Anda di halaman 1dari 4

Kewajiban dan hak

Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai manifestasi dari manusia
sebagai makhluk sosial. Tak ada hak tanpa kewajiban. Jika seseorang mempunyai hak untuk
menuntut sesuatu maka tentu ada pihak lain yang berkewajiban untuk memenuhi hak tersebut.
Sebaliknya kewajiban ada oleh karena ada pihak lain yang harus dipenuhi haknya. Dalam realita
hidup sehari hari, umumnya hak diasosiasikan dengan suatu yang menyengkan, sedangkan
kewajiban dipandang sebagai suatu beban. Dilihat dari segi ini, wajib bukanlah ikatan melainkan
suatu keniscayaan. Artinya, selama seseorang menyebut dirinya seseorang dan mau dipandang
sebagai manusia, maka kewajiban itu menjadi keniscayaan baginya.sebab jika mengelakkannya
maka ia berarti mengingkari kemanusiannya ( yaitu sebagai kenyataan makhluk sosisal).

Pemenuhan hak dan pelaksanaan kewajiban bertalian erat dengan soal keadilan .dalam hubungan ini
mungkin dapat dikatakan bahwa keadilan terwujud bila hak sejalan dengan kewajiban.kemampuan
menghayati kewajiban sebagai keniscayaan tidaklah hadir dengan sendirinya ,tetapi bertumbuh
melalui sebuah ptoses .usaha menumbuhkembangkan rasa wajib sehingga dihayati sebagai suatu
keniscayaan dapat ditempuh melalui pendidikan disiplin.disiplin diri menurut Selo Soemardjan
meliputi empat aspek,yaitu:

a.Displin rasional ,yang bila terjadi pelanggaran menimbulkan rasa salah

b.Disiplin sosial,jika dilanggar menimbulkan rasa malu.

c.Disiplin afektif,jika dilnggar menimbulkan rasa gelisah

d.Disiplin agama,jika terjadi pelanggaran menimbulkan rasa berdosa.

h. kemampuan menghayati kebahagiaan

kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia penghayatan hidup yang
disebut kebahagiaan ini meskipun tidak mudah untuk dijabarkan tetapi tidak sulit untuk dirasakan.
Sebagian orang mungkin menganggap bahwa seseorang yang sedang mengalami rasa senang atau
gembira itulah sedang mengalami kebahagiaan. Sebagian lagi menganggap bahwa rasa senang
hanya merupakan aspek dari kebahagiaan, sebab kebahagiaan sifatnya lebih permanen dari pada
perasaan senang yang sifatnya lebih temporer. Kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya
sebagai himpunan dari pengalaman pengalaman yang menyenangkan saja, tetapi lebih dari itu, yaitu
merupakan integrasi dari segenap kesenangan, kegembiraan, kepuasan dan sejenisnya dengan
pengalaman pengalaman pahit dan penderitaan. Proses integrasi dari semua itu menghasilkan suatu
bentuk penghayatan hidup yang disebut bahagia.

Pada saat orang mnghayati kebahagiaan aspek rasa lebih berperan dari pada aspek nalar.
Orang yang sedang terganggu pikiran atau tidak beres kesadarannya tidak akan sanggup menghayati
kebahagiaan. Rangkaian kejadian yang didalamnya tercermin kebahagiaan, misalnya seorang yang
telah lulus dan mendapatkan gelar sarjana dengan predikat kelulusan yang baik
(kebahagiaan).setelah itu dengan masa menunggu sekitar satu tahun (penderitaan) dapat diterima
pada sebuah perusahaan dengan gaji yang sanagt menggembirakan. Setelah dua tahun dinas ia
mendapat kecelakaan dan menjadikan mukanya rusak (penderitaan).

Sebuah kesimpulan yang dapat ditarik dari apa yang telah dipaparkan tentang kebahagiaan
ialah bahwa kebahagiaan itu rupanya tidak terletak pada keadaannya sendiri secara faktual ataupun
pada rangkaian prosesnya maupun pada perasaan yang diakibatkannya tetapi terletak pada
kesanggupan menghayati semuanya itu dengan keheningan jiwa, dan mendudukan hal hal tersebut
didalam rangkain atau ikatan tiga hal yaitu: usaha, norma norma dan takdir.

Yang dimaksud dengan usaha adalah perjuangan yang terus menerus untuk mengatasi
masalah hidup. Hidup dengan menghadapi masalah itulah realitas hidup. Selanjutnya usaha tersebut
harus bertumpu pada norma norma atau kaidah kaidah. Kebahagiaan adalah hidup yang tentram,
tanpa tekanan itulah hidup merdeka. Seseorang akan hanya merasa merdeka dalam arti yang
sebenarnya bila tidak merasakan adanya paksaan paksaan dari norma norma kehidupan. Jadi
kebahagiaan dicapai dengan penyatuan diri dengan norma norma ( kaidah kaidah hidup). Kemudian
takdir merupakan rangkaian yang tak terpisahkan dalam proses terjadinya kebahagiaan. Istilah
takdir baru boleh disebut sesudah orang melaksanakan nusaha sampai batas kemampuan kemudian
hasilnya sepadat atau tidak dengan yang diinginkan diterima dengan pasrah serta penuh kesyukuran.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan itu dapat diusahakan peningkatannya. Dengan
demikian pendidikan mempunyai peranan penting sebagai wahana untuk mencapai kebahagiaan,
utamanya pendidikan keagamaan.

B. Dimensi dimensi hakikat manusia serta potensi, keunikan, dan dinamikanya

1. dimensi keindividualan

Lysen mengartikan individu sebagai “orang-seorang”, sesuatu yang merupakan suatu


keuntungan yang tidak dapat dibagi bagi ( in devide ) selanjutnya individu diartikan sebagai pribadi.
Dikatakan bahwa setiap individu besifat unik, secara fisik mungkin bentuk muka sama tetapi
terdapat perbedaan mengenai matanya. Karena adanya individualitas itu setiap orang memiliki
kehendak, perasaan, cita cita, kecenderungan, semangat, dan daya tahan yang berbeda beda.
Kesanggupan untuk memikul tanggung jwab sendiri merupakan ciri yang sanagt ensesial dari
adanya individualitas pada diri manusia. Sifat sifat tersebut telah dimiliki sejak lahir dan ditumbuh
kembangkan melalui pendidikan agar bisa menjadi kenyataan. Sebab tanpa dibina melalui
pendidikan, benih benih individualitas yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya
suatu kepribadian unik akan tetap tinggal laten. Dengan kata lain kepribadian seseorang akan
terbentuk dengan semestinya sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadian yang khas
sebagai miliknya.

2. Dimensi kesosialan

Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas. Adanya dimensi kesosialan
pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan untuk bergaul artinya setiap orang dapat
berkomunikasi yang pada hakikatnya didalamnya terkandung unsur saling memberi dan menerima.
Adanya kesediaan untuk saling memberi dan menerima itu dipandang sebagai kunci sukses
pergaulan. Dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.
Dengan adanya pergaulan tingkat sosial kita meningkat dengan diikiti banyak orang yang kita
kenal. Manusia hanya menjadi manusia jika berada diantara manusia. Kiranya tidak usah
dipersoalkan bahwa tidak ada seorang manusia pun yang dapat hidup seorang diri lengkap dengan
sifat hakikat kemanusiaannya ditempat terasing. Sebabnya orang hanya dapat mengembangkan
imndividualitasnya didalam pergaulan sosial.

3. Dimensi kesusilaan

Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Tetapi
didalam masyarakat pengertian susila berkembang sehingga memiliki arti kebaikan yang lebih.
Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu
etiket ( persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika ( persoalan kebaikan ). Orang yang berbuat
jahat berarti melanggar hak orang lain dan dikatakan tidak beretika atau tidak bermoral. Sedangkan
tidak sopan diartikan sebagai tidak beretiket. Jika etika dilanggar ada orang lain yang merasa
dirugikan, sedangkan pelanggaran etiket hanya mengakibatkan ketidak senangan orang lain.

Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai nilai pada hakikatnya
manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga
dikatakan manusia itu adalah makhluk susila. Pendidikan kesusilaan berarti menanakan kesadaran
dan kesediaan melakukan kewajiban disamping menerima hak.

4. Dimensi keberagaman

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius. Manusia memerlukan agama


demi keselamatan hidupnya. Agama menjadi sandaran vertikal manusia, sehingga manusia dapat
menghayati agama melalui proses pendidikan agama. Pendidikan agama seyogianya menjadi tugas
orang tua dalam lingkungan keluarga,karna pendidikan agama adalah persoalan afektif dan kata
hati.disamping itu penanaman sikap dan kebiasaan dalam beragama dimulai sedini
mungkin,meskipun masih terbatas pada latihan kebiasaan.tetapi untuk pengembangan pengkajian
lebih lanjut secara massal dapat di manfaatkan melalui pedndidikan agama di sekolah.

D.Pengembangan Dimensi Hakiakat Manusia

Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dangan sendirinya pengembangan


dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan.Manusia lahir telah dikaruniai dimensi hakikat
manusia tetapi masih dalam wujud potensi,belum teraktualisasi menjadi wujud kenyataan atau
aktualisasi.Dari kondisi “potensi”menjadi wujud aktualisasi terdapat rentangan proses yang
mengundang pendidikan untuk berperan dalam memberikan jasa nya.Seseoarang yang dilahirkan
dengan bakat seni misalnya,memerlukan pendidikan untuk diperoleh menjadi seniman
terkenal.Setiap manusia lahir dikaruniai naluri yaitu dorongan dorongan yang alami (dorongan
makan,mempertahankan diri,dan lain lain.Meskipun pendidikan itu pada dasarnya baik tetapi dalam
pelaksanaannya mungkin saja bisa terjadi kesalahan kesalahan yang disebut lazimnya salah
didik.Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi yaitu:pengembambangan yang
utuh dan pengembangan yang tidak utuh.
1.Pengembangan yang utuh

Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua


faktor,yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan
yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya.Namun demikian kualitas
pendidikan yng berhasil adalah pendidikan yang sanggup menghantarkan subjek didik menjadi
seperti dirinya sendiri selaku anggota masyarakat.Selanjutnya pengembangan yang utuh dapat
dilihat dari berbagai segi yaiu:wujud dimensi dan arahnya.

a.Dari wujud dimensinya

Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani,antara dimensi


keindividualan,kesosialan,kesusilaan,dan keberagaman,antara aspek kognitif,afektif,dan
psokomotor.pengembangan aspek jasmaniah dan rohaniah diktakan utuh jika keduanya mendapat
pelayanan secara seimbang.Pengembangan dimensi keindividualan,,kesosialan,kesusilaan,dan
keberagaman dikatakan utuh jika semua dimensi tersebut mendapat layanan dengan baik,tidak
terjadi pengabaian terhadap salah satunya.Sehingga pengembangan dimensi keberagaman menjadi
tumpuan dari ketiga dimensi yang disebut terdahulu.Pengembangan domain kognitif,afektif,dan
psikomotor dikatakan utuh jika ketiganya mendapat pelayanan yang berimbang.

b.Dari arah pengembangan

Keutuhan pengemmbangan dimensi hakikat manusia dapat diarahkan


kepadapengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagaman secara
terpadu. Pengembangan dimensi keindividualan serempak dengan kesosialan berarti membangun
terwujudnya hakikat manusia sebagai makhluk monodualis. Pengembangan yang sehat terhadap
dimensi keberagaman akan memberikan landasan dari arah pengembangan dimensi keindividualan,
kesosialan dan kesusilaan. Pengembangan domin kognitif, afektif, dan psikomotor disamping
keselarasannya (perimbangan antara ketiganya) juga perlu diperhatikan arahnya. Yang dimaksud
adalah arah pengembangan dari jenjang rendah kejenjenag yang lebih tinggi.

Dapat disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakikat manusia yang utuh


diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap dimensi hakikat manusia sehingga dapat tumbuh dan
berkembaang secara selaras.

2. pengembangan yang tidak utuh

Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi
didalam proses pengembangan jika ada unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk
ditangani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan atau
domain afektiv didominasi oleh pengembangan domain kognitif. Pengembangan yang tidak utuh
berakibat terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak mantap.

Anda mungkin juga menyukai