Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedawung (Parkia timoriana Merr) merupakan salah satu anggota tumbuhan marga
Parkir yang tergolong dalam suku Mimosaceae. Jenis ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
sebagai obat penyakit perut seperti kembung, kolera, radang usus, juga cacingan, cacar air.
Ekstrak bijinya mengandung 3 komponen senyawa sterol (kampesterol, sitosterol, dan
stigmasterol) yang dapat dipakai sebagai kontrasepsi. Daun dan pepagannya dapat dipakai
sebagai obat luar untuk bisul dan luka. Gerusan polongnya yang dicampur dengan air dipakai
sebagai sampo (Kalsom dan Zuhud, 2001).

Pemanfaatan biji kedawung sebagai obat tradisional oleh masyarakat jawa sangat
beragam dan pada umumnya sebagai bahan campuran untuk pengobatan yang terikat dalam dosis
kecil dapat digunakan untuk melancarkan pencernaan atau mengatasi sembeli. (Hadad, 1993)

Kedawung (Parkia timoriana) merupakan kelompok sepuluh bahan baku yang terbanyak
dibutuhkan industri jamu di jawa. Kedawung dengan biji hitam bulat lonjong dan gepeng mirip
biji petai ini berkhasiat sebagai obat pencernaan. Industri jamu sering memasukkan kedawung
sebagai bahan dasar racikan. Kedawung juga termasuk satu diantara 30 spesies tumbuhan obat
langka di Indonesia dengan status kelangkaan dan terancam menuju kepunahan. Hasil
inventarisasi dan analisis vegetasi kawasan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) jawa timur
yang dilakukan sejak tahun 1993 hingga 2006, menunjukkan bahwa jumlah populasi kedawung
hanya tiga individu anakan dan 136 individu pohon dewasa. (Zuhud, 2007).

Kelangkaan kedawung di alam juga akibat permintaan bahan baku biji kedawung oleh
industri jamu yang mencapai 170 ton per tahun. Semua biji kedawung selalu dijual habis ke
penanam biji kedawung di habitat hutan alamnya. Padahal pohon kedawung mulai berbuah
sekitar umur 20 tahun selain itu biji kedawung sangat sukar berkecambah tanpa bantuan manusia,
bahkan persentase perkecambahan kedawung di alam juga sangatlah kecil. Oleh karenanya agar
pohon kedawung tidak menjadi tanaman yang langka atau bahkan sampai punah, maka
diperlukan suatu upaya untuk mempertahankan kelestarian jenis kedawung melalui perbanyakan
benih kedawung. (Zuhud, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana determinasi dari tanaman kedawung?
2. Apa saja morfologi bagian tanaman kedawung?
3. Apa saja kandungan metabolit tanaman dan efek farmakologinya ?
4. Sediaan atau formula apa saja yang tersedia dalam masyarakat ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Determinasi Tanaman


Adapun beberapa klasifikasi dari tanaman kedawung sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Sub Kingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Fabales

Familia : Fabaceae

Genus : Parkia

Species : Parkia javanica (Lam.) Merr.

2.2 Morfologi Bagian Tanaman


Tanaman berbentuk pohon yang tingginya mencapai 50 meter dan diameter 2,5 cm.
Batang licin terkadang retak-retak, keputih-putihan, coklat atau abu-abu. Dan berseling
terdapat kelenjar nektar pada tol ngkai daun tiap sirip terdiri dari 50-70 pasang anak daun.
Satu tangkai bunga biasanya terdiri atas 4-7 bunga perkelompok. Buah berbentuk polong
memanjang, pipih dan agak terpelicir, kulit polong berkayu kasar, berkerut diatas bijinya.
Satu polong terdiri atas 12-19 biji yang terbentuk elips keras coklat tua kelihatan dengan
panjang 1,5-2 cm (Syamsul Hidayat, dkk. 2015 : 139).
Tanaman ini termasuk dalam divisi Spermatophyta, kelas Dicotyledon, family Resales,
Ordo Mimosaceae.
2.3 Kandungan Metabolit Tanaman Dan Efek Farmakologinya
Kulit batang kedawung memiliki aktivitas antimikroba yang paling tinggi dibandingkan
daun dan kulit akar. Daun, biji dan kulit batang kedawung mengandung saponin dan
flavonoid, disamping itu daun dan kulit batang juga mengandung tannin. Seluruh bagian
tanaman kedawung mengandung senyawa fitoteral yang cukup signifikan dengan beta-
sitosterol sebagai komponen utamanya. Kulit batang, daun, bunga dan polong dari tanaman
ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat berbagai penyakit. Biji kedawung tua sering
digunakan untuk mengobati penyakit kolik dan juga sebagai bahan campuran obat kolera.
Adapun efek farmakologi dari tanaman ini yaitu : menghilangkan nyeri lambung, mengatasi
infeksi kulit, diare dan cacingan, dan sebagai obat antidisentri.

2.4 Sediaan atau formula yang tersedia dalam masyarakat (ramuan/usada/penelitian


ilmiah)
Jenis ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai penyakit perut seperti kembung,
kolera, radang usus, juga cacingan, cacar air. Ekstrak bijinya mengandung 3 komponen
senyawa sterol (kampesterol, sitosterol, dan stigmasterol) yang dapat dipakai sebagai
kontrasepsi (Hanani, 1993). Daun dan pepagannya dapat dipakai sebagai obat luar untuk bisul
dan luka (Burkill, 1935, Kalsom dan Zuhud, 2001). Gerusan polongnya yang dicampur
dengan air dipakai sebagai sampo (Kalsom dan Zuhud, 2001).

Pemanfaatan biji Kedawung sebagai obat tradisional oleh masyarakat Jawa sangat
beragam dan pada umumnya sebagai bahan campuran untuk pengobatan yang terkait dengan
pencernaan (Hadad et al., 1993). Dalam dosis kecil dapat digunakan untuk melancarkan
pencernaan atau mengatasi sembelit.

Berkaitan dengan pemanfaatannya sebagai obat tradisional, pemakaian nama ilmiah


kedawung untuk penelitian kimia bahan obat di Indonesia masih bervariasi seperti Parkia
roxburgii (Wiriadinata, 1992; Siswanto, et al,, 1993), P timoriana, P. javanica (Januwati et
al., Soejono, 1993; Hanani, 1993; Sudiaman dan Jatmiko 1993; Zuhud, 2007 ) atau P.
biglobosa (Siswanto, 1993).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa nama jenis kedawung yang tepat
pada saat ini sesuai dengan hasil revisi terakhir yaitu Parkia timoriana. Populasi tegakan
pohon kedawung di alam sudah jarang ditemukan dan pada umumnya telah berumur tua,
demikian pula untuk Petir. Status taksonomi Petir (P. intermedia) dapat dibedakan dengan
kedua jenis lainnya (Kedawung dan Petir) berdasarkan karakter morfologi dan anatomi
serta dukungan hasil analisis fenetiknya. Dukungan data sitologi dan DNA masih
diperlukan untuk membuktikan anggapan P. Intermedia merupakan hibrid alami antara P.
timoriana dan P. speciosa yang dilaporkan peneliti sebelumnya.

3.2 Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode skarifikasi yang
lebih baik senyawa kimia, mekanik dan lain-lainnya guna mengetahui metode skarifikasi
mana yang lebih mampu meningkatkan perkecambahan biji kedawung (Parkia
timoriana).
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Kalsom, Yusuf dan EAM Zuhud. 2001. Suatu analisis kadawung. Taman Nasional Meru Betiri.
Jawa Timur

Hadad EAW, O Taryono, SD Udin dan MSD Rasita. 1993. Pemanfaatan Meniran dan
Kedawung dalam obat tradisional. Jawa barat.

Zuhud EAM. 2007. Bio-Ekologi Tumbuhan Obat Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr. Di
Hutan alam Taman Nasional Meru Betiri

Anda mungkin juga menyukai