk mengurangi
kesenjangan ketahanan di wilayah pesisir. Terdapat berbagai penyebab kerentanan
pangan yang mempengaruhi kehidupan masyarakat pesisir termasuk salah satunya
adalah bencana banjir di wilayah pesisir (Mulyasari, 2016).

1.2 Tujuan
Mengetahui gambaran ketahanan pangan (food security) dan pengaruh
banjir pada daerah pesisir.

1.3 Manfaat
a. Masyarakat
Memberikan gambaran dan pengetahuan mengenai ketahanan pangan(food
security) serta pengaruh banjir di wilayah pesisir
b. Penulis
- Mengetahui gambaran ketahanan pangan dan banjir di wilayah pesisir
- Menjadi sumber informasi gambaran ketahanan pangan dan banjir di
wilayah pesisir dalam upaya peningkatan kesehatan dan kecukupan
pangan wilayah pesisir.
Sumber :
 Shams, Shahriar & Shohel, M Mahruf C. (2016). Food Security and
Livelihood in Coastal Area under Increased Salinity and Frequent Tidal
Surge. Environment and Urbanization ASIA. 7. 1-16.
10.1177/0975425315619046.
 Cruz, Rex & Harasawa, H. & Lal, Murari & Wu, S. & Anokhin, Y. &
Punsalmaa, B. & Honda, Y. & Jafari, Mostafa & Li, C. & Ninh, N. (2007).
Asia. Climate change 2007: Impacts, adaptation and vulnerability.
Contribution of Working Group II to the Fourth Assessment Report of the
Intergovernmental Panel on Climate Change. 469-506.
 FAO, IFAD, & WFP. (2014). The state of food insecurity in the World
2014: Strengthening the enabling environment for food security and
nutrition. Rome: FAO.
 Asrofi A, Ritohardoyo S, Hadmoko DS. (2017), Strategi Adaptasi
Masyarakat Pesisir Dalam Penanganan Banjir Rob dan Implikasinya
Terhadap Ketahanan Wilayah. Jurnal Ketahanan Nasional. Vol 23, pp
125-144.
 Mulyasari G. (2016). Kajian Ketahan Pangan dan Kerawanan Pangan di
Provinsi Bengkulu. AGRISEP. Vol 16, pp 83-90.

Anda mungkin juga menyukai