Anda di halaman 1dari 3

Prinsip penatalaksanaan dislipidemia sangat berkaitan dengan faktor risiko kardiovaskular yang dimiliki

pasien. Meskipun dalam pemeriksaan profil lipid terdapat empat parameter yang diperiksa yaitu kadar
kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida, parameter primer untuk penapisan, diagnosis maupun terapi
adalah kadar LDL. Hanya saja pada kondisi kadar trigliserida sangat tinggi (>500 mg/dL), pengobatan
pertama ditujukan untuk menurunkan trigliserida dahulu agar tidak terjadi pankreatitis. Setelah kadar
trigliserida <500 mg/dL, jenis obat diganti dengan agen penurun LDL. [3,9]
Secara ringkas, penatalaksanaan dislipidemia memiliki empat aspek utama:
 Penilaian dan stratifikasi risiko berdasarkan kriteria eksplisit
 Perubahan gaya hidup seperti aktivitas fisik dan modifikasi diet
 Untuk pasien dengan kadar kolesterol tinggi, penggunaan obat golongan statin merupakan pilihan
utama (pada beberapa kondisi dapat pula digunakan bile acid sequestrants,  ezetimibe, atau niasin)
 Untuk pasien dengan kadar trigliserida tinggi, pilihan terapi adalah golongan fibrat, niasin, asam
lemak omega tiga dan diet lemak tidak jenuh. [6]
Kategori Risiko Kardiovaskular
Pembagian kategori risiko kardiovaskular akan menentukan target penatalaksanaan dislipidemia pasien.
Kelompok kategori dibagi berdasarkan tingkat risiko kardiovaskular yang mendapat keuntungan terapi
pada penelitian klinis dan dianggap berguna dalam praktik klinik. Penyakit seperti diabetes mellitus,
penyakit ginjal kronik, riwayat penyakit jantung koroner (PJK) maupun penyakit terkait aterosklerosis di
pembuluh darah lain, hipertensi serta hiperkolesterolemia familial juga mendasari pembagian kelompok
risiko. Penghitungan dilakukan dengan memakai sistem SCORE (Systemic Coronary Risk Estimation). [3]
Tabel 3. Kategori Risiko Kardiovaskular
Pasien dengan penyakit kardiovaskular yang terdokumentasi baik secara klinis maupun
melalui pencitraan seperti: infark miokard , sindrom koroner akut, pasien
dengan percutaneous coronary intervention (PCI), coronary artery bypass graft (CABG),
riwayat stroke dan TIA, serta penyakit arteri perifer (PAD)
Risiko
sangat tinggi DM dengan kerusakan target organ

Penyakit ginjal kronik derajat berat (GFR <30 ml/menit/1,73m2

Nilai SCORE ≥10%

Pasien dengan faktor risiko tunggal yang meningkat bermakna khususnya kolesterol total
>310 mg/dL atau TD ≥ 180/110 mmHg

Pasien diabetes mellitu


Risiko tinggi
Penyakit ginjal kronik derajat sedang (GFR 30-59 ml/menit/1,73m2)

Nilai SCORE ≥5%

Risiko
Nilai SCORE ≥1% dan <5%
menengah

Risiko
Nilai SCORE <1%
rendah

Target Terapi Konsentrasi Kolesterol


Setelah risiko kardiovaskular ditentukan, target terapi dapat disesuaikan. Pada pasien dengan risiko sangat
tinggi, direkomendasikan target kolesterol LDL <70 mg/dL atau penurunan setidaknya 50% bila kolesterol
LDL awal 70-135 mg/dL.
Pada pasien dengan risiko tinggi, direkomendasikan target kolesterol LDL <100 mg/dL atau penurunan
setidaknya 50% bila kolesterol LDL awal antara 100-200 mg/dL.
Pada pasien dengan risiko tinggi, direkomendasikan target kolesterol LDL <100 mg/dL atau penurunan
setidaknya 50% bila kolesterol LDL awal antara 100-200 mg/dL. [3,9]
Prinsip Tatalaksana Dislipidemia
Prinsip penatalaksanaan dislipidemia meliputi intervensi gaya hidup yang termasuk di dalamnya adalah
diet, aktivitas fisik, dan program berhenti merokok, serta pemberian obat-obatan penurun kadar kolesterol.
[3]
Tabel 5. Strategi Penatalaksanaan Dislipidemia
Risiko Nilai Kolesterol LDL
Kardiovaskular
atau Nilai <70 mg/dl 70-<100 mg/dl 100-<155 mg/dl 155-<190 mg/dl ≥190 mg/dl
SCORE

Intervensi gaya
hidup,
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
<1 pertimbangkan
intervensi intervensi intervensi intervensi
obat bila tidak
terkontrol

Intervensi gaya Intervensi gaya Intervensi gaya


hidup, hidup, hidup,
Tidak ada Tidak ada
1-4 pertimbangkan pertimbangkan pertimbangkan
intervensi intervensi
obat bila tidak obat bila tidak obat bila tidak
terkontrol terkontrol terkontrol

Intervensi gaya
Intervensi gaya Intervensi gaya Intervensi gaya
hidup,
Tidak ada hidup dan hidup dan hidup dan
5-9 pertimbangkan
intervensi pemberian obat pemberian obat pemberian obat
obat bila tidak
segera segera segera
terkontrol

Intervensi gaya
Intervensi gaya Intervensi gaya Intervensi gaya Intervensi gaya
hidup,
hidup dan hidup dan hidup dan hidup dan
≥ 10 pertimbangkan
pemberian obat pemberian obat pemberian obat pemberian obat
obat bila tidak
segera segera segera segera
terkontrol

Intervensi Gaya Hidup sebagai Terapi Awal


Meskipun bukti penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskularnya tidak sekuat bukti intervensi
farmakologi, intervensi gaya hidup memiliki peranan penting sebagai terapi awal pada dislipidemia.
Konseling mengenai perubahan perilaku terutama dalam menentukan asupan makanan sangat penting
untuk mengontrol profil lipid pasien.
Usaha yang dapat dilakukan diantaranya adalah mengurangi asupan asam lemak jenuh dan meningkatkan
asupan serat, mengurangi asupan karbohidrat dan alkohol, meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari,
mengurangi berat badan berlebih, dan menghentikan kebiasaan merokok.
Diet tinggi asam lemak tidak jenuh seperti MUFA dan PUFA, terutama PUFA omega-3 yang banyak
terkandung di dalam ikan berhubungan dengan reduksi risiko kardiovaskular independen terhadap lipid
plasma. [3]
Selain diet, aktivitas fisik juga memiliki peranan penting. Bentuk aktivitas fisik yang dianjurkan adalah
aktivitas yang terukur seperti jalan cepat 30 menit per hari selama 5 hari per minggu. Penting pula menjaga
berat badan dan indeks massa tubuh dalam kondisi normal. [1-3]
Medikamentosa
Bila berdasarkan stratifikasi risiko pasien dinyatakan membutuhkan terapi medikamentosa, obat golongan
statin merupakan pilihan utama untuk menurunkan kadar kolesterol LDL. Terdapat beda potensi berbagai
statin dalam menurunkan konsentrasi LDL. Statin intensitas tinggi yang sering menjadi pilihan
adalah atorvastatin dan rosuvastatin yang berpotensi menurunkan konsentrasi LDL lebih dari 50%. [3]
Selain statin, terdapat pula pilihan obat-obatan lain yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar LDL
seperti ezetimibe, inhibitor PCSK9, bile acid sequestrant, maupun kombinasi antara obat golongan statin
dan non statin. [1-3]
Peningkatan kadar trigliserida saja tanpa diikuti abnormalitas parameter lain hingga kini belum banyak
bukti yang menyatakan hubungannya dengan risiko kardiovaskular. Namun, peningkatan trigliserida
memiliki hubungan dengan abnormalitas metabolik yang berkontribusi pada penyakit jantung koroner
seperti DM dan sindrom metabolik. [1,9] Pada kondisi ini, strategi penatalaksanaan yang dapat diterapkan
yaitu:
 Intervensi gaya hidup dengan peningkatan aktivitas fisik reguler dan diet bebas alkohol,
mengurangi asupan gula, serta meningkatkan konsumsi asam lemak omega 3. [6,9]
 Fibrat menjadi pilihan utama terapi isolated hipertrigliseridemia dan dapat menurunkan kadar
trigliserida hingga 50%. Namun yang perlu diingat, hati-hati penggunaan fibrat bersamaan dengan
statin dapat berpotensi memunculkan toksisitas otot dan meningkatkan efek warfarin. [6]
 Statin dapat digunakan pada pasien dengan peningkatan LDL dan diikuti peningkatan trigliserida
<500 mg/dL.
 Asupan omega 3 dosis tinggi (EPA dan DHA 1-6 gram/hari) terbukti efektif menurunkan kadar
trigliserida.[6]
Pemantauan
Monitoring kadar lipid dilakukan secara periodik setelah memulai terapi penurun kolesterol. Biasanya
pemeriksaan profil lipid dapat diulang setelah 2-3 bulan menjalani terapi penurun kolesterol dan 1-2 kali
dalam setahun setelah nilai kolesterol dianggap stabil. [6]
Mengingat efek samping pemberian statin terhadap otot dan hati, pemeriksaan enzim hati, fungsi ginjal,
serta enzim otot disarankan sebelum memulai terapi penurun kolesterol. [1,3,6,9]
Pemeriksaan Profil Lipid
Sebelum dimulai pengobatan dapat dilakukan 2 kali pemeriksaan profil lipid dengan jeda 1-12 minggu,
kecuali pada pasien dengan risiko kardiovaskular tinggi.
Setelah memulai terapi atau setelah penyesuaian dosis atau jenis obat, dilakukan pemeriksaan profil lipid
setiap 8 minggu hingga target tercapai.
Setelah target tercapai, pemeriksaan profil lipid cukup dilakukan 1-2 kali setahun.
Pengawasan Enzim Hati dan Otot
Sebelum pengobatan dimulai sebaiknya dilakukan pemeriksaan fungsi hati.
Setiap ada peningkatan dosis obat, lakukan pemeriksaan enzim hati dan otot 1 kali di minggu ke 8-12.
Karena adanya efek samping statin pada otot, pemeriksaan kadar creatinine kinase  (CK) dilakukan
sebelum memulai pengobatan. Bila CK di awal mencapai 4 kali batas normal, jangan mulai pengobatan
dan lakukan pemeriksaan ulang. [3]

Anda mungkin juga menyukai