”Siapa tak suka es krim?” Rasanya, tak akan ada yang menjawab ”saya!”. Bisa dikatakan
hampir semua orang menyukai es krim, apalagi jika dimakan dalam cuaca panas, tentu akan
terasa lebih nikmat. Akan tetapi, dibalik kenikmatan tersebut kita perlu berhati-hati
mengingat tidak semua es krim halal dimakan, tergantung kepada komposisi ingredien yang
digunakan. Oleh karena itu marilah kita simak bagaimana es krim dibuat dan dari bahan
bahan apa saja. Sebelumnya akan dijelaskan sejarah pembuatan es krim dan jenis jenis
produk sejenis es krim.
Pembuatan es krim agaknya diilhami oleh kebiasaan orang orang kuno yang biasa
mencampurkan salju dengan buah-buahan atau jus buah untuk dimakan dimana kebiasaan ini
diperkirakan berasal dari Cina. Kebiasaan membuat makanan dari campuran salju dan buah
atau jus buah, yang berikutnya disebut sebagai makanan ice dessert ini kemudian menyebar
ke Eropa pada akhir abad ke-13. Akan tetapi, makanan seperti ini selama 500 tahun
berikutnya hanyalah menjadi makanan para aristokrat (golongan ningrat), belum menjadi
makanan orang kebanyakan. Setelah ditemukannya alat pembuat es krim manual (digerakkan
dengan tangan, bukan dengan mesin) barulah makanan seperti ini mulai diproduksi secara
masal dan dijual di restoran restoran. Industri es krim kemudian mulai berdiri pada tahun
1851 dan setelah itu berkembang secara pesat khususnya setelah ditemukannya refrigerator
(kulkas) dan alat pembuat es krim yang digerakkan dengan mesin.
Produk produk es krim dan sejenisnya sebetulnya ada beberapa dimana perbedaan antara
yang satu dengan yang lainnya terletak pada jumlah relatif dan jenis ingredien (bahan)
penyusunnya. Di Barat sana perbedaan antara yang satu dengan yang lain dapat dikenali
dengan kelompok produk ybs, akan tetapi di Indonesia kelihatannya belum ada istilah yang
tepat yang membedakan antara satu jenis produk dengan produk yang lain, kesemuanya
disebut es krim dan es saja. Berdasarkan yang berlaku di negara Barat es krim standar
mengandung lemak sebanyak 10% dan padatan susu bukan lemak sebanyak 11%. Di
beberapa negara lemak yang digunakan harus berasal dari lemak susu (lemak yang diperoleh
dari susu, khususnya susu sapi), jika berasal bukan dari lemak susu maka produknya tidak
boleh dinamai es krim. Akan tetapi, di negara lainnya seperti Islandia, Portugal dan UK boleh
menggunakan lemak yang bukan lemak susu dan jika lemaknya secara keseluruhan adalah
lemak susu maka produknya dinamakan dairy ice cream.
Produk produk lain yang sejenis dengan es krim adalah pertama milk ice yaitu yang dibuat
dari susu dan biasanya tanpa ada tambahan lemak dari sumber lain, kadar lemaknya antara
2.5 sampai 3.0%. Custards dibuat dari telur atau kuning telur dan di Amerika dipersyaratkan
kandungan padatan kuning telurnya minimal 1.4%. Kedua produk yang disebutkan,
disamping es krim, memiliki ciri mengandung lemak yang relatif tinggi.
Produk beku lain yang tidak mengandung atau sedikit mengandung lemak juga ada dan
sering dikelompokkan kedalam kelompok yang sama dengan produk yang telah disebutkan
sebelumnya. Yang pertama adalah water ice, produk ini dibuat dari jus buah, gula dan
pengasam. Penstabil, pewarna, perisa (flavor) dapat ditambahkan kedalam produk ini. Di
Indonesia produk beku seperti ini dikenal dengan nama es ”Lolly”. Produk berikutnya yaitu
sherbets dan sorbets, keduanya mirip dengan water ice, akan tetapi mengandung sejumlah
kecil padatan susu dan kadang-kadang mengandung whipping agent (bahan yang membantu
agar produk dapat mengembang jika ditambahkan udara kedalamnya).
Cara Pembuatan Es Krim
Pembuatan es krim melibatkan tahap-tahap (secara berurutan): formulasi, pencampuran
ingredien, pemanasan, homogenisasi, pendinginan dan penambahan udara, pembekuan,
penambahan bahan bahan lain, pengkemasan, pengerasan, distribusi. Mula-mula ingredien
(bahan) yang dibutuhkan diformulasi sesuai dengan standar yang ditetapkan atau sesuai
dengan kebutuhan, kemudian dipanaskan untuk mengurangi jumlah mikroorganisme awal
dan membunuh bakteri patogen (penyebab penyakit), lalu dihomogenisasi agar semua bahan
dapat tercampur dengan sempurna dan merata (homogen). Setelah itu, didinginkan dan
ditambah udara kedalam campuran bahan agar bahan mengembang sesuai dengan derajat
pengembangan (overrun) yang diinginkan. Jika dikatakan overrun suatu es krim 60 itu artinya
es krim tersebut volumenya telah mengembang sebanyak 60% dari volume semula (sebelum
adanya proses) akibat adanya penambahan udara kedalam campuran ingredien. Proses
selanjutnya yaitu bahan dibekukan, setelah beku dapat ditambahkan bahan bahan lain seperti
potongan buah, potongan coklat, dll; dikemas dan dikeraskan (dengan pembekuan) lalu es
krim siap untuk didistribusikan dalam keadaan beku.
Dari segi proses pembuatannya tidak ada yang kritis dalam hal pengaruhnya terhadap
kehalalan es krim, akan tetapi menjadi kritis apabila dalam suatu pabrik dihasilkan es krim
yang halal dan yang tidak halal karena tidak boleh bercampur antara yang halal dengan yang
tidak halal, keduanya harus menggunakan peralatan dan tempat yang terpisah, jika tidak,
maka produk es krim yang dihasilkan dari proses dimana dihasilkan juga es krim yang tidak
halal, tidak boleh diklaim halal.
Bahan (Ingredien) Pembuat Es Krim
Bahan pembuat es krim dan fungsinya disajikan berikut.
Lemak: Menentukan flavor, tekstur (kekerasan, konsistensi) dan mouthfeel (rasa yang
berkaitan dengan adanya lemak, jika lemaknya banyak rasanya seperti penuh dan berat, jika
sedikit seperti ringan)
Padatan susu bukan lemak: Menentukan tekstur dan konsistensi, kemanisan dan kemampuan
menangkap udara
Gula: Menentukan kemanisan dan meningkatkan tekstur
Perisa (flavouring): Menghasilkan flavor (citarasa)
Pewarna: Meningkatkan penampakan dan menegaskan flavor
Pengemulsi: Meningkatkan kemampuan mengembang (whipping) dan tekstur
Penstabil: Meningkatkan kekentalan (viskositas), pemerangkapan udara, tekstur dan suhu
dimana es krim meleleh
Ingredien yang dapat meningkatkan nilai tambah: Menambah flavor dan memperbaiki
penampakan
Susu penuh dapat digunakan sebagai sumber lemak dan padatan susu bukan lemak, walaupun
demikian masih memerlukan tambahan lainnya untuk memenuhi kadar lemak dan padatan
susu tanpa lemak yang diinginkan. Krim (pada pemisahan susu penuh dengan menggunakan
alat pemisah krim akan diperoleh dua bagian yaitu krim yang kaya akan lemak dan skim)
dapat digunakan sebagai sumber lemak. Sumber lemak lainnya yaitu mentega dan sweet
cream, kadang kadang digunakan pula fraksi lemak susu. Selain itu, demi mendapatkan harga
es krim yang murah dan dianggap lebih sehat maka pada saat ini banyak pula es krim yang
dibuat dengan substitusi lemak nabati (lemak yang diperoleh dari tanaman) seperti minyak
sawit, minyak kedele, minyak biji kapas atau campuran minyak minyak ini. Dari bahan-
bahan yang disebutkan diatas sejauh pengetahuan penulis tidak ada yang rawan dari segi
kehalalannya.
Disamping diperoleh dari susu penuh, padatan tanpa lemak dapat diperoleh dari berbagai
sumber, diantaranya yaitu susu penuh pekat (concentrated whole milk), bubuk susu skim,
bubuk susu penuh, sweet cream buttermilk kering (diperoleh dari hasil samping pembuatan
mentega dimana dalam pembuatannya tidak melibatkan fermentasi bakteri), dan bubuk whey
(ada berbagai jenis whey yang digunakan diantaranya yaitu whey yang telah dihilangkan
sebagian besar laktosanya dan konsentrat protein whey). Dari bahan-bahan sumber padatan
tanpa lemak ini yang berstatus syubhat adalah whey karena whey diperoleh dari hasil
samping penggumpalan susu pada tahap pembuatan keju atau kasein dimana proses
penggumpalan tersebut biasanya menggunakan enzim yang dapat berasal dari hewan (sapi,
babi) atau mikroorganisme disamping penggumpalan juga dapat dilakukan dengan
menggunakan asam.
Gula pasir banyak digunakan sebagai bahan pemanis pada es krim. Selain itu dapat pula
digunakan sirup jagung (hasil hidrolisis pati jagung) yang dapat berupa bubuk (powder) atau
sirup (cairan kental). Pemanis lainnya adalah sirup glukosa, sirup maltosa (high maltosa
syrup) dan sirup fruktosa (high fructose syrup). Pembuatan berbagai sirup diatas dapat
dilakukan dengan dua metode utama yaitu hidrolisis (pemecahan molekul dengan bantuan
air) asam dan hidrolisis enzimatik (menggunakan enzim). Pembuatan sirup gula dengan
menggunakan proses hidrolisis enzimatik memiliki keuntungan yaitu produknya berwarna
jernih dan tidak menghasilkan senyawa pahit. Itu sebabnya banyak sirup sirup ini diperoleh
dengan menggunakan enzim dimana salah satu enzim yang diperlukan yaitu enzim -amilase,
sayangnya enzim ini disamping dapat diperoleh dari mikroorganisme juga dapat diperoleh
dari hewan. Oleh karena itu status kehalalan sirup gula adalah syubhat.
Diantara penstabil yang dapat digunakan pada pembuatan es krim, ada dua yang berstatus
syubhat yaitu gelatin dan gum xanthan, sedangkan lainnya tidak masalah karena berasal dari
tanaman (berbagai jenis gum), rumput laut (karagenan, alginat, agar-agar) dan turunan
selulosa (CMC dan selulosa mikrokristalin; selulosa sendiri berasal dari tanaman). Gelatin
dapat diperoleh dari babi, sapi atau ikan, sedangkan xanthan gum adalah hasil fermentasi
sehingga kehalalannya tergantung kepada media yang digunakan pada waktu pembuatan
xanthan gum. Diantara penstabil yang digunakan dalam pembuatan es krim, gelatin termasuk
yang paling banyak digunakan.
Diantara bahan-bahan lainnya yang biasa digunakan dalam pembuatan es krim yaitu
pengemulsi (emulsifier), pewarna dan perisa (flavor) maka pengemulsi dan perisa berstatus
syubhat seperti sudah dibahas pada tulisan sebelumnya. Pewarna juga bisa bermasalah karena
pewarna biasanya tidak selalu berada dalam bentuk murninya melainkan dilarutkan dalam
suatu pelarut, dibuat dalam bentuk emulsi atau disalut (dienkapsulasi) sehingga kehalalannya
tergantung kepada kehalalan bahan bahan pelarut, pengemulsi dan bahan penyalut yang
digunakan.
Yang juga sangat penting diperhatikan, khususnya es krim yang berasal dari luar negeri
(negara non muslim), adalah adanya es krim yang didalamnya mengandung minuman keras
seperti brandy, whisky, rhum, dll. Es krim yang didalamnya ada terkandung minuman keras
seperti ini statusnya jelas haram.
Sebagai kesimpulan, beberapa ingredien yang patut diperhatikan pada produk es krim adalah
whey, sirup glukosa, gelatin, pengemulsi, perisa (flavor) karena statusnya syubhat, sedangkan
yang jelas haram adalah es krim yang mengandung minuman keras seperti brandy, whisky
dan rhum. Yang paling aman adalah membeli es krim yang di kemasannya telah ada nomor
pendaftaran di Badan POM (Nomor BPOM RI MD atau ML) dan ada logo halal, jika
keduanya ada berarti produk tersebut telah dijamin kehalalannya dan kethoyibannya oleh
pihak yang berwenang
Titik Kritis Kehalalan Es Krim
Dr. Ir. Anton Apriyantono
Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Bakrie
”Siapa tak suka es krim?” Rasanya, tak akan ada yang menjawab ”saya!”. Bisa dikatakan
hampir semua orang menyukai es krim, apalagi jika dimakan dalam cuaca panas, tentu akan
terasa lebih nikmat. Akan tetapi, dibalik kenikmatan tersebut kita perlu berhati-hati
mengingat tidak semua es krim halal dimakan, tergantung kepada komposisi ingredien yang
digunakan. Oleh karena itu marilah kita simak bagaimana es krim dibuat dan dari bahan
bahan apa saja. Sebelumnya akan dijelaskan sejarah pembuatan es krim dan jenis jenis
produk sejenis es krim.
Pembuatan es krim agaknya diilhami oleh kebiasaan orang orang kuno yang biasa
mencampurkan salju dengan buah-buahan atau jus buah untuk dimakan dimana kebiasaan ini
diperkirakan berasal dari Cina. Kebiasaan membuat makanan dari campuran salju dan buah
atau jus buah, yang berikutnya disebut sebagai makanan ice dessert ini kemudian menyebar
ke Eropa pada akhir abad ke-13. Akan tetapi, makanan seperti ini selama 500 tahun
berikutnya hanyalah menjadi makanan para aristokrat (golongan ningrat), belum menjadi
makanan orang kebanyakan. Setelah ditemukannya alat pembuat es krim manual (digerakkan
dengan tangan, bukan dengan mesin) barulah makanan seperti ini mulai diproduksi secara
masal dan dijual di restoran restoran. Industri es krim kemudian mulai berdiri pada tahun
1851 dan setelah itu berkembang secara pesat khususnya setelah ditemukannya refrigerator
(kulkas) dan alat pembuat es krim yang digerakkan dengan mesin.
Produk produk es krim dan sejenisnya sebetulnya ada beberapa dimana perbedaan antara
yang satu dengan yang lainnya terletak pada jumlah relatif dan jenis ingredien (bahan)
penyusunnya. Di Barat sana perbedaan antara yang satu dengan yang lain dapat dikenali
dengan kelompok produk ybs, akan tetapi di Indonesia kelihatannya belum ada istilah yang
tepat yang membedakan antara satu jenis produk dengan produk yang lain, kesemuanya
disebut es krim dan es saja. Berdasarkan yang berlaku di negara Barat es krim standar
mengandung lemak sebanyak 10% dan padatan susu bukan lemak sebanyak 11%. Di
beberapa negara lemak yang digunakan harus berasal dari lemak susu (lemak yang diperoleh
dari susu, khususnya susu sapi), jika berasal bukan dari lemak susu maka produknya tidak
boleh dinamai es krim. Akan tetapi, di negara lainnya seperti Islandia, Portugal dan UK boleh
menggunakan lemak yang bukan lemak susu dan jika lemaknya secara keseluruhan adalah
lemak susu maka produknya dinamakan dairy ice cream.
Produk produk lain yang sejenis dengan es krim adalah pertama milk ice yaitu yang dibuat
dari susu dan biasanya tanpa ada tambahan lemak dari sumber lain, kadar lemaknya antara
2.5 sampai 3.0%. Custards dibuat dari telur atau kuning telur dan di Amerika dipersyaratkan
kandungan padatan kuning telurnya minimal 1.4%. Kedua produk yang disebutkan,
disamping es krim, memiliki ciri mengandung lemak yang relatif tinggi.
Produk beku lain yang tidak mengandung atau sedikit mengandung lemak juga ada dan
sering dikelompokkan kedalam kelompok yang sama dengan produk yang telah disebutkan
sebelumnya. Yang pertama adalah water ice, produk ini dibuat dari jus buah, gula dan
pengasam. Penstabil, pewarna, perisa (flavor) dapat ditambahkan kedalam produk ini. Di
Indonesia produk beku seperti ini dikenal dengan nama es ”Lolly”. Produk berikutnya yaitu
sherbets dan sorbets, keduanya mirip dengan water ice, akan tetapi mengandung sejumlah
kecil padatan susu dan kadang-kadang mengandung whipping agent (bahan yang membantu
agar produk dapat mengembang jika ditambahkan udara kedalamnya).
Cara Pembuatan Es Krim
Pembuatan es krim melibatkan tahap-tahap (secara berurutan): formulasi, pencampuran
ingredien, pemanasan, homogenisasi, pendinginan dan penambahan udara, pembekuan,
penambahan bahan bahan lain, pengkemasan, pengerasan, distribusi. Mula-mula ingredien
(bahan) yang dibutuhkan diformulasi sesuai dengan standar yang ditetapkan atau sesuai
dengan kebutuhan, kemudian dipanaskan untuk mengurangi jumlah mikroorganisme awal
dan membunuh bakteri patogen (penyebab penyakit), lalu dihomogenisasi agar semua bahan
dapat tercampur dengan sempurna dan merata (homogen). Setelah itu, didinginkan dan
ditambah udara kedalam campuran bahan agar bahan mengembang sesuai dengan derajat
pengembangan (overrun) yang diinginkan. Jika dikatakan overrun suatu es krim 60 itu artinya
es krim tersebut volumenya telah mengembang sebanyak 60% dari volume semula (sebelum
adanya proses) akibat adanya penambahan udara kedalam campuran ingredien. Proses
selanjutnya yaitu bahan dibekukan, setelah beku dapat ditambahkan bahan bahan lain seperti
potongan buah, potongan coklat, dll; dikemas dan dikeraskan (dengan pembekuan) lalu es
krim siap untuk didistribusikan dalam keadaan beku.
Dari segi proses pembuatannya tidak ada yang kritis dalam hal pengaruhnya terhadap
kehalalan es krim, akan tetapi menjadi kritis apabila dalam suatu pabrik dihasilkan es krim
yang halal dan yang tidak halal karena tidak boleh bercampur antara yang halal dengan yang
tidak halal, keduanya harus menggunakan peralatan dan tempat yang terpisah, jika tidak,
maka produk es krim yang dihasilkan dari proses dimana dihasilkan juga es krim yang tidak
halal, tidak boleh diklaim halal.
Bahan (Ingredien) Pembuat Es Krim
Bahan pembuat es krim dan fungsinya disajikan berikut.
Lemak: Menentukan flavor, tekstur (kekerasan, konsistensi) dan mouthfeel (rasa yang
berkaitan dengan adanya lemak, jika lemaknya banyak rasanya seperti penuh dan berat, jika
sedikit seperti ringan)
Padatan susu bukan lemak: Menentukan tekstur dan konsistensi, kemanisan dan kemampuan
menangkap udara
Gula: Menentukan kemanisan dan meningkatkan tekstur
Perisa (flavouring): Menghasilkan flavor (citarasa)
Pewarna: Meningkatkan penampakan dan menegaskan flavor
Pengemulsi: Meningkatkan kemampuan mengembang (whipping) dan tekstur
Penstabil: Meningkatkan kekentalan (viskositas), pemerangkapan udara, tekstur dan suhu
dimana es krim meleleh
Ingredien yang dapat meningkatkan nilai tambah: Menambah flavor dan memperbaiki
penampakan
Susu penuh dapat digunakan sebagai sumber lemak dan padatan susu bukan lemak, walaupun
demikian masih memerlukan tambahan lainnya untuk memenuhi kadar lemak dan padatan
susu tanpa lemak yang diinginkan. Krim (pada pemisahan susu penuh dengan menggunakan
alat pemisah krim akan diperoleh dua bagian yaitu krim yang kaya akan lemak dan skim)
dapat digunakan sebagai sumber lemak. Sumber lemak lainnya yaitu mentega dan sweet
cream, kadang kadang digunakan pula fraksi lemak susu. Selain itu, demi mendapatkan harga
es krim yang murah dan dianggap lebih sehat maka pada saat ini banyak pula es krim yang
dibuat dengan substitusi lemak nabati (lemak yang diperoleh dari tanaman) seperti minyak
sawit, minyak kedele, minyak biji kapas atau campuran minyak minyak ini. Dari bahan-
bahan yang disebutkan diatas sejauh pengetahuan penulis tidak ada yang rawan dari segi
kehalalannya.
Disamping diperoleh dari susu penuh, padatan tanpa lemak dapat diperoleh dari berbagai
sumber, diantaranya yaitu susu penuh pekat (concentrated whole milk), bubuk susu skim,
bubuk susu penuh, sweet cream buttermilk kering (diperoleh dari hasil samping pembuatan
mentega dimana dalam pembuatannya tidak melibatkan fermentasi bakteri), dan bubuk whey
(ada berbagai jenis whey yang digunakan diantaranya yaitu whey yang telah dihilangkan
sebagian besar laktosanya dan konsentrat protein whey). Dari bahan-bahan sumber padatan
tanpa lemak ini yang berstatus syubhat adalah whey karena whey diperoleh dari hasil
samping penggumpalan susu pada tahap pembuatan keju atau kasein dimana proses
penggumpalan tersebut biasanya menggunakan enzim yang dapat berasal dari hewan (sapi,
babi) atau mikroorganisme disamping penggumpalan juga dapat dilakukan dengan
menggunakan asam.
Gula pasir banyak digunakan sebagai bahan pemanis pada es krim. Selain itu dapat pula
digunakan sirup jagung (hasil hidrolisis pati jagung) yang dapat berupa bubuk (powder) atau
sirup (cairan kental). Pemanis lainnya adalah sirup glukosa, sirup maltosa (high maltosa
syrup) dan sirup fruktosa (high fructose syrup). Pembuatan berbagai sirup diatas dapat
dilakukan dengan dua metode utama yaitu hidrolisis (pemecahan molekul dengan bantuan
air) asam dan hidrolisis enzimatik (menggunakan enzim). Pembuatan sirup gula dengan
menggunakan proses hidrolisis enzimatik memiliki keuntungan yaitu produknya berwarna
jernih dan tidak menghasilkan senyawa pahit. Itu sebabnya banyak sirup sirup ini diperoleh
dengan menggunakan enzim dimana salah satu enzim yang diperlukan yaitu enzim -amilase,
sayangnya enzim ini disamping dapat diperoleh dari mikroorganisme juga dapat diperoleh
dari hewan. Oleh karena itu status kehalalan sirup gula adalah syubhat.
Diantara penstabil yang dapat digunakan pada pembuatan es krim, ada dua yang berstatus
syubhat yaitu gelatin dan gum xanthan, sedangkan lainnya tidak masalah karena berasal dari
tanaman (berbagai jenis gum), rumput laut (karagenan, alginat, agar-agar) dan turunan
selulosa (CMC dan selulosa mikrokristalin; selulosa sendiri berasal dari tanaman). Gelatin
dapat diperoleh dari babi, sapi atau ikan, sedangkan xanthan gum adalah hasil fermentasi
sehingga kehalalannya tergantung kepada media yang digunakan pada waktu pembuatan
xanthan gum. Diantara penstabil yang digunakan dalam pembuatan es krim, gelatin termasuk
yang paling banyak digunakan.
Diantara bahan-bahan lainnya yang biasa digunakan dalam pembuatan es krim yaitu
pengemulsi (emulsifier), pewarna dan perisa (flavor) maka pengemulsi dan perisa berstatus
syubhat seperti sudah dibahas pada tulisan sebelumnya. Pewarna juga bisa bermasalah karena
pewarna biasanya tidak selalu berada dalam bentuk murninya melainkan dilarutkan dalam
suatu pelarut, dibuat dalam bentuk emulsi atau disalut (dienkapsulasi) sehingga kehalalannya
tergantung kepada kehalalan bahan bahan pelarut, pengemulsi dan bahan penyalut yang
digunakan.
Yang juga sangat penting diperhatikan, khususnya es krim yang berasal dari luar negeri
(negara non muslim), adalah adanya es krim yang didalamnya mengandung minuman keras
seperti brandy, whisky, rhum, dll. Es krim yang didalamnya ada terkandung minuman keras
seperti ini statusnya jelas haram.
Sebagai kesimpulan, beberapa ingredien yang patut diperhatikan pada produk es krim adalah
whey, sirup glukosa, gelatin, pengemulsi, perisa (flavor) karena statusnya syubhat, sedangkan
yang jelas haram adalah es krim yang mengandung minuman keras seperti brandy, whisky
dan rhum. Yang paling aman adalah membeli es krim yang di kemasannya telah ada nomor
pendaftaran di Badan POM (Nomor BPOM RI MD atau ML) dan ada logo halal, jika
keduanya ada berarti produk tersebut telah dijamin kehalalannya dan kethoyibannya oleh
pihak yang berwenang
Kehalalan Perisa (Flavourings)
Dr. Ir. Anton Apriyantono
Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Bakrie
Pada waktu kita minum sirup, pernahkah kita berpikir bahan bahan apa saja sebenarnya yang
kita minum, demikian juga pada waktu kita minum minuman ringan semacam coca cola. Ada
tersedia berbagai rasa sirup, ada rasa jeruk, rasa cocopandan, rasa melon, dll. Tidakkah
terbersit pertanyaan dalam diri kita, terbuat dari apa sirup dan coca cola ini? Sirup ternyata
terbuat dari larutan gula ditambah perisa (flavourings) atau disebut juga essens dan pewarna,
mungkin pula ada bahan aditif lain seperti pengasam atau penstabil. Coca cola juga dibuat
seperti sirup yaitu gula ditambah perisa, bahan bahan lain lalu ditambah lagi gas karbon
dioksida (ini yang membuat coca cola jika dibuka tutup botolnya akan keluar gas).
Masalahnya, bagaimana status kehalalan sirup dan coca cola ini? Salah satu titik kritis
kehalalan minuman jenis ini adalah terletak pada perisa yang ditambahkan yang seringkali
tidak disadari karena banyak yang belum mengetahui cara pembuatannya.
Perisa, yang dalam bahasa Inggris disebut flavourings, adalah bahan tambahan pangan (food
additives) yang digunakan untuk memberikan flavor (aroma dan rasa) yang menyenangkan
pada makanan atau minuman, sering juga disebut flavor. Dalam bahasa sehari-hari sering
pula disebut sebagai essens, hanya saja istilah essens hanya ditujukan bagi flavor dalam
bentuk cair. Akan tetapi sebenarnya bentuk perisa atau flavor bukan hanya cair, bisa dalam
bentuk padat (dalam bentuk tepung atau butiran) dan emulsi (perisa atau essens jeruk
biasanya dalam emulsi yang biasanya terlihat keruh). Bentuk perisa yang padat sering
digunakan untuk membuat bumbu rasa daging dagingan seperti bumbu berbagai rasa daging
pada mie instan (daging sapi, daging ayam goreng, ayam bawang, bakso, dll). Untuk
membuat bumbu mie instan ini biasanya perisa dalam bentuk tepung ditambah dengan garam,
MSG dan rempah rempah agar memiliki rasa yang enak. Banyak produk pangan lain juga
menggunakan perisa agar memiliki flavor yang diinginkan seperti produk ekstrusi semacam
Chiki, produk-produk susu seperti susu rasa strawberry, yoghurt rasa moka, dll. Dengan
demikian penggunaan perisa ini sudah sangat meluas dan umum dalam pembuatan produk
pangan.
Bagaimana perisa dibuat?
Secara umum perisa dibuat melalui dua cara yaitu:
a. Pencampuran bahan-bahan kimia yang disebut dengan aroma chemicals yang biasanya
terdiri dari character impact odorant, middle notes dan base notes (penggolongan ketiga
kelompok bahan kimia tersebut didasarkan atas sumbangsih bahan kimia tersebut terhadap
aroma perisa yang dibuat dan kecepatan bahan kimia tersebut tercium), kemudian bahan-
bahan kimia ini dilarutkan dalam suatu pelarut yang sesuai. Untuk perisa yang nantinya akan
digunakan dalam bahan pangan aqueous (banyak mengandung air) maka pelarut yang biasa
dipakai adalah propilen glikol dan alkohol, kadang kadang gliserol dan triasetin. Untuk perisa
yang akan digunakan dalam bahan pangan berlemak maka pelarutnya biasanya minyak nabati
atau mygliol (trigliserida dengan asam lemak rantai sedang). Ada pula perisa emulsi yang
biasanya tersusun dari bahan-bahan kimia yang kurang larut air sehingga harus dibuat
menjadi emulsi agar bisa larut air, untuk itu diperlukan bahan pengemulsi (emulsifier). Bahan
lain seperti pewarna, pengawet, antioksidan bisa ditambahkan jika diperlukan.
Ada pula perisa yang dibuat melalui pencampuran flavor alami (minyak atsiri, oleoresin, dll)
dengan aroma chemicals. Ini biasanya dilakukan untuk membuat perisa jeruk-jerukan karena
aroma jeruk sulit diperoleh jika hanya mengandalkan aroma chemicals saja. Karena minyak
atsiri tidak larut dalam air, maka perisa yang dibuat biasanya dalam bentuk perisa emulsi
(supaya bisa digunakan untuk bahan pangan aqueous) dimana untuk ini diperlukan bahan
pengemulsi.
b. Pembuatan senyawa-senyawa flavor melalui suatu reaksi, biasanya dibuat dengan cara
enzimatis atau reaksi kimia menggunakan pemanasan. Flavor yang dihasilkan sering disebut
process flavour. Dengan cara inilah base flavor daging dibuat yaitu dengan cara mereaksikan
asam amino (diantaranya L-sistein yang terpenting) dengan gula (xilosa, glukosa, dll) atau
senyawa karbonil. Perisa daging kemudian dibuat dengan cara menambahkan aroma
chemicals kedalam base, dan bahan-bahan pembantu lainnya seperti garam, rempah-rempah
dan MSG. Untuk membuat flavor keju maka lemak susu dipecah-pecah dengan menggunakan
enzim seperti enzim protease dan lipase sehingga terbentuk berbagai senyawa diantaranya
kelompok 2-alkanon yang terpenting yang berperan dalam pembentukan flavor keju.
Titik kritis kehalalan perisa
Kekhawatiran ketidakhalalan perisa (flavor) dapat disebabkan oleh karena tiga hal, yaitu: 1)
pelarut, 2) bahan dasar, dan 3) bahan aditif yang digunakan dalam pembuatan perisa.
Etanol tidak diperkenankan digunakan sebagai pelarut akhir komponen-komponen flavor,
akan tetapi masih memungkinkan dibolehkan ada dalam formulasi akhir perisa dengan kadar
kurang dari 1%. Penggunaan etanol kadang diperlukan untuk melarutkan beberapa komponen
tertentu yang hanya bisa larut dengan baik didalam etanol. Sebagai ganti etanol sebagai
pelarut akhir dapat digunakan propilen glikol, walaupun toksisitas propilen glikol tidak lebih
baik dari alkohol. Gliserol yang digunakan sebagai pelarut tidak boleh berasal dari hasil
hidrolisis lemak hewani (kecuali berasal dari hewan yang halal, akan tetapi mengingat
kebanyakan gliserol adalah produk impor maka besar kemungkinan jika berasal dari hewan
maka hewannya adalah hewan yang tidak halal), untungnya secara komersial kebanyakan
gliserol merupakan hasil sintesis organik dengan menggunakan bahan dasar yang berasal dari
minyak bumi. Mygliol yang digunakan untuk pelarut komponen flavor yang larut lemak bisa
natural atau hasil sintesis dengan menggunakan asam lemak. Tentu saja mygliol yang berasal
dari hewan atau dibuat dari bahan yang berasal dari hewan harus dihindari dengan alasan
yang sudah dikemukakan sebelumnya, untungnya kebanyakan berasal dari nabati (tanaman).
Beberapa bahan flavor diperoleh dari hewan, contohnya adalah civet (dari kucing civet yang
banyak hidup di pegunungan Himalaya, diambil dari mamary gland kucing civet pada waktu
hewan ini masih hidup), musk oil (dari rusa hidup) dan castoreum (dari hewan berang-
berang). Dengan demikian, perisa tidak boleh mengandung civet, musk oil atau castoreum.
Walaupun sudah jarang ditemukan dalam formulasi flavor, akan tetapi kadang-kadang
penggunaan bahan flavor dari hewani ini masih ditemukan pada flavor yang dibuat dengan
menggunakan formula lama.
Untuk menghasilkan flavor daging diperlukan base yang dibuat dari hasil reaksi asam amino
atau protein hidrolisat, gula dan kadang-kadang lemak atau turunannya (bahan bahan
pembuat perisa daging ini sering disebut pula dengan prekursor). Oleh karena itu asam amino
dan lemak yang digunakan harus yang halal karena keduanya dapat tidak halal seperti akan
dijelaskan kemudian. Dalam pembuatan flavor daging kadang digunakan pula ekstrak daging
sehingga harus jelas pula jenis daging (tidak boleh babi) dan cara penyembelihan hewannya
(harus penyembelihan Islami untuk daging sapi dan kambing).
Salah satu prekursor yang dapat digunakan dalam pembuatan perisa daging adalah lemak,
baik itu lemak ayam, sapi atau lemak babi. Untuk membuat perisa daging ayam (sering
digunakan untuk mie instan, sup ayam, kaldu ayam, produk ekstrusi, dll), seringkali
digunakan lemak ayam, khususnya untuk memberi flavor daging ayam rebus yang aromanya
banyak ditentukan oleh komponen-komponen yang berasal dari hasil degradasi (pemecahan)
lemak. Disamping lemak, ada pula perisa yang dibuat dengan menggunakan ekstrak
dagingnya sendiri, yang dapat dibuat dengan memanfaatkan daging sisa hasil pengolahan
daging dimana daging tersebut biasanya dihidrolisa dulu agar menghasilkan rasa daging yang
sesuai. Dari segi kehalalan, seperti dijelaskan pada cara pembuatannya diatas, perisa daging
termasuk kedalam bahan yang harus dicermati karena dapat mengandung lemak hewani,
bahkan lemak babi dan ekstrak daging. Seperti diketahui sebagian perisa adalah produk
impor dimana bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatannya diperoleh dari negara-
negara maju. Di negara maju banyak lemak dan sisa-sisa daging babi yang digunakan untuk
pembuatan perisa. Disamping itu, daging dan lemak sapi, kambing atau ayam diperoleh dari
hewan yang kebanyakan tidak disembelih secara Islami. Oleh karena itu, perlu pemeriksaan
yang teliti terhadap perisa daging ini karena kemungkinan tidak halalnya tinggi. Masalahnya,
perisa daging dalam label hanya ditulis perisa daging seperti perisa daging ayam, daging sapi,
bakso, dll tanpa diketahui bahan pembuatnya apa. Dengan demikian, untuk menentukan
kehalalan perisa daging tidak dapat dilakukan hanya dengan membaca komposisi pada label
saja, harus ditelusuri bagaimana perisa itu dibuat, sebuah pekerjaan yang tidak mudah.
Salah satu asam amino yang banyak digunakan dalam pembuatan dan campuran perisa
daging adalah L-sistein. L-sistein yang murah yang banyak tersedia di pasaran adalah L-
sistein yang dibuat (diekstrak) dari rambut manusia, khususnya yang diproduksi di Cina.
Tentu saja karena berasal dari bagian tubuh manusia maka L-sistein yang ini haram sehingga
perisa daging yang menggunakan L-sistein dari rambut manusia haram hukumnya bagi umat
Islam. Walaupun demikian perlu diketahui bahwa L-sistein selain dari rambut manusia, bisa
juga diperoleh dari bulu unggas. Seperti diketahui rambut dan bulu banyak mengandung L-
sistein. L-sistein dari bulu unggas pun masih dipertanyakan kehalalannya karena bila
diperoleh pada waktu hewan masih hidup maka bisa jadi tidak diperbolehkan, jika diperoleh
dari hewan yang sudah mati, maka akan dipertanyakan apakah matinya disembelih secara
Islami? Untungnya sekarang sudah ada L-sistein yang diproduksi secara fermentasi dan boleh
digunakan, hanya saja harganya memang lebih mahal.
Dalam flavor dairy (produk susu dan turunannya seperti susu segar, mentega, keju, dll)
diperlukan bukan hanya bahan-bahan kimia tunggal pembentuk aroma, tetapi juga asam-asam
lemak untuk membentuk rasa dan mouthfeel (rasa yang diantaranya berhubungan dengan
keberadaan lemak seperti pada waktu merasakan beda antara es krim yang mengandung
banyak lemak dengan yang kurang lemak, pada yang kurang lemak terasa ringan rasanya dan
sebaliknya), tentu saja perlu jelas dari mana asam lemaknya. Selain itu, banyak komponen-
komponen pembentuk aroma produk dairy ini dibuat dengan cara enzimatis dengan
menggunakan lemak sebagai substrat. Dengan demikian baik substrat (lemak) maupun
enzimnya harus jelas sumbernya, tidak diperkenankan berasal dari babi atau hewan yang
disembelih tidak secara Islami.
Yang sering menjadi masalah adalah fusel oil dan turunannya. Fusel oil diperoleh terutama
sebagai hasil samping industri pembuatan minuman beralkohol, khususnya distilled
beverages (minuman keras yang dihasilkan dari proses distilasi produk fermentasi alkohol),
yaitu diperoleh sebagai salah satu fraksi dalam distilasi hasil fermentasi alkohol. Karena
diperoleh dengan memanfaatkan hasil samping minuman beralkohol (khamar) maka jelas
fusel oil tidak diperkenankan digunakan oleh umat Islam. Komponen utama fusel oil
diantaranya adalah isoamil alkohol, isobutil alkohol, propanol dan etanol. Isoamil akohol
yang banyak digunakan dalam pembuatan perisa buah-buahan, banyak yang berasal dari fusel
oil ini. Celakanya lagi, fusel oil ini sering digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan
beberapa senyawa aroma lain seperti berbagai jenis ester, diantaranya adalah isoamil asetat.
Isoamil asetat juga banyak digunakan dalam pembuatan flavor buah-buahan. Ada yang
mengklaim bahwa fusel oil yang digunakan berasal dari hasil samping pembuatan etanol,
akan tetapi informasi ini masih perlu dikonfirmasi lebih lanjut.
Bahan lain yang menjadi masalah dari segi kehalalannya adalah cognac oil. Cognac oil sering
digunakan di industri flavor sebagai salah satu ingredien dalam pembuatan perisa. Cognac oil
dikenal pula dengan nama Wine Lees Oil atau Weinhefeoel (Jerman) dan merupakan produk
samping dari distilasi Cognac (Brandy), salah satu jenis minuman beralkohol. Oil ini terdapat
di cognac dengan kadar sekitar 2 mg%.
Dari uraian diatas terlihat bahwa perisa atau flavor atau essens ternyata rawan kehalalannya,
padahal pada daftar ingredien produk pangan yang tertera di label komposisi perisa tidak
pernah dilaporkan. Padahal pula, perisa banyak digunakan dalam produk pangan, sebagian
besar produk pangan menggunakan perisa. Hal ini menjadi salah satu alasan kuat mengapa
pemeriksaan kehalalan suatu produk pangan menjadi suatu keharusan agar status kehalalan
produk pangan menjadi jelas. Untuk itu, peran MUI menjadi sangat vital dalam pemeriksaan
kehalalan produk pangan ini. Pencantuman label halal pada produk yang telah diperiksa
kehalalannya oleh MUI menjadi sangat penting untuk membedakan mana produk yang telah
dijamin kehalalannya dan mana yang belum.
Perisa Babi Sintetik
Seperti telah dijelaskan diatas perisa daging termasuk kedalam kelompok process flavour
yaitu perisa yang utamanya dibuat dengan reaksi kimia dari bahan-bahan prekursornya. Salah
satu prekursor yang dapat digunakan adalah lemak, baik itu lemak ayam, sapi atau lemak
babi. Untuk membuat perisa daging ayam sering digunakan lemak ayam, khususnya untuk
memberi flavor daging ayam rebus yang aromanya banyak ditentukan oleh komponen-
komponen yang berasal dari hasil degradasi lemak. Disamping lemak, ada pula perisa yang
dibuat dengan menggunakan ekstrak dagingnya sendiri, yang dapat dibuat dengan
memanfaatkan daging sisa hasil pengolahan daging dimana daging tersebut biasanya
dihidrolisa dulu agar menghasilkan rasa daging yang sesuai.
Dari segi kehalalan, seperti dijelaskan pada cara pembuatannya diatas, perisa daging
termasuk kedalam bahan yang harus dicermati karena dapat mengandung lemak hewani,
bahkan lemak babi dan ekstrak daging. Seperti diketahui sebagian perisa adalah produk
impor dimana bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatannya diperoleh dari negara-
negara maju. Di negara maju banyak lemak dan sisa-sisa daging babi yang digunakan untuk
pembuatan perisa. Disamping itu, kebanyakan daging dan lemak sapi, kambing atau ayam
diperoleh dari hewan yang kebanyakan tidak disembelih secara Islami. Oleh karena itu, perlu
pemeriksaan yang teliti terhadap perisa daging ini karena kemungkinan tidak halalnya tinggi.
Masalahnya, perisa daging dalam label hanya ditulis perisa daging seperti perisa daging
ayam, daging sapi, bakso, dll tanpa diketahui bahan pembuatnya apa. Dengan demikian,
untuk menentukan kehalalan perisa daging tidak dapat dilakukan hanya dengan membaca
komposisi pada label saja, harus ditelusuri bagaimana perisa itu dibuat, sebuah pekerjaan
yang tidak mudah. Apabila dari hasil pemeriksaan perisa daging terbuat dari bahan-bahan
yang halal maka halallah dia dan sebaliknya.
Perisa daging babi dibuat sama seperti dengan yang dijelaskan diatas. Dengan demikian,
perisa babi bisa dibuat dengan tanpa menggunakan unsur-unsur dari babi itu sendiri apakah
lemaknya atau ekstrak dagingnya. Dengan kata lain hanya menggunakan bahan-bahan kimia
saja, atau kalaupun ada dapat ditambahkan lemak sapi atau ekstrak daging sapi dari sapi yang
disembelih secara Islami. Jika dibuat dari bahan-bahan yang halal seperti ini apakah perisa
daging babi boleh digunakan? Untuk menjawab pertanyaan ini maka kita harus ingat bahwa
kehalalan suatu bahan tidak hanya tergantung pada bahannya saja, ada prinsip-prinsip atau
kaidah lain yang harus pula diterapkan. Salah satu kaidah yang harus diterapkan adalah Islam
menutup lubang-lubang ke arah haram. Jadi, apa saja yang akan membawa kepada yang
haram adalah haram (Yusuf Qardhawi dalam bukunya Halal dan Haram dalam Islam).
Walaupun perisa daging babi dibuat dengan tidak menggunakan bahan yang haram sekalipun
maka perisa daging babi jenis ini seharusnya tidak boleh digunakan atau dihindari karena jika
dibolehkan maka akan membawa kita menyukai apa-apa yang Allah haramkan. Secara awam
saja kita tidak dapat membedakan perisa daging ayam yang halal dengan yang tidak halal
(menggunakan bahan yang tidak halal dalam pembuatannya), apalagi perisa daging babi yang
kemungkinan menggunakan bahan yang tidak halalnya lebih tinggi lagi. Disamping itu, jika
kita telah terbiasa mengkonsumsi bahan pangan berflavor daging babi sintetik (walaupun
dibuat dari bahan-bahan yang halal), maka kita akan cenderung untuk menyukainya dan suatu
saat tidak dapat lagi membedakan mana yang sintetik dan mana yang alami serta mana yang
dibuat dengan bahan yang tidak halal. Dengan prinsip mencegah ke arah haram maka
penggunaan perisa babi, bagaimanapun dibuatnya, tidak diperkenankan sama sekali.
Permasalahan lain juga timbul yaitu dalam pembuatan perisa daging sering dilakukan dengan
pencampuran berbagai perisa yang sebelumnya sudah dibuat disamping base. Untuk
membuat perisa daging sapi misalnya, dapat digunakan perisa daging babi sebagai salah satu
bahan dasarnya disamping base dan bahan-bahan lain. Dengan menggunakan prinsip
mencegah ke arah haram maka penggunaan perisa daging babi untuk pembuatan perisa
daging (ayam, sapi, dll), walaupun dibuat dari bahan-bahan yang halal, tetap tidak
diperkenankan.
Titik Kritis Kehalalan Bakso
Dr. Ir. Anton Apriyantono
Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Bakrie
Bakso adalah salah satu makanan yang populer di Indonesia. Hampir setiap orang menyukai
bakso dan jajanan bakso tersedia di banyak tempat dari mulai restoran besar sampai penjaja
keliling dimana yang paling banyak adalah bakso yang dijajakan oleh penjaja keliling.
Mengingat hal ini maka sangatlah perlu kita memperhatikan kehalalan dan kethoyyiban
bakso yang kita makan sehingga kita perlu mengetahui bagaimana cara pembuatan bakso
serta bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatannya.
Issue utama yang seringkali menimpa bakso adalah jenis daging yang digunakan dalam
pembuatan bakso karena beberapa waktu yang lalu banyak beredar issue adanya bakso yang
dibuat dari daging tikus, campuran daging sapi dan daging babi atau ada juga yang kuahnya
menggunakan rebusan daging atau tetelan babi. Walaupun demikian, perlu diketahui bahwa
secara umum bakso yang umum diperdagangkan adalah bakso yang terbuat dari daging sapi
dan ikan. Untuk memastikan hal ini maka kita harus memilih tempat penjualan bakso yang
kita percaya hanya menjual bakso sapi yang halal, untuk itu tidak ada salahnya untuk sedikit
usaha mencari informasi yang akurat. Disamping itu, untuk bakso dalam kemasan saat ini
sudah cukup banyak yang sudah berlabel halal dan terdaftar di Badan POM (memiliki nomor
MD) sehingga itu berarti sudah dijamin kehalalannya.
Yang juga sering menjadi masalah adalah kethoyyiban bakso yang diperdagangkan karena
cukup banyak bakso yang dibuat dengan menggunakan pengawet yang dilarang seperti
boraks dan formalin. Hasil survei di Bogor beberapa tahun yang lalu menunjukkan bahwa
dari 23 pedagang bakso yang disurvei, sebanyak 73.9% baksonya mengandung boraks dan
4.4% mengandung formalin. Hal ini jelas memprihatinkan karena kedua bahan tersebut
sangat berbahaya bagi kesehatan sehingga keduanya dilarang digunakan sebagai pengawet.
Bahan untuk Membuat Bakso
1. Daging. Daging yang digunakan untuk membuat bakso adalah daging sapi atau daging
ikan. Jenis daging sapi yang digunakan yaitu daging bagian penutup dan pendasar (topside
dan silverside), kepala (round), punggung (lamusir) dan tanjung (rump). Selain itu daging
bagian paha belakang sapi juga favorit sebagai bahan utama pembuatan bakso sapi. Pedagang
bakso perorangan biasanya membuat bakso dengan menggunakan campuran daging sapi
segar murni dengan daging sayur. Daging sayur adalah istilah yang populer di kalangan
pedagang bakso bagi jaringan lemak yang terdapat dibawah kulit berwarna putih.
Perbandingan penggunaan daging murni dengan daging sayur adalah 3:1 atau 2:1. Ada juga
jenis daging sapi yang lain yang biasa digunakan untuk membuat bakso urat yaitu daging iga
dan sengkel.
Kehalalan daging sapi biasanya lebih terjamin karena biasanya pemotongan sapi dilakukan di
rumah potong hewan (RPH) milik pemerintah yang cara pemotongannya adalah pemotongan
secara Islam. Daging sapi impor juga tidak masalah sepanjang impornya legal karena daging
sapi yang diimpor secara legal berdasarkan peraturan yang berlaku hanya yang halal saja
yang boleh masuk ke Indonesia. Yang harus diwaspadai adalah daging sapi impor yang
masuknya ke Indonesia secara ilegal, jelas kehalalan dan keamanan daging sapi ilegal tidak
terjamin. Biasanya daging sapi impor yang ilegal ini dijual dengan harga yang relatif jauh
lebih murah dibandingkan dengan yang legal atau dibandingkan dengan daging sapi lokal.
Masalahnya, jika sudah menjadi bakso maka tidak bisa lagi kita mengetahui asal usul
dagingnya sehingga kita perlu memilih tempat penjualan bakso yang kita percaya
menggunakan daging sapi yang dijamin kehalalannya.
2. Bahan Pengisi. Bahan pengisi yang umum digunakan pada pembuatan bakso adalah tepung
tapioka dan tepung sagu aren, ada juga yang menggunakan tepung maizena sebagai campuran
dengan kedua tepung yang disebut sebelumnya. Jumlah penggunaan tepung pati ini biasanya
50% atau lebih dari berat daging yang digunakan. Bahan pengisi ini berfungsi untuk
mengikat dan menahan air selama proses persiapan dan pemasakan sehingga akan terbentuk
bakso yang kompak. Tidak ada masalah dengan kehalalan tepung tapioka dan tepung sagu
aren, keduanya adalah bahan yang halal, demikian juga dengan tepung maizena, tepung ini
juga sejauh penulis ketahui tidak ada masalah dengan kehalalannya.
3. Garam. Garam dapur berfungsi bukan hanya untuk membentuk rasa asin tapi juga
membantu melarutkan protein, mengawetkan dan meningkatkan daya ikat air. Penambahan
garam biasanya berkisar antara 2-4 persen. Tidak ada masalah dengan kehalalan garam yang
dibuat dari air laut yang dikeringkan.
4. Es atau Air Es. Fungsi penambahan es atau air es adalah untuk mempertahankan suhu
daging agar tetap rendah selama penggilingan dan pembuatan adonan (memperpanjang
keawetan bakso yang dibuat) serta mempertahankan produk agar tidak kering. Penambahan
es atau air es biasanya sebanyak 10-15% bahkan ada yang 30%.
5. Bahan Aditif. Bahan aditif yang digunakan dalam pembuatan bakso ada 3 jenis yaitu
pengawet, pemutih dan pengeras tekstur. Pengawet yang biasa digunakan ada dua jenis yaitu
yang diizinkan dan yang dilarang. Yang diizinkan digunakan (sampai batas tertentu) yaitu
sodium benzoat dan kalium sorbat, sedangkan yang dilarang adalah boraks dan formalin.
Bahan pemutih yang digunakan yaitu titanium oksida, bahan ini juga diizinkan digunakan
sampai batas tertentu. Bahan pemutih berfungsi untuk mencerahkan warna bakso agar tidak
berwarna gelap. Bahan pengeras tekstur yang digunakan biasanya adalah tawas, bahan ini
juga diizinkan digunakan sampai batas tertentu. Ada juga produsen bakso yang menggunakan
bahan pengembang natrium bikarbonat, bahan ini digunakan untuk mengembangkan adonan
bakso sehingga akan dihasilkan bakso yang lebih banyak jika dibandingkan dengan tanpa
penambahan bahan pengembang. Tidak ada masalah dengan kehalalan bahan-bahan aditif
yang diizinkan yang biasa digunakan dalam pembuatan bakso ini.
6. Bumbu. Bumbu yang digunakan yaitu lada, bawang putih dan penyedap rasa (MSG). MSG
berstatus syubhat karena dibuat dengan cara fermentasi dimana kehalalannya tergantung
kepada kehalalan media yang digunakan dalam fermentasi tersebut. Walaupun demikian
sudah banyak MSG yang sudah dijamin kehalalannya karena sudah mendapatkan sertifikat
halal.
Cara Pembuatan Bakso
Pembuatan bakso melibatkan tahap-tahap: penggilingan dan pembuatan adonan, pencetakan
adonan, pemasakan, penganginan, pengemasan dan penyimpanan. Penggilingan dapat
dilakukan dengan dua tahap yaitu penggilingan kasar dan penggilingan halus dimana
penggilingan halus biasanya dilakukan dengan menggunakan chopper. Didalam chopper
inilah kemudian dilakukan pembuatan adonan dimana daging halus dicampur dengan es,
tepung pati, bumbu dan bahan aditif. Setelah adonan bakso jadi maka tahap selanjutnya
adalah pencetakan adonan. Pada industri bakso menengah besar pencetakan dilakukan
dengan menggunakan mesin sehingga diperoleh bentuk bakso yang relatif seragam
sedangkan pada industri rumah tangga pencetakan dilakukan dengan menggunakan tangan
dan sendok sehingga hasilnya tidak seragam. Bakso yang sudah berbentuk bulat-bulat
kemudian dimasak dengan cara perebusan selama 20 – 30 menit yang dapat dilanjutkan
dengan pemasakan didalam air tawas selama 5 menit. Tidak semua produsen bakso
melakukan perebusan didalam air tawas, sebagian menambahkan tawas pada waktu
pembuatan adonan. Setelah tahap perebusan bakso diangkat kemudian diangin-anginkan lalu
dikemas.
Tip Memilih Bakso Halal dan Thoyyib
Yang paling mudah adalah memilih bakso dalam kemasan karena sudah cukup banyak
produk bakso yang telah mendapatkan sertifikat halal yang ditandai dengan adanya label
halal dikemasannya. Yang sulit adalah memilih jajanan bakso karena masih sedikit sekali
restoran yang telah mendapatkan sertifikat halal, apalagi jajanan bakso jalanan akan lebih
sulit lagi memilihnya. Jalan yang terbaik adalah mencari informasi tempat penjualan jajanan
bakso yang terpercaya yang menyajikan bakso yang halal dan thoyyib, jika ada maka itulah
yang kita pilih.
Cara yang paling mudah untuk menilai kethoyyiban bakso adalah dengan cara penilaian
organoleptik yaitu menilai penampakan, warna, bau, rasa dan tekstur dengan menggunakan
panca indera kita. Ciri-ciri bakso yang thoyyib adalah seperti yang dijelaskan berikut.
Penampakan: Bentuk bulat halus, berukuran seragam, bersih cemerlang, tidak kusam,
sedikitpun tidak nampak berjamur dan tidak berlendir.
Warna: Coklat muda cerah atau sedikit kemerahan atau coklat muda agak keputihan atau abu-
abu. Warna tersebut merata tanpa warna lainnya yang mengganggu.
Bau: Bau khas daging segar rebus dominan, tanpa bau tengik, masam, basi, busuk atau bau
pengawet (khususnya formalin). Bau bumbu cukup tajam.
Rasa: Lezat, enak, rasa daging dominan, rasa bumbu cukup menonjol tetapi tidak berlebihan.
Tidak terdapat rasa asing yang mengganggu.
Tekstur: Kompak, elastis, kenyal tetapi tidak liat atau membal, tidak ada serat daging (kecuali
bakso urat), tidak lembek, tidak basah berair dan tidak rapuh.