Anda di halaman 1dari 128

STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

LAPORAN AKHIR PRAKTIK STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG INTENSIF RSIA 'AISYIYAH KLATEN

Disusun Oleh:

Andilouis Kristiawan, S.Kep P2005003


Ardhan Prasetia Dita, S.Kep P2005006
Eksa Angga Pradana, S.Kep P2005023
Fajar Nugroho, S.Kep P2005025
Ganang Prio Bangkit N, S.Kep P2005027
Junanto Surahman, S.Kep P2005031
Novi Kusumaningrum, S.Kep P2005041
Vita Marta Fatimah, S.Kep P2005054
Waskito Tri Styawan, S.Kep P2005055

PROGRAM STUDI PROFESI NERS XV1


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN
AGUSTUS 2021
STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

LAPORAN AKHIR PRAKTIK STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG INTENSIF RSIA 'AISYIYAH KLATEN

Disusun Oleh:

Andilouis Kristiawan, S.Kep P2005003


Ardhan Prasetia Dita, S.Kep P2005006
Eksa Angga Pradana, S.Kep P2005023
Fajar Nugroho, S.Kep P2005025
Ganang Prio Bangkit N, S.Kep P2005027
Junanto Surahman, S.Kep P2005031
Novi Kusumaningrum, S.Kep P2005041
Vita Marta Fatimah, S.Kep P2005054
Waskito Tri Styawan, S.Kep P2005055

PROGRAM STUDI PROFESI NERS XV1


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN
AGUSTUS 2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIK STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG INTENSIF RSIA 'AISYIYAH KLATEN

Laporan ini disusun utnuk memenuhi penyelesaian tugas praktik

Profesi Keperawatan Stase Manajemen Keperawatan

Klaten, Agustus 2021

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Retno Yuli Hastuti, S.Kep., Ns., Kus Indang Kusuma Darsih, S.Kep., Ns
M.Kep., SpKj

Mengetahui,

Kepala Bidang Keperawatan Koordinator Stase Manajemen Keperawatan

Kus Indang Kusuma Darsih, S.Kep., Ns Setianingsih S.Kep,Ns.,MPH


KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Alhamdulillah kami ucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat-Nya dan
Karunia-Nya sehingga kami dapat dapat menyelesaikan tugas praktik stase manajemen di
Ruang Intensif RSIA 'Aisyiyah Klaten. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas praktek
Stase Manajemen Keperawatan di Program Studi Profesi Ners STIKES Muhammadiyah
Klaten, yang dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus-21 September 2021.
Dalam penulisan laporan manajemen ini penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak,
untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Sri Sat Titi H, S.Kep., Ns., M.Kep selaku ketua STIKES Muhammadiyah Klaten.
2. Ibu Setianingsih S.Kep,Ns.,MPH, selaku koordinator dan pembimbing akademik stase
manajemen STIKES Muhammadiyah Klaten.
3. Retno Yuli Hastuti, S.Kep., Ns., M.Kep., SpKjIbu Kus Indang Kusuma Darsih, S.Kep.,
Ns, selaku pembimbing klinik, perseptor ners stase manajemen.
4. Ibu Dwi Endrawati, Amd. Keb, selaku kepala Ruang Perawatan Intensif RSIA 'Aisyiyah
Klaten dan selaku pembimbing klinik stase manajemen.
5. Seluruh perawat dan staf karyawan di Ruang Intensif RSIA 'Aisyiyah Klaten.
6. Teman-teman kelompok Stase Manajemen Profesi Ners Angkatan XVI STIKES
Muhammadiyah Klaten yang berjuang bersama.
7. Semua pihak yang belum kami sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan manajemen ini masih jauh dari
sempurna karena keterbatasan yang penulis miliki. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan laporan ini. Akhir kata semoga
Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu tersusunnya
laporan ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Klaten, Agustus 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan
layanan kesehatan kepada masyarakat, dengan tujuan utamanya adalah pelayanan preventif
(pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasarannya adalah masyarakat.
Pelayanan kesehatan ini dapat dilaksanakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok ataupun
masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang baik, bermutu, profesinal dan diterima pasien merupakan
tujuan utama pelayanan rumah sakit. Namun hal ini tidak mudah dilakukan dewasa ini.
Meskipun rumah sakit telah dilengkapi dengan tenaga medis, perawat, dan sarana
penunjang lengkap, masih sering terdengar ketidakpuasan pasien akan pelayanan kesehatan
yang mereka terima. Pelayanan kesehatan dewasa ini jauh lebih kompleks dibandingkan
dengan beberapa dasawarsa sebelumnya.
Tuntutan kualitas pelayanan kesehatan (Rumah Sakit) dan mutu yang baik salah
satunya ditentukan oleh pelayanan keperawatan, hal tersebut merupakan salah suatu
fenomena yang harus direspon oleh perawat. Pelayanan keperawatan secara profesional
perlu mendapatkan perhatian dalam pengembangan dunia keperawatan dengan
mengoptimalkan manajemen keperawatan. Manajemen yang baik perlu diterapkan dalam
memberikan asuhan keperawatan sehingga dicapai suatu asuhan keperawatan yang
memenuhi standar profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan
keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, efektif, aman bagi pasien dan tenaga
keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta aspek sosial, ekonomi,
budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan.
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen tersebut mencakup kegiatan
planning, organizing. Actuating, controlling terhadap staf sarana, dan prasarana dalam
mencapai organisasi (Nursalam, 2011). Manajemen keperawatan merupakan suatu
pelayanan keperawatan profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan
empat fungsi manajemen yang saling berhubungan dan memerlukan ketrampilan-
ketrampilan teknis, hubungan antar manusia, konseptual yang mendukung asuhan
keperawatan.
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai metode
pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat
saling mendukung. Adanya manajemen keperawatan dapat membantu Adanya tuntutan
kualitas terhadap pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan dirasakan sebagai satu
fenomena yang harus direspon oleh perawat. Pelayanan keperawatan secara profesional
perlu mendapatkan perhatian dalam pengembangan dunia keperawatan. Salah satu strategi
untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan adalah
melakukan manajemen keperawatan dengan harapan adanya factor kelola yang optimal
mampu meningkatkan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan sekaligus lebih
menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.
Salah satu strategi untuk meningkatkan ketrampilan dalam melakukan manajemen
keperawatan di tingkat pendidikan, maka institusi pendidikan harus melalui pembelajaran
manajemen keperwatan di lahan praktik Mahasiswa Program Studi Profesi Ners STIKES
Muhammadiyah Klaten dituntut untuk dapat mengaplikasikan langsung pengetahuan
menejerialnya dengan arahan dari pembimbing lapangan maupun dari pembimbing
akademik yang intensif, dengan adanya praktik tersebut diharapkan mahasiswa mampu
menerapkan ilmu yang didapat dan mengelola ruang perawatan dengan pendekatan proses
manajemen yang professional.
Sebagai wujud pengembangan dalam meningkatkan kemampuan serta ketrampilan
manajerial mahasiswa, mahasiswa Profesi Ners STIKES Muhammadiyah Klaten
melakukan pembelajaran manajerial di RSIA 'Aisyiyah Klaten sebagai lahan praktik untuk
stase manajemen keperawatan. RSIA 'Aisyiyah Klaten merupakan salah satu unit
pelaksana pelayanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya di bidang keperawatan.
Salah satu Visi Departemen Kesehatan yaitu untuk mewujudkan Masyarakat Sehat Yang
Mandiri dan Berkeadilan maka RSIA 'Aisyiyah Klaten selalu berusaha meningkatkan
pemberian pelayanan kesehatan melalui pengembangan dan pendayagunaan SDM
kesehatan yang merata dan bermutu, meningkatkan ketersediaan obat dan alat kesehatan
serta meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan berdaya guna dan
berhasil guna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggungjawab.
Salah satu bagian dari RSIA 'Aisyiyah Klaten adalah Ruang perawatan Intensif yang
merupakan ruangan yang memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien yang
memerlukan perawatan intensif yang meliputi HCU, PICU dan NICU dan BBRT. Untuk
mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas serta memantau peningkatan mutu
pelayanan. Selain diharapkan mahasiswa dapat melakukan proses pembelajaran menejerial
di ruangan, mahasiswa juga diharapkan agar dapat melakukan pembelajaran kasus di
ruangan tersebut.

B. Tempat dan Waktu Praktek


Praktik stase manajemen keperawatan ini dilaksanakan di ruang Intensif RSIA 'Aisyiyah
Klaten selama 4 minggu, dimulai pada tanggal 23 Agustus 2021- 21 September 2021
secara luring dan daring.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan praktik manajemen keperawatan, mahasiswa mampu
melakukan pengelolaan unit pelayanan keperawatan tertentu sesuai dengan konsep dan
langkah-langkah manajemen asuhan keperawatan dan manajemen ruangannya.
2. Tujuan Khusus
Setelah mahasiswa selesai mengikuti praktik profesi pada stase manajemen
keperawatan, mahasiswa mampu:
a. Mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan masalah pelayanan
keperawatan di ruangan yang berhubungan dengan fungsi asuhan, perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.
b. Menentukan prioritas masalah berdasarkan hasil identifikasi.
c. Menentukan penyebab masalah berdasarkan masalah yang timbul
d. Mengimplementasikan tindakan sesuai dengan prioritas yang telah dirumuskan.
e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
f. Melakukan usaha-usaha koordinasi kegiatan keperawatan dengan perawat di ruang
rawat inap.
g. Kelompok melaksanakan penerapan SP2KP dengan melaksanakan evaluasi setelah
pelaksanaan SP2KP.
h. Melaksanakan magang dengan Kepala Ruang secara bergantian selama satu hari
oleh CO Ners.
i. Melaksanakan magang Primary Nurse dan Assosiate Nurse dalam satu shift oleh
masing - masing CO Ners.
D. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data di Ruang Intensif RSIA 'Aisyiyah Klaten, dalam rangka identifikasi
masalah dilakukan dengan metode, sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data kondisi fisik ruangan, proses pelayanan,
inventaris ruangan dan asuhan keperawatan yang langsung dilakukan ke pasien.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, perawat dan keluarga pasien untuk
mengumpulkan data tentang proses orientasi pasien baru dan pelayanan pasien
3. Studi dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik pasien,
ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan, manajemen ruangan, prosedur tetap
ruangan dan inventaris ruangan.
4. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap asuhan keperawatan,
kepuasan kerja perawat, penilaian kinerja perawat, kepuasan praktikan terhadap
bimbingan praktik klinik keperawatan, penerapan standar asuhan keperawatan dan
pelaksanaan SP2KP.

E. Kategori Penilaian
Standar penilaian yang digunakan untuk menilai mutu asuhan keperawatan adalah
menggunakan instrumen A, B dan C. Kriteria penilaian dengan menggunakan acuan dari
Arikunto (2013), dengan rentang nilai sebagai berikut:
1. Kriteria baik (76 - 100%)
2. Kriteria cukup (56 - 75%)
3. Kriteria kurang (40 - 55%)
4. Kriteria tidak baik (kurang dari 40%)

F. Peserta Didik
Mahasiswa tahap profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah
Klaten Angkatan XVI kelompok 13-16 dengan anggota, sebagai berikut:
1. Andilouis Kristiawan, S.Kep (P2005003)
2. Ardhan Prasetia Dita, S.Kep (P2005006)
3. Eksa Angga Pradana, S.Kep (P2005023)
4. Fajar Nugroho, S.Kep (P2005025)
5. Ganang Prio Bangkit N, S.Kep (P2005027)
6. Junanto Surahman, S.Kep (P2005031)
7. Novi Kusumaningrum, S.Kep (P2005041)
8. Vita Marta Fatimah, S.Kep (P2005054)
9. Waskito Tri Styawan, S.Kep (P2005055)
BAB II
HASIL KAJIAN

A. Profil/Gambaran Umum Ruang Keperawatan


1. Sejarah RSIA 'Aisyiyah Klaten
RSIA 'Aisyiyah Klaten ialah satu dari sekian RS milik organisasi sosial klaten
yang bermodel RSIA, dinaungi oleh kepengurusan agama islam dengan akreditasi C.
Berdirinya RSIA 'Aisyiyah Klaten pada awal tahun 1965, pada tahun tersebut pimpinan
daerah 'Aisyiyah (PDA) Klaten mendirikan Rumah Bersalin dengan nama rumah
bersalin 'Aisyiyah Klaten dan diresmikan pada tanggal 18 Desember 2000 menjadi
RSIA 'Aisyiyah Klaten. RSIA ini bertempat di Jl. KH. Hasyim Ashari, Mojayan,
Klaten, Indonesia. RSIA 'Aisyiyah Klaten memiliki layanan unggul dalam bidang
persalinan, RSIA memiliki luas lahan 7029 m2 dengan luas bangunan 6600 m2.
Rumah sakit ini telah teregistrasi semenjak 15 April 2015, dengan dikeluarkan
SK Bupati Klaten No. 503/147/tahun 2015 tentang Pemberian Izin Operasional Rumah
Sakit Khusus Ibu dan Anak 'Aisyiyah Klaten. Jumlah tempat tidur 92 tempat tidur
dengan rincian sebagai berikut kelas 3 berjumlah 20 tempat tidur, kelas 2 berjumlah 15
tempat tidur, kelas 1 berjumlah 17 tempat tidur, kelas VIP berjumlah 21 tempat tidur
dan VVIP berjumlah 4 tempat tidur, ICU berjumlah 5 tempat tidur, dan BBRT
berjumlah 10 tempat tidur.
Pelayanan yang terdapat di RSIA 'Aisyiyah Klaten meliputi pelayanan gawat darurat 24
jam, pelayanan poli umum, pelayanan poli kandungan, pelayanan poli anak, konsultasi
kesehatan anak, tumbuh kembang anak dan imuniasisi, pelayanan poli penyakit dalam,
pelayanan radiologi, pelayanan farmasi, pelayanan laboratorium, pelayanan pijat bayi,
dan pelayanan homecare pelayanan ambulan.
RSIA 'Aisyiyah Klaten mempunyai visi menjadi rumah sakit pilihan khusus ibu dan
anak unggul dalam pelayanan, islam dan memuaskan. Misi RSIA 'Aisyiyah Klaten
yaitu memberikan pelayanan kesehatan khusus ibu dan anak secara prefesional dengan
fasilitas yang lengkap, sumber daya manusia yang berkualitas dan terakreditasi,
membangun kemitraan dengan berbagai pihak sehingga terbentuk jaringan pelayanan
kesehatan secara berkesinambungan yang mendukung tercapainya program kesehatan
ibu dan anak, memberikan pelayanan kesehatan sebagai ibadah dan dakwah kepada
seluruh masyarakat.
2. Tujuan RSIA 'Aisyiyah Klaten
a. Visi
Menjadi rumah sakit pilihan khusus ibu dan anak, unggul dalam pelayanan, islam,
dan memuaskan.
b. Misi
1) Memberikan pelayanan kesehatan khusus ibu dan anak secara profesional dengan
fasilitas yang lengkap, sumber daya manusia yang berkualitas, dan terakreditasi.
2) Membangun kemitraan dengan berbagai pihak sehingga terbentuk jaringan
pelayanan kesehatan secara berkesinambungan yang mendukung tercapainya
program kesehatan ibu dan anak.
3) Memberikan pelayanan kesehatan sebagai ibadah dan dakwah kepada seluruh
masyarakat.
c. Moto
Ramah, sigap, islami, dan amanah.
d. Tujuan
1) Menjadi RS yang dikenal dan dipercaya oleh masyarakat klaten dan sekitarnya
sebagai RS khusus ibu dan anak dengan standar mutu sebagai prioritas utama.
2) Menjadi RS yang menerapkan nilai-nilai islam dalam tata kelola lingkungan dan
pelayanan, serta mengutamakan prinsip rahmatan lil’alamin.
3) Menjadi RS yang memberikan pelayanan sebagai ibadah dan dakwah dengan
tetap memperhatikan keseimbangan antara kesejahteraan dunia dan akhirat.

3. Profil Ruangan
a. Fasilitas Ruang Perawatan Intensif
Ruang perawatan intensif merupakan ruangan perawatan bayi dengan resiko
tinggi. Adapun ruang lingkup pelayanan di Ruang Perawatan Intensif RSIA
'Aisyiyah Klaten adalah semua kegiatan pemeliharaan kesehatan, peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan, atau
kombinasinya baik pasien PICU, NICU, HCU dan BBRT. Ruangan perawatan
intensif berada dilantai 1 gedung utama RSIA 'Aisyiyah Klaten. Ruangan perawatan
internsif memiliki kapasitas 14 tempat tidur dengan jumlah Sumber Daya Manusia
(SDM) 14 orang perawat terdiri atas 1 Kepala Ruang, 1 Penanggung jawab asuhan
dan 12 Perawat pelaksana. Ruangan di bagi menjadi 4 bagian yaitu:
1) PICU : 2 tempat tidur
2) NICU : 2 tempat tidur
3) HCU : Masih belum digunakan
4) BBRT : 10 tempat tidur
Jadwal jaga perawat: pagi pukul 07.00-14.00 WIB, sore pukul 14.00-20.00
WIB, malam pukul 20.00-07.00 WIB. Ruang Perawatan Intensif selain digunakan
sebagai ruang perawatan, juga dipergunakan sebagai tempat lahan praktek bagi
perawat dengan jenjang pendidikan profesi ners, sarjana keperawatan. Namun, di
Ruang Perawatan Intensif belum ada yang melakukan penelitian.

b. Hak dan Kewajiban Pasien


1) Hak Pasien
a) Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku
dirumah sakit
b) Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
c) Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa diskriminasi
d) Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional
e) Memperoleh layanan yang efektif dan efesien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi.
f) Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan
g) Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginan dan peraturan
yang berlaku dirumah sakit
h) Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain
yang mempunyai surat ijin praktik (SIP) baik didalam maupun diluar rumah
sakit
i) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-
data medisnya
j) Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan ,risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan
k) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan
oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang diderita
l) Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
m) Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan dianut selama hal itu
tidak menganggu pasien lainnya
n) Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
dirumah sakit
o) Mengajukan usul, saran, dan perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap
dirinya
p) Menolak pelayanan bimbingan kerohanian yang tidak sesuai dengan agama
dan kepercayaan yang dianutnya
q) Menggugat dan/atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
maupun pidana
r) Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak atau elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
2) Kewajiban Pasien
a) Mematuhi peraturan yang berlaku dirumah sakit
b) Mengunakan fasilitas rumah sakit secara bertanggung jawab
c) Menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak tenaga kesehatan
serta petugas lainnya yang bekerja dirumah sakit
d) Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai kemampuan
dan pengetahuannya tentang masalah kesehatan
e) Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan
kesehatan yang dimilikinya
f) Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan
dirumah sakit dan disetujui oleh pasien yang bersangkutan setelah
mendapatkan penjelasan sesuai ketentuan
g) Menerima segala konskuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak
rencana terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan dan/atau tidak
mematuhi petunjuk yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam rangka
penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya
h) Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima
c. Tata Tertib Pasien, Penunggu & Pengunjung
1) Seluruh kebutuhan pasien baik makanan atau diet dan atau fasilitas lain yang
berkaitan dengan pelayanan disediakan oleh RS.
2) Pasien yang mendapatkan diet khusus, tidak diperkenankan mendapat makanan
dari luar RS.
3) Pasien/ penunggu tidak dibenarkan membawa:
a) Barang berharga/ perhiasan
b) Ember, rak handuk dan sebagianya
c) Peralatan elektronik dengan menggunakan listrik RS
4) Semua pengunjung yang akan mengunjungi pasien dilaksanakan pada jam
kunjung yang sudah ditentukan.
5) Anak-anak dibawah umur 11 tahun tidak diperkenakan masuk area ruang
perawat/ berkunjung.
6) Setiap pengunjung pasien yang datang diluar jam kunjung wajib melewati
skrining dari petugas keamanan rumah sakit.
7) Setiap pengunjung pasien diluar jam kunjung, diperbolehkan masuk setelah
mendapatkan ijin dari petugas keamanan dan mengisi buku kunjungan.
8) Setiap pengunjung pasien diluar jam kunjung, diperbolehkan masuk setelah
mendapat ijin dari petugas keamanan dan mengisi buku kunjungan.
9) Pengunjung bagi pasien meninggal diperbolehkan masuk jika mendapat ijin
dari petugas keamanan rumah sakit maksimal 3 orang.
10) Penunggu/ keluarga/ pengunjung dilarang:
a) Merokok di lingkungan RSIA Aisyiyah Klaten dan ruang rawat inap
b) Mencuci dan menjemur pakaian di lingkungan rumah sakit
c) Tiduran di tempat tidur pasien dan Mushola/ tempat ibadah
d) Membawa minuman keras/ mabuk, membawa obat terlarang
e) Berjualan di lingkungan RS
11) Pasien, Penunggu dan Pengunjung wajib menjaga ketenangan di ruang rawat
12) Pasien, Penunggu dan pengunjung wajib menjaga kebersihan dengan
membuang sampah pada tempatnya.
13) Penunggu pasien harus membawa bukti kartu tunggu sesuai ketentuan
(penunggu maksimal 2 orang).
14) Pasien pulang maksimal 2 (dua) jam setelah menuelesaikan proses administrasi,
dimohon segera berkemas meninggalkan ruang rawat inap.
15) Kartu tunggu/ tanda pengenal jika hilang didenda Rp. 20.000,-
16) Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan bagi penunggu yang
membawa uang atau benda berharga lainnya dihimbau untuk dititipkan di
bagian kasir.
17) Bila terjadi kehilangan barang milik pasien/keluarga yang tidak dalam
perlindungan rumah sakit maka bukan menjadi tanggung jawab rumah sakit.
18) Pengunjung tidak diperkenankan mengambil gambar/ photo pasien tanpa seijin
pasien dan petugas Rumah Sakit.

d. Peraturan Jam Kunjung


Peraturan jam kunjung di RSIA 'Aisyiyah Klaten sebagai berikut :
Tabel 2.1
Pasien Umum Pasien PICU, NICU, ICU, BBRT
Pagi : Jam 10.00 - 12.00 WIB Pagi : Jam 10.00 - 12.00 WIB
Siang : 16.00 - 20.00 WIB Siang : 17.00 WIB - 19.00 WIB

Analisa data : Peraturan jam kunjung di RSIA 'Aisyiyah Klaten sebelum pandemi
dan sesudah pandemi berbeda, bahwa selama pandemi RSIA 'Aisyiyah Klaten tidak
membuka jam kunjung, alasannya karena mencegah penyebaran virus Covid-19.

e. Denah Ruang Intensif

8 7 1 2

3
6
4
5

Keterangan :
1 : Nurse station 6: Ruang HCU
2 : Ruang PICU/NICU 7 : Ruang Isolasi
3 : Ruang BBRT 8: Ruang Ganti/Kamar Mandi
4: Pintu Masuk/Keluar Pasien
5: Pintu Masuk/Keluar Pengunjung
4. Struktur Organisasi
a. Kajian Data
Ruang Perawatan Intensif dipimpin oleh seorang kepala ruang dan 13 orang perawat
yang terdiri dari 1 perawat penanggung jawab asuhan dan 12 perawat pelaksana,
yang mana setiap shif terdapat satu perawat sebagai koordinator shift. Ruang
Perawatan Intensif sudah terdapat papan bagan struktur organisasi, jabatan di ruang
Perawatan Intensif tercantum pada struktur organisasi seperti direktur, wadir yanmed
dan keperawatan, kabid keperawatan, kepala unit rawat inap, kepala ruang rawat
inap. Namun, tidak tercantumkan perawat yang bertugas sebagai koordinator shift.

Bagan 2.1
Bagan Organisai di Ruang Intensif RSIA ‘Aisyiyah
DIREKTUR
Dr. Siti Kundariyah

WADIR YANMED DAN KEPERAWATAN


Dr. Fitriani Sri Utami

KA. BIDANG KEPERAWATAN KA. BIDANG YANMED DAN


Kus Indang Kusuma Darsih,S.Kep.Ns PENUNJANG MEDIS
Dr. Fitriani Sri Utami

KA. UNIT RAWAT INAP


Kus Indang Kusuma Darsih, S.Kep.Ns

KA. RUANG PERAWATAN INTENSIF


Dwi Indrawati, Amd. Kep

PERAWAT PRIMER
Sri Palupi Handayani, Amd. Kep

KOORDINATOR SHIFT

PERAWAT PELAKSANA
b. Analisa Data
Struktur organisasi di ruang perawatan intensif sudah ada, dan terlaksana
sesuai dengan apa yang telah tersusun, yaitu dengan model penerapan koordinator
pershift. Berdasarkan wawancara kepala ruang perawatan intensif, koordinator shift
membawahi perawat yang bertugas jaga saat shift, yang mana koordinator shift
sudah ditentukan oleh kepala ruang yang ada di ruang intensif, namun nama perawat
tidak bisa dipaparkan di papan struktur organisasi yang ada diruangan. Penerapan
koordinator shift sudah ditentukan.

B. Unsur Input/Masukan
1. Man (Manusia)
a. Pasien
1) Kajian Teori
UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menjelaskan pasien adalah
setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit
baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Pasien adalah orang yang memiliki
kelemahan fisik atau mentalnya menyerahkan dan perawatannya, menerima dan
mengikuti pengobatan yang ditetapkan oleh tenaga kesehatan yang dikemukakan
(Wilhamda, 2011).
Pasien merupakan pelanggan layanan kesehatan, tetapi pasien dalam hal ini
merupakan salah satu pelanggan. Pelanggan layanan kesehatan merupakan semua
orang yang sehari-hari melakukan kontak dengan layanan kesehatan (Pohan,
2015). RSIA 'Aisyiyah Klaten merupakan Rumah Sakit Swasta tipe C yang
merupakan rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat
kuratif, rehabilitative, preventif maupun promotif. Ruangan Perawtan Intensif di
bagi menjadi 4 bagian yaitu PICU terdapat 2 tempat tidur, NICU terdapat 2
tempat tidur, BBRT terdapat 10 tempat tidur dan ruangan HCU yang masih
belum digunakan.
2) Kajian Data
Tabel 2.2
Jumlah Pasien di Ruang Intensif RSIA Aisyiyah Klaten
Bulan Januari-Juli 2021
No Bulan PICU/NICU PBRT Jumlah Pasien
1 Januari 16 53 69
2 Februari 10 48 58
3 Maret 17 60 67
4 April 18 68 86
5 Mei 20 67 87
6 Juni 14 67 81
7 Juli 10 28 38
Jumlah 486
Sumber: Data Sekunder Daftar Pasien Ruang Intensif

Jumlah pasien yang dirawat di ruang Intensif RSIA Aisyiyah Klaten selama bulan
Januari-Juli 2021 yaitu 486 pasien.
Tabel 2.3
Jumlah Pasien Berdasarkan Diagnosa Bayi (Penyakit) 10 terbesar
di Ruang Intensif PICU/NICU RSIA Aisyiyah Klaten
Januari-Juli 2021
No. Jenis Penyakit Jumlah
1 DSS 18
2 Neonatal Pneumoni 17
3 BBLCA Asfiksia 16
4 BBLR 11
5 Asfiksia 8
6 Pneumonia 5
7 HMD 4
8 Distres Respiratori 3
9 MAS 3
10 Asma Bronchial 2
Total 87
Sumber: Data Sekunder Daftar Pasien Ruang Perawatan Intensi
Tabel 2.4
Jumlah Pasien Berdasarkan Diagnosa Bayi (Penyakit) 10 terbesar
di Ruang Intensif BBRT RSIA Aisyiyah Klaten
Januari – Juli 2021
No. Jenis Penyakit Jumlah
1 Icteric Neunatorum 150
2 Post Asfiksia 48
3 EOS 28
4 Low Intake 8
5 Hipoglikemi 6
6 Neonatal Pneumoni 5
7 Hipertermi 4
8 Gizi Kurang 3
9 Leukositosis 3
10 TTN 3
Total 258
Sumber: Data Sekunder Daftar Pasien Ruang Perawatan Intensif

3) Analisa Data
Berdasarkan tabel 2.2 dipaparkan bahwa pasien yang ada selama bulan Januari
sampai Juli 2021 di Ruang Perawatan Intensif sebesar 258 orang. Berdasarkan
tabel 2.3 didapatkan 10 besar diagnosa penyakit di ruang Perawatan Intensif
PICU/NICUselama bulan Januari sampai Juli tahun 2021 adalah DSS, Neonatal
Pneumonia, BBLCA Asfiksia, BBLR, Asfiksia, Pneumonia, HMD, Distres
Respiratori, MAS, Asma Bronkial. Sedangkan di ruang Perawatan Intensif BBRT
yaitu Icteric Neunatorum, Post Asfiksia, EOS, Low Intake, Hipoglikemi, Neonatal
Pneumonia, Hipertermi, Gizi Kurang, Leokositosis, TTN.
b. Ketenagaan
1) Kuantitas Ketenagaan
a) Kajian Teori
Ketenagaan merupakan faktor penting dalam input instrumental.
Penetapan jumlah tenaga keperawatan adalah suatu proses membuat
perencanaan untuk menentukan alokasi SDM di ruangan agar pelayanan dan
proses managerial berjalan efektif dan efesien. Selain itu kebutuhan tenaga
keperawatan harus memperhatikan unit kerja yang ada di Rumah Sakit.
Beberapa ahli telah mengembangkan beberapa formula untuk menetapkan
jumlah tenaga tersebut. Berikut adalah contoh cara penghitungan jumlah
kebutuhan tenaga perawat: (Nursalam, 2015).
- Menurut Douglas
Douglas (1984) menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu
unit perawatan berdasarkan klasifikasi pasien, dimana masing-masing
kategori mempunyai standar per shif, sebagai berikut:

Tabel 2.5
Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi Pasien
Menurut Formula Douglas
Waktu Kebutuhan perawat

Klasifikasi Pagi Sore Malam

Minimal 0.17 0.14 0.07


Intermediate 0.27 0.15 0.10
Maksimal 0.36 0.30 0.20
Sumber : Data Primer

Douglas juga menyampaikan standar waktu pelayanan pasien rawat inap


sebagai berikut:
(a) Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/24jam
(b) Perawatan intermediet memerlikan waktu 3-4 jam/24jam
(c) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu 5-6 jam/24jam
Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut adalah
sebagai berikut:
(a) Kategori I perawatan mandiri yang meliputi: dapat melakukan
kebersihan diri sendiri, seperti mandi, ganti pakaian; makan, dan minum
dilakukan sendiri; pengawasan dalam ambulasi atau gerakan; observasi
tanda vital setiap shift; pengobatan minimal, status psikologi stabil;
persiapan prosedur pengobatan.
(b) Kategori II perawatan intermediate yang meliputi: dibantu dalam
kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi; obserbasi tanda vital tiap 4
jam; pengobatan lebih dari satu kali; pakai kateter foley; pasang infus
intake output dicatat; dan pengobatan perlu prosedur.
(c) Kategori III perawatan total yang meliputi: dibantu segala sesuatu,
posisi diatur; observasi tanda vital tiap 2 jam; pemakaian slang NGT;
terapi intravena; pemakaian suction; dan kondisi gelisah/ disorientasi/
tidak sadar.
- Menurut Gilles
Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat dirumuskan dengan
perhitungan sebagai berikut:
A x B xC F
= =H
(C − D) x E G

Keterangan:
A : rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B : rata-rata jumlah pasien/hari (BOR x jumlah tempat tidur)
C : jumlah hari/tahun
D : jumlah hari libur masing-masing perawat
E : jumlah jam kerja masing-masing perawat
F : jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
G : jumlah jam kerja efektif per tahun
H : jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tertentu
- Depkes (2011)
Kebutuhan tenaga menggunakan perhitungan perawat berdasarkan, sebagai
berikut:
(a) Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
(b) Jumlah perawatan yang diperlukan/hari/pasien
(c) Jam perawatan yang diperlukan/ ruang/ hati
(d) Jam kerja efektif tiap perawat 7 jam per hari
(e) Jumlah tenaga perawat yang diperlukan adalah
Jumlah jam perawatan
Jam kerja efektif per shif
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi)
dengan hari libur/ cuti/ hari besar (loss day), sebagai berikut:
Jml hari minggu 1 tahun+cuti+ hari besar
x Jml p rwt tersedi
Jumlah hari kerja efektif
Jumlah tenaga kesehatan yang mengerjakan tugas-tugas non keperawatan
(non nursing jobs), seperti membuat perincian pasien pulang, kebersihan
ruangan kebersihan alat-alat makan pasien dan lain-lain, diperkirakan 25%
dari jam pelayanan keperawatan, sebagai berikut:
(Jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%
Jadi jumlah tenaga kesehatan yang dibutuhkan, sebagai berikut:
Tenaga yang tersedia + Faktor koreksi
Depkes (2011 dalam Nursalam, 2015) memaparkan pasien diklasifikasikan
dalam beberapa kategori yang didasarkan pada kebutuhan terhadap asuhan
keperawatan, sebagai berikut:
(a) Asuhan keperawatan minimal dengan kriteria; kebersihan diri, mandi,
ganti pakaian dilakukan sendiri, makan dan minum dilakukan sendiri;
ambulasi dengan pengawasan; observasi tanda-tanda vital dilakukan
setiap shift; pengobatan minimal, status psikologis stabil.
(b) Asuhan keperawatan sedang dengan kriteria hasil; kebersihan diri
dibantu makan minum dibantu; obserbasi tanda-tanda vital setiap
empat jam; ambulasi dibantu, pengobatan lebih sekali.
(c) Asuhan keperawaatan agak berat dengan kriteria hasil; sebagian besar
aktivitas dibantu; obserbasi tanda-tanda vital setiap 2-4 jam sekali;
terpasang kateter Foley, intake dan output dicatat, terpasang infus,
pengobatan lebih dari sekali; persiapan pengobatan memerlukan
prosedur.
(d) Asuhan keperawatan maksimal dengan kriteria hasil; segala aktivitas
dibantu oleh perawat, posisi pasien diatur dan observasi tanda-tanda
vital setiap dua jam; makan memerlukan NGT dan menggunakan
suction dan gelisah/ diorientasi.
b) Kajian Data
(1) Kebutuhan tenaga keperawatan menurut Douglass
Tabel 2.6
Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi Pasien
menurut Formula Douglas Ruang Intensif
Waktu Kebutuhan perawat
P agi Sore Malam
Klasifikasi
Maksimal 0,36x7=2,52 0.30x7=2,1 0.20x7=1,4
Jumlah 2,52 (3) 2 1

Waktu Kebutuhan perawat


P agi Sore Malam
Klasifikasi
Maksimal 0,36x9=3,24 0.30x9=2,7 0.20x9=1,8
Jumlah 3,24 (3) 2,7 (3) 1,8(2)

Waktu Kebutuhan perawat


P agi Sore Malam
Klasifikasi
Maksimal 0,36x6=2,16 0.30x6=1,8 0.20x6=1,2
Jumlah 2,16 (2) 1,8 (2) 1,2(1)
Sumber : Data sekunder perawat ruangan intensif
Perhitungan jumlah tenaga ruang Intensif menurut Douglas pada hari:
(a) Senin yaitu 3 orang jaga pagi, 2 orang jaga sore dan 1 orang jaga
malam. Jadi jumlah kebutuhan tenaga menurut Douglas Ruang
Intensif untuk bertugas perhari yaitu 6 orang ditambah dengan 1
kepala ruang menjadi 7 orang.
(b) Selasa yaitu 3 orang jaga pagi, 3 orang jaga sore dan 2 orang jaga
malam. Jadi jumlah kebutuhan tenaga menurut Douglas Ruang
Intensif untuk bertugas perhari yaitu 8 orang ditambah dengan 1
kepala ruang menjadi 9 orang.
(c) Rabu yaitu 2 orang jaga pagi, 2 orang jaga sore dan 1 orang jaga
malam. Jadi jumlah kebutuhan tenaga menurut Douglas Ruang
Intensif untuk bertugas perhari yaitu 5 orang ditambah dengan 1
kepala ruang menjadi 6 orang.
(2) Kebutuhan tenaga keperawatan menurut Gillies
Perhitungan kebutuhan tenaga perawat menurut Gilies untuk Ruang
intensif (BBRT) dengan rata-rata BOR 33,5% dari bulan Juli 2021 dan
jumlah tempat tidur sebanyak 10 buah ditambah dengan Perawatan
PICU/NICU dengan rata-rata BOR 25,8% di bulan juli 2021 dan jumlah
tempat tidur sebanyak 5 tempat tidur dengan ketentuan:
(a) Jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan pasien per hari sebagai
(keperawatan total 38x6 jam= 348 jam) Keperawatan tidak
langsung yaitu 38 pasien x 1 jam yaitu 38 jam; Penyuluhan
kesehatan 38 pasien x 0,25 jam. Sehingga total jam adalah 9,5 jam.
Total jam secara keseluruhan adalah 395,5 jam.
(b) Jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien per hari
adalah 395,5 jam : 38 pasien yaitu 10,4 jam.
(c) Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan di Ruang Intensif

10,4 × ( 3,35+1,29 ) ×365 17613


= =8,95 ( 9 ) orang
(365 −84) ×7 1967

Jumlah kebutuhan tenaga menurut Gillies untuk ruang Intensif adalah 9


orang ditambah dengan 1 kepala ruang. Jadi kebutuhan tenaga menurut
Gillies untuk ruang Intensif adalah 10 orang.
2) Kualitas Ketenagakerjaan
a) Kajian Teori
Mutu pelayanan keperawatan sebagai indicator kualitas pelayanan
kesehatan menjadi salah satu factor penentu citra institusi pelayanan kesehatan
di mata masyarakat. Keperawatan merupakan kelompok profesi dengan jumlah
terbanyak, paling depan dan terdekat dengan penderita, kesakitan serta
kesensaraan yang dialami pasien dan keluarganya (Nursalam, 2015).
Pelayanan keperawatan mempunyai posisi yang sangat strategis dalam
menentukan mutu karena jumlah perawat terbanyak dari profesi lain dan
paling lama kontak dengan klien, sehingga keperawatan adalah ujung tombak
pelayanan kesehatan dan sering digunakan sebagai indikator pelayanan
kesehatan yang bermutu, serta berperan dalam menentukan tingkat kepuasan
klien (Priyanto, 2013).
Kualitas rumah sakit sebagai institusi yang menghasilkan produk
teknologi jasa kesehatan sudah tentu tergantung juga pada kualitas pelayanan
medis dan pelayanan keperawatan kepada pasien. Salah satu penentu
keberhasilan dalam memberikan pelayanan kesehatan ditentukan oleh
pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas. Asuhan keperawatan yang
berkualitas memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang sesuai dengan
kualitas yang tinggi dan profesional sesuai dengan tugas dan fungsinya
(Nursalam, 2015).
Dalam undang-undang nomor 38 tahun 2014 sebagai profesi yang
melaksanakan asuhan keperawatan, seorang perawat dengan kualifikasinya
diwajibkan memiliki Standar Tanda Registrasi (STR) sebagai bukti tertulis dan
pencatatan resmi yang dikeluarkan majelis tenaga kesehatan Indonesia
(MTKI). Jenis perawat berdasarkan undang-undang nomor 38 tahun 2014
tentang keperawatan terdiri dari perawat vokasi (lulusan minimal D3
Keperawatan) dan perawat profesi (lulusan S1 keperawatan profesi Ners dan
Ners spesialis) (Kemenkes, 2017).
Ruang Perawatan Intensif melayani pasien BPJS, Umum dan
Jamkesmas dengan berbagai diagnosa pada ibu, anak dan bayi. Agar dapat
memberikan pelayanan keperawatan secara profesional, perawat Ruang
Perawatan Intensif harus menguasai kompetensi proses keperawatan dari
pengkajian keperawatan sampai evaluasi keperawatan, tindakan keperawatan
dan medis yang dilimpahkan serta menguasai ketrampilan Basic Life Support
dengan jenjang pendidikan minimal D3 Keperawatan.
b) Kajian Data dan Analisa Data
Tabel 2.7
Kualifikasi Pendidikan Formal Ketenagaan
di Ruang Intensif RSIA Aisyiyah Klaten Bulan Juli 2021
No Jenis pendidikan Jumlah %
1. D3 Keperawatan 14 100
Jumlah 14 100
Sumber: Data Sekunder Ketenagaan RSIA Aisyiyah Klaten

Berdasarkan tabel diatas tingkat pendidikan ketenagaan di Ruang


Intensif yaitu lulusan D3 Keperawatan sebanyak 14 orang(100%). Kementrian
RI (2014) memaparkan komposisi perawat profesional di suatu ruangan adalah
sebesar 100%, sedangkan yang disebut perawat profesional menurut UU.
Nomor 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan, yang mana tenaga kesehatan
harus menempuh pendidikan minimal diploma III (D3). Sehingga dapat
disimpulkan jumlah perawat di Ruang Intensif sudah memenuhi standar dari
Kementrian Kesehatan tahun 2014. Namun, tidak menutup kemungkinan
dalam rangka pengembangan kompetensi tenaga keperawatan ruang Intensif
seharusnya membuka kesempatan tugas belajar kepada seitap tenaga
kesehatan.
Tabel 2.8
Distribusi Tenaga Kesehatan Berdasarkan Pendidikan dan Jenis Pelatihan
di Ruang Intensif di RSIA Aisyiyah Klaten tahun 2020
No. Nama Status Pendidikan Pelatihan Keterangan
1 Dwi Endrawati Tetap D3 PICU/NICU, PPGD, BHD, APAR, Karu intensif
PPI, PASIEN SAFETY, Komunikasi
efektif, Menejemen Ruang , Aseptic
dispending
2 Dwi Setyani Tetap D3 PICU/NICU, PPGD, BHD, APAR, Perawat pelaksana
PPI, Pasien safety, Komunikasi
efektif, Aseptic dispending
3 Siswi Lestari Tetap D3 PICU/NICU, PPGD, BHD, APAR, Perawat pelaksana
PPI, Pasien safety, Komunikasi
efektif, Menejemen Ruang, Aseptic
dispending
4 Sri Palupi H Tetap D3 PICU/NICU, PPGD, BHD, APAR, Perawat penanggung
PPI, Pasien safety, Komunikasi jawab asuhan ( PPJA)
efektif, Manajemen ruang , Aseptic
dispending
5 Rina Anggorowati Tetap D3 PICU/NICU, PPGD, BHD, APAR, Perawat pelaksana
PPI, Pasien safety, Komunikasi
efektif, Manajemen Ruang , Aseptic
dispending
6 Sholikatun Umi K Tetap D3 PPGD, BHD, APAR, PPI, Pasien Perawat pelaksana
safety, Komunikasi efektif, Aseptic
dispending
7 Sudarma S Tetap D3 PPGD, BHD, APAR, PPI, Pasien Perawat pelaksana
safety, Komunikasiefektif, Aseptic
dispending
8 Sri Witanti Tetap D3 PPGD, BHD, APAR, PPI, Pasien Perawat pelaksana
safety, Komunikasi efektif, Aseptic
dispending
9 Nita Sri W Tetap D3 PPGD, BHD, APAR, PPI, Pasien Perawat pelaksana
safety, Komunikasi efektif, Aseptic
dispending
10 Ria Budi U Tetap D3 PPGD, BHD, APAR, PPI, Pasien Perawat pelaksana
safety, Komunikasi efektif, Aseptic
dispending
11 Kurnia Yuli Tetap D3 PPGD, BHD, APAR, PPI, Pasien Perawat pelaksana
safety, Komunikasi efektif, Aseptic
dispending
12 Wistri Handayani Tetap D3 PPGD, BHD, APAR, PPI, Pasien Perawat pelaksana
safety, Komunikasi efektif, Aseptic
dispending
13 Otimah Siti Lestari Tetap D3 PPGD, BHD, APAR, PPI, Pasien Perawat pelaksana
safety, Komunikasi efektif, Aseptic
dispending
14 Ratih Kus A Kontrak ke 4 D3 PPGD. BHD, APAR, PPI, Pasien Perawat pelaksana
safety, Komunikasi efektif, Aseptic
dispending
Berdasarkan tabel diatas, menurut wawancara dengan Kepala Bagian
Keperawatan diketahui bahwa pengembangan SDM di ruang Intensif
dilakukan melalui jalur formal (pendidikan) dan informal (pelatihan/seminar).
Pengembangan pengembangan jalur informal, perawat ruang Perawatan
Intensif harus mengikuti lima pelatihan yang diwajibkan seperti PPGD,
APAR, BHD, Patient Safety, Komunikasi Efektif. Sedangkan. Hal ini sudah
sesuai dengan Kementrian Kesehatan (2017) yang memaparkan untuk
meningkatkan dan mempertahankan kompetensinya perawat perlu mengikuti
berbagai pelatihan, seminar, dan workshop keperawatan.
c. Bimbingan Mahasiswa Praktek
1) Kajian Teori
Peserta didik merupakan input dalam organisasi institusi dan bahan mentah
yang harus diolah oleh institusi untuk menjadi input yang berkualitas pada
jenjang pendidikan berikutnya. Pengertian peserta didik menurut UU Sisdiknas
No. 20 tahun 2013 adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan
pendidikan tertentu. Potensi peserta didik diolah melalui proses pembelajaran
(kegiatan belajar mengajar), dimana melalui kegiatan belajar itu peserta didik
tidak hanya memperoleh pengetahuan saja melainkan mampu menemukan
pengetahuan, mampu bekerja sama, berkomunikasi, memiliki jiwa toleransi dan
saling pengertian, serta memiliki kemampuan untuk berkompetisi. Untuk
menghasilkan lulusan peserta didik yang berkualitas terutama pendidikan
keperawatan perlu adanya pengelolaan bimbingan PKK (Praktik Klinik
keperawatan) yang baik, bermutu tinggi, serasi dan selaras dengan perkembangan
IPTEK.
2) Kajian Data
Dari hasil wawancara dengan kepala bidang keperawatan tidak ada mahasiswa
yang praktik di bulan Januari-Juli di Ruang Intensif, dikarenakan adanya pandemi
Covid 19 yang mengaruskan mahasiswa melakukan perkuliahan dan praktik
keperawatan melalui daring.
2. Sumber Dana (Money)
a. Kajian Teori
Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk
mewujudkan derajat kesehatan optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan
sebagaimana diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945. Hal ini sejalan dengan
amanat Pasal 28 H ayat (1) Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang menegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh
pelayanan kesehatan, dan selanjutnya Pasal 34 ayat (3) juga menyatakan bahwa
negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.
Fasilitas kesehatan (rumah sakit) yang layak harus didukung dengan adanya
sumber daya manusia dan sumber dana. Salah satu kunci yang sangat penting adalah
posisi “laba” atau profit dalam tujuan rumah sakit. Para ekonom secara umum
mendefinisikan laba sebagai kelebihan penerimaan atas biaya-biaya yang digunakan
dalam usaha. Dalam konteks manajemen rumah sakit kelebihan pengembangan
rumah sakit, peningkatan insentif untuk bekerja, dan usaha subsidi silang. Sebagai
contohnya dana yang didapatkan dari para penyandang pelayanan kesehatan
dipergunakan oleh system manajemen rumah sakit dengan cara memperbaiki mutu
pelaynana, memperluas bangsal VIP hingga VVIP, dan mengeluarkan berbagai
produk pelayanan baru (Laksono, 2015).
b. Kajian Data dan Analisa Data
Sumber dana dan pengaturan keuangan telah sesuai dengan prosedur yang
berlaku. Berdasarkan wawancara Kepala Bidang Keperawatan memaparkan bahwa
sumber dana pembiayaan rumah sakit berasal dari pendapatan rumah sakit dan di
kelola sendiri oleh RSIA Aisyiyah Klaten. RAPP dibentuk untuk perincian sumber
dana rumah sakit. Pengelolaan keuangan RSIA Aisyiyah Klaten (ruang Perawatan
Intensif) sepenuhnya diatur secara sentral oleh bidang keuangan RSIA Aisyiyah
Klaten. Prosedur pengusulan dana atau pengadaan barang oleh Kepala Ruang yang
terlah disetujui Kepala Bidang Keperawatan kemudian diajukan oleh pimpinan RS
melalui bidang keperawatan.
3. Fasilitas /alat (Material) dan Mesin (Machine)
a. Kajian Teori
Peralatan kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin, perkakas, dan/atau
implant, reagen in vitro, dan kalibrator, perangkat lunak, bahan atau material yang
digunakan tunggal atau kombinasi, untuk manusia dengan satu atau beberapa yang
bertujuan sebagai berikut diagnosis, pencegahan, pemantauan, perawatan, atau
meringankan penyakit; diagnosis, pemantauan, perawatan, meringankan, atau
memulihkan cedera; pemeriksaan, penggantian, pemodifikasian, atau penunjang
anatomi atau proses fisiologis; menyangga atau mempertahankan hidup; mengontrol
pembuahan; desinfeksi alat kesehatan; menyediakan informasi untuk tujuan medis
atau diagnosis melalui pengujian in vitro terhadap specimen dari tubuh manusia
yang aksi utamanya di dalam atau pada tubuh manusia tidak mencapai proses
farmakologi, imunologi dan metabolism, tetapi dalam mencapai fungsinya dapat
dibantu oleh proses tersebut (Kementrian RI, 2016).
Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit maupun difasilitas
pelayanan kesehatan lain nya. Guna mencapai kondisi maupun fungsi peralatan
kesehatan yang baik serta dapat mendukung pelayanan kesehatan maka perlu adanya
pengelolaan peralatan kesehatan yang terpadu. Pengelolaan peralatan merupakan
faktor pendukung dan penunjang terlaksananya pelayanan keperawatan. Fasilitas
dan peralatan kesehatan untuk pelayanan keperawatan merupakan semua bentuk alat
kesehatan yang dipergunakan untuk melaksanakan asuhan keperawatan dalam
rangka menunjang kelancaran pelaksanaaan sehinga diperoleh tujuan keperawatan
yang efektif dan efisien (Kundjoro, 2015).
Rumah sakit memiliki kondisi yang berbeda dan kompleks, keadaan ini
mempengaruhi manajemen pelayanan keperawatan, termasuk pengelolaan fasilitas.
Jumlah fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun keperawatan dapat dipenuhi
dengan standar yang telah ditetapkan oleh masing-masing institusi dengan
memperhatikan jenis alat, kualifikasi, rasio dan jumlah yang dibutuhkan.
b. Kajian Data
Berdasarkan hasil wawancara, hasil observasi langsung dan daftar inventaris Ruang
Perawatan Intensif didapatkan data penyediaan dan pengelolaan alat medis dan
medis sebagai berikut:

Tabel 2.9
Daftar Alat Medis Nifas di Ruang Perawatan Intensif
RSIA Aisyiyah Klaten Tahun 2021
No Nama Alat Jml Merk No Seri Kondisi Kalibrasi Tahun
terakhir pengadaan
1 Inkubator 1 Yon don Yo.f 285 Baik 17-11-2020
SBC
2 Inkubator 2.1 Choong I 93-020018 Cukup 17-11-2020
wae baik
2.2 Choong I 93 – Cukup 17-11-2020
wae 020004 baik
3 Suction 2.1 Thomas 1016000139 Baik 17-11-2020
36
2.2 Thomas 0413000115 17-11-2020
78
4 Ventilator 1 Bear cub 11447 Baik 18-11-2020
5 Ventilator 1 Intermed IPS.2008- CB 18-11-2020
10-03501
6 Infus pump 8.1 Terumo O31 102 02 Baik 17-11-2020
8.2 Terumo 070 200 77 Cukup bai 25-7-2020 Sensornya rus
k ak, infuse pum
p bias di pakai
tanpa menggu
nakan sensor
8.3 Terumo 040 902 23 Cukup bai 25-7-2020 Klem tiang rus
k ak
8.4 Terumo 081 202 52 Cukup 26-9-2020 Baterai rusak t
Baik api alat bias di
pakai langsun
g cash listrik
8.5 Terumo 001 200 26 Baik 25-7-2020
8.6 Terumo 140 4000 Baik 25-7-2020
292
8.7 Terumo 070 201 98 Baik 25-7-2020 14-09-2019
8.8 Terumo 070 201 90 Baik 25-7-2020 14-09-2019

7 Syiring 13.1 Terumo 051 904 77 Cukup 25-7-2020


pump baik
13.2 Terumo 131 000 01 Baik 25-7-2020
97
13.3 Terumo 101 100 00 Baik 25-7-2020
67
13.4 Terumo 090 401 95 Baik 25-7-2020
13.5 Terumo 131 000 01 Baik 25-7-2020
88
13.6 Terumo 100 800 05 Baik 25-7-2020
09
13.7 Terumo 080 401 86 Baik 25-7-2020
13.8 Terumo 301 000 01 Baik 25-7-2020
85
13.9 Terumo 130 800 04 Baik 25-7-2020
70
13.1 Terumo 08110 441 Baik 25-7-2020
0
13.1 Terumo 130 800 Baik 25-7-2020
1 0473
13.1 Terumo 06010387 Baik 25-7-2020 26-09-2019
2
13.1 Terumo 08110082 Baik 25-7-2020 16-09-2019
3
8 Monitor 1 Erga EG M8B Baik 17-11-2020
1 Mindray NEC 1000 Baik 17-11-2020
1 Bionet BM 3DIM Baik 17-11-2020
0400151
9 Lampu 7.1 Kalimas FT 1 ( G ) Cukup 17-11-2020
fototerapi Baik
7.2 Kalimas FT 2 ( G ) Cukup 17-11-2020
Baik
7.3 Kalimas FT 3 ( T ) Cukup 17-11-2020
Baik
7.4 Kalimas FT 4 ( T ) Cukup 17-11-2020
Baik
7.5 Kalimas FT 5 ( T ) Baik 17-11-2020 10-07-2020
7.6 Kalimas FT 6 ( T ) Baik 17-11-2020 10-07-2020
7.7 Kalimas FT 7 ( T ) Baik 17-11-2020 20-09-2020
10 Head box 1 Cukup
kecil Baik

11 Head box 4 Cukup


tanggung Baik
12 Stetoskop 3 Reister Cukup
Baik
13 Stetoskop 1 Baby Cukup
bayi duplex baik
14 Timbangan 1 Tanita Cukup 17-11-2020
jarum baik
15 Timbangan 2 Seca Cukup 21-9-2020
digital baik
16 Spygnoma 1 Reister Baik 17-11-2020 10-09-2020
nometer
Manset 1 Reister Baik 10-09-2020
Anak
Manset 1 Reister Baik 10-09-2020
Dewasa
17 Wwz 3 Baik
18 Regulator 6 Gentec Baik
19 Sungkup 3 Cukup
baik
20 Animex 1 Cukup 17-11-2020
baik
21 Pispot 1 Baik
23 Saturasi 2 Elitech DQ Cukup 17-11-2020
manual 1507A00696 baik
24 Bengkok 2 Baik
25 Korentang 1 Baik
26 Gunting 3 Baik
jaringan
27 Klem 3 Baik
28 Pinset 3 Baik
anatomis
29 Nalfoder 3 Baik
30 Tromol 1 Baik
31 Tong spatel 2 Baik
32 Laringosko 1 Riester Cukup
p anak set baik
lurus
33 Laringosko 1 Riester Baik
p anak set
bengkok
34 Hammer 1 Reister Baik
35 Valve 1 Beenet Baik
mask
36 Timbangan 1 Tanita Cukup
manual baik
37 Film 1 Baik 16-12-2019
viuwer
38 Laringosko 1 ENOC Baik 03-04-2020
p
Blade lurus 1 ENOC Baik
ukuran : 0
Blade 1 ENOC Baik
lurus
Ukuran:
00
Blade 1 ENOC Baik 03-04-2020
bengkok
Ukuran : 0
Sumber : Buku Inventaris Keperawatan ntensif RSIA Aisyiyah Klaten

Tabel 2.10
Daftar Alatan Medis Non Nifas RSIA Aisyiyah Klaten Tahun 2018
No Nama Alat Jml Kondisi
1 AC (4 sharp ,1 panasonic) 5 Cukup Baik
2 Jam dinding 3 Baik
3 Meja counter 1 Baik
4 Kursi lipat 12 Baik
5 Kursi plastik 4 Baik
6 Meja kayu 1 Baik
7 Ku1kas 1 Baik
8 Tempat sampah tanggung 3 Baik
9 Tempat sampah besar 2 Baik
10 Kaca cermin 2 Baik
11 Kursi putar 2 Baik
12 Almari linen 1 Baik
13 Almari loker besar 1 Baik
14 Almari status 2 Baik
15 Tempat kulkas 1 Baik
16 Tempat sepatu 1 Baik
17 Almari buku 1 Baik
18 Tempat tisu 1 Baik
19 Sterilan botol 2 Baik
20 Dispenser 1 Baik
21 Ember besar untuk linen kotor 2 Baik
22 Ember kecil 1 Baik
23 Gayung 1 Baik
24 Kapstok 1 Baik
25 Keset 1 Baik
26 Almari loker kecil 1 Baik
27 Almari logistik 1 Baik
28 Meja kecil 1 Baik
29 Baskom 2 Baik
30 Rol kabel 1 Baik
31 Bed anak 2 Baik
32 Troly stainles 5 Baik
33 Tiang infus 6 Baik
34 Lampu sorot 3 Baik
35 Timbangan jarum 1 Kurang baik
36 Timbangan digital 1 Kurang baik
37 Kompresor manual 1 Kurang baik
38 Timbangan elektrik merk camry 1 Baik
39 Timbangan elektrik merk seca 1 Cukup baik
40 Troly emergency 1 Baik
41 UPS 1 Baik
42 Gurden panjang 6 ljr Baik
43 Gurden pendek 3 ljr Baik
44 Kain penutup jendela inkubator 11 Baik
45 Kranjang jinjing 12 Baik
46 Covis 6 Cukup baik
47 Bed foto therapy 7 Cukup baik
48 Bed / meja tindakan kayu 1 Cukup baik
49 Kipas angin dinding 1 Baik
50 Blower ruang isolasi 1 Baik
51 Tempat APD 2 Baik
52 Batal bayi 15 Baik
53 Sarung bantal bayi polos 15 Baik
54 Sarung bantal motif 11 Baik
55 Komputer 1 Baik

c. Analisa Data
Ruang Perawatan Intensif sudah mempunyai buku inventarisasi yang berisi
daftar inventarisasi peralatan medis dan non medis. Ruang Intensif mempunyai
daftar inventarisasi peralatan medis dan non medis setiap bulan. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Kepala Ruang Perawatan Intensif diketahui bahwa di ruangan
sudah ada pedoman standar fasilitas dan alat-alat kesehatan serta semua alat-alat
kesehatan telah dilakukan kalibrasi. Kalibrasi alat terakhir dilakukan pada bulan Juli
2021. Namun belum ada tulisan Nurse Station dan papan nama pasien.
4. Metode
a. Kajian Teori
Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan profesional merupakan
bagian integral yang tidak dapat dipishkan dari upaya pelayanan kesehatan secara
keseluruhan. Selain itu pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor penentu
baik buruknya mutu dan citra rumah sakit, oleh karenanya kualitas pelayanan
keperawatan perlu diperhatikan dan ditingkatkan seoptimal mungkin. Ciri-ciri mutu
keperawatan yang baik salah satunya adalah memenuhi standar profesi yang
ditetapkan (Kemenkes RI, 2017).
UU RI No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan dalam penjelasan tentang Pasal
53 ayat 2 mendefinisikan standar profesi sebagai ”pedoman yang harus
dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik”. Atau secara
singkat dapat dikatakan standar adalah pedoman kerja agar pekerjaan berhasil dan
bermutu. Standar adalah suatu tingkat kinerja yang secara umum dikenal sebagai
suatu yang dapat diterima, adekuat, memuaskan dan digunakan sebagai tolak ukur
atau indikator yang dapat digunakan sebagai pembanding (Nursalam, 2015). Standar
profesi keperawatan yaitu standar asuhan keperawatan, standar asuhan keperawatan
merupakan pedoman yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dan mutu
asuhan keperawatan (Kemenkes RI, 2017).
Tujuan keperawatan dalam standar asuhan keperawatan disini, adalah sebagai
berikut: (Kemenkes RI, 2017)
1) Memberi bantuan yang paripurna dan efektif kepada semua orang yang
memerlukan pelayanan kesehatan sesuai dengan sistem keamanan nasional.
2) Menjamin bahwa semua bantuan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasien
dan mengurangi atau menghilangkan kesenjangan.
3) Mengembangkan standar asuhan keperawatan yang ada
4) Memberikan kesempatan kepada semua tenaga keperawatan unutk
mengembangkan tingkat kemampuan profesionalnya.
5) Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua anggota tim kesehatan.
6) Melibatkan pasien dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan kegiatan
pendidikan bagi perkembangan tenaga keperawatan.
7) Menciptakan iklim yang menunjang proses belajar mengajar dalam kegiatan
pendidikan bagi perkembangan tenaga keperawatan.
8) Menunjang program pendidikan berkelanjutan bagi pertumbuhan dan
perkembangan pribadi tenaga kesehatan.
Di Indonesia standar keperawatan dipakai sebagai dasar pedoman dan
instrumentasi penerapan standar asuhan keperawatan yang disusun oleh Depkes
tahun 2017 sebagai berikut: (Kemenkes RI, 2017)
1) Standar I: Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan kegiatan pengumpulan data tentang status kesehatan.
2) Standar II: Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis perawat tentang respon pasien
dan keluarga meliputi respon bio-psiko-sosial spiritual pada setiap kondisi
masalah kesehatan yang aktual, risiko dan sejahtera/wellness. Diagnosa
keperawatan yang ditegakkan merupakan dasar penyusunan rencana keperawatan.
3) Standar III: Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan langkah lanjutan dari diagnosa keperawatan
yang disusun berdasarkan masalah yang muncul. Aktivitas dalam rencanan
keperawatan meliputi penetapan tujuan dan intervensi keperawatan.
4) Standar IV: Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan perencanaan yang telah disusun
sesuai dengan lingkup kewenagan dan kompetensi yang ditandai dengan adanya
sertifikasi yang dipersyaratkan. Tindakan keperawatan dilakukan secara mandiri,
kolaborasi, edukasi dan terapi kerperawatan yang bertujuan untuk meningktkan
kesehatan. Pencegahan komplikasi, dan penatalaksanaan masalah kesehtan
maternal neonatal.
5) Standar V: Evaluasi Keperawatan
Perawat melakukan evaluasi secara komprehensif, sistematik dan
berkesinambungan sesuai dengan respon pasien dan keluarga. Evaluasi
merupakan kegiatan menilai tingakat keberhasilan dalam mencapai tujuan
berdasarkan respon pasien.
6) Standar VI: Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh perawat selama pasien
dirawat inap maupun rawat jalan. Digunakan sebagai informasi, komunikasi dan
laporan, dilakukan setelah tindakan dilakukan sesuai dengan pelaksanaan proses
keperawatan. Setiap mencatat harus mencantumkan inisial atau paraf/nama
perawat, menggunakan standar yang baku dan disimpan sesuai peraturan yang
berlaku. Dasar hukum standar profesi keperawatan adalah UU Kesehatan RI
No.23 tahun 1992 pasal 53.
Ayat 1: “Tenaga kesehatan memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas
sesuai profesi”.
Ayat 2: “Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya wajib sesuai standar
profesi”.
b. Kajian Data
Ruang Perawatan Intensif sudah mempunyai standar asuhan keperawatan terkait 11
kasus terbesar yang terjadi di Ruang Perawatan Intensif RSIA Aisyiyah Klaten.
Standar asuhan keperawatan yang dibuat di Ruang Perawatan Intensif dilakukan
pengesahan oleh direktur RSIA Aisyiyah Klaten pada Desember 2016.

Tabel 2.11
Standar Asuhan Keperawatan di Ruang Perawatan Intensif
RSIA Aisyiyah Klaten
No Standar Asuhan Keperawatan Tahun
1 Askep Asfiksia Neonatorum 2016
2 Askep BBLR 2016
3 Askep Pneumonia 2016
4 Askep Hiperbilirubin 2016
5 Askep Infeksi Neonatorum 2016
6 Askep Diare 2016
7 Askep Aspirasi Pneumonia 2016
8 Askep Asma Bronkhial 2016
9 Askep DBD/DHF 2016
10 Askep Kejang Demam 2016
11 Askep Ventilasi Mekanik 2016

Sumber : Standar Asuhan Keperawatan Ruang Perawatan Intensif

c. Analisa Data
Berdasarkan kajian didapatkan data bahwa di Ruang Perawatan Intensif sudah
memiliki SAK diagnosa penyakit. SAK merupakan salah satu kriteria asuahan
professional, tolak ukur mutu asuhan keperawatan dan salah satu dasar hukum
asuhan professional. SAK yang ada di Ruang Perawatan Intensif belum sesuai
dengan 10 terbesar diagnosa penyakit di PICU/NICU selama bulan Januari – Juli
tahun 2020 adalah DSS, Asfiksia, Pneumonia, BBLR, Kejang, ME, DF, BBLSR,
Distress Respirasi, Asfiksia Berat. Sedangkan di ruang Perawatan Intensif BBRT
yaitu Icteric Neunatorum, Leukositosis, EOS, BBLR, Pneumonia, Asfiksi Sedang,
Dehidrasi Low Intake, Asfiksia, Hipoglikemi, BrPn. Selain itu SAK yang ada di
Ruang Perawatan Intensif belum menggunakan referensi 10 tahun terakhir.
Tabel 2.12
Standar/Protap Kebijakan/Instruksi Kerja di Ruang Perawatan Intensif
No. Dokumen SOP Tahun
01/SPO/KPR/XII Menghitung Denyut Nadi 2016
02 /SPO/KPR/XII Menghitung Pernafasan 2016
03 /SPO/KPR/XII Mengukur Tekanan darah 2016
04 /SPO/KPR/XII Perekaman EKG 2016
05 /SPO/KPR/XII Mengukur Suhu Ketiak 2016
06 /SPO/KPR/XII Pemberian Injeksi Intra Kutan 2016
07 /SPO/KPR/XII Pemberian Injeksi Sub Kutan 2016
08 /SPO/KPR/XII Pemberian Obat Supositoria 2016
09 /SPO/KPR/XII Pemberian Obat Intra Muskuler 2016
10 /SPO/KPR/XII Pemberian Obat Intra Vena 2016
11 /SPO/KPR/XII Pemberian Obat Secara Oral 2016
12 /SPO/KPR/XII Pemasangan Kateter pada Wanita 2016
13/SPO/KPR/XII Pemasangan kateter pada Pria 2016
14/SPO/KPR/XII Perawatan Kateter pada pasien yang terpasang kateter 2016
15/SPO/KPR/XII Pelepasan kateter 2016
16/SPO/KPR/XII Rujukan pasien bedah rawat inap 2016
17/SPO/KPR/XII Pemeriksaan laboratorium serologi bersalin 2016
18/SPO/KPR/XII Terapi Oksigen 2016
19/SPO/KPR/XII Pemasangan infus ,Pemberian cairan Intra Vena 2016
20/SPO/KPR/XII Inhalasi/Nebulizer 2016
21/SPO/KPR/XII Menimbang BB pasien dengan timbangan Injak 2016
22/SPO/KPR/XII Pemberian cairan cairan melalui NGT/ OGT 2016
23/SPO/KPR/XII Memasang Nasogastrik Tube/ Orogastrik Tube 2016
24/SPO/KPR/XII Penerimaan pasien baru dibangsal keperawatan 2016
25/SPO/KPR/XII Pemulangan pasien 2016
26/SPO/KPR/XII Pemberian eduksi perawatan bayi 2016
27/SPO/KPR/XII Penerimaan BBL SC 2016
28/SPO/KPR/XII Penerimaan BBLVE/EF 2016
30/SPO/KPR/XII Prosedur pengambilan barang steril dari CSSD 2016
31/SPO/KPR/XII Prosedur pengambilan barang dari CSSD 2016
32/SPO/KPR/XII Serah terima pasien pre operasi dan post operasi antara bangsal 2016
perawat atau poli/UGD dengan bagian ok
33/SPO/KPR/XII Persiapan pasien Pre Operasi ODC 2016
34/SPO/KPR/XII Persiapan pasien pre operasi 2016
36/SPO/KPR/XII Batuk Efektif 2016
37/SPO/KPR/XII Perawatan luka kotor 2016
38/SPO/KPR/XII Perawatan luka lecet 2016
39/SPO/KPR/XII Membimbing relaksasi distraksi 2016
40/SPO/KPR/XII Pemeriksaan fisik abdomen 2016
41/SPO/KPR/XII Pemeriksaan fisik dada 2016
42/SPO/KPR/XII Pemeriksaan glascow coma scale (GCS) 2016
43/SPO/KPR/XII Pemeriksaan fisik kepala 2016
44/SPO/KPR/XII Pengangkatan jahitan luka 2016
45/SPO/KPR/XII Penghisapan lender 2016
46/SPO/KPR/XII Penilaian balance cairan 2016
48/SPO/KPR/XII Penatalaksanaan dehidrasi pada anak penderita penderita diare 2016
cair akut atau karena sebab lain
51/SPO/KPR/XII Bronchial washing 2016
52/SPO/KPR/XII Drip dopamin dobutamin 2016
53/SPO/KPR/XII Pengoperasian infus pump 2016
54/SPO/KPR/XII Intubasi endotracheal 2016
56/SPO/KPR/XII Menyiapkan incubator 2016
57/SPO/KPR/XII Pemasangan bed side monitor 2016
58/SPO/KPR/XII Pemindahan neonatus dari BBRT ke nicu 2016
59/SPO/KPR/XII Pemakaian syring pump 2016
60/SPO/KPR/XII Dukungan transportasi pada kegiatan pelayanan terhadap pasien 2016
63/SPO/KPR/XII/2 Perawatan luka jahitan post operasi SC/Laparatomy 2016
016
64/SPO/KPR/XII/2 Perawatan luka perineum / vulva higiene 2016
016
65/SPO/KPR/XII/2 Pemeriksaan detak jantung janin dengan doppler 2016
016
66/SPO/KPR/XII/2 Memindahkan pasien ke ruang VK / OK / Bangsal perawatan 2016
016
67/SPO/KPR/XII/2 Pemesanan dan perubahan diet pasien 2016
016
68/SPO/KPR/XII/2 Edukasi perawatan payudara dan langkah keberhasilan 2016
016 menyusui
69/SPO/KPR/XII/2 Penatalaksaan ibu hamil dengan HIV positif (rapid test) pada 2016
016 proses persalinan
70/SPO/KPR/XII/2 Konseling KB 2016
016
71/SPO/KPR/XII/2 Pelayanan pemasangan AKDR (CuT-380A) 2016
016
75/SPO/KPR/XII/2 Menerima pasien rujukan 2016
016
76/SPO/KPR/XII/2 Merujuk pasien emergency ke rumah sakit lain 2016
016
77/SPO/KPR/XII/2 Penanganan kegawatdaruratan di bangsal perawatan 2016
016
79/SPO/KPR/XII/2 Memindahkan pasien dari tempat tidue ke brankard 2016
016
80/SPO/KPR/XII/2 Prosedur memindahkan pasien dari kusi roda ke tempat tidur 2016
016
81/SPO/KPR/XII/2 Memindahkan tempat tidur ke kursi 2016
016
82/SPO/KPR/XII/2 Permintaan labolatorium 2016
016
83/SPO/KPR/XII/2 Transfusi darah 2016
016
84/SPO/KPR/XII/2 Pengisian form lembar transfer pasien eksternal 2016
016
85/SPO/KPR/XII/2 Edukasi pasien pulang 2016
016
86/SPO/KPR/XII/2 Bagan alur pasien rawat inap 2016
016
88/SPO/KPR/XII/2 Mengantar pasien untuk pemeriksaan USG dan foto rongten 2016
016
89/SPO/KPR/XII/2 Menyiapkan tempat tidur pasien (verbedent) 2016
016
90/SPO/KPR/XII/2 Orientasi pasien baru di bangsal perawatan 2016
016
91/SPO/KPR/XII/2 Mengganti linen dengan pasien diatas tempat tidur 2016
016
92/SPO/KPR/XII/2 Perawatan mulut pasien 2016
016
93/SPO/KPR/XII/2 Pelayanan resiko tinggi pasien yang membutuhkan bantuan 2016
016 hidup dasar (BHD)
94/SPO/KPR/XII/2 Mengganti cairan infus 2016
016
95/SPO/KPR/XII/2 Pelayanan neonatus 2016
016
96/SPO/KPR/XII/2 Foto terapi (terapi sinar) 2016
016
98/SPO/KPR/XII/2 Membersihkan mulut pasien yang terpasang endotraceal tube 2016
016 (ETT)
100/SPO/KPR/XII/ Memandikan bayi 2016
2016
101/SPO/KPR/XII/ Merawat tali pusat 2016
2016
102/SPO/KPR/XII/ Pemeriksaan payudara pada pasien kebidanan 2016
2016
103/SPO/KPR/XII/ Perawatan puting lecet 2016
2016
104/SPO/KPR/XII/ Perawatan puting payudara datar dan terbenam 2016
2016
105/SPO/KPR/XII/ Pendidikan tekhnik menyusui yang benar 2016
2016
106/SPO/KPR/XII/ Vulva hygiene 2016
2016
107/SPO/KPR/XII/ Asistensi tindakan gynecology 2016
2016
109/SPO/KPR/XII/ Eksplorasi cavum uteri 2016
2016
110/SPO/KPR/XII/ Eksplorasi digital 2016
2016
111/SPO/KPR/XII/ Amniotomi 2016
2016
112/SPO/KPR/XII/ Tindakan vaginal toucher 2016
2016
113/SPO/KPR/XII/ Menilai apgar score 2016
2016
114/SPO/KPR/XII/ Pemberian obat melalui vagina 2016
2016
116/SPO/KPR/XII/ Pemakaian jegul/kasa 2016
2016
117/SPO/KPR/XII/ Pemeriksaan palpasi leopold 2016
2016
118/SPO/KPR/XII/ Penanganan bayi baru lahir dengan asfiksia 2016
2016
120/SPO/KPR/XII/ Gecting perineum 2016
2016
121/SPO/KPR/XII/ Perawatan luka jahitan post operasi SC / Laparotomy 2016
2016
123/SPO/KPR/XII/ Alih rawat pasien 2016
2016
124/SPO/KPR/XII/ Prosedur transit jenazah 2016
2016
125/SPO/KPR/XII/ Prosedur pelayanan bayi sehat 2016
2016
126/SPO/KPR/XII/ Disinfeksi ruangan / kamar dengan klorin 0,5 % 2016
2016
127/SPO/KPR/XII/ Perawatan BBLR 2016
2016
129/SPO/KPR/XII/ Pemasangan infus umbilikal 2016
2016
130/SPO/KPR/XII/ Pelayanan tahap terminal 2016
2016
131/SPO/KPR/XII/ Identifikasi nilai-nilai kepercayaan pasien dalam pelayanan 2016
2016
132/SPO/KPR/XII/ Perlindungan terhadap privasi pasien 2016
2016
133/SPO/KPR/XII/ Perlindungan terhadap kelompok beresiko 2016
2016
134/SPO/KPR/XII/ Pemberian informasi dan rencana pengobatan 2016
2016
135/SPO/KPR/XII/ Pemberian obat pervaginam 2016
2016
d. Analisa Data
Berdasarkan kajian didapatkan data bahwa di Ruang Perawatan Intensif sudah
terdapat 135 SOP/instruksi kerja yang telah disahkan oleh direktur RSIA Aisyiyah
Klaten bulan desember 2016. Namun dari hasil wawancara dengan kepala ruang ada
1 SPO yang belum ada di ruang Intensif yaitu SPO tentang penatalakasanaan pasien
dengan Suspect Covid-19.

C. Unsur Proses
1. Penerapan Proses Keperawatan
a. Kajian Teori
Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan terorganisasi
dalam pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada reaksi dan respons
unik individu pada suatu kelompok atau perorangan terhadap gangguan kesehatan
yang dialami, baik actual maupun potensial (Deswani, 2011). Keperawatan sebagai
salah satu bentuk pelayanan professional merupakan bagian integral yang dapat
dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Selain itu
pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor penentu baik buruknya mutu
dan citra rumah sakit, oleh karenanya kualitas pelayanan keperawatan perlu
dipertahankan dan ditingkatkan seoptimal mungkin.

UU RI No.38 tahun 2014 tentang kesehatan dalam penjelasan tentang pasal


30 ayat 2 mendefinisikan standar profesi sebagai “pedoman yang harus
dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjelaskan profesi secara baik”. Atau
secara singkat dapat dikatakan standar adalah pedoman kerja agar pekerjaan
berhasil dan bermutu. Berdasarkan ini maka kehadiran Standar Asuhan
Keperawatan yang identik dengan standar profesi keperawatan, berguna sebagai
kriteria untuk mengukur keberhasilan dan mutu asuhan keperawatan.
Standar Asuhan Keperawatan (SAK) terdiri sebagai berikut :
1) Standar Pengkajian Keperawatan
2) Standar Diagnosis Keperawatan
3) Standar Perencanaan Keperawatan
4) Standar Pelaksanaan Keperawatan
5) Standar Evaluasi
6) Standar Catatan Asuhan Keperawatan
Mutu asuhan keperawatan dapat dipertanggung jawabkan secara professional
apabila kriteria-kriteria tersebut dapat dipenuhi. Dengan memahami dan mematuhi
criteria dalam Standar Asuhan Keperawatan, yang selanjutnya diterapkan dalam
pemberian asuhan keperawatan, maka bukan hanya keprofesian dijaga dan
ditingkatkan, tetapi juga meliputi aspek-aspek keamanan dan kenyamanan pasien.
Standar Asuhan Keperawatan tidak harus baku, melainkan sewaktu-waktu dapat
ditinjau kembali dan disesuaikan dengan perkembangan IPTEK kesehatan
khususnya keperawatan, serta sistem nilai masyarakat yang berlaku. Sistematika
penyusunan Standar Asuhan Keperawatan sebagai berikut :
1) STANDAR I : Pengkajian Keperawatan
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan
dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk menetukan
kebutuhan asuhan keperawatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi :
a) Pengumpulan data, dengan kriteria:
(1) Menggunakan format yang ada
(2) Sistematis
(3) Diisi sesuai item yang tersedia
(4) Actual (baru)
(5) Abash (valid)
b) Pengelompokan data, dengan kriteria:
(1) Data Biologis
(2) Data Psikologis
(3) Data Sosial
(4) Data Spiritual
c) Perumusan masalah, dengan kriteria hasil:
(1) Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi
kehidupan
(2) Perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan.
2) STANDAR II : Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien,
dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien. Kriteria
sebagai berikut:
a) Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan
pemenuhan kebutuhan pasien
b) Dibuat sesuai dengan wewenang perawat
c) Komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan tanda/gejala (PES) atau
terdiri dari masalah dan penyebab (PE)
d) Bersifat actual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi
e) Bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan besar
akan terjadi
f) Dapat ditanggulangi oleh perawat
3) STANDAR III : Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnose keperawatan
komponen perencanaan keperawatan meliputi :
a) Prioritas masalah, dengan kriteria :
(1) Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan priopritas
pertama
(2) Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas
kedua
(3) Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas
ketiga
b) Tujuan asuhan keperawatan, dengan kriteria:
(1) Spesifik
(2) Bias diukur
(3) Bias dicapai
(4) Realistic
(5) Ada batas waktu
c) Rencana tindakan, dengan kriteria :
(1) Disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan
(2) Melibatkan pasien/ keluarga
(3) Mempertimbangkan latar belakang budaya pasien/ keluarga
(4) Menentukan alternative tindakan yang tepat
(5) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku,
lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada
(6) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien
(7) Kalimat perintah ringkas, tegas dengan bahasanya mudah dimengerti.
4) STANDAR IV: Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan
dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang
mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan
kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya. Kriteria :
a) Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan
b) Menyangkut keadaan bio-psiko-sosio spiritual pasien
c) Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada
pasien/ keluarga
d) Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
e) Menggunakan sumber daya yang ada
f) Menerapkan prinsip aseptik dan antiseptic
g) Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy dan mengutamakan
keselamatan pasien
h) Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien
i) Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan
pasien
j) Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan
k) Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan
l) Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis
yang telah ditentukan.
Intervensi keperawatan berorientasi pada 14 komponen keperawatan dasar yang
meliputi :
a) Memenuhi kebutuhan oksigen
b) Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit
c) Memenuhi kebutuhan eliminasi
d) Memenuhi kebutuhan keamanan
e) Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik
f) Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
g) Memenuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani
h) Memenuhi kebutuhan spiritual
i) Memenuhi kebutuhan emosional
j) Memenuhi kebutuhan komunikasi
k) Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologi
l) Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses penyembuhan
m) Memenuhi kebutuhan penyuluhan
n) Memenuhi kebutuhan rehabilitasi
5) STANDAR V: Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodic, sistematis dan berencana untuk
menilai perkembangan pasien. Kriteria :
a) Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
b) Evaluasi hasil menggunakan indicator yang ada pada rumusan tujuan
c) Hasil evaluasi segera dicatat dan komunikasikan
d) Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan
e) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
6) STANDAR VI : Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual, dengan kriteria :
a) Dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan
b) Dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan
c) Dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan
d) Penulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku
e) Sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan
f) Setiap pencatatan harus mencantumkan intial/ paraf/ nama perawat yang
melaksanakn tindakan dan waktunya
g) Menggunakan formulir yang baku
h) Disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Standard penilaian yang digunakan untuk menilai mutu asuhan keperawatan
adalah dengan menggunkan instrument A, B, dan C adalah (Arikunto, 2014)
1) Kriteria baik : (76-100%)
2) Kriteria Cukup : (56-75,99%)
3) Kriteria Kurang : (45-55,99%)
4) Tidak baik : (<45%)
b. Kajian Data
Tabel 2.13
Hasil Evaluasi Pendokumentasian Asuhan Keperawatan dengan Instrumen A
di Ruang Perawatan Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten
Tanggal 23-25 Agustus 2021 (n=6)

No Aspek yang dinilai KODE PASIEN

P1 P2 P3 P4 P5 P6
A PENGKAJIAN
1 Mencatat data yang dikaji sesuai dengan 1 1 1 1 1 1
pedoman pengkajian
2 Data dikelompok (Bio-Psiko-Sosial- 1 1 1 1 1 1
Spiritual)
3 Data dikaji sejak pasien masuk sampai 1 1 1 1 1 1
pulang
4 Masalah dirumuskan berdasarkan 1 1 1 1 1 1
kesenjangan antara status kesehatan
dengan norma dan pola fungsi kesehatan
5 Pengkajian yang dilakukan, disertai 1 1 1 1 1 1
nama dan tanda tangan perawat yang
mengkaji.
Prosentase = 100%
B DIAGNOSA
1 Diagnosa keperawatan ditulis sesuai 1 1 1 1 1 1
prioritas masalah pasien
2 Diagnosa keperawatan dirumuskan 1 1 1 1 1 1
sesuai dengan benar (PE/PES)
3 Merumuskan diagnosa keperawatan 1 1 1 1 1 1
aktual/resiko/potensial
Prosentase = 100%
C PERENCANAAN
1 Rencana askep berdasarkan diagnosa 1 1 1 1 1 1
keperawatan
2 Rencana askep disusun menurut urutan 1 1 1 1 1 1
prioritas
3 Rumusan tujuan mengandung komponen 1 1 1 1 1 1
SMART
4 Rencana tindakan mengacu pada tujuan 1 1 1 1 1 1
dengan kalimat perintah terinci dan jelas
melibatkan pasien dan keluarga
5 Rencana tindakan menggambarkan 1 1 1 1 1 1
keterlibatan pasien atau keluarga
6 Rencana tindakan menggambarkan 1 1 1 1 1 1
kerjasama dengan tim kesehatan lain
7 Rencana tindakan mencakup pendidikan 1 1 1 1 1 1
kesehatan.
8 Rencana tindakan mencakup tindakan 1 1 1 1 1 1
kolaborasi
9 Rencana tindakan keperawatan 1 1 1 1 1 1
mencakup tindakan yang
menggambarkan keterlibatan
klien/keluarga
Prosentase = 100%
D TINDAKAN/IMPLEMENTASI
1 Tindakan observasi keperawatan yang 1 1 1 1 1 1
dilakukan didokumentasikan
2 Tindakan terapi keperawatan yang 1 1 1 1 1 1
dilakukan didokumentasikan.
3 Tindakan pendidikan kesehatan yang 1 1 1 1 1 1
dilakukan didokumentasikan
4 Tindakan kolaborasi yang dilakukan 1 1 1 1 1 1
didokumentasikan
5 Tindakan yang dilakukan dengan 1 1 1 1 1 1
melibatkan keluarga didokumentasikan
6 Respon klien terhadap tindakan 1 1 1 1 1 1
keperawatan didokumentasikan.
Prosentase = 100%
E EVALUASI
1 Diagnosa dievaluasi setiap hari sesuai 1 1 1 1 1 1
dengan SOAP Diagnosa keperawatan
ditulis sesuai prioritas masalah pasien
2 Diagnosa keperawatan yang sudah 1 1 1 1 1 1
teratasi terlihat dalam dokumentasi
Prosentase = 100%
F DOKUMENTASI
1 Menulis pada format yang baku 1 1 1 1 1 1
2 Pencatan dilakukan sesuasi dengan 1 1 1 1 1 1
tindakan yang dilakukan
3 Pencatatan yang ditulis dengan jelas, 1 1 1 1 1 1
ringkas, istilah baku dan benar .
4 Setiap melakukan tindakan, perawat 1 1 1 1 1 1
mencatatkan paraf, saran, tanggal dan
jam dilakukan
5 Berkas catatan perawatan disimpan 1 1 1 1 1 1
sesuai dengan aturan yang berlaku.
Tindakan yang dilakukan dengan
melibatkan keluarga didokumentasikan
Prosentase = 100%

b. Analisa Data
Analisa hasil observasi di Ruang Perawatan Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten
Tanggal 23-25 Agustus 2021, didapatkan hasil pengkajian 100%, diagnosa 100%,
perencanaan 100%, implementasi 100%, evaluasi 100%, dokumentasi 100%
dengan rata-rata keseluruhan 100%, yang berarti dalam pelaksanaan asuhan
keperwatan di Ruang Perawatan Intensif RSIA Aisyiyah Klaten dilakukan dengan
baik. Sehingga diharapkan penilaian tentang pendokumentasian asuhan
keperawatan bisa dipertahankan dan ditingkatkan.
2. Pelaksanaan Universal Precaution
b. Kajian Teori
Pencegahan terjadinya infeksi nosokomial di Rumah Sakit untuk menghindari
terjadinya infeksi selama pasien dirawat di Rumah Sakit. Pelaksanaan upaya
pencegahan infeksi nosokomial terdiri atas kewaspadaan universal, tindakan
invasif, tindakan non invasif, tindakan terhadap anak dan neonatus, sterilisasi, dan
desinfeksi. Universal precaution atau kewaspadaan universal adalah suatu
pedoman yang ditetapkan oleh Center for Disease Control (CDC) tahun 1985
untuk mencegah penyebaran dari berbagai penyakit yang yang ditularkan melalui
darah di lingkungan Rumah Sakit maupun sarana kesehatan lainnya. Adapun
konsep yang dianut adalah bahwa semua darah dan cairan tubuh tertentu harus
dikelola sebagai sumber yang dapat menularkan HIV, HBV, dan berbagai penyakit
lainnya yang ditularkan melalui darah (Andapita, 2013).
c. Kajian Data
Tabel 2.14
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Universal Precaution di Ruang Perawatan Intensif
RSIA ‘Aisyiyah Klaten Tanggal 23-25 Agustus 2021 (n=13)

No Aspek yang dinilai Pelaksanaan


Ya % Tdk %
1 Perawat cuci tangan ketika akan kontak dengan 13 0
pasien atau melakukan tindakan pada pasien
2 Perawat cuci tngan ketika selesai kontak dengan 13 0
pasien atau telah selesai melakukan tindakan
terhadap pasien
3 Perawat mencuci tangan dengan 13 0
sabun/detergen/desinfektan
4 Perawat mencuci tangan di tempat air mengalir 13 0
(wastafel)
5 Perawat menggunakan sarung tangan ketika 13 0
melakukan tindakan kepada pasien
6 Perawat menggunakan masker ketika 13 0
melakukan tindakan kepada pasien
7 Pasien menggunakan alat alat steril untuk satu 13 0
pasien
8 Perawat menggunakan alat disposibel hanya 13 0
untuk sekali pakai
9 Setelah menggunakan alat alat non disposibel, 13 0
perawat mencucinya dengan larutan desinfektan
10 Perawat menterilkan alat alat steril di instalasi 13 0
sterilisasi sentral
11 Perawat menyiapkan alat alat kesehatan 13 0
ditempat khusus
12 Perawat membuang benda tajam di tempat 13 0
khusus
13 Perawat membuang sampah medis di tempat 13 0
medis
14 Perawat membuang sampah non medis ditempat 13 0
sampah non medis
Jumlah 182 0
Rata-rata 100% 0%

d. Analisa Data
Analisa hasil observasi di Ruang Perawatan Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten
Tanggal 23-25 Agustus 2021, universal precaution sudah dilaksanakan sesuai
dengan standar ISO dengan presentase nilai 100 % yang berarti baik.
3. Pelaksanaan Cuci Tangan yang Benar
a. Kajian Teori
1) Pengertian
Mencuci tangan adalah menggosok kedua pergelangan tangan dengan kuat
secara bersamaan menggunakan zat pembersih yang sesuai dan dibilas
dengan air mengalir dengan tujuan mencegah dan mengandaliakan infeksi,
dengan mencuci tangan dapat menghilangkan sebagian besar menghilangkan
sebagian besar mikroorganisme yang ada dikulit (Ana, 2015)
2) Tujuan Mencuci tangan
Menurut Ana (2015) menjelaskan mencuci tangan merupakan satu teknik
yang paling mendasar untuk menghindari masuknya kuman kedalam tubuh,
dimana tindakan ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
a) Supaya tangan bersih
b) Membebaskan tangan dari kuman an mikroorganisme
c) Menghindari masuknya kuman kedalam tubuh
3) Langkah-langkah dalam mencuci tangan
Langkah-langkah dalam melakukan cuci tangan yang benar dan sehat
menurut Kemenkes (2014) adalah :
a) Gulung lengan baju sampai atas pergelangan tangan ,lepaskan cincin,
jam tangan dan perhiasan tangan lain
b) Basahi tangan sampai sepertiga lengan dibawah air mengalir
c) Ambil sabun cair kira-kira 5 ml,ratakan pada tangan yang telah dibasahi
d) Gosok bagian telapak tangan dengan telapak tangan satunya lalu
masukan jari-jari tangan kanan ke sela-sela jari-jari tangan kiri
e) Pindahkan telapak tangan kanan ke punggung tangan kiri gosokan, tanpa
saling melepaskan lalu masukan jari-jari tangan kanan ke sela-sela
tangan kiri. Lakukan pada tangan yang sama.
f) Lakukan penggosokan kuku-kuku
g) Bersihkan jempol tangan kanan dengan menggegamnya dengan tangan
kiri lalu diputar-putar, lakukan pada tangan yang satunya.
h) Kadang perlu menggosok garis telapak tangan
i) Bersihkan dengan air mengalir lalu keringkan.
b. Kajian Data
Tabel 2.15
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Mencuci Tangan Dengan Benar di Ruang Perawatan Intensif
RSIA ‘Aisyiyah Klaten Tanggal 23 – 25 Agustus 2021 (n=13)

Tindakan
No Langkah- langkah
Ya Tidak
1 Melepaskan jam tangan, perhiasan, 13 0
gulung, lengan baju sampai kesiku
2 Membasuh lengan setinggi lengan bawah 0 13
dengan air mengalir
3 Letakkan antiseptic/sabun ditelapak 13 0
tangan dan gosok kedua telapak tangan
4 Gosok kedua punggung tangan dan sela- 13 0
sela jari tangan
5 Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela 13 0
jari tangan
6 Gosok kedua buku-buku jari tangan 13 0
bergantian
7 Gosok kedua ibu jari bergantian 13 0
8 Gosok kedua ujung jari tangan memutar 13 0
bergantian
9 Gosok kedua pergelangan tangan 13 0
bergantian
10 Membilas tangan, pergelangan tangan di 13 0
bawah air mengalir
11 Keringkan tangan dengan tisu 13 0
12 Dan tangan pun sudah bersih 13 0
Jumlh nilai x 100% 143 13
N total x item

Persentase % 91% 8,3%


Sumber Observasi di Ruang Perawatan Intensif

c. Analisa Data
Analisas hasil observasi di Ruang Perawatan Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten
Tanggal 23-25 Agustus 2021, perawat di Ruang Perawatan Intensif RSIA
‘Aisyiyah Klaten didapatkan hasil 91% yang berarti dalam kategori baik, dengan
adanya observasi cuci tangan yang dilakukan selama tiga hari diharapkan
menambah motivasi meningkatkan pelaksanaan mengenai cuci tangan agar
terhindar dari infeksi nosokomial.
4. Pengelolaan Sampah
a. Kajian Teori
Penangaan limbah medis padat
1) Pengertian
Penanganan limbah medis padat mulai pemisahan dan pewadahan sampai
pengadaan ke TPS Incinerator. Limbah medis padat adalah limbah padat
yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam,
limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah
kontainer bertekenan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang
tinggi.
2) Tujuan
Untuk menjamin limbah medis padat tidak tercecer sehingga tidak
menimbulkan kontaminasi dan Infeksi Nosokomial di lingkungan RS.
3) Kebijakan
a) Kemenkes No : 1204/Menkes/SK/X/2011 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
b) Perawat di ruangan harus memasukkan semua limbah medis padat yaitu:
jarum suntik bekas, ampul, botol obat, plastik infus, perban, dan lain-lain
ke dalam kantong plastik kuning atau tempat peruntukan yang
disediakan.
c) Instalasi Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan mengambil limbah medis
padat setiap jam 07.30 WIB dan 14.30 WIB kemudian melakukan proses
Desinfeksi dan memusnahkan di incenerator.
4) Prosedur
a) Perawat di ruangan harus memasukkan limbah medis padat kedalam
Container yang dilapisi plastik kuning sesuai peruntukkannya :
- BD Hub cutter : Tempat jarum suntik (Needles)
- Container limbah medis benda tajam dilapisi plastik kuning:
Syringe, ampul, jarum tranfusi, obyek glass, pisau, jarum infus.
- Container limbah medis benda non tajam dilapisi plastik kuning :
jaringan tubuh, darah, perban, plester, selang infuse, masker, kassa,
kantong tranfusi, urine bag, handscoon, kateter, pembalut/pampers,
abocat
b) Kantong plastik setelah terisi 2/3 bagian limbah medis padat, diikat dan
diberi label asal ruangan oleh petugas ruangan.
c) Petugas instalasi sanitasi mengambil dan mengangkut limbah medis
padat dari ruangan penghasil limbah medis padat ke TPS incenerator
setiap jam 07. 30 WIB dan 14.00 WIB.
d) Limbah non medis Rumah sakit bekerjasama dengan DPU kabupaten
Klaten.
e) Container limbah medis padat di rungan pengahsil limbah medis padat
dibersihkan, dicuci oleh petugas Cleaning Service.
f) Proses penanganan limbah Botol Infus, Botol Kaca dan Fial Obat,
dikelola oleh pihak ketiga dari Rumah Sakit

b. Kajian Data
Tabel 2.16
Hasil Evaluasi Pengelolaan Sampah di di Ruang Perawatan Intensif
RSIA ‘Aisyiyah Klaten Tanggal 23-25 Agustus 2021 (n= 13)
Pelaksanaan
No Aspek yang dinilai
Ya % Tidak %
1 Perawat membuang jarum di tempat
13 0
jarum suntik/ needles
2 Perawat membuang limbah medis benda
tajam di tempat limbah medis benda 13 0
tajam
3 Perawat membuang limbah medis benda
non tajam di tempat limbah medis benda 13 0
non tajam
4 Perawat membuang vial obat dan botol
13 0
infus pada tempat botol infuse
Jumlah 52 0
Rata-Rata dalam 100% 0%
Jumlh item / N pengamatan 100%
Sumber Observasi di Ruang Perawatan Intensif

c. Analisa Data
Analisa hasil observasi di Ruang Perawatan Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten
Tanggal 23-25 Agustus 2021 didapatkan pelaksanaan pengelolaan sampah dengan
presentase 100% dalam kategori baik. Perawat membuang limbah medis benda non
tajam di tempat limbah medis benda non tajam, spuit dipisahkan dengan neddle
dan di buang di safety box. Dari observasi beberapa hari pembuangan sampah perlu
dipertahankan dan dibudayakan dalam pemilahan sampah sesuai dengan
tempatnya.

5. Pelaksanaan 6 Solusi Patient Safety


a. Kajian Teori
Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat, mampu
mencegah atau mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan
kesehatan. Berdasarkan sasaran keselamatan pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh
Standar Akreditasi Rumah Sakit Edisi I (Kemenkes, 2011) dan JCI Acreditation,
maka sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut:
1) Ketepatan identifikasi pasien, yang meliputi beberapa standar yaitu:
a) Pasien diidentifikasikan menggunakan dua identitas pasien yaitu nama
dan nomer RM
b) Pasien diidentifikasikan sebelum pemberian obat, darah, atau produk
darah
c) Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan specimen lain
untuk pemeriksaan klinis
d) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan/prosedur
e) Kebijakan dan prosedur mendukung praktek identifikasi yang konsisten
pada semua situasi dan lokasi
2) Peningkatan komunikasi yang efektif (SBAR)
a) Perintah lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan
tersebut
b) Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan secara lengkap
dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan
tersebut
c) Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang
memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
d) Kebijakan dan prosedur yang mendukung praktek yang konsisten dalam
melakukan verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan dari telepon
3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert medications)
a) Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengatur identifikasi,
lokasi, pemberian obat dan penyimpanan obat yang perlu diwaspadai.
b) Kebijakan dan prosedur diimplementasikan
c) Elektrolit dan konsentrat tidak diunit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah
pemberian yang tidak sengaja ditempat tersebut, bila diperkenankan
kebijakan
d) Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi label
yang jelas disimpan dengan cara yang membatasi akses
4) Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
a) Rumah sakit menggunakan tanda yang segera dikenali untuk identifikasi
lokasi operasi dan melibatkan pasien dalam proses penandaan atau
pemberian tanda
b) Rumah sakit menggunakan checklist atau proses lain untuk melakukan
verifikasi pra operasi, tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien dan
semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia,tepat/benar, dan
fungsional
c) Tim operasi yang lengkap menetapkan dan mencatat atau
mendokumentasikan prosedur sign in (sebelum induksi); sebelum
insisi/time out tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan
pembedahan dan sign out (sebelum meninggalkan kamar operasi)
d) Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman
proses guna memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien,
termasuk prosedur medis dan tindakan pengobatan gigi/dental yang
dilaksanakan diluar kamar operasi
5) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
a) Rumah sakit mengadopsi pedoman hand hygiene terbaru yang baru-baru
ini diterbitkan dan sudah diterima secara umum (antara lain dari WHO
Patient Safety)
b) Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif
c) Kebijakan atau prosedur dikembangkan untuk mendukung pengurangan
secara berkelanjutan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

6) Pengurangan risiko pasien jatuh


a) Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan
melakukan pengkajian ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan
b) Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi rissiko jatuh bagi mereka
yang pada hasil asesmen dianggap berisiko
c) Langkah-langkah dimonitor hasilnya baik tentang keberhasilan
pengurangan cidera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara
tidak sengaja
d) Kebijakan dan atau prosedur mendukung pengurangan berkelanjutan dari
cidera pasien akibat jatuh dirumah sakit

b. Kajian Data
Tabel 2.17
Hasil Evaluasi Pelaksanaan 6 Solusi Patient Safety di Ruang Perawatan Intensif
RSIA ‘Aisyiyah Klaten Tanggal 23 – 25 Agustus 2021 (n=13)

No Komponen yang dinilai Pelaksanaan


Ya Tidak
1. Ketepatan identifikasi pasien
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien yaitu 13 0
nama dan nomer RM
b. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk 13 0
darah
c. Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan specimen 13 0
lain untuk pemeriksaan klinis
d. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan 13 0
tindakan/prosedur
e. Kebijakan dan prosedur mendukung praktek identifikasi yang 13 0
konsisten pada semua situasi dan lokasi
2. Peningkatan komunikasi yang efektif (SBAR)
a. Perintah lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan 13 0
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut
b. Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan secara 13 0
lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut
c. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang 13 0
memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
d. Kebijakan dan prosedur yang mendukung praktek yang konsisten
dalam melakukan verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi 13 0
lisan dari telepon
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert
medications)
a. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengatur
identifikasi, lokasi, pemberian obat dan penyimpanan obat yang 13 0
perlu diwaspadai
b. Kebijakan dan prosedur diimplementasi 13 0
c. Elektrolit dan konsentrat tidak diunit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah 13 0
pemberian yang tidak sengaja ditempat tersebut, bila
diperkenankan kebijakan
d. lektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi
label yang jelas disimpan dengan cara yang membatasi akses 13 0

4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi


a. Rumah sakit menggunakan tanda yang segera dikenali untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien dalam proses 13 0
penandaan atau pemberian tanda
b. Rumah sakit menggunakan checklist atau proses lain untuk
melakukan verifikasi pra operasi, tepat lokasi, tepat prosedur, 13 0
tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan
tersedia, tepat/benar, dan fungsional
c. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat /
mendokumentasikan prosedur sign in (sebelum induksi), sebelum 13 0
insisi/time out tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan
pembedahan dan sign out (sebelum meninggalkan kamar operasi)
d. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung
keseragaman proses guna memastikan tepat lokasi, tepat prosedur,
dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan tindakan 13 0
pengobatan gigi/dental yang dilaksanakan diluar ruang operasi
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
a. Rumah sakit mengadopsi pedoman hand hygiene terbaru yang 13 0
baru-baru ini diterbitkan dan sudah diterima secara umum (antara
lain dari WHO Patient safety)
b. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif 0 13
c. Kebijakan atau prosedur dikembangkan untuk mendukung 13 0
pengurangan secara berkelanjutan resiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
6. Pengurangan resiko pasien jatuh
a. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal resiko pasien jatuh 13 0
dan melakukan pengkajian ulang terhadap pasien bila
diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan
b. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi 13 0
mereka yang pada hasil assesmen dianggap beresiko
c. Langkah – langkah dimonitor hasilnya baik tentang keberhasilan 13 0
pengurangan cidera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan
secara tidak sengaja
d. Kebijakan dan atau prosedur mendukung pengurangan 13 0
berkelanjutan dari cidera pasien akibat jatuh dari rumah sakit

Jumlah 299 13
Nilai = jumlah nilai x 100% 95% 4,1%
Jumlah item/ N total
Sumber Observasi di Ruang Perawatan Intensif

c. Analisa Data
Analisa hasil observasi di Ruang Perawatan Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten
Tanggal 23-25 Agustus 2021 didapat hasil pelaksanan patient safety secara garis
besar item didalam memperhatikan nama obat, rupa, dan ucapan mirip (Norum),
memastikan identifikasi pasien, mengkomunikasi secara benar saat serah
terima/pengoperan pasien, memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien
operasi, pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, pengurangan
risiko pasien jatuh sudah baik dengan nilai presentase 95%. Dari data wawancara
dengan kepala ruang intensif, bahwa diruang intensif tidak ada prosedur operasi,
namun Pelaksanaan 6 Solusi Patient Safety di di Ruang Perawatan Intensif RSIA
‘Aisyiyah sudah sesuai prosedur.

6. Pelaksanaan Discharge Planning


a. Kajian Teori
Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada pasien
dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan
dengan kondisi atau penyakitnya pasien anak (Rondhianto, 2012).
Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai
discharge planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan
menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah actual dan
potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga,
memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu
dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal
dan mengevaluasi kesinambungan Asuhan Keperawatan.
Fase pelaksanaan discharge planning
1) Pre interaksi
a) Mengumpulkan data tentang klien
b) Membuat rencana pertemuan dengan klien
2) Orientasi

a) Memberi salam dan tersenyum kepada klien

b) Memperkenalkan nama diri


c) Menanyakan nama panggilan kesukaan klien

d) Menanyakan perasaan klien


e) Menjelaskan kerahasiaan

f) Menjelaskan tugas perawat

g) Mejelaskan kegiatan (orientasi) yang akan dilakukan


h) Menjelaskan tujuan kegiatan
i) Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk orientasi

j) Menjelaskan peran perawat


3) Kerja
a) Menanyakan keluhan utama klien
b) Memberi kesempatan bertanya
c) Melakukan orientasi
d) Memulai dengan ajakan untuk berkonsentrasi
e) Materi
f) Menjelaskan informasi mengenai penyakit
g) Menjelaskan informasi mengenai penyebab penyakit
h) Menjelaskan informasi mengenai tanda dan gejala penyakit
i) Menjelaskan informasi mengenai cara perawatan di rumah
j) Menjelaskan informasi mengenai cara pemberian obat
k) Menjelaskan informasi mengenai cara pencegahan penyakit dan infeksi
l) Menjelaskan informasi mengenai program pengobatan lanjutan
m) Menjelaskan informasi mengenai nutrisi yang sesuai dengan program diet
n) Menjelaskan informasi mengenai aktivitas dan istirahat
o) Menjelaskan informasi mengenai control waktu, tempat, cara kontrol,
persiapan control
4) Terminasi
a) Menyimpulkan hasil kegiatan
b) Memberikan pujian positif
c) Merencanakan tindak lanjut kepada klien
d) Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik dan tersenyum
e) Melakukan kontrak selanjutnya.

b. Kajian Data
Tabel 2.18
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Discharge Planning Perencanaan Pulang
di Ruang Perawatan Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten Tanggal 23-25 Agustus 2021
(n=13)

No Kegiatan Pelaksanaan
Ya Tidak
A. Tahap pre interaksi
1. Mengumpulkan data tentang klien 13 0
2. Membuat rencana pertemuan dengan klien 13 0
B Orientasi
1. Member salam dan tersenyum kepada klien 13 0
2. Memperkenalkan nama diri 13 0
3. Menanyakan nama panggilan kesukaan klien 5 8
4. Menanyakan perasaan klien 5 8
5. Menjelaskan peran perawat 7 6
6. Menjelaskan tugas perawat 13 0
7. Menjelaskan kegiatan (orientasi) yang akan dilakukan 13 0
8. Menjelaskan tujuan kegiatan 13 0
9. Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk penyuluhan 0 13
10. Menjelaskan kerahasiaan 0 13
C. Tahap kerja
1. Menanyakan keluhan utama klien 13 0
2. Memberikan kesempatan bertanya 13 0
3. Memulai dengan ajakan untuk berkonsentrasi 13 0
4. Melakukan orientasi 13 0
D. Tahap materi
1. Menjelaskan informasi mengenai penyakit 13 0
2. Menjelaskan informasi mengenai penyebab penyakit 13 0
3. Menjelaskan informasi mengenai tanda dan gejala penyakit 13 0
4. Menjelaskan informasi mengenai cara perawatan di rumah 13 0
5. Menjelaskan informasi mengenai cara pemberian obat 13 0
6. Menjelaskan informasi mengenai cara pencegahan penyakit 13 0
dan infeksi
7. Menjelaskan informasi mengenai program pengobatan lanjutan 7 6
8. Menjelaskan informasi mengenai nutrisi yang sesuai dengan 7 6
program diet
9. Menjelaskan informasi mengenai aktivitas dan istirahat 7 6
10. Menjelaskan informasi mengenai control waktu, tempat, cara 7 6
control, persiapan control
E. Fase Terminasi
1. Menyimpulkan hasil kegiatan 13 0
2. Member pujian positif 13 0
3. Merencanakan tindak lanjut kepada pasien 13 0
4. Melakukan kontrak selanjutnya 13 0
5. Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik dan tersenyum 13 0
Jumlah 331 72
Total 82% 18%
Sumber Observasi 23-25 Agustus 2021

c. Analisa Data
Analisa hasil observasi di di Ruang Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten 23-25 Agustus
2021, didapatkan data 82% perawat sudah melakukan discharge planning secara
maksimal, sedangkan perawat yang melakukan discharge planning kurang
maksimal sebesar 18%. Dari hasil didapatkan bahwa walaupun perawat dalam
menyampaikan informasi terkait hal yang berhubungan dengan penyakit dan
rencana tindak lanjut perawatan baik dirumah maupun kontrol sudah baik. Namun,
beberapa komunikasi didalam penyampaian discharge planning seperti
menanyakan nama panggilan, menanyakan perasaan, dan menjelaskan peran
perawat perlu ditingkatkan.

7. Pelaksanaan Orientasi Pasien Baru


a. Kajian Teori
Orientasi pasien baru merupakan kontrak antara perawat dan klien/ keluarga
dimana terdapat kesepakatan antara perawat dengan klien/keluarganya dalam
memberikan Asuhan keperawatan (Ariyanti, 2015). Kontrak ini diperlukan agar
hubungan saling percaya antara perawat dan klien / keluarga dapat terbina (trust)
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
1) Orientasi dilakukan saat pertama kali oleh klien datang (24 jam pertama) dan
kondisi klien sudah tenang.
2) Orientasi dilakukan oleh PP. Bila PP tidak ada PA dapat memberikan orientasi
untuk klien dan keluarga, selanjutnya orientasi harus dilengkapi kembali oleh
PP sesegera mungkin. Hal ini penting karena PP yang bertanggung jawab
terhadap semua kontrak atau orientasi yang dilakukan
3) Orientasi diberikan pada klien dan didampingi anggota keluarga yang
dilakukan dikamar klien dengan menggunakan format orientasi. Selanjutnya
klien diinformasikan untuk membaca lebih lengkap format orientasi yang
ditempelkan dikamar klien
4) Setelah orientasi, berikan daftar nama tim atau badge kepada klien dan
keluarga kemudian gantungkan daftar nama tersebut pada laci klien
5) Orientasi ini diulang kembali minimal setiap dua hari oleh PP atau yang
mewakili, terutama tentang daftar nama tim yang sudah diberikan, sekaligus
menginformasi kan perkembangan kondisi keperawatan klien dengan
mengidentifikasi kebutuhan klien.
6) Pada saat penggantian dinas (dikamar klien), ingatkan klien nama perawat
yang bertugas saat itu,bila perlu anjurkan klien atau keluarga melihat pada
daftar nama tim.

b. Kajian Data
Tabel 2.19
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Orientasi Pasien Baru di Ruang Perawatan Intensif
RSIA ‘Aisyiyah Klaten 23 – 25 Agustus 2021 (n=13)

No Variabel yang diteliti Observasi


Ya Tidak
1. Mengumpulkan data tentang pasien 13 0
2. Membuat rencana pertemuan dengan pasien 13 0
3. Memberi salam dan tersenyum kepada pasien 13 0
4. Memperkenalkan nama diri 13 0
5. Menanyakan nama panggilan kesukaan pasien 3 10
6. Menanyakan perasaan pasien 0 13
7. Menjelaskan peran perawat 13 0
8. Menjelaskan tugas perawat 13 0
9. Menjelaskan kegiatan (orientasi) yang dilakukan 13 0
10. Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan organisasi 0 13
11. Menjelaskan kerahasiaan 0 13
12. Menyakan keluhan pasien 13 0
13 Memberikan kesempatan bertanya 13 0
14. Memulai dengan ajakan berkonsentrasi 13 0
15. Melakukan orientasi 13 0
16. Mengorientasikan tentang fasilitas yang ada diruangan 13 0
17. Mengorientasikan tentang cara penggunaan fasilitas 13 0
18. Mengorientasikan tata tertib penggunaan fasilitas ruang tunggu 13 0
19. Mengorientasikan tempat-tempat penting, kamar mandi, ruang 13 0
tunggu, ruang konsultasi, ruang perawat, mushola dll
20. Menyimpulkan hasil kegiatan 13 0
21. Memberikan pujian positif 5 6
22. Merencanakan tindak lanjut pada pasien 13 0
23 Melakukan kontak selanjutnya 13 0
24. Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik dan tersenyum 13 0
Jumlah 255 55
Prosentase 82% 18%
Sumber Observasi 23-25 Agustus 2021

c. Analisa Data
Analisa hasil observasi di Ruang Perawatan Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten
Tanggal 23-25 Agustus 2021, didapatkan data sebanyak 82% dalam kategori baik.
Namun, ada 18% dari perawat belum melaksanakan hal tersebut, sehingga perlu
ditingkatkan dalam hal menanyakan nama panggilan kesukaan, menanyakan
perasaan, menjelaskan waktu yang dibutuhkan, menjelaskan kerahasiaan dan
memberi pujian positif. Fasilitas untuk orientasi pasien baru sudah ada, namun
perlu dilengkapi media penunjang lain (lembar balik dan leaflet) untuk
memaksimalakan dalam pelaksanaan orientasi pasien baru.

8. Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan


a. Kajian Teori
Manajemen adalah suatu seni dalam menyelesaikan pekerjaan dengan
melalui orang lain (Handoko, 2014). Standar manajemen pelayanan keperawatan
adalah proses pengelolaan pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan fungsi
manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengaturan tenaga, pengarahan,
evaluasi, dan pengendalian mutu pelayanan keperawatan untuk mencapai tujuan
pelayanan keperawatan.
Bagan 2.2
Skema Mekanisme Kerja Fungsi-Fungsi Manajemen

Keinginan Perencanaan
kebutuhan
Pengorganisasia
n
Pengarahan Tujuan

Pengkoordinasi
an
Informasi Pengawasan
Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan profesional dimana
tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat fungsi manajemen, yaitu
perencanaan, pengorganisasian, motivasi dan pengendalian. Keempat fungsi
tersebut saling terkait serta saling berhubungan dan memerlukan ketrampilan-
ketrampilan teknis, hubungan antar manusia dan konseptual yang mendukung
tercapainya asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna
kepada pasien. Dengan alasan tersebut, manajemen keperawatan perlu mendapat
perhatian dan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan.
Hal tersebut berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap
perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan
memperhatikan setiap perubahan yang terjadi (Nursalam, 2013).

9. Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik


a. Kajian Teori
Pelayanan keperawatan yang holistik menuntut mutu pelayanan yang dapat
memberikan kepuasan terhadap pasien dan keluarga, oleh karena itu perawat
perlu meningkatkan keterampilan dan mutu pelayanan, termasuk salah satunya
adalah meningkatkan pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan perawat, pasien
maupun keluraga. Komunikasi terapaeutik adalah komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien
serta merupakan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan
pasien (Nursalam, 2014).
Tujuan dari komunikasi terapeutik ini adalah membantu pasien untuk
memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil
tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang
diperlukan, mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan
yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya, mempengaruhi orang lain,
lingkungan fisik dan dirinya sendiri. Sehingga diharapkan dapat mempengaruhi
hasil pelayanan kesehatan yang dilakukan dan tujuan pelayanan keperawatan
dapat dicapai secara optimal.
Empat Fase Dari Proses Hubungan Terapeutik :
1) Fase Pre Interaksi
a) Mengumpulkan data tentang klien
b) Menyiapkan alat
c) Mencuci tangan
2) Fase Introductory / Orentasi
a) Memberikan salam dan tersenyum pada klien
b) Melakukan validasi
c) Memperkenalkan nama perawat
d) Menayakan nama panggilan kesukaan klien
e) Menjelaskan tanggung jawab perawat & klien
f) Menjelaskan peran perawat & klien
g) Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
h) Menjelaskan tujuan
i) Menjelaskan waktu
j) Menjelaskan Kerahasiaan
3) Fase Kerja
a) Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya
b) Menanyakan keluhan utama
c) Memulai kegiatan dengan cara yang baik
d) Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana
e) Mencuci tangan
4) Fase Terminasi
a) Menyimpulkan hasil wawancara :evaluasi proses dan hasil
b) Memberikan reinforcemen positif
c) Melakukan kontrak ( waktu, tempat, topik)
d) Mengahiri wawancara dengan cara yang baik.
b. Kajian Data
Tabel 2.20
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik di Ruang Perawatan Intensif
RSIA ‘Aisyiyah Klaten Tanggal 23-25 Agutus 2021 (n=13)
No Langkah-Langkahnya Jumlah sample
Ya Tidak
A. Tahap Persiapan (pra interaksi)
1. Mengumpulkan data tentang klien (dari RM) 13 0
2. Menyiapkan alat yang dibutuhkan 13 0
3. Mencuci tangan, menilai kesiapan diri perawat 13 0
B. Tahap Pelaksanaan (Orientasi)
1. Memberikan salam, berjabat tangan, dan tersenyum pada klien 13 0
2. Melakukan validasi 13 0
3. Memperkenalkan nama perawat 13 0
4. Menanyakan nama panggilan kesukaan klien 0 13
5. Menjelaskan tanggung jawab perawat 13 0
6. Menjelaskan peran perawat dan kllien 13 0
7. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan 13 0
8. Menjelaskan tujuan 13 0
9. Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan atau lama 0 13
kegiatan
10. Menjelaskan dan menjawab kerahasiaan 0 13
C. Tahap Kerja
1. Memberi kesempatan klien untuk bertanya 13 0
2. Menanyakan keluhan utama 13 0
3. Memulai kegiatan dengan cara baik 13 0
4. Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana 13 0
D. Tahap Terminasi
1. Menyimpulkan hasil kegiatan 13 0
2. Memberi reinforcement positif 5 6
3. Membuat kesepakatan dengan klien dan keluarga untuk 13 0
pertemuan atau kegiatan
4. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik (mengucapkan 13 0
salam, tersenyum, memberikan sentuhan, berjabat tangan)
Jumlah 226 45
Total % 83% 17%
Sumber Observasi 23-25 Agustus 2021

c. Analisa Data
Pelaksanaan komunikasi terapeutik di Ruang Perawatan Intensif RSIA
‘Aisyiyah Klaten 23-25 Agustus 2021, didapatkan hasil bahwa perawat dalam
melakukan komunikasi terapeutik baik dengan nilai presentase 83%. Namun,
dalam item menanyakan nama panggilan kesukaan pasien tidak dilakukan. Hal ini
dikarenakan pasien adalah bayi sehingga komunikasi terapeutik hanya pada
bagian yang pokok/ intinya saja.

10. Unsur Proses Manajemen


a. Planning atau Perencanaan
Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu kemajuan yang
berisikan apa yang akan dilakukannya serta bagaimana, kapan dan dimana akan
dilaksanakannya. Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan
yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan
(Marquis, 2010).
Perencanaan dibuat untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan
keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan
anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang
dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan
efektifitas staff serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk
mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan.
Kerangka perencanaan terdiri dari :
1) Misi, bertujuan jangka panjang mengenai bagaimana langkah mencapai
visi.
2) Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi.
3) Tujuan, berisi tujuan yang ingin dicapai.
4) Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai tujuan.
5) Prosedur, berisi pelaksanaan pelaksanaan.
6) Aturan, berisi langkah langkah antisipasi untuk hal-hal yang menyimpang.
Model perencanaan meliputi:
1) Reactive planning, yaitu tak ada perencanaan, manajer langsung melakukan
tindakan begitu menemukan masalah. Perubahan yang terjadi tidak pasti
karena dipengauhi oleh masalah dan kondisi yang ada
2) Inactive planning, yaitu perencanaan sudah dibuat sejalan dengan masalah
yang muncul (telah ada bayangan atau perencanaan tetapi dalam
pelaksanaannya dilakukan sejalan dengan pekembangan masalah).
3) Preactive planning, yaitu penyusunan perencanaan dengan mengetahui
rencana ke ciri dari perencanaan ini adalah tujuan yang akan dicapai jelas,
tedapat pembatasan depan pencapaian target yang sudah pasti (sudah jelas
dan tidak berubah). Waktu perencanaan berlangsung, terdapat indikator
pencapaian target, risiko dan ketidakpastian jelas.
4) Proactive planning, yaitu pembuatan perencanaan dengan memperhatikan
masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Masa lalu digunakan sebagai
pengalaman untuk menyusun perencanaan sekarang dan masa depan, masa
sekarang sebagai pelaksanaan perencanaan, dan masa depan merupakan
perencanaan yang disusun berdasarkan evaluasi pelaksanaan perencanaan
masa lalu dan sekarang.
Perencanaan berdasarkan periode meliputi :
1) Perencanaan jangka pendek (target waktu dalam minggu atau bulan)
2) Perencanaan jangka menengah (periode dalam satu tahun)
3) Perencanaan jangka panjang (periode tahun mendatang)
Tugas kepala Ruang Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten dalam perencanaan
meliputi :
1) Menyusun rencana kerja kepala unit
2) Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan keperawatan di
ruang yang bersangkutan.
3) Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah
maupun kualifikasi di ruang rawat, koordinasi dengan instalasi
b. Organizing
Organisasi kepemimpinan murni merupakan jenis struktur formal paling
sederhana dan tertua. Dalam organisasi dengan ukuran tertentu, struktur
kepemimpinan merupakan jenis yang besar kemungkinan untuk berkembang
melalui proses evolusioner karena dengan peningkatan jumlah pekerjaan yang
harus diselesaikan dan jumlah pekerjaan ke dalam tugas khusus dan untuk
mengatur pekerja yang terikat dalam tugas yang sama ke dalam kelompok yang
jelas menurut definisi pekerja yang logis. Berdasarkan hal tersebut maka fungsi
pengorganisasian dari kepala ruang adalah (Nursalam, 2015).
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
2) Merumuskan tujuan metode penugasan
3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas
4) Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 ketua tim dan ketua tim
membawahi 2-3 perawat
5) Mengatur dan mengendalikan logistic unit
6) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
7) Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada ditempat kepada ketua
tim
8) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi klien
9) Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya
10) Identifikasi masalah dan cara penanganan
Sitorus (2011) mendefinisikan Model Praktik Keperawatan Profesional
(MPKP) sebagai suatu sistem (struktur, proses, nilai nilai profesional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan untuk mendukung pemberian asuhan keperawatan. MPKP
terdiri dari beberapa elemen sub system, diantaranya :
1) Nilai-nilai profesional (inti MPKP)
2) Pendekatan manajemen
3) Metode pemberian asuhan keperawatan
4) Hubungan professional
5) Sistem kompensasi dan penghargaan
Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan ada beberapa teori mengenai
metode asuhan keperawatan. Menurut Gillies (1998 dalam Nursalam, 2014)
metode asuhan keperawatan terdiri dari metode kasus, metode fungsional, metode
tim, dan metode primer.
1) Metode kasus (Total Care Method)
Metode ini merupakan metode tertua (tahun 1880) dimana seorang
klien dirawat oleh seorang perawat selama 8 jam perawatan. Setiap perawat
ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien
akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift. Metode
penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat dan hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus
seperti di ruang rawat intensif.
Kelebihan dari metode ini adalah :
a) Sederhana dan langsung
b) Garis pertanggungjawaban jelas
c) Kebutuhan klien cepat terpenuhi
d) Memudahkan perencanaan tugas
Kekurangan dari metode ini adalah :
a) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
b) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama
c) Tak dapat dilakukan oleh perawat baru atau kurang pengalaman
d) Mahal, perawat profesional termasuk melakukan tugas non profesional
2) Metode fungsional
Metode ini dilakukan pada kelompok besar klien. Pelayanan
keperawatan dibagi menurut tugas yang berbeda dan dilaksanakan oleh
perawat yang berbeda dan tergantung pada kompleksitas dari setiap tugas.
Misalnya fungsi menyuntik, membagi obat, perawatan luka. Metode ini
merupakan manajemen klasik yang menekankan pada efisiensi, pembagian
tugas yang jelas dan pengawasan yang lebih mudah. Semua prosedur
ditentukan untuk dipakai sebagai standar. Perawat senior menyibukkan diri
dengan tugas manajerialnya sedangkan asuhan keperawatan klien diserahkan
kepada perawat yunior.
Meskipun sistem ini efisien namun penugasan secara fungsi tidak
memberikan kepuasan kepada klien dan perawat karena asuhan keperawatan
yang diberikan kepada klien terfragmentasi menurut tugas atau perasat yang
dilakukan. Cara kerja yang diawasi membosankan perawat karena
berorientasi pada tugas dan sistem ini baik dan berguna untuk situasi dimana
rumah sakit kekurangan tenaga perawat, namun disisi lain asuhan ini tidak
profesional dan tidak berdasar pada masalah klien.
Keuntungan dari metode ini adalah :
a) Lebih sedikit membutuhkan perawat
b) Efisien
c) Tugas mudah dijelaskan dan diberikan
d) Para staff mudah menyesuaikan dengan tugas
e) Tugas cepat selesai
Kerugian dari metode ini adalah :
a) Tidak efektif
b) Fragmentasi pelayanan
c) Membosankan
d) Komunikasi minimal
e) Tidak holistic
f) Tidak professional
g) Tidak memberikan kepuasan kepada klien dan perawat
3) Metode TIM
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok klien.
Ketua tim bertanggung jawab membuat perencanaan dan evaluasi asuhan
keperawatan untuk semua klien yang ada di bawah tanggung jawab timnya.
Anggota tim melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien sesuai
perencanaan yang telah dibuat oleh ketua tim. Tujuan perawatan ini adalah
memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan
sejumlah staff yang tersedia.
Keuntungan dari metode ini adalah :
a) Memberikan kepuasan bagi perawat dan klien
b) Kemampuan anggota tim dikenal dan dimanfaatkan secara optimal
c) Komprehensif dan holistic
d) Produktif, kerjasama, komunikasi dan moral
Kerugian dari metode ini adalah :
a) Tidak efektif bila pengaturan tidak baik
b) Membutuhkan banyak kerjasama dan komunikasi
c) Membingungkan bila posisi tim sering diubah
d) Banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh perawat non profesional
4) Metode Primer
Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja terbaik dalam
suatu pelayanan dengan semua staff keperawatan yang profesional. Pada
metode ini setiap KaTim memberikan tanggung jawab penuh secara
menyeluruh terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan
mulai dari pasien masuk sampai keluar dari rumah sakit, mendorong praktek
kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan
pelaksana. Metode primer ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
mengimplementasikan dan mengkoordinasikan asuhan keperawatan selama
pasien dirawat.
Penanggung jawab dilaksanakan oleh Ketua Tim. Setiap Keyua Tim
merawat 4-6 klien dan bertanggung jawab terhadap klien selama 24 jam dari
klien masuk sampai dengan pulang. Terdapat kontinuitas asuhan
keperawatan yang bersifat komprehensif dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam satu grup Ketua Tim mempunyai beberapa AN dan perawatan
dilanjutkan oleh AN.
Kelebihan dari model primer ini adalah model ini bersifat kontinyu dan
komprehensif dalam melakukan proses keperawatan kepada klien dan KaTim
mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan
pengembangan diri. Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa
dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu
asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif
terhadap perawatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.
Kelemahan dari model ini adalah model ini hanya dapat dilaksanakan
oleh perawat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai
dengan kriteria asertif, mampu mengatur diri sendiri, kemampuan
pengambilan keputusan yang tepat, penguasaan klinik, akuntabel dan mampu
bekomunikasi dan berkolaborasi dengan berbagai disiplin. Berikut ini
diagram model keperawatan primer ada dalam gambar (Marquis and Huston,
2010)
Bagan 2.3
Model Keperawatan Primer (Marquis and Huston, 2010)

Dokter Kepala ruang Sarana RS

KaTim

Klien

Uraian tugas dari kepala ruang, KaTim, perawat asosiasi adalah sebagai berikut :
Perawat Perawat Perawat
a) Tugas PJ Ruang Keperawatan
pelaksana pagi yang mendukung
pelaksana sore pelaksanaan
pelaksana malam sistem
pemberian asuhan keperawatan dengan Metode Primer Modifikasi (MPM) :
1) Membagi staf ke dalam grup MPM sesuai dengan kemampuan dan
beban kerja
2) Membuat jadwal koordinasi dengan PP
3) Membagi pasien ke dalam grup MPM sesuai dengan kemampuan dan
beban kerja.
4) Mengikuti operan tugas perawat dari jaga malam
5) Melakukan pertemuan pagi (meeting morning) dengan semua staf
ruangan.
6) Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas KATIM dan AN.
7) Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf keperawatan
untuk mencapai kinerja yang optimal
8) Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga sesuai
dengan kebutuhan klien
9) Mendelegasikan tugas kepada penanggung jawab jaga pada jaga sore,
malam, libur
10) Melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staf melalui daftar hadir yang
ada di ruangan
11) Berperan serta sebagai konsultan dari KaTim
b) Tugas PP yang mendukung pelaksanaan sistem pemberian asuhan
keperawatan dengan Metode Primer Modifikasi (MPM) :
1) Bertugas pada pagi hari
2) Bersama AN menerima operan tugas jaga dari AN yang tugas jaga
malam
3) Bersama AN melakukan konfirmasi/supervisi tentang kondisi Pasien
segera setelah selesai operan tugas jaga setiap pasien
4) Bersama AN melakukan do’a bersama sebagai awal dan akhir tugas
dilakukan setelah selesai operan tugas jaga malam
5) Melakukan pre conference dengan semua AN yang ada dalam grup
KATIMnya pada setiap awal dinas pagi
6) Membagi tugas atau pasien kepada AN sesuai kemampuan dan beban
kerja
7) Melakukan pengkajian, menetapkan masalah atau diagnosa dan
perencanaan keperawatan kepada semua pasien yang menjadi tanggung
jawab dan ada bukti di rekam keperawatan
8) Memonitor dan membimbing tugas AN
9) Membantu tugas AN untuk kelancaran pelaksanaan asuhan pasien
10) Mengoreksi, merevisi, dan melengkapi catatan asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh AN yang ada di bawah tanggung jawabnya
11) Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien sesuai tujuan yang ada
dalam perencanaan asuhan keperawatan dan ada bukti dalam rekam
keperawatan
12) Melaksanakan post conference pada setiap akhir dinas dan menerima
laporan akhir tugas jaga dari AN untuk persiapan operan tugas jaga
berikutnya
13) Mendampingi AN dalam operan tugas jaga kepada AN yang tugas jaga
berikutnya
14) Memperkenalkan AN yang ada dalam satu grup atau yang akan merawat
selama pasien dirawat atau kepada pasien/keluarga baru
15) Menyelenggarakan diskusi kasus atau conference dengan dokter atau tim
kesehatan lain setiap seminggu sekali
16) Menyelenggarakan diskusi kasus atau conference dalam pertemuan rutin
keperawatan di ruangan minimal sebulan sekali
17) Menyelenggarakan diskusi kasus atau conference sesuai prosedur
18) Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas
19) Menggantikan tugas PJ ruang pada pagi hari jika PJ ruang tidak ada
20) Mendelegasikan tugas kepada AN pada sore, malam, libur
21) Memberikan bimbingan mahasiswa praktek yang ada dalam group
KaTimya dalam rangka orientasi dan pelaksanaan praktek keperawatan
22) Menginformasikan peraturan dan tata tertib yang berlaku pada pasien
atau keluarga
23) Melakukan visite perkembangan pasien serta persiapan pasien pulang
24) Menerima konsultasi atau keluhan pasien dan berusaha mengatasinya
25) Membuat laporan tugas pada kepala ruang setiap akhir tugas

c) Tanggung jawab KaTim


1) Kebenaran data-data klien dalam proses keperawatan.
2) Kebenaran kajian data keperawatan.
3) Kebenaran diagnosis
4) Kebenaran rencana tindakan keperawatan.
5) Kebenaran layanan asuhan keperawatan.
6) Kebenaran dan ketepatan pelaksanaan tindakan keperawatan.
7) Kebenaran evaluasi.
8) Kebenaran kesimpulan.
9) Kebenaran dan ketetapan pendidikan kesehatan pada pasien.
10) Pemenuhan kebutuhan kesehatan pasien dengan kolaborasi tim
11) Kebenaran dan kelengkapan isian dokumen asuhan keperawatan.
12) Kebenaran bimbingan dan arahan kepada anggota tim primer
keperawatan dan siswa/mahasiswa.
13) Kebenaran dan kelengkapan laporan dan dokumen asuhan keperawatan.
d) Wewenang KaTim
1) Mengatur dan membimbing AN, siswa/mahasiswa dalam tim
keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya.
2) Meminta bahan dan perangkat kerja yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
asuhan dan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien.
3) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan.
4) Melakukan konsultasi dan koordinasi tugas dengan penanggung jawab
ruang.
5) Melakukan asuhan dan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan
prima.
6) Mendelegasikan tugas pada AN
e) Tugas KATIM yang mendukung pelaksanaan sistem pemberian asuhan
keperawatan dengan Metode Primer Modifikasi (MPM):
1) Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir jaga dari dan kepada
AN yang ada dalam satu grup
2) Melakukan konfirmasi atau supervisi tentang kondisi pasien segera
setelah selesai operan setiap pasien
3) Melakukan do’a bersama setiap awal dan akhir tugas yang dilakukan
setelah selesai serah terima operan tugas jaga
4) Mengikuti pre conference yang dilakukan KATIM setiap awal tugas
5) Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi
tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan
6) Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di rekam
keperawatan
7) Melakukan konsultasi tentang masalah pasien/keluarga kepada KATIM
8) Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien yang
menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan
9) Menerima keluhan pasien/keluarga dan berusaha untuk mengatasinya
10) Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien yang
menjadi tanggung jawabnya
11) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada semua pasien yang
menjadi tanggung jawabnya
12) Mengikuti post conference yang diadakan oleh KATIM pada setiap akhir
tugas dan melaporkan kondisi dan perkembangan semua pasien yang
menjadi tanggung jawabnya kepada KATIM
13) Bila tak ada KATIM wajib mengenalkan AN yang ada dalam grup yang
akan memberikan asuhan keperawatan pada jaga berikutnya kepada
pasien/keluarga baru
14) Melaksanakan pendelegasian tugas KATIM pada sore malam libur
15) Berkoordinasi dengan PPJR/dokter/tim kesehatan lain bila ada masalah
pasien pada sore malam libur
16) Mengikuti diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan lain setiap
seminggu sekali
17) Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan di ruangan
18) Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas AN
19) Membantu melakukan bimbingan PKK kepada peserta didik
keperawatan.
f) Tanggung jawab KaTim
1) Kebenaran asuhan keperawatan meliputi kajian diagnosis, rencana
tindakan keperawatan.
2) Kebenaran dan ketepatan pelayanan asuhan meliputi tindakan dan
evaluasi keperawatan.
3) Kelengkapan bahan dan peralatan kesehatan.
4) Kebersihan pasien dan alat-alat keperawatan.
5) Kebenaran isian rekam keperawatan.
6) Kebenaran infomasi/bimbingan/penyuluhan kesehatan kepada
pasien/keluarga.
7) Ketepatan penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif
8) Pemenuhan kebutuhan kesehatan pasien dengan kolaborasi tim
9) Kebenaran dan bimbingan dan arahan kepada anggota tim primer
keperawatan dan mahasiswa
g) Wewenang KaTim
1) Memeriksa kelengkapan peralatan ruang rawat.
2) Meminta bahan dan perangkat kerja sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan tugas.
3) Melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa dan perencanaan
keperawatan bagi pasien baru pada saat KaTim tidak bertugas.
4) Melakukan asuhan keperawatan pasien.
5) Melaporkan asuhan keperawatan pasien ke PJ tugas jaga dan KaTim.
Tata cara hubungan professional antara staf keperawatan untuk menjamin asuhan
keperawatan yang berkesinambungan secara terus-menerus:

a) Kepala keperawatan mengadakan pertemuan rutin dengan kepala ruangan


minimal satu kali dalam seminggu
b) Kepala ruang mengadakan pertemuan rutin dengan seluruh staf minimal
sebulan sekali
c) Kepala ruang mengadakan pertemuan rutin dengan KaTim minimal satu kali
seminggu
d) KaTim mengadakan pre dan post conferance pada setiap awal dan akhir jaga
pagi
e) KaTim menerima serah terima AN dari tugas jaga sebelumnya
f) KaTim mendampingi serah terima antar jaga AN pada tugas jaga berikutnya
g) AN melaksanakan serah terima tugas jaga dari jaga sebelumnya dan kepada
tugas jaga berikutnya
h) KaTim melakukan dokumentasi asuhan keperawatan terutama dalam
pengkajian, menetapkan dignosa dan rencana keperawatan
i) AN melakukan dokumentasi asuhan keperawatan terutama dalam hal
pelaksanaan dan evaluasi keperawatan
j) KaTim membuat laporan tugas kepada kepala ruang setiap akhir tugas
terutama keadaan umum pasien dan permasalahan yang ada
k) KaTim melakukan motivasi/bimbingan/reinforcement kepada AN setiap hari
l) AN menggantikan tugas KaTim bila KaTim tidak ada
m) KaTim menggantikan tugas kepala ruang atau penanggung jawab ruang pada
tugas S/M/hari libur.
Tata cara hubungan kemitraan professional antara staf keperawatan dengan
dokter/tim kesehatan lain sebagai berikut

a) KaTim dan AN melakukan visite bersama dengan dokter/tim kesehatan lain


yang merawat
b) KaTim melakukan diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan lain minimal
satu kali seminggu
c) hubungan professional/kemitraan dengan dokter/tim kesehatan lain tercermin
dalan dokumen rekam medik
d) KaTim dan AN dapat segera memberikan data pasien yang akurat dengan
cepat dan tepat kepada dokter/tim kesehatan lain bila diperlukan
e) KaTim/AN menggunakan rekam medik sebagai sarana hubungan profesinal
dalam rangka pelaksanaan program kolaborasi
f) Dokter/tim kesehatan lain menggunakan rekam keperawatan sebagai sarana
hubungan professional dalam rangka program kolaborasi.
g) Dokter/tim kesehatan lain mengetahui setiap pasien siapa KaTim-nya.
h) KaTim memfasilitasi pelaksaan konsultasi pasien/keluarga dengan dokter/tim
kesehatan lain.
Tata Cara Hubungan Profesional antara staf keperawatan dengan pasien, sebagai
berikut:

a) Kepala ruang melakukan supervisi seluruh pasien yang ada di ruangan setiap
awal dinas.
b) KaTim dan AN menspervisi seluruh pasien yang menjadi tanggung jawabnya
segera setelah menerima operan tugas setiap pasien.
c) KaTim menginformasikan peraturan dan tata tertib RS yang berlaku kepada
setiap pasien atau keluaga baru.
d) KaTim memperkenalkan perawat dalam satu grup yang akan merawat selama
pasien berada di rumah sakit.
e) KaTim dan AN melakukan visite atau monitoring pasien untuk mengetahui
perkembangan atau kondisi pasien
f) KaTim memberikan penjelasan setiap rencana tindakan atau program
tindakan pengobatans sesuai wewenang dan tanggung jawabnya
g) Setiap akan melakukan tindakan keperawatan KaTim dan AN memberikan
penjelasan atas tindakan yang akan dilakukan kepada pasien dan keluarga
h) Kesediaan KaTim dan AN untuk menerima konsultasi atau keluhan
pasien/keluarga dan berusaha untuk mengatasinya
i) Pasien atau keluarga mengetahui siapa KaTim atau perawat yang bertangung
jawab selama ia dirawat dan ditulis pada papan nama pasien
j) KaTim dan AN memberitahu dan mempersiapkan pasien yang akan pulang
Tata cara serah terima jaga (operan), sebagai berikut:

a) Didahului dengan doa bersama


b) Komunikasi antar pemberi tanggung jawab dan penerima tanggung jawab
dilakukan di depan pintu dengan suara pelan dan tidak ribut
c) Menyebutkan identitas pasien dengan diagnosis medik, diagnosa
keperawatan, tindakan keperawatan yang telah dilakukan beserta waktu
pelaksanaannya
d) Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan keperawatan yang
belum dilakukan
e) Menyebutkan perkembangan pasien yang ada selama shift
f) Menginformasikan pendidikan kesehatan yang telah dilakukan (bila ada)
g) Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
h) Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta waktunya yang dilakukan
selama shift
i) Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan selama shift
j) Menginformasikan kepada pasien atau keluarga nama perawat shift
berikutnya pada akhir tugas
k) Memberi salam kepada pasien, menanyakan keluhan-keluhan pasien (dalam
rangka klarifikasi)

Tata cara Meeting Morning, sebagai berikut:

a) KaRu menyiapkan tempat untuk melakukan meeting morning


b) KaRu memberikan arahan kepada staf dengan materi yang telah disiapkan
sebelumnya
c) KaRu melakukan klarifikasi apa yang telah disampaikan kepada staf
d) Memberikan kesempatan staf untuk mengungkapkan permasalahan yang
muncul di ruangan
e) Bersama - sama staf mendiskusikan pemecahan masalah yang dapat
ditempuh
f) KaRu memberi motivasi dan reinforcement kepada staf.
Tugas KaTim pada Pre Conference :

a) Menyiapkan ruang/ tempat


b) Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggungjawabnya
c) Menjelaskan tujuan dilakukannya pre conference
d) Memandu pelaksanaan pre conference
e) Menjelaskan masalah keperawatan pasien dan rencana keperawatan yang
menjadi tanggung jawab
f) Membagi tugas kepada AN sesuai kemampuan yang dimiliki dengan
memperhatikan keseimbangan kerja
g) Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan pasien/ tindakan
h) Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian masalah yang
sedang didiskusikan
i) Mengklarifikasikan kesiapan AN untuk melaksanakan asuhan keperawatan
kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
j) Memberikan reinforcement positif pada AN
k) Menyimpulkan hasil pre conference
Tugas KATIM pada post conference, sebagai berikut:

a) Menyiapkan ruangan
b) Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung jawabnya
c) Menjelaskan tujuan dilakukannya post conference
d) Menerima penjelasan dari Ka tentang hasil tindakan atau hasil keperawatan
yang telah dilakukan
e) Mendiskusikan masalah yang ditemukan dalam memberikan askep pasien dan
mencari upaya penyelesaian masalah
f) Memberikan reinforcement positif kepada Ka
g) Menyimpulkan hasil post conference
h) Mengklarifikasi pasien sebelum melakukan operan tugas jaga shift jaga
c. Kajian Data
Penerapan MPKP di Ruang Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten belum menerapkan, akan
tetapi model yang diterapkan adalah koordinator shift. Hal dini dilandasi dengan
alasan adanya keterbatasa jumlah SDM, jumlah pasien yang terlalu banyak. Sehingga
dalam menerapkan model MPKP (metode tim) di Ruang Intensif juga harus
memperhatikan ketersediaan tenaga kerja, kualitas jenjang pendidikan, kasus yang
dihadapi, ketersediaan fasilitas dan sarana serta ketersediaan dana.

Tabel 2.21
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang
Terhadap Sistem Asuhan Keperawatan Dengan Model TIM Modifikasi
di Ruang Perawatan Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten Tanggal 23-25 Agustus 2021 (n=1)
No Uraian Tugas Observasi
SLL SR KD TDK
1. Apakah kepala ruang melakukan meeting 0 0 1 0
morning secara rutin?
2. Apakah kepala ruang membagi tugas, kepada PP 0 1 0 0
dan PA setiap hari?
3. Apabila ada permasalahan diruang, apakah 1 0 0 0
kepala ruang dapat menyelesaikan dengan baik
bersama, dengan perawat ruangan?
4. Apakah kepala ruang memberikan motivasi 1 0 0 0
kerja kepada staf keperawatan
5. Apakah kepala ruang melakukan supervisi 0 1 0 0
keperawatan secara rutin?
6. Apakah kepala ruang mengevaluasi tugas-tugas 1 0 0 0
PP/PA secara rutin?.
7. Apakah kepala ruang dalam membuat jadwal 1 0 0 0
dinas disesuaikan dengan:
a.Harian
b.Bulanan
c.Jenis Kelamin
8. Apakah kepala ruang mengadakan rapat ruang 0 1 0 0
secara rutin
9. Setiap ada kasus keperawatan yang menarik 0 1 0 0
apakah kepala ruang mengadakan pembahasan
kasus?
10. Apakah kepala ruang membuat perencanaan 1 0 0 0
untuk pengembangan SDM?
11. Apakah kepala ruang membuat rencana kerja : 1 0 0 0
a.Harian
b. Mingguan
c. Bulanan
12 Apakah kepala ruang mengikuti operan tugas 0 0 0 1
perawat dari jaga malam secara rutin
13 Apakah kepala ruang melakukan pengawasan 1 0 0 0
kedisiplinan tugas staf melalui daftar hadir yang
ada di ruangan ?
14 Apakah kepala ruang menguasai permasalahan 1 0 0 0
yang ada di ruangan ?
15. Apakah kepala ruang bisa sebagai konsultan? 0 1 0 0
16. Apakah kepala ruang bisa berperan sebagai role 0 1 0 0
model ?
Jumlah 8 6 1 1

(%) 50% 25% 2% 0%


Sumber: Observasi Ruang Ruang Perawatan Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten

d. Analisa Data
Analisa hasil di Ruang Perawatan Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten didapatkan data
sebanyak 77% bahwa kepala Ruang Perawatan Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten
melakukan tugasnya masuk dalam kriteria baik. Sehingga perlu ditingkatkan lagi
dalam hal meeting morning dan rapat dengan perawat pelaksana lainnya.
11. Pelaksanaan Tugas Perawat Associate
a. Kajian Teori
Perawat associate adalah seorang perawat yang diberi wewenang dan
ditugaskan untuk memberikan pelayanan keperawatan langsung kepada klien.
Berikut uraian tugas AN:
1) Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung berdasarkan proses
keperawatan dengan sentuhan kasih saying
2) Melaksanakan program medis dengan penuh tanggung jawab
3) Memerhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial, dan spiritual
dari klien
4) Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan
keperawatan dan pengobatan atau diagnosis
5) Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan
kemampuannya
6) Memberikan pertolongan segera pada klien gawat atau sakaratul maut
7) Membantu kepala ruangan dalam penatalaksanaan ruangan secara
administrative
8) Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada di ruangan menurut fungsinya
supaya siap pakai
9) Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, dan kenyamanan, dan
keindahan ruangan
10) Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam, atau hari libur secara
bergantian sesuai jadwal tugas 
11) Memberikan penyuluhan kesehatan sehubungan dengan penyakitnya
(PKMRS)
12) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik secara lisan
maupun tulisan 
13) Membuat laporan harian klien

b. Kajian Data
Tabel 2.22
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Tugas Perawat Associate dalam sistem Asuhan Keperawatan
di Ruang Perawatan Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten
Tanggal 23-25 Agustus 2021 (n=12)
Pre

No Uraian Tugas Observasi


SL K TP
(3) (1) (0)
1 Apakah AN Melaksanakan operan tugas 12 0 0
setiap awal dan akhir jaga dari dan kepada
AN yang ada dalam satu grup

2 Apakah AN Melakukan konfirmasi atau 12 0 0


supervisi tentang kondisi pasien segera
setelah selesai operan setiap Pasien

3 Apakah AN Melakukan do’a bersama 12 0 0


setiap awal dan akhir tugas yang dilakukan
setelah selesai serah terima operan tugas
jaga

4 Apakah PA Mengikuti pre conference yang 12 0 0


dilakukan PP setiap awal tugas

5 Apakah AN Melaksanakan asuhan 12 0 0


keperawatan kepada pasien yang menjadi
tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam
keperawatan

6 Apakah AN Melakukan monitoring respon 12 0 0


pasien dan ada bukti di rekam keperawatan

7 Apakah AN Melakukan konsultasi tentang 12 0 0


masalah pasien/keluarga kepada KATIM

8 Apakah AN Membimbing dan melakukan 12 0 0


pendidikan kesehatan kepada pasien yang
menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti
di rekam keperawatan

9 Apakah AN Menerima keluhan 12 0 0


pasien/keluarga dan berusaha untuk
mengatasinya

10 Apakah AN Melengkapi catatan asuhan 12 0 0


keperawatan pada semua pasien yang
menjadi tanggung jawabnya

11 Apakah AN Melakukan evaluasi asuhan 12 0 0


keperawatan pada semua pasien yang
menjadi tanggung jawabnya
12 Apakah AN Mengikuti post conferance 12 0 0
yang diadakan oleh KATIM pada setiap
akhir tugas dan melaporkan kondisi dan
perkembangan semua pasien yang menjadi
tanggung jawabnya kepada KATIM

13 Apakah AN Melaksanakan pendelegasian 12 0 0


tugas KATIM pada sore malam libur

14 Apakah AN Berkoordinasi dengan 12 0 0


PPJR/dokter/tim kesehatan lain bila ada
masalah pasien pada sore malam libur

15 Apakah AN Mengikuti diskusi kasus 0 3 9


dengan dokter/tim kesehatan lain setiap
seminggu sekali

16 Apakah AN Mengikuti diskusi kasus dalam 6 6 0


pertemuan rutin keperawatan di ruangan

17 Apakah AN Melaksanakan tugas lain sesuai 6 6 0


uraian tugas AN

18 Apakah NA Membantu melakukan 12 0 0


bimbingan PKK kepada peserta didik
keperawatan.

Skor 192 15 9

89% 7% 4%

Sumber Data Primer Ruang Perawatan Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten

c. Analisa Data
Analisa hasil observasi di Ruang Perawatan Intensif RSIA ‘Aisyiyah
Klaten Tanggal 23-25 Agustus 2021, didapatkan hasil presentasi 89% yang
berarti tugas perawat associate didalam sistem asuhan keperawatan
dilaksanakan dengan baik, sehingga data yang didapatkan masuk dalam kriteria
baik.
12. Pelaksanaan Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan
a. Kajian Teori
Dalam membina hubungan antar sesama perawat yang ada, baik dengan
lulusan Sarjana Keperawatan maupun DIII Keperawatan diperlukan adanya
sikap saling menghargai dan saling toleransi sehingga sebagai perawat baru
dapat mengadakan pendekatan yang baik dengan kepala ruangan, dan juga para
perawat lainnya.
Sebagai anggota profesi keperawatan, perawat harus dapat bekerja sama
dengan sesama perawat dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan terhadap klien. Dalam menjalankan tugasnya, perawat harus dapat
membina hubungan baik dengansesama perawat yang ada di lingkungan tempat
kerjanya. Dalam membina hubungan tersebut, sesama perawat harus
mempunyai rasa saling menghargai dan saling toleransi yang tinggi agar tidak
terjadi sikap saling curiga dan benci. Dalam memberikan pelayanan
keperawatan pada pasien komunikasi antartenaga kesehatan terutama sesama
perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi tentang klien dan rencana
tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat dapat tersampaikan
apabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
dapat diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan struktural, dan
hubungan intrapersonal (Kuncoro, 2015).
b. Kajian Data
Tabel 2.23
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan di Ruang Perawatan
Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten Tanggal 23 – 25 Agustus 2020 (n=13)

Observasi
SL K TP
NO Observasi

1 Penanggung jawab pelayanan mengadakan 0 13 0


pertemuan rutin KARU minimal 1x per
minggu
2 Kepala ruang mengadarkan pertemua 1 12 0
rutin dengan seluruh staf keperwatan
minima satu bulan sekali
3 Kepala ruang mengadakan pertemua rutin 13 0 0
dengan PP minimal 1x/minggu
4 PP mengadakan pre dan post conference 9 4 0
pada setiap awal dan akhir jaga pagi
5 PP menerima serah terima dari PA yang 13 0 0
bertugas jaga sebelumnya
6 PP mendampingi serah terima tugas jaga dari 13 0 0
jaga sebelum dan kepada rugas jaga
berikutnya
7 PA melaksanakan serah terima tugas jaga dari 13 0 0
jaga sebelum dan kepada tugas jaga
berikutnya
8 PP melakukan dokumentasi askep terutama 13 0 0
dalam hal pelaksanaan dan evaluasi
keperawatan
9 PA melakukan dokumentasi askep terutama 14 0 0
dalam hal pelaksanaan dan evaluasi
keperawatan
10 PP membuat laporan tugas pada Kepala 7 6 0
Ruang setiap akhir tugas terutama keadaan
umum pasien dan permasalahan yang ada
11 PP melakukan 7 6 0
motivasi/bimbingan/reinforcement dengan PA
setiap hari
12 PA menggantikan tugas PP bila PP tidak ada 13 0 0

13 Apakah PAM menggantikan tugas kepala 10 2 1


ruang atau Penanggung jawab ruang pada
tugas siang,malam atau hari libur.
125 43 1
Jumlah
73,96% 25,44% 0,59%
c. Analisa Data
Analisa hasil observasi di Ruang Perawatan Intensif RSIA ‘Aisyiyah
Klaten Tanggal 23-25 Agustus 2021 didapatkan data sebanyak 73,96% antar
staf keperawatan cukup baik dalam melakukan hubungan professional di Ruang
Perawatan Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten, sedangkan 25,44% belum maksimal
dalam melakukan hubungan antar staf. Sehingga, data yang didapatkan pada
pelaksanaan hubungan profesional antar staf keperawatan masuk dalam kriteria
cukup baik.

13. Evaluasi Pelaksanaan Profesional Antara Staff Keperawatan dengan


Dokter/Tim Kesehatan
a. Kajian Teori
Hubungan perawat dengan dokter telah terjalin seiring perkembangan kedua
kedua profesi ini, tidak terlepas dari sejarah, sifat ilmu/ pendidikan, latar
belakang personal dan lain- lain. Kedokteran dan keperawatan, walaupun kedua
disiplin ilmu ini sama- sama berfokus pada manusia, mempunyai beberapa
perbedaan. Kedokteran lebih bersifat paternalistik, yang mencerminkan figur
seorang bapak, pemimpin dan pembuat keputusan (judgment).Sedangkan
keperawatan lebih bersifat mothernalistik, yang mencerminkan figure seorang
ibu (mother instink) dalam memberikan asuhan keperawatan, kasih sayang, dan
bantuan (helping relationship) (Kuncoro, 2010).
b. Kajian Data
Tabel 2.24
Pelaksanaan Profesional Antara Staf Keperawatan dengan Dokter/Tim Kesehatan
di Ruang Perawatan Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten Tanggal 23-25 Agustus 2021 (n=13)

No Variabel yang dinilai Observasi


SL K TP

1 Apakah KATIM atau AN melakukan visite 7 6 0


bersama dengan dokter/tim kesehatan lain
yang merawat
2 Apakah KATIM melakukan diskusi kasus 2 11 0
dengan dokter/tim kesehatan minimal
1x/minggu.
3 Apakah Hubungan profesional/kemitraan 13 0 0
dengan dokter/tim kesehatan lain tercermin
dalam dokumen rekam medik.
4 Apakah KATIM atau AN dapat segera 13 0 0
memberikan data pasien yang akurat
dengan cepat dan tepat kepada dokter/tim
kesehatan lain bila dibutuhkan.
5 Apakah KATIM /AN menggunakan rekam 13 0 0
medik sebagai sarana hubungan
professional dalam rangka pelaksanaan
program kolaborasi.
6 Apakah Dokter/tim kesehatan lain 13 0 0
menggunakan rekam keperawatan sebagai
sarana hubungan professional dalam
rangka program kolaborasi.
7 Apakah Dokter/Tim kesehatan yang lain 13 0 0
mengetahui setiap pasien siapa KATIM
nya.
8 Apakah KATIM memfasilitasi 13 0 0
pelaksanaan konsultasi pasien/keluarga
dengan dokter/tim kesehatan lain.
Jumlah 87 17 0
% 83,65% 16,34% 0

c. Analisa Data
Hasil observasi di Ruang Perawatan Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten
Tanggal 23 – 25 Agustus 2021, didapatkan hasil pelaksanaan profesional antara
staf keperawatan dengan dokter/ tim kesehatan dengan jumlah presentase
83,65% yang berarti baik didalam berhubungan.

14. Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga


a. Kajian Teori
Operan merupakan sistem kompleks yang didasarkan pada perkembangan
sosio-teknologi dan nilai-nilai yang dimiliki perawat dalam berkomunikasi.
Operan shif berperan penting dalam menjaga kesinambungan layanan
keperawatan selama 24 jam (Achmad, 2012). Tujuan komunikasi selama operan
adalah untuk membangun komunikasi yang akurat, reliabel (Lardner, 1996),
tentang tugas-tugas yang akan dilanjutkan oleh staf pada shif berikutnya agar
layanan keperawatan bagi pasien berlangsung aman dan efektif, menjaga
keamanan, kepercayaan, dan kehormatan pasien, mengurangi kesenjangan dan
ketidak akuratan perawatan, serga memberi kesempatan perawat meninggalkan
pelayanan langsung. (Achmad, dkk, 2012)
Metode dalam operan jaga sebagai berikut:
1) Operan dengan metode tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Lestari (2014) di
sebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:
a) Dilakukan hanya di meja perawat.
b) Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
c) Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi
secara umum.
d) Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga
proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya
tidak up to date.

2) Operan dengan metode bedside handover


Menurut Lestari (2014) operan yang dilakukan sekarang sudah
menggunakan model bedside handover yaitu handover yang dilakukan di
samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga pasien
secara langsung untuk mendapatkan feedback. Secara umum materi yang
disampaikan dalam proses operan jaga baik secara tradisional maupun
bedside handover tidak jauh berbeda, hanya saja pada bedside handover
memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
a) Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait
kondisi penyakitnya secara up to date.
b) Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan
perawat.
c) Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi
pasien secara khusus.
3) Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan
pasien jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi
penyakit atau persepsi medis yang lain. Operan memiliki beberapa metode
pelaksanaan diantaranya:
a) Menggunakan Tape recorder, melakukan perekaman data tentang
pasien kemudian diperdengarkan kembali saat perawat jaga selanjutnya
telah datang. Metode itu berupa one way communication.
b) Menggunakan komunikasi oral atau spoken
c) Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi
d) Menggunakan komunikasi tertulis (written)
e) Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record
saja atau media tertulis lain.

b. Kajian Data
Tabel 2.25
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga (Operan) di Ruang Perawatan Intensif
RSIA ‘Aisyiyah Klaten Tanggal 23 – 25 Agutus 2021 (n=13)
No Variabel yang dinilai Observasi
Ya Tidak
1 Serah terima didahului dengan doa bersama 13 0
2 Komunikasi anatar pemberi tanggung jawab dan penerima 10 3
tanggung jawab dilakukan di depan pintu dengan suara
perlahan/ tidak rebut
3 Menyebutkan identitas pasien, dx medis, dx dan tindakan 13 0
keperawatan yang telah dilakukan beserta waktu
pelaksanaannya
4 Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan 13 0
keperawatan yang belum dilakukan
5 Menyebutkan perkembangan pasien yang ada selama shift 13 0
6 Menginformasikan pendidikan kesehatan yang telah 13 0
dilakukan (bila ada)
7 Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan 13 0
8 Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta waktunya 13 0
yang dilakukan selama shift
9 Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan selama 13 0
shift
10 Menginformasikan kepada pasien/ keluarga nama perawat 13 0
shift berikutnya pada akhir tugas
11 Memberi salam kepada pasien, keluarga serta mengobservasi 13 0
dan menginspeksi keadaan pasien, menanyakan keluhan-
keluhan pasien (dalam rangka klarifikasi)
Jumlah 140 3
% 98% 2%
Sumber : Hasil Observasi tanggal 23-25 Agustus 2021

c. Analisa Data

Analisa hasil observasi di Ruang Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten Tanggal


23 – 25 Agustus 2021, didapatkan data 98% perawat sudah melakukan operan
jaga. Dari hasil observasi perawat dalam melakukan operan jagaa termasuk
dalam kriteria baik, dan perlu meningkatkan dan mempertahankan dalam
melakukan operan jaga.
15. Pelaksanaan Meeting Morning
a. Kajian Teori
Salah satu aktifitas pengorganisasian di sebuah bangsal adalah adanya
Meeting  Morning yaitu suatu pertemuan yang dilakukan di pagi hari sebelum
dimulainya operan tugas jaga antara shift malam ke shift pagi. Tujuan dari
pelaksanaan kegiatan ini adalah koordinasi intern ruang perawatan sebagai
wahana informasi dan komunikasi. Banyak hal yang dapat disampaikan dalam
forum itu tapi waktu dibatasi hanya 15 menit.

b. Kajian Data
Tabel 2.26
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Meeting Morning Kepala Ruang di Ruang Perawatan Intensif
RSIA ‘Aisyiyah Klaten Tanggal 23 – 25 Agustus 2021 (n=13)
No Variabel yang dinilai Pelaksanaan
Y T
1. Ka. Ru menyiapkan tempat untuk melakukan 1 0
meeting morning
2. Ka. Ru memberikan arahan kepada staff dengan 1 0
materi yang telah disiapkan sebelumnya
3. Ka. Ru melakukan klarifikasi apa yang telah 1 0
disampaikan kepada staff
4. Memberikan kesempatan staff untuk 1 0
mengungkapkan permasalahn yang muncul di
ruangan
5. Bersama-sama staff mendiskusikan pemecahan 1 0
masalah yang dapat ditempuh
6. Ka. Ru memberi motivasi dan reinforcement 1 0
kepada staff
Jumlah 6 0
% 100 0
% %
Sumber : Hasil Observasi Tanggal 23-25 Agustus 2021

c. Analisa Data
Analisa hasil observasi di Ruang Perawatan Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten
Tanggal 23-25 Agustus 2021, didapatkan data sebanyak 100% bahwa kepala
ruang Perawatan Intensif melaksanakan meetting morning pada pagi hari.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruang bahwa tindakan meeting
morning dilakukan secara daring melalu sosial media (grup whatsapp)
dikarenakan kondisi ruangan yang tidak kondusif akibat pandemi covid- 19.
16. Pelaksanaan Pre Conference
a. Kajian Teori
Pre conference adalah komunikasi KaTim dan perawat pelaksana setelah selesai
operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim
atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang,
maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat
(rencana harian), dan tambahan rencana dari KaTim dan PJ tim (Modul MPKP).
Tujuan dari pre conference yaitu untuk membantu untuk mengidentifikasi
masalah-masalah pasien, merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi
hasil, mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan, memberikan
kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien. Waktu pre conference
setelah operan jaga. Kegiatan :
1) Ketua tim atau Pj tim membuka acara
2) Ketua tim atau pj tim menanjakan rencana harian masing – masing perawat
pelaksana
3) Ketua tim atau Pj tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait
dengan asuhan yang diberikan saat itu.
4) Ketua tim atau Pj tim memberikan reinforcement.
5) Ketua tim atau Pj tim menutup acara
b. Kajian Data
Tabel 2.27
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Pre Conference di Ruang Perawatan Intensif
RSIA ‘Aisyiyah Klaten Tanggal 27 – 29 Oktober 2020 (n=13)
No Variabel yang dinilai Pelaksanaan
Ya Tidak
1 Menyiapkan ruang/ tempat 13 0
2 Menyiapkan rekam medic pasien yang 13 0
menjadi tanggung jawabnya
3 Menjelaskan tujuan dilakukan pre-conference 13 0
4 Memandu pelaksanaan pre-conference 13 0
5 Menjelaskan masalah keperawatan pasien dan 13 0
rencana keperawatan yang menjadi tanggung
jawabnya
6 Membagi tugas kepada AN sesuai kemampuan 13 0
yang dimiliki dengan memperhatikan
keseimbangan kerja
7 Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan 13 0
asuhan pasien/ tindakan
8 Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan 13 0
penyelesaian masalah yang sedang
didiskusikan
9 Mengklarifikasikan kesiapan AN untuk 13 0
melaksanakan asuhan keperawatan kepada
pasien yang menjadi tanggung jawabnya
10 Memberikan reinforcement positif pada AN 13 0
11 Menyimpulkan hasil pre conference 13 0
Jumlah 143 0
Total (%) 100% 0%
Sumber: Data Primer Ruang Perawatan Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten

c. Analisa Data
Analisa hasil observasi di Ruang Perawatan Intensif RSIA ‘Aisyiyah
Klaten Tanggal 23-25 Agustus 2021, didapatkan bahwa hasil presentase 100%
telah melakukan pre conference di ruang Perawatan Intensif sesuai dengan
standar operasional prosedur (SOP) yang ditetapkan Rumah Sakit. Hal ini sesuai
dengan teori yang disampaikan oleh Asmuji (2012) yang memaparkan bahwa
pre conference merupakan salah satu bagian dari MPK Tujuan dari pre
conference yaitu untuk membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah
pasien, merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil, mempersiapkan
hal-hal yang akan ditemui di lapangan, memberikan kesempatan untuk
berdiskusi tentang keadaan pasien. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa ruang
Perawatan Intensif dengan kategori baik dalam melakukan pre conference.
17. Pelaksanaan Post Conference
a. Kajian Teori
Post conference adalah komunikasi KaTim dan perawat pelaksana tentang
hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post
conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan
(tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh KaTim atau Pj tim (Modul
MPKP). Tujuan post conference adalah untuk memberikan kesempatan
mendiskusikan penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang
dijumpai. Waktu post conference sebelum operan ke dinas berikutnya. Kegiatan
sebagai berikut:
1) Ketua tim atau Pj tim membuka acara.
2) Ketua tim atau Pj tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah
diberikan.
3) Ketua tim atau Pj tim yang menanyakan tindakan lanjut asuhan klien yang
harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya.
4) Ketua tim atau Pj menutup acara.

b. Kajian Data
Tabel 2.28
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Post Conference di Ruang Perawatan Intensif
RSIA ‘Aisyiyah Klaten Tanggal 23 – 25 Agustus 2021 (n=13)

No Variabel yang dinilai Post Orientasi


Ya Tidak
1. Menyiapkan ruang atau tempat 13
2. Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung 13
jawabnya
3. Menjelaskan tujuan dilakukannya post conference 13
4. Menerima penjelasan dari PA tentang hasil tindakan atau hasil 13
asuhan keperawatan yang telah dilakukan PA
5. Mendiskusikan masalah yang ditemukan dalam memberikan 13
askep pasien dan mencari upaya penyelesaian masalah
6. Memberikan reinforcement kepada PA 13
7. Menyimpulkan hasil post conference 13
8. Mengklarifikasi pasien sebelum melakukan operan tugas jaga 13
shif jaga berikutnya (melakukan ronde keperawatan)
Jumlah 104 0
Total (%) 100% 0%

c. Analisa Data
Analisa hasil observasi di Ruang Perawatan Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten
Tanggal 23 – 25 Agustus 2021, didapatkan bahwa hasil presentase 100% telah
melakukan post conference di ruang Perawatan Intensif sesuai dengan standar
operasional prosedur (SOP) yang ditetapkan Rumah Sakit. Hal ini sesuai dengan
teori yang disampaikan oleh Asmuji (2012) yang memaparkan bahwa post
conference merupakan salah satu bagian dari MPKP, yang mana post
conference bertujuan unuk memberikan kesempatan mendiskusikan
penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai. Sehingga,
dapat disimpulkan bahwa ruang Perawatan Intensif dengan kategori baik dalam
melakukan post conference.

18. Rekapitulasi Unsur Proses Manajemen Keperawatan


Tabel 3.29
Hasil Rekapitulasi Evaluasi Unsur Proses Manajemen Keperawatan
di Ruang Perawatan Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten Tanggal 23 – 25 Agustus 2021

No Variable yang dilakukan Jumlah (%) Kategori


1 Pendokumentasian asuhan 100 Baik
keperawatan
2 Universal Precaution 100 Baik
3 Cuci tangan dengan benar 91 Baik
4 Pengelolahan sampah 100 Baik
5 6 solusi patient safety 95 Baik
6 Discharge planning 82 Baik
7 Orientasi pasien baru 82 Baik
8 Komunikasi terapeutik 83 Baik
9 Tugas Karu 77 Baik
10 Tugas PA 89 Baik
11 Hubungan professional antar 73,96 Baik
staf keperawatan
12 Hubungan professional antar 83,65 Baik
perawat dengan dokter
13 Operan jaga 98 Baik
14 Meeting morning 100 Baik
15 Pre conference 100 Baik
16 Post conference 100 Baik
Sumber: Data Primer Ruang Perawatan Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten
C. Unsur Output
1. Efisiensi Ruang Perawat
a. Kajian Teori
Efisiensi pengelolaan rumah sakit secara garis besar dapat dilihat dari dua
segi, yaitu segi medis meninjau efisiensi dari sudut mutu pelayanan medis dan dari
segi ekonomi meninjau efisiensi dari sudut pendayagunaan sarana yang ada. Grafik
Barber-Johnson adalah grafik yang secara visual dapat menyajikan dengan jelas
tingkat efisiensi kedua segi diatas. Grafik Barber-Johnson menggambarkan
bagaimana pemakaian empat parameter yaitu BOR (Bed Occupancy Rate), LOS
(Length Of Stay), TOI (Turn Over Internal), dan BTO (Bed Turn Over) sebagai
salah satu indikator efisiensi pengelolaan rumah sakit. (Sudra, 2010). Efisiensi
pelayanan meliputi 4 (empat) indikator mutu pelayanan kesehatan rumah sakit,
yang meliputi:
1) seberapa efektifitas pemakaian
tempat tidur yang ada disuatu ruangan atau rumah sakit dalam jangka waktu
tertentu. Standar nasional untuk RSU dalam satu tahun adalah 60 – 85%
(Sudra, 2010).
BOR = Jumlah hari perawatan X 100%
Jumlah TT X hari perawatan
2) LOS (Length Of Stay), LOS
menurut Sudra (2010) adalah ratarata lama rawat seorang pasien. Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat
dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai
LOS yang ideal antara 6-9 hari (Sudra, 2010).
LOS = Lama hari perawatan
Jumlah pasien keluar hidup atau mati
3) TOI (Turn Over Internal),
merupakan indikator mutu pelayanan keperawatan yang menunjukkan waktu
rata-rata suatu tempat tidur kosong atau waktu antara satu tempat tidur
ditinggalkan oleh pasien sampai dengan diisi lagi. Standar 1 – 3 hari untuk
RSU dalam satu tahun (Sudra, 2010).
TOI = Jumlah hari rawat
Jumlah tempat tidur
4) BTO (Bed Turn Over),
merupakan indikator yang menunjukkan frekuensi pemakaian tempat tidur di
suatu rumah sakit dalam satu satuan waktu tertentu. BTO menggambarkan
tentang tingkat pemakaian tempat tidur. Standar 40 – 45 kali untuk RSU dalam
satu tahun (Sudra, 2010).
BTO = Jumlah pasien keluar (H+M)
Jumlah tempat tidur

b. Kajian Data
Tabel 2.30
Indikator Efisiensi Ruangan RSIA Aisyiyah Klaten
No. Indikator Standar
1. BOR 60 – 85%
2. LOS 7 – 10 Hari
3. TOI 1 – 3 hari
4. BTO 40– 45 kali/ tahun

Tabel 2.31
Hasil Evaluasi Efisiensi Ruang Perawatan Intensif RSIA Aisyiyah Klaten bulan
Mei – Juli 2021
No Indikator Hasil Standar
1. BOR 59,79 % 60 – 85%
2. LOS 3,1 6 – 9 hari
3. TOI 3,2 1 – 3 hari
4. BTO 9,5 40 – 45 kali/tahun
Sumber : Data Sekunder indikator mutu ruang intensif RSIA Klaten

c. Analisa Data

1) BOR (Rasio penggunaan tempat tidur) di Ruang Perawatan Intensif RSIA


Aisyiyah Klaten bulan Mei-Juli 2021 rata-rata 59,79% dengan demikian
pemakaian tempat tidur di Ruang intensif belum memenuhi batas standar
ketentuan nasional untuk RS yaitu 60 – 85%.
2) LOS (lama waktu yang dirawat pada setiap pasien ) di Ruang Perawatan
Intensif RSIA Aisyiyah Klaten bulan Mei-Juli 2021 adalah 3,1 hari
menunjukkan lama rata-rata hari perawatan kurang dari standar nasional
untuk RS yaitu 6 - 9 hari.
3) TOI (waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong) di Ruang Intensif RSIA
Aisyiyah Klaten bulan Mei-Juli 2021 adalah 3,2 hari menunjukkan waktu rata-
rata tempat tidur kosong antara 3 sampai 2 hari tempat tidur sudah terisi
kembali dengan pasien yang baru, berarti sesuai dengan standar nasional yaitu
1-3 hari.
4) BTO (Frekuensi pemakaian tempat tidur) di Ruang Perawatan Intensif RSIA
Aisyiyah Klaten bulan Mei-Juli 2021 adalah 9,5 kali hal ini menunjukkan satu
bed digunakan sebanyak 9,5 kali sebulan. Penggunaan yang efisien karena
sesuai dengan dengan standar nasional 40-45 kali.
2. Penerapan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) Instrument ABC
Asuhan keperawatan profesional merupakan dasar bagi terselenggaranya
pelayanan prima. Asuhan keperawatan tersebut diberikan oleh tenaga keperawatan
yang memiliki kewenangan dan kompetensi yang telah ditetapkan oleh profesi.
Ciri mutu asuhan keperawatan menurut Depkes RI (2011), adalah :
a. Memenuhi standart profesi
b. Sumber daya dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif
c. Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan
d. Memuaskan pasien dan tenaga keperawatan
e. Aspek sosial, ekonomi, budaya, etika, dan tata nilai masyarakat diperhatikan
dan dihormati.
Oleh karena hal tersebut pemberian asuhan keperawatan yang profesional dan
sesuai standar diharapkan mampu menjawab kompetisi di era global, sehingga pasien
dapat mendapatkan kepuasan dalam pelayanan keperawatan. Mutu asuhan
keperawatan yang prima akan terwujud apabila :
a. Asuhan keperawatan diberikan berdasarkan standar dan kode etik profesi
keperawatan.
b. Dilakukan evaluasi secara periodik dan terus-menerus
c. Ada upaya tindak lanjut untuk perbaikan
d. Komitmen yang tinggi dari seluruh staf keperawatan
Standar penilaian yang digunakan untuk menilai mutu asuhan keperawatan
adalah dengan menggunakan instrumen A, B, dan C. Adapun rentang nilai untuk
instrumen ABC adalah :
a. Kriteria baik (76-100%)
b. Kriteria cukup (56-75%)
c. Kriteria kurang (40-55%)
d. Kriteria tidak baik (kurang dari
40%)

Adapun instrumen A, B, C meliputi :


a. Instrumen A
1) Kajian Teori
Instrumen A merupakan evaluasi terhadap pendokumentasian asuhan
keperawatan yang telah baku. Evaluasi dilakukan terhadap dokumentasi
asuhan keperawatan pasien yang dirawat minimal 3 hari. Dokumentasi
keperawatan adalah sistem pencatatan kegiatan asuhan keperawatan sekaligus
pelaporan semua kegiatan asuhan keperawatan sehingga terwujud data yang
lengkap, nyata dan tercatat tingkat kesakitan pasien maupun jenis, kualitas dan
kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien.
Dokumentasi keperawatan merupakan sesuatu yang mutlak harus ada untuk
perkembangan keperawatan, khususnya proses profesionalisasi keperawatan
serta upaya untuk membina dan mempertahankan akontabilitas perawat dan
keperawatan. Dalam membuat dokumentasi harus memperhatikan aspek-aspek
: Keakuratan Data, Breavity (ringkas), Legibility (mudah dibaca).
Komponen Dokumentasi Keperawatan (Nursalam, 2014):
a) Pengkajian
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan
dikumpulkan secara terus menerus tentang keadaan pasien untuk
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data harus bermanfaat bagi
semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian meliputi
pengumpulan data, pengelompokan data dan perumusan masalah.
Pengumpulan data dari hasil wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan
penunjang.
b) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menggambarkan masalah pasien baik aktual maupun
potensial berdasarkan hasil pengkajian data. Diagnosa dirumuskan
berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisa, dibandingkan dengan
fungsi normal kehidupan pasien (Marelli, 2012). Kriteria diagnosa
dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan
pasien, dibuat sesuai dengan wewenang perawat, dengan komponen terdiri
atas masalah, penyebab dan tanda gejala (PES) atau terdiri dari masalah dan
penyebab (PE) yang bersifat aktual apabila masalah kesehatan sudah nyata
terjadi dan bersifat potensial apabila masalah kesehatan kemungkinan besar
akan terjadi, dapat ditanggulangi oleh perawat.
c) Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan
dengan komponen rencana perawatan meliputi prioritas masalah, tujuan
implementasi dan rencana tindakan. Prioritas masalah ditentukan dengan
memberi prioritas utama masalah yang mengancam kehidupan dan prioritas
selanjutnya masalah yang mengancam masalah kesehatan pasien. Prioritas
ketiga adalah masalah yang mempengaruhi perilaku.
d) Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan dengan
maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi yang mencakup aspek
peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan
mengikut sertakan pasien dan keluarga. tindakan keperawatan, aktivitas
keperawatan. Pelaksanaan tindakan keperawatan harus sesuai dengan
rencana yang ada, menyangkut keadaan bio-psiko-sosio-spiritual pasien,
menjelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilaksanakan kepada
klien, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dengan menggunakan
sumber-sumber yang ada, menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik,
menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, menjaga privasi, dan
mengutamakan keselamatan pasien, melaksanakan perbaikan tindakan
berdasarkan respon pasien, merujuk dengan segera bila ada masalah yang
mengancam keselamatan pasien, mencatat semua tindakan yang telah
dilaksanakan, merapikan pasien dan alat setiap selesai tindakan,
melaksanakan tindakan perawatan pada posedur teknik yang telah
ditentukan.
e) Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan secara periodik sistematis, dan berencana untuk
menilai perkembangan keadaan pasien. Evaluasi dilaksanakan dengan
memeriksa kembali hasil pengkajian awal dan intervensi awal untuk
mengidentifikasi masalah dan rencana keperawatan pasien termasuk strategi
keperawatan yang telah diberikan untuk memecahkan masalah pasien.
Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan lain dan dilakukan
sesuai dengan standar.

f) Catatan asuhan keperawatan


Pencatatan merupakan data tertulis tentang kesehatan pasien dan
perkembangan pasien selama dalam pemberian asuhan keperawatan.
Pencatatan dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan.
Pencatatan dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi, dan
laporan, dilakukan setelah tindakan dilaksanakan. Penulisan harus jelas dan
ringkas serta menggunakan istilah yang baku sesuai dengan pelaksanaan
proses keperawatan. Setiap pencatatan harus mencantumkan paraf dan
nama perawat yang melaksanakan tindakan dan waktu pelaksanaan dan
menggunakan formulir yang telah ada dan disimpan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
2) Kajian Data
Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan instrument A yang sudah
dibakukan oleh Depkes (2011). Studi dokumentasi dilakukan pada 6
dokumentasi pasien di Ruang Intensif dengan kriteria pasien pulang dan
pasien dengan lama perawatan minimal 3 hari. Hasil yang diperoleh dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.32
Hasil Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Di Ruang Intensif
RSIA ‘Aisyiyah Klaten
Klaten bulan Mei – Juli 2021 (n=13)
No Aspek yang Hasil Keterangan
dinilai
1 Pengkajian 100% - Dari data di dapat skore 100%
pengkajian masuk kriteria baik,
perawat melakukan pengkajian
langsung setelah pasien datang sesuai
dengan penyakitnya tetapi tidak
semua pengkajian ditanyakan.
- Perawat melengkapi pengkajian
dalam waktu 24 jam, data dikaji
sejak pasien masuk sampai pasien
pulang dengan lengkap.
2 Diagnosa 100% - Dari data di dapat hasil 100%
Sebagian besar diagnosa
keperawatan sudah mencangkup
etiologi dan problem (PE). Diagnosa
sudah sesuai dengan prioritas
masalah dan kondisi pasien.
3 Perencanaan 100% - Dari data di dapat hasil 100%
termasuk kategori baik. diagnosa
sudah sesuai dengan prioritas
masalah yang ada. Dan perencanaan
sudah sesuai dengan keadaan pasien
- Perawat sudah menuliskan Rumusan
tujuan yang mengandung komponen
ONEC dan sebagian sudah
menulisakan rencana tindakan
mencakup PENKES dan yang
menggambarkan keterlibatan klien
dan keluarga.
4 Implementasi 100% - Dari data di dapat hasil 100%
termasuk kriteria baik. perawat sudah
melakukan tindakan keperawatan dan
sudah melakukan pendokumentasian
dengan benar
- Tindakan yang dilakukan sesuai
dengan perencanaan sebelumnya,
dalam melakukan tindakan
memperhatikan respon pasien dan
melakukan pendokumentasian dalam
hal penkes.
5 Evaluasi 100% - Evaluasi mendapat hasil 100%
termasuk kategori baik, dalam
evaluasi sudah ditulis setiap hari
secara keseluruhan dan sesuai dengan
SOAP, perawat dalam melakukan
evaluasi secara keseluruhan di
pisahan per item dan dalam planing di
tulis secara spesifik.
6 Dokumentasi 100% - Dari hasil tersebut 100% masuk
kategori baik perawat melakukan
dokumentasi tindakan setiap hari dan
setiap sift, pendokumentasian
dilakukan dengan jelas, ringkas dan
dengan istilah yang benar
- Pencatatan tindakan kolaborasi yang
dilakukan sudah didokumentasikan.
Rata-rata 100%
Sumber : Data Primer Ruang Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten
3) Analisa Data
Berdasarkan hasil analisa data diatas tentang pendokumentasian
keperawatan didapatkan data sebagai berikut :
a) Pengkajian
Setelah dilakukan studi dokumentasi terhadap status pasien mengenai
pengkajian keperawatan didapatkan data bahwa format pengkajian telah
tersedia pada masing-masing status pasien, pengkajian dilakukan dengan
memberikan tanda (√) pada pernyataan yang sesuai dengan kondisi
pasien. Pengisian format pengkajian status pasien sudah lengkap. Selain
itu, pengkajian pada pemeriksaan fisik sudah dilengkapi, namun tidak
menjelaskan pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi. Dari keseluruhan pengkajian sebesar 100% dengan katagori
baik dan sebaiknya perlu untuk di pertahankan dan ditingkatkan pada
kelengkapan data pengkajian pemeriksaan fisik.
b) Diagnosa Keperawatan
Dalam menuliskan diagnosa keperawatan sebagian perawat sudah
memilahkan dalam perumusan masalah antara diagnosa aktual/
risiko/potensial, diagnosa keperawatan sudah dirumuskan dengn benar.
Dari keseluruhan pengkajian diagnosa keperawatan sebesar 100%
dengan kategori baik dan perlu dipertahankan pada perumusan diagnosa
keperawatan dengan benar dan lebih diperhatikan pemilahan masalah
antara diagnosa aktual/resiko/potensial dan prioritas diagnosa
keperawatan.
c) Rencana Keperawatan
Dari hasil observasi pendokumentasian tahap perencanaan sudah
terlaksana mencapai 100% menunjukkan sudah baik. Hal ini dibuktikan
dengan pendokumentasian perencanaan dan sudah sesuai dengan
diagnosa keperawatan. Sebagian besar perencaaan keperawatan sudah
mengandung komponen spesifik, bisa diukur, bisa dicapai, realistik dan
ada batas waktu (ONEC), sebagian besar menuliskan kriteria hasil dalam
perencanaan. Rencana mencakup tindakan yang menggambarkan
keterlibatan keluarga.
d) Implementasi Keperawatan
Dari pengkajian implementasi sebesar 100% termasuk dalam katagori
baik. Beberapa tindakan yang dilakukan perawat didokumentasikan,
perawat mencantumkan tanggal, jam, keadaan umum pasien serta
tindakan rutinitas seperti pemberian terapi obat dan ttv, tindakan-
tindakan seperti pendidikan kesehatan, tindakan yang melibatkan
keluarga dan tindakan kolaborasi.
e) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan sebagian besar 100%
dalam katagori baik. Sebagian besar sudah merujuk pada tiap diagnosa
yang diangkat. Evaluasi yang ditulis adalah evaluasi secara keseluruhan
pada kondisi pasien dan sebagian diagnosa yang sudah teratasi dituliskan
lagi, atau masalah baru yang muncul serta planning nya dijelaskan secara
spesifik. Hal ini dikarenakan perawat melakukan nya secara rutinitas
selain itu banyak nya kegiatan yang harus didokumentasikan dalam
ruangan tersebut.
f) Dokumentasi
Catatan asuhan keperawatan di Ruang Intensif sudah dalam katagori
baik, dengan skor 100%. Hal ini dibuktikan dengan catatan ditulis pada
format yang ada. Catatan keperawatan, catatan medis dan catatan
penunjang tetap dalam satu rekam medis. Pencatatan yang dilakukan
sebagian sudah mencantumkan nama terang dan tanda tangan.
b. Instrumen B
Instrumen B mengevaluasi tentang persepsi pasien terhadap mutu terhadap mutu
asuhan keperawatan dengan cara menyebarkan angket kepada pasien yang
memenuhi kriteria yaitu sudah dirawat inap minimal tiga hari, bersedia mengisi
kuesioner. Pada saat angket dibagikan, pasien telah diberikan penjelasan. Salah
satu indikator mutu asuhan keperawatan adalah dilihat dari persepsi klien tentang
mutu asuhan keperawatan yang diberikan. Untuk mengevaluasi hal ini perlu suatu
instrument yang baku. RSIA Aisyiyah Klaten menggunakan format standar
asuhan keperawatan yang telah ditetapkan oleh rumah sakit untuk mengevaluasi
persepsi klien terhadap mutu asuhan keperawatan.
1) Kajian Teori
Mutu asuhan keperawatan dapat dilihat dari persepsi pasien tentang mutu
asuhan keperawatan yang diberikan. Dan untuk mengevaluasi hal ini juga perlu
suatu instrumen yang baku menggunakan format standar asuhan keperawatan
yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
a) Peningkatan Mutu
Menurut Donabedian, mutu pelayanan dapat diukur dengan menggunakan
tiga variabel yaitu, input, proses, dan output. (Nursalam, 2013). Mutu
pelayanan keperawatan yang merupakan hasil kegiatan asuhan keperawatan
adalah terjaminnya penerapan standar asuhan keperawatn yang dilakukan
oleh perawat berdasarkan pendekatan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian data, penyusunan diagnosa, melakukan perencanaan, tindakan,
dan evaluasi. Lima dimensi yang menentukan mutu pelayanan yang dikaitkan
dengan kepuasan pasien:
(1) Tangibles (bukti nyata), meliputi fasilitas fisik, peralatan yang digunakan
dan penampilan karyawan.
(2) Reliability (kehandalan) yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera dan memuaskan.
(3) Responsiviness (daya tanggap), yaitu kesediaan petugas dalam
memberikan pelayanan dengan tanggap.
(4) Assurance (jaminan) mencakup kemampuan, kesopanan, sifat yang
dipercaya dari petugas, bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan.
(5) Emphaty (Empati), yaitu penyediaan perhatian dan kepedulian orang per
orang kepada pelanggan.
Aspek mutu pelayanan didalam rumah sakit dapat dilihat dari segi aspek yang
berpengaruh. Menurut Nursalam (2014) Aspek berarti termasuk hal-hal yang
secara langsung atau tidak berpengaruh terhadap penilaian. Keempat aspek itu
adalah seperti berikut :
(1) Sumber Daya Dimensi Mutu Pelayanan
Dimensi mutu pelayanan untuk mengukur sejauhmana suatu pelayanan
telah mencapai standar program dan standar pelayanan kesehatan.
(2) Kompetisi Teknis
Kompetisi teknis terkait dengan ketrampilan, kemampuan dan penampilan
petugas, manajer, dan staff pendukung. Kompetensi teknis berhubungan
dengan bagaimana cara petugas mengikuti standar pelayanan yang telah
ditetapkan dalam hal dapat dipertanggungjwabkan atau dihandalkan
(dependability), ketepatan (accurancy), ketahanan uji (reliability), dan
konsistensi (concitency).
(3) Akses terhadap pelayanan
Hal ini berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan
geografis, sosial, ekonomi, budaya, organisasi, atau hambatan bahasa.
Akses geografis dapat diukur dengan jelas transportasi, jarak, waktu
perjalanan, dan hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang
untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Akses ekonomi berkaitan dengan
sejauh mana pelayanan diatur untuk kenyamanan pasien, jam kerja klinik,
dan waktu tunggu.
(4) Efektivitas
Kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektivitas yang menyangkut
norma pelayanan kesehatan dan petunjuk klinis sesuai dengan standar yang
ada.
(5) Hubungan antara manusia
Hubungan antara manusia berkaitan dengan interaksi antara petugas
kesehatan dengan pasien, manajer, petugas, dan antara tim kesehatan
dengan masyarakat. Hubungan antara manusia yang baik akan
menanamkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara menghargai,
menjaga rahasia, menghormati, responsive, memberi perhatian.
(6) Efisiensi
Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang optimal daripada
memaksimalkan pelayanan kepada pasien dan masyarakat. Petugas akan
memberikan pelayanan yang terbaik dengan yang dimiliki.
(7) Kelangsungan pelayanan
Kelangsungan pelayanan berarti klien akan menerima pelayanan yang
lengkap yang dibutuhkan (termasuk rujukan) tanpa interupsi.
(8) Keamanan dan Kenyamanan
Kenyamanan mempengaruhi kepuasan pasien dan bersedianya kembali ke
fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan berikutnya.
2) Kajian Data
Tabel 2.33
Evaluasi Mutu Pelayanan Asuhan Keperawatan Di Ruang Intensif RSIA Aisyiyah Klaten
Berdasarkan Depkes (n= 6)
Pelaksanaan
No. Kriteria Kadang- Tidak
Selalu Sering kadang pernah
Apakah dokter mengunjungi
1 6 0 0 0
anda setiap hari
Apakah dokter yang
2 memeriksa anda dengan 4 2 0 0
ramah
Apakah dokter menjelaskan
3 penyakit anda dan 2 3 1 0
tindakannya
Apakah dokter meluangkan
4 0 1 2 3
waktu untuk konsultasi
Apakah perawat
5 mengenalkan diri kepada 5 1 0 0
pasien/keluarga
Apakah perawat yang
6 merawat anda bersikap 4 1 1 0
ramah
Apakah perawat
7 memperhatikan dan 3 2 1 0
menanggapi keluhan anda
Apakah anda/keluarga
merasa dibimbing oleh
8 perawat untuk merawat diri 4 1 1 0
anda (contoh : di sibin,
menggunakan pispot, dll)

Menurut anda apakah


9 perawat bekerja dengan 4 2 0 0
terampil

Bila anda membutuhkan


10 pertolongan apakah dilayani 3 1 2 0
dengan cepat
Apakah perawat menjelaskan
dimana tempat tempat
11 penting untuk kelancaran 2 3 1 0
perawatan (kamar mandi,
ruang tata usaha, dll)
Apakah anda mendapat
12 pelayanan administrasi 4 2 0 0
dengan baik dan cepat

Apakah rekening yang anda


13 4 1 1 0
dapatkan tepat hitung

Apakah anda diberi


14 3 3 0 0
penjelasan tentang biaya
Apakah ruangan selalu dalam
15 2 2 2 0
keadaan bersih

Apakah sprei, selimut dan


sarung bantal dalam kondisi
16 4 2 0 0
baik, selalu bersih, dan
diganti setiap kotor
Apakah kamar mandi selalu
17 dibersihkan, tidak berbau, 3 2 1 0
dan tidak licin

Apakah makanan disajikan


18 6 0 0 0
tepat waktu

Apakah makanan yang


19 disajikan bervariasi dan 3 3 0 0
cukup enak
Apakah petugas penyaji
20 5 1 0 0
makanan bersikap ramah
  Jumlah 59,1% 27,5% 10,8% 2,5%

3) Analisa Data
Berdasarkan kajian data diatas yang dinilai dari pembagian angket kepada 6
orang keluarga pasien di Ruang Perawaan Intensif pada tanggal 25 Agustus
2021 didapatkan hasil pasien menjawab selalu sebesar 59,1%, sering sebesar
27,5%, kadang-kadang 10,8% dan tidak pernah 2,5%. Dari hasil diatas dapat
disimpulkan bahwa persepsi keluarga pasien terhadap mutu asuhan
keperawatan Ruang Perawatan Intensif dikategorikan cukup.
c. Instrumen C
1) Kajian Teori
Merupakan kepatuhan karyawan terhadap SOP (metode observasi) di
Ruang Intensif. Observasi dilakukan selama 3 hari mulai tanggal 23-
25 agustus 2021. Dalam melakukan tindakan keperawatan, harus sesuai
ataupun mengacu pada SOP atau protap yang ada sesuai standar yang
telah ditentukan yang mengacu pada pedoman Departemen Kesehatan.
2) Kajian Data

Tabel 2.34
Hasil Data Pengkajian Komunikasi Terapeutik
Di Ruang Intensif RSIA Aisyiyah Klaten
Tanggal 23-25 Agustus 2021 (n=13)
No. Kegiatan Pelaksanaan
Ya Tidak
A Tahap Pre Interaksi
1. Mengumpulkan data tentang pasien 13 0
2. Menyiapkan alat 13 0
3. Cuci tangan 13 0
B Tahap Pelaksanaan
4. Memberi salam dan tersenyum pada pasien 13 0
5. Melakukan validasi 13 0
6. Memperkenalkan nama perawat 13 0
7. Menanyakan nama panggilan kesukaan pasien 0 13
8. Menjelaskan tanggung jawab perawat 13 0
9. Menjelaskan peran perawat 13 0
10. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan 13 0
11. Menjelaskan tujuan 13 0
12. Menjelaskan waktu yang dibutuhkan 0 13
13. Menjelaskan kerahasiaan 0 13
C Tahap Kerja
14. Memberikan kesempatan klien bertanya 13 0
15. Menanyakan keluhan pasien 13 0
16. Memulai kegiatan dengan cara baik 13 0
17. Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana 13 0
D Tahap Terminasi
18. Menyimpulkan hasil kegiatan 13 0
19. Memberikan reinforcement positif 5 6
20. Membuat kontrak pertemuan selanjutnya 13 0
21. Mengakhiri kegiatan dengan cara baik 13 0

Jumlah 226 45
Persentasi 83% 17%

Tabel 2.35
Hasil Data Pengkajian Keselamatan Pasien di Ruang
Intensif RSIA Aisyiyah Klaten
Tanggal 23-25 Agustus 2021 (n=13)
No Variabel Yang Dinilai Penilaian
Ya Tidak
A. Identifikasi Pasien
1. Perawat memasang gelang identitas pasien untuk 13 0
rawat inap.
2. Perawat memberikan gelang (berwarna biru pasien 13 0
laki-laki, berwarna pink untuk pasien wanita).
3. Gelang diberi label nama lengkap dan tanggal lahir. 13 0
4. Pemasangan gelang identitas pasien yang belum 13 0
terpasang di IGD, dipasang di ruang dimana pasien
dirawat.
B. Meningkatkan Komunikasi Efektif
1. Perawat / Bidan melihat kembali instruksi Dokter 13 0
dengan cara melihat intruksi yang ditulis oleh dokter.
2. Perawat/bidan meminta Dokter untuk membacakan 13 0
instruksi Obat dengan jelas, jika merasa tulisan tidak
jelas.
3. Perawat/Bidan mengisi cek list untuk serah terima 13 0
pasien dari perawat Keperawatan
4. Perawat/ Bidan mengisi formulir operan sesuai 13 0
dengan situasi dan latar belakang pasien, assessment,
dan rekomendasi dengan jelas.
5. Petugas kesehatan melaksanakan komunkasi efektif 13 0
untuk mnghindari kesalahan prosedur dan
mengurangi komplen.
6. Komunikasi dilakukan sesuai Standar Prosedur 13 0
Operasional (tulbakon)
C. Pengelolaan High Alert Medicine
1. Apakah perawat/bidan memastikan obat pasien 13 0
sesuai dengan resep obat dan identitas pasien?
2. Apakah perawat memisahkan hight alert 13 0
medicine dengan non higt alert medicine?
3. Apakah petugas menempelkan hight alert medicine 0 13
pada tempat obat yang sudah diberi penandaan hight
alert di loker obat pasien?
4. Apakah perawat/bidan menempatkan obat non hight 13 0
alert di tempat yang sudah tersedia di loker obat
pasien?
5. Apakah perawat/bidan melakukan cros check double 13 0
check ketika akan memberikan hight alert medicine
kepada pasien?
6. Apakah perawat/bidan mendokumentasikan 13 0
semua pemberian hight alert medicine di Catatan
Pemberian Obat ?
D. Pencegahan Infeksi Nosokomial
1. Di intalasi dan ruang Kana tersedia tempat cuci 13 0
tangan, cairan anti septic
2. Petugas kesehatan (perawat/bidan) melakukan 0 13
edukasi kepada pasien dan keluarga tentang
pentingnya cuci tangan.
3. Petugas kesehatan (Perawat/bidan) melakukan cuci 7 6
tangan dengan 6 langkah dan five moment
4. Petugas Rumah sakit, petugas kesehatan patuh 7 6
terhadap prosedur cuci tangan
E. Pengurangan Risiko Jatuh
1. Petugas/perawat/bidan melakukan assesmen resiko 13 0
jatuh (humpty dumty, VAS, Wong Baker, dll)
2. Petugas/perawat/bidan melakukan orientasi kamar 13 0
inap kepada pasien
3. Petugas/perawat/bidan memposisikan tempat tidur 13 0
serendah mungkin, roda terkunci, kedua sisi
pegangan tempat tidur terpasang dengan baik.
4. Petugas/perawat/bidan meletakkan benda-benda 13 0
pribadi dalam jangkauan (telepon genggam,
tombol panggilan, air minum, kacamata)
5. Petugas/perawat/bidan mengatur pencahayaan yang 13 0
adekuat (disesuaikan dengan kebutuhan pasien)
6. Petugas/perawat/bidan meletakkan alat bantu berada 13 0
dalam jangkauan (tongkat, alat penopang)
7. Petugas/perawat/bidan memantau efek obat-obatan 13 0
8. Petugas/Perawat/bidan menganjurkan ke kamar mandi 13 0
secara rutin, kepada Pasien
9. Petugas/perawat/bidan melakukan dokumentasi pada 13 0
rekam medik pasien
10. Petugas/perawat/bidan melakukan prosedur intervensi 13 0
untuk pasien resiko rendah jatuh
11. Petugas/perawat/bidan melakukan dokumentasi tata 13 0
laksana pencegahan pasien jatuh pada rekam medis
pasien
12. Petugas/perawat/bidan melakukan prosedur intervensi 13 0
untuk pasien resiko rendah dan resiko sedang jatuh
13. Petugas/perawat/bidan memasang stiker berwarna 0 13
kuning pada gelang identitas pasien
14. Petugas/perawat/bidan memasang tanda resiko jatuh 0 13
pada tempat tidur Pasien
15. Petugas/perawat/bidan menyarankan penunggu 13 0
pasien/keluarga selalu berada disekitar pasien bila
tidak ada kontra indikasi
16. Petugas/perawat/bidan mengunjungi dan memonitor 13 0
pasien setiap 2 jam untuk pasien resiko tinggi
17. Petugas/perawat/bidan melakukan dokumentasi tata 13 0
laksana pencegahan pasien jatuh setiap 4 jam sekali
Jumlah 417 64
Persentase 86,69% 13,33%

Tabel 2.36
Hasil Data Pengkajian Cuci Tangan di Ruang Intensif
RSIA Aisyiyah Klaten
Tanggal 23-25 Agustus 2021 (n=13)
No. Langkah-langkahh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1. Melepaskan jam - - - - - - - - - - - - -
tangan, perhiasan,
gulung, lengan baju
sampai kesiku
2. Membasuh lengan - - - - - - - - - - - - -
setinggi lengan bawah
dengan air
mengalir/handscrub
3. Letakkan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
antiseptic/sabun
ditelapak tangan dan
gosok kedua telapak
tangan
4. Gosok kedua √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
punggung tangan dan
sela- sela jari tangan
5. Gosok kedua telapak √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
tangan dan sela-sela
jari tangan
6. Gosok kedua buku- √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
buku jari tangan
bergantian
7. Gosok kedua ibu jari √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
bergantian
8. Gosok kedua ujung jari √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
tangan memutar
bergantian
9. Gosok kedua √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pergelangan tangan
bergantian
10. Membilas tangan, √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pergelangan tangan di
bawah air mengali
11. Keringkan tangan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dengan tisu
12. Dan tangan pun sudah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
bersih
Jumlah Ya : 130
Tidak : 26
Persentase Ya : 83,33 %
Tidak : 16,66 %

Tabel 2.37
Data Observasi Kepatuhan Perawat terhadap SOP Keperawatan
Di Ruang Intensif RSIA Aisyiyah Klaten
Tanggal 23-25 Agustus 2021 (n=13)
No Kegiatan Butir Yang N % Keterangan
Di Nilai
1. Komunikasi 21 13 83% 1. Tidak menanyakan panggilan
terapeutik kesukaan pasien
2. Tidak menyampaikan waktu yang
dibutuhkan
3. Tidak menjelaskan kerahasiaan
4. Tidak memberikan reinforcement
positif
2. Keselamatan 37 13 86,69% 1. Tidak menempelkan stampel
pasien pada obat high alert
2. Tidak memberikan edukasi
pentingnya cuci tangan
3. Tidak menjalankan cuci tangan
pada five momen
4. Tidak patuh pada prosedur cuci
tangan
5. Tidak memasang stiker berwarna
kuning pada pasien dengan resiko
jatuh
6. Tidak memasang tanda risiko
jatuh pada tempat tidur pasien
3. Cuci Tangan 12 13 83,33% 1. Tidak melepaskan jam tangan,
perhiasan, gulung, lengan baju
sampai kesiku
2. Tidak membasuh lengan sampai
ke bawah siku
Total rata-rata 84%
Sumber : Data Primer Ruang Intensif RSIA Aisyiyah Klaten tanggal 23-25 Agustus 2021

a. Komunikasi Terapeutik
Berdasarkan hasil kajian data yang telah dilakukan di ruang Intensif,
didapatkan kepatuhan perawat dalam komunikasi terapeutik sudah mencapai
persentasi 83% dimana 17% dari yang tidak tercapai berasal dari indikator
perawat yang tidak melakukan cuci tangan sebelum melakukan tindakan,
tidak menanyakan nama panggilan kesukaan pasien, tidak menjelaskan
tanggungjawab sebagai perawat, tidak membuat waktu yang dibutuhkan, tidak
memberikan reinforcement positif.

b. Keselamatan Pasien
Berdasarkan hasil pengkajian data yang telah dilakukan di ruang
Intensif, didapatkan hasil 86,69% dimana 13,33% dari yang tidak tercapai
berasal dari indicator perwat yang tidak menempelkan stempel high alert
medicine, Tidak melakukan edukasi pentingnya cuci tangan, tidak melakukan
cuci tangan pada five moment, tidak patuh terhadap prosedur cuci tangan,
yidak memasang stiker berwarna kuning pada pasien dengan risiko jatuh, tidak
memasang tanda risiko jatuh pada tempat tidur pasien.

c. Cuci Tangan
Berdasarkan hasil pengkajian data yang telah dilakukan di ruang
Intensif, didapatkan hasil sebanyak 83,33% perawat sudah melakukan cuci
tangan dengan baik dan benar, dan 16,66% perawat/ bidan masih ada yang
kurang sesuai dengan prosedur SOP seperti tidak melepaskan jam tangan atau
perhiasan dan tidak membasuh lengan sampai kebawah siku Dari 3 kegiatan
yang dilakukan perawat dalam hal kepatuhan keselamatan pasien didapatkan
hasil persentase 83,33% dimana artinya sebagian besar sudah perawat/ bidan
sudah melakukan tindakan sesuai dengan SOP yang ada.

Tabel 2.38
Hasil Evaluasi Total Instrumen ABC di Ruang Intensif
RSIA ‘Aisyiyah Klaten
Tanggal 23-25 Agustus 2021
Instrumen
Ruang
A B C Rata-rata
Ruang Intensif 100 % 85.3% 84% 89.6%
Sumber: Rekapitulasi Instrumen ABC di Ruang Intensif RSIA Aisyiyah Klaten

3. Bimbingan PKK
a. Kajian Data
Tabel 2.35
Ceklis Hubungan Profesional Antara Staf
Keperawatan dengan Peserta Didik
Observasi
No Variabel yang Dinilai
Selalu Kadang TidakPernah
1 Kepala Ruang menerima dan 1 1 0
mengarahkan peserta didik
2 Pembimbing klinik mengorientasikan 2 0 0
peserta didik
3 Pembimbing klinik membagi pasien 0 2 0
kelolaan peserta didik
4 Pembimbing klinik mengikutkan peserta 1 1 0
didik dalam kegiatan pelayanan
keperawatan
5 Pembimbing klinik/perawat memfasilitasi 1 1 0
kelengkapan dan bahan yang akan
digunakan pesertadidik dalam
memberikan asuhan keperawatan
6 Peserta didik mengkomunikasikan kepada 2 0 0
pembimbing klinik sesuai kompetensi
yang akan dicapai
7 Pembimbing klinik membimbing peserta 0 2 0
didik dengan metode pre-post conferance
8 Pembimbing Klinik membimbing peserta 0 2 0
didik dengan metode ronde keperawatan
9 Pembimbing Klinik membimbing peserta 2 0 0
didik dengan metode bed side teaching
10 Pembimbing klinik memantau 1 1 0
pelaksanaan praktek klinik peserta didik
11 Pembimbing klinik mengecek 1 1 0
dokumentasi rekam medic pasien yang
menjadikelolaan peserta didik
12 Pembimbing klinik mengarahkan dan 1 1 0
membimbing peserta didik dalam rangka
pencapaian target kompetensi yang
diharapkan
13 Memotivasi minat dan semangat belajar 0 2 0
untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik
14 Pembimbing klinik/perawat memantau 2 0 0
kedisiplinan peserta didik
15 Pembimbing klinik mengesahkan 2 0 0
pencapaian kompetensi
JUMLAH 16 14 0
PRESENTASE 53,3% 46,6% 0%

b. Analisa Data
Berdasarkan hasil pengisian angket kepada mahasiswa praktik pada tanggal 23 -
25 Agustus 2021 didapatkan hasil selalu 53,3% dikategorikan cukup, hal tersebut di lihat
dari point kepala ruang menerima dan mengarahkan peserta didik, peserta didik
mengkomunikasikan kepada pembimbing klinik sesuai kompetensi yang dicapai,
pembimbing klinik membimbing peserta didik dengan metode bed side teaching,
pembimbing klinik/perawat memantau kedisiplinan peserta didik, pembimbing klinik
mengesahkan pencapaian kompetensi. pembimbing klinik mengecek dokumentasi rekam
medic pasien yang menjadi kelolaan peserta didik.
4. Kepuasan Kerja Karyawan
a. Kajian Teori
Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja
atau hasil yang ia rasakan dibanding dengan harapan (Luthans, 2012). Menurut
Luthans (2012), kepuasan kerja adalah hasil persepsi para pegawai tentang
seberapa baik pekerjaan seseorang memberikan segala sesuatu yang dipandang
sebagai sesuatu yang penting melalui hasil kerjanya. Kepuasan dipengaruhi oleh
sumber daya pendidikan, pengetahuan, sikap, gaya hidup, demografi, budaya,
sosial ekonomi, keluarga, dan situasi yang dihadadapi. Kepuasan kerja (job
satisfication) dapat menentukan sikap karyawan terhadap pekerjaannya. Bangun
dan Wilson (2012) berpendapat bahwa “Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja
yang tinggi memiliki perasaan-perasaan positif tentang pekerjaan tersebut,
sementara seseorang yang tidak puas memiliki perasaan-perasaan yang negatif
tentang pekerjaan tersebut”. Nurfiyah dan Anita (2012) berpendapat bahwa
“Kepuasan berasal dari persepsi seseorang bahwa output pekerjaan, relatif sama
dengan inputnya, perbandingan yang mendukung output atau input lainnya yang
signifikan”.
Sutrisno (2009) menyatakan bahwa Karyawan yang tidak memperoleh
kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai kepuasan psikologis dan akhirnya
akan timbul sikap atau tingkah laku negatif dan pada gilirannya dapat
menimbulkan frustasi, sebaliknya karyawan yang terpuaskan akan bekerja dengan
baik, penuh semangat, aktif dan dapat berprestasi lebih baik dari karyawan yang
tidak memperoleh kepuasan kerja.
Menurut Nurfiyah dan Anita (2012), Peningkatan suasana kerja yang kondusif
serta permberi dukungan dari perawat yang mempunyai posisi lebih tinggi,
peningkatan hubungan interpersonal dapat meningkatkan kepuasan kerja dan
meningkatkan Turn Over perawat sehingga diperlukan rentang dukungan yang
kontinyu bagi perawat sejak bekerja di unit rawat atau tatanan pelayan kesehatan
yang lain.
Kepuasan kerja dapat mempengaruhi disiplin kerja karyawan kearah yang
lebih baik, hal ini disebabkan karena karyawan telah mencapai kepuasan
psikologis yang memunculkan sikap positif dari karyawan.“Disiplin yang baik
mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang
diberikan kepadanya.Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, serta masyarakat pada umumnya”
(Rivai dan Sagala, 2013).
Singodimedjo dalam Sutrisno (2009) mengatakan, “Disiplin berasal dari sikap
kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan mentaati norma-norma
peraturan yang berlaku di sekitarnya”. Kepuasan kerja yang dicapai karyawan
akan mempengaruhi kesediaan dan kerelaan karyawan dalam berdisiplin.
Kesediaan dan kerelaan yang diperoleh karyawan akan berdampak pada tingginya
disiplin kerja karyawan di perusahaan.
Kepuasan kerja juga berpengaruh kepada komitmen organisasional. Menurut
pendapat Sutrisno (2009) ”Pada faseawal (initial commitmen) faktor yang
mempengaruhi komitmen karyawan pada perusahaan adalah karakteristik
individu, harapan karyawan pada organisasi dan karakteristik pekerjaan”.
Tercapainya harapan karyawan pada perusahaan menimbulkan kepuasan yang
pada akhirnya akan mempengaruhi komitmen karyawan terhadap perusahaan.
Menurut Suwardi dan Joko Utomo (2011), kepuasan kerja penting untuk
aktualisasi diri. Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan
pernah mencapai kematangan psikologis, dan pada gilirannya akan menjadi
frustasi. Karyawan seperti ini akan sering melamun, mempunyai semangat kerja
rendah, cepat lelah dan bosan, emosinya tidak stabil, sering absent, dan
melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang harus
dilakukan. Sedangkan karyawan yang mempunyai kepuasan kerja biasanya
mempunyai catatan kehadiran dan perputaran yang lebih baik, kurang aktif dalam
kegiatan serikat karyawan, dan (kadang-kadang) berprestasi kerja lebih baik
daripada karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja (Umam, 2010).
Wilson (2012) mengemukakan tiga dimensi penting dalam kepuasan kerja yaitu:
1) Kepuasan kerja merupakan tanggapan emosional terhadap situasi kerja, ini
tidak dapat dilihat tetapi hanya dapat diduga.
2) Kepuasan kerja sering ditentukan oleh sejauh mana hasil kerja melebihi atau
memenuhi harapan seseorang. Sebagai contoh, bila anggota organisasi
merasa bekerja lebih berat dari para anggota lainnya dalam suatu
departemen, tetapi mereka memperoleh penghargaan yang lebih sedikit dari
yang mereka harapkan, mereka mungkin akan bersikap negatif terhadap
pekerjaan, atasan dan rekan kerja mereka. Dilain pihak bila mereka merasa
diperlakukan dengan baik dan usaha yang telah mereka curahkan dihargai
dengan adil, maka mereka akan bersifat positifterhadap kerja. Mereka merasa
lingkungan kerja telah memberikan kepuasan kerja.
3) Kepuasan kerja mencerminkan hubungan dengan berbagai sifat lainnya dari
para pekerja
Tingkat kepuasan kerja seseorang sangat tergantung pada jarak antara
harapan, keinginan atau kebutuhan pegawai dengan kenyataan-kenyataan
yang dirasakan pegawai Apabila kenyataan yang dirasakan pegawai lebih
rendah dari apa yang diinginkan, maka akan timbul ketidakpuasan. Makin
jauh jarak antara harapan dan keinginan, maka ketidakpuasan akan semakin
besar. Situasi ini disebut negative discrepancy. Positif discrepancy akan
terjadi apabila kenyataan yang diterima melebihi dari apa yang diinginkan
dan situasi inilah yang akan menimbulkan kepuasan kerja (Suwardi, 2011).

Faktor-faktor yang terlibat dalam kepuasan kerja adalah kemajuan,


pegakuan, tanggungjawab, perkembangan karir, dan pekerjaan itu sendiri. Faktor-
faktor yang disebut pemuas (Satisfier factors) jika dapat dioptimalkan akan
membantu perbaikan prestasi, menurunkan, mutasi, menunjang sikap toleran dan
kesehatan mental. Kepuasan kerja yang dirasakan karyawan dari pekerjaannya
diperoleh dari beberapa dimensi (Bangun, 2012) yaitu: “imbalan, pekerjaan itu
sendiri, peluang promosi, supervisi, rekan kerja, kondisi pekerjaan dan keamanan
pekerjaan”. Jika faktor ini tidak atau kurang memadai akan menyebabkan
ketidakpuasan diantara para karyawan.Imbalan merupakan hasil yang mereka
terima dari pekerjaan.Imbalan yang diterima karyawan haruslah sesuai dengan
beban kerja, jabatan, maupun kebutuhan karyawan. Karyawan juga akan
membandingkan imbalan yang mereka terima baik dengan rekan kerja maupun
dengan orang lain di perusahaan lain. Perbandingan lainnya yang dijadikan dasar
penilaian karyawan juga mengacu pada peraturan pemerintah dan kesanggupan
perusahaan dalam memberikan imbalan (Prasetyadi, 2012) Pekerjaan yang baik
tentu harus mendapat imbalan yang baik pula. Sistem penggajian pegawai RS
haruslah :
1) Memenuhi ketentuan upah minimum
2) Sesuai dengan kemampuan anggaran RS
3) Adil, merupakan pengakuan bahwa ada hubungan antara imbalan jasa dengan
pekerjaan yang dilakukan dan juga dengan prestasi kerja untuk itu harus ada
gaji dasar.
4) Mampu mempertahankan tenaga yang baik
5) Mampu menarik tenaga yang baik dari luar
6) Sumber daya manusia/tenaga kerja adalah unsur terpenting dalam institusi
RS. Mutu pengelolaan dan pelayanan RS dapat dipastikan akan rendah
apabila mutu tenaga kerja rendah. Cara meningkatkan mutu tenaga dapat
ditempuh dengan cara :
a) Penempatan tenaga yang sesuai
b) Pemberian penghargaan yang wajar berdasarkan prestasi kerja
c) Hubungan kerja yang manusiawi
d) Adanya usaha untuk peningkatan mutu SDM
e) Kejelasan siapa atasan fungsional dan siapa atasan struktural
b. Kajian data
Tabel 2.40
Evaluasi Kepuasan Kinerja Karyawan Ruang Intensif (n= 13)
No Pertanyaan STP TP CP P SP
N N N N N
1 Jumlah gaji yang 0 0 7 6 0
diterima dibandingkan
pekerjaan yang saudara
lakukan
2 System penggajian 0 4 9 0 0
yang dilakukan
institusi tempat saudara
bekerja
3 Jumlah gaji yang 0 0 13 0 0
diterima dibandingkan
pendidikan saudara
4 Pemberian insentif 0 4 9 0 0
tambahan atas suatu
prestasi atau kerja
ekstra
5 Tersedianya peralatan 0 0 13 0 0
dan perlengkapan yang
mendukung pekerjaan
6 Tersedianya fasilitas 0 0 1 12 0
penunjang seperti
kamar mandi, tempat
parkir, dll
7 Kondisi ruangan kerja 0 0 2 11 0
terutama yang
berkaitan dengan
ventilasi udara,
kebersihan dan
kebisingan
8 Adanya jaminan atas 0 0 1 12 0
kesehatan/keselamatan
9 Perhatian institusi 0 3 2 8 0
rumah sakit terhadap
saudara
10 Hubungan antar 0 0 2 11 0
karyawan dalam
kelompok kerja
11 Kemampuan dalam 0 0 2 11 0
bekerjasama antar
karyawan
12 Sikap teman-teman 0 0 0 13 0
sekerja terhadap
saudara
13 Kesesuaian antara 0 0 1 12 0
pekerjaan dan latar
belakang pendidikan
saudara
14 Kesesuaian antara 0 0 2 11 0
waktu bekerja dengan
penugasan yang
diberikan
15 Kemampuan supervisi / 0 3 6 4 0
pengawas dalam
menjalankan tugasnya
16 Perlakuan atasan 0 0 3 10 0
selama saya bekerja
disini
17 Kebebasan melakukan 0 0 2 11 0
suatu metode sendiri
dalam meneyelesaikan
pekerjaan
18 Kesempatan untuk 0 0 11 3 0
meningkatkan
kemampuan kerja
melalui pelatihan dan
pendidikan tambahan
19 Kesempatan untuk 0 3 10 0 0
mendapat posisi yang
lebih penting
20 Kesempatan untuk 0 4 9 0 0
membuat suatu prestasi
dan mendapatkan
kenaikan pangkat
Jumlah 0 21 105 134 0
Prosentase 0% 8,07% 40,3% 51,53% 0%
Sumber : Data primer perawat Ruang Intensif RSIA Aisyiyah Klaten

Keterangan :
STP : Sangat Tidak Puas
TP : Tidak Puas
CP : Cukup Puas
P : Puas
SP : Sangat Puas

c. Analisa Data
Berdasarkan kajian data yang didapatkan dari pembagian kuesioner pada
14 orang perawat di ruang Perawatan Intensif didapatkan gambaran bahwa
sebagian perawat di ruang Perawatan Intensif menyatakan puas 47,85%.
Ditemukan 0% menyatakan sangat puas, 42,5% menyatakan cukup puas dengan
indikator yang berbeda- beda. Ditemukan sebanyak 9,64% yang tidak puas
dalam indikator ketidakseimbangan antara tenaga yang dikeluarkan dengan upah
yang diberikan, dan pemberian insentif tambahan atas suatu prestasi atau kerja
ekstra.
BAB III
PERMASALAHAN DAN PERENCANAAN
A. Permasalahan
1. Unsur Input
a. Ruang perawatan intensif RSIA Aisyiyah Klaten selama bulan Januari-Juli tahun
2021 didapatkan 10 besar penyakit di PICU/NICU yaitu DSS, Neonatal
Pneumonia, BBLCA ASFIKSIA, BBLR, Asfiksia, Pneumonia, HMD, Distres
Respiratori, MAS, Asma Bronchial. Berdasarkan pengkajian didapatkan data
bahwa diruang perawatan intensif sudah memiliki SAK penyakit, akan tetapi
hanya ada 5 dari 10 diagnosa penyakit besar yang ada di PICU/NICU, yang belum
ada adalah Asfiksia HMD,Distres Respiratori, MAS. Ruang perawatan intensif
RSIA Aisyiyah Klaten selama bulan januari-juli 2021 di dapat 10 besar penyakit
di BBRT yaitu Icteric Neunatorum, Post Asfiksia, EOS, Low Intake, Hipoglikemi,
Neonatal Pneumoni, Hipertermi, Gizi Kurang, Leokositosis,TTN. Berdasarkan
pengkajian didapatkan data bahwa di ruang perawatan intensif sudah memiliki
SAK diagnosa penyakit, akan tetapi hanya ada 3 dari 7 diagnosa penyakit terbesar
yang ada di BBRT, yang belum ada adalah EOS, Low Intake, Hipoglikemi,
Hipertermi, Gizi Kurang, Leokositosis, TTN.
b. SPO (Standar Prosedur Operasional)
Dari hasil wawancara Ruang Perawatan Intensif RSIA Aisyiyah Klaten selama
januari-juli tahun 2021 sudah ada 135 SPO, akan tetapi dari hasil wawancara
dengan kepala ruang ada 1 SPO yang belum ada yaitu SPO penanganan pasien
dengan suspect covid 19.

1. Unsur Proses
a. Pelaksanaan Discharge Planning/Perencanaan Pulang di Ruang Perawatan
Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten
Analisa hasil observasi di di Ruang Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten 23-25
Agustus, didapatkan data 82% perawat sudah melakukan discharge planning
secara maksimal, sedangkan perawat yang melakukan discharge planning kurang
maksimal sebesar 18%. Dari hasil didapatkan bahwa walaupun perawat dalam
menyampaikan informasi terkait hal yang berhubungan dengan penyakit sudah
baik. Namun, informasi lain didalam penyampaian discharge planning seperti
menjelaskan informasi mengenai program lanjutan, mengenai nutrisi yang sesuai
dengan program diet, informasi mengenai aktivtas dan istirahat, dan informasi
mengenai kontrol, untuk beberapa perawat masih belum banyak dilakukan karena
belum ada media khusus dalam penyampaian informasi/edukasi terkait hal
tersebut kepada pasien seperti lembar balik/leaflet.
b. Pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)
1) Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang Terhadap Sistem Asuhan
Keperawatan
Pelaksanaan tugas Kepala Ruang Terhadap Sistem Asuhan Keperawatan
yang diterapkan di Rumah Sakit. Berdasarkan data didapatkan data sebanyak
77% bahwa kepala Ruang Perawatan Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten
melakukan tugasnya masuk dalam kriteria baik. Dari hasil evaluasi
Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang Terhadap Sistem Asuhan Keperawatan
yang belum dilakukan secara maksimal seperti kepala ruang melakukan
meeting morning secara rutin, kepala ruang membagi tugas, kepada PP dan
PA setiap hari, kepala ruang mengadakan rapat ruang secara rutin, kepala
ruang mengikuti operan tugas perawat dari jaga malam secara rutin.
2) Pelaksanaan Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan
Pelaksanaan Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan di Ruang
Perawatan Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten Tanggal 23-25 Agustus 2021
didapatkan data sebanyak 73,96% antar staf keperawatan termasuk dalam
kategori baik. Dari hasil observasi Pelaksanaan Hubungan Profesional Antar
Staf Keperawatan di Ruang Perawatan Intensif RSIA ‘Aisyiyah Klaten belum
maksimal seperti kepala ruang mengadakan pertemuan rutin dengan seluruh
staf keperawatan minimal satu bulan sekali, PP mengadakan pre dan post
conference pada setiap awal dan akhir jaga pagi, PP membuat laporan tugas
pada Kepala Ruang setiap akhir tugas terutama keadaan umum pasien dan
permasalahan yag ada, PP melakukan motivasi / bimbingan / reinforcement
dengan PA setiap hari dan 0.56% PAM belum menggantikan tugas kepala
ruang atau Penanggung jawab ruang pada tugas siang, malam atau hari libur.
2. Perencanaan
Plan of Action Praktik Klinik Manajemen Keperawatan

Di Bangsal Intensif RSIA Aisyiyah Klaten

No Masalah Pokok Uraian kegiatan Tujuan Sasaran Target Waktu PJ Pembimbing


kegiatan pelaksanaan
1. Ruang perawatan intensif 1. Membuat 1. Menetapka Memenuhi Perawat 80% Minggu 2/3 1. Junanto 1. Dwi
RSIA Aisyiyah Klaten 5 SAK n SAK standar SAK dan Surahma Indrawati,
selama bulan januari- juli penyakit yang yang Ruang 2. Andilouis Amd.Kep
tahun 2021 didapatkan 10 yang dibuat merupakan Intensif Kristiawa 2. Kus Indang
besar penyakit di masuk 2. Mencari salah satu n K., S.Kep,
PICU/NICU yaitu DSS, dalam 10 referensi kriteria asuhan Ners
Neonatal Pneumonia, besar lima tahun professional, 3. Retno Yuli
BBLCA ASFIKSIA, penyakit terakhir mutu asuhan Hastuti,S.
BBLR, Asfiksia, di 3. Menyusun keperawatan Kep.Ns.,
Pneumonia, HMD, Distres PICU/NIC SAK dan dasar M.Kep,SpKj
Respiratori, MAS, Asma U 4. Pembahasa hukum dalam
Bronchial. Berdasarkan 2. Membuat n SAK keperawat
pengkajian didapatkan data 7 SAK dengan pofesional
bahwa diruang perawatan penyakit perawat
intensif sudah memiliki yang 5. Sosialisasi
SAK penyakit, akan tetapi masuk SAK
hanya ada 5 dari 10 dalam 10
diagnosa penyakit besar besar
yang ada di PICU/NICU, penyakit
yang belum ada adalah di BBRT
Asfiksia HMD,Distres
Respiratori, MAS. Ruang
perawatan intensif RSIA
Aisyiyah Klaten selama
bulan januari-juli 2021 di
dapat 10 besar penyakit di
BBRT yaitu Icteric
Neunatorum, Post
Asfiksia, EOS, Low Intake,
Hipoglikemi, Neonatal
Pneumoni, Hipertermi,
Gizi Kurang,
Leokositosis,TTN.
Berdasarkan pengkajian
didapatkan data bahwa di
ruang perawatan intensif
sudah memiliki SAK
diagnosa penyakit, akan
tetapi hanya ada 3 dari 7
diagnosa penyakit terbesar
yang ada di BBRT, yang
belum ada adalah EOS,
Low Intake, Hipoglikemi,
Hipertermi, Gizi Kurang,
Leokositosis, TTN.

2. Dari hasil wawancara Membuat 1 1. Menetapka Memenuhi Perawat 100% Minggu 2/3 1. Junanto 1 Dwi
Ruang Perawatan Intensif SPO n SPO standar SAK dan Surahman Indrawati,
RSIA Aisyiyah Klaten yang yang Ruang 2. Andilouis Amd.Kep
selama Januari-Juli tahun dibuat merupakan Intensif Kristiawa 2 Kus Indang
2021 sudah ada 135 SPO, 2. Mencari salah satu n K., S.Kep,
akan tetapi dari hasil referensi kriteria asuhan Ners
wawancara dengan kepala lima tahun professional, 3 Retno Yuli
ruang ada 1 SPO yang terakhir mutu asuhan Hastuti,S.
belum ada yaitu SPO 3. Menyusun keperawatan Kep.Ns.,
penanganan pasien dengan SPO dan dasar M.Kep,SpKj
suspect covid 19. 4. Pembahasa hukum dalam
n SPO keperawat
dengan pofesional
perawat
5. Sosialisasi
SPO
3. Informasi lain didalam 1. Melakuka 1. Pembahasa 1. Meningkatk Perawat 100% Minggu 2/3 1. Novi 1. Dwi
penyampaian discharge n diskusi n SOP an dan Kusumani Indrawati,
planning seperti dengan mengenai pelaksanaan Ruang ngrum Amd.Kep
menjelaskan informasi kepala discharge discharge Intensif 2. Vita 2. Kus Indang
mengenai program ruang planning planning Marta K., S.Kep,
lanjutan, mengenai nutrisi meningkat 2. Sosialisasi sesuai SOP Fatimah Ners
yang sesuai dengan kan kepada yang ada di 3. Retno Yuli
program diet, informasi discharge perawat di ruang Hastuti,S.
mengenai aktivtas dan planning Ruang Intensif Kep.Ns.,
istirahat, dan informasi 2. Membuat Intensif 2. Memudahka M.Kep,Sp
mengenai kontrol, untuk lembar 3. Role play n pasien Kj
beberapa perawat masih balik 4. Lembar dalam
belum banyak dilakukan sebagai balik dan menerima
karena dari hasil media leaflet informasi/e
wawancara dengan dalam dukasi
perawat belum ada media panyampa
khusus dalam penyampain ian
informasi/edukasi terkait informasi
hal tersebut kepada pasien dan
seperti lembar edukasi
balik/leaflet. dalam
discharge
planning
3. Membuat
leaflet
sebagai
media
dalam
panyampa
ian
informasi
dan
edukasi
dalam
discharge
planning

4. Pelaksanaan Model Praktik a. Melakuk 1. Pembahasa 1. Meningkat Kepala 100% Minggu 2/3 1. Ganang 1. Dwi
Keperawatan Profesional an n SOP kan ruang Prio Indrawati,
(MPKP) diskusi Pelaksanaa Pelaksanaa dan Bangkit Amd.Kep
1) Pelaksanaan Tugas dengan n Tugas n Tugas Perawat 2. Ardhan 2. Kus Indang
Kepala Ruang Terhadap kepala Kepala Kepala Ruang Prasetya K., S.Kep,
Sistem Asuhan ruang Ruang Ruang Intensif Dita Ners
Keperawatan untuk Terhadap Terhadap 3. Arlina
Pelaksanaan tugas meningk Sistem Sistem Dhian S.,
Kepala Ruang Terhadap atkan Asuhan Asuhan S.Kep,
Sistem Asuhan pelaksan Keperawat dan Ners,
Keperawatan yang aan tugas an dan Pelaksanaa M.Kep
diterapkan di Rumah kepala Pelaksanaa n
Sakit. Berdasarkan data Terhada n Hubungan
didapatkan data p Sistem Hubungan Profesional
sebanyak 77% bahwa Asuhan Profesiona Antar Staf
kepala Ruang Keperaw l Antar Keperawat
Perawatan Intensif atan dan Staf an
RSIA ‘Aisyiyah Klaten Pelaksan Keperawat sehingga
melakukan tugasnya aan an sesuai SOP
masuk dalam kriteria Hubunga 2. Sosialisasi yang ada
baik. Dari hasil evaluasi n kepada di ruang
Pelaksanaan Tugas Profesio perawat di Intensif
Kepala Ruang Terhadap nal Antar Ruang 2. Menerapka
Sistem Asuhan Staf Intensif n metode
Keperawatan yang Keperaw 3. Menentuka MPKP
belum dilakukan secara atan n metode yang
maksimal seperti kepala b. Memberi yang akan sesuai
ruang melakukan kan digunakan dengan
meeting morning secara gambara sesuai standar
rutin, kepala ruang n dengan dan
membagi tugas, kepada pelaksan MPKP memperjel
PP dan PA setiap hari, aan 4. Role as tugas
kepala ruang metode model KARU,
mengadakan rapat ruang Model Karu, PN, PN, dan
secara rutin, kepala Praktik AN. AN
ruang mengikuti operan Keperaw
tugas perawat dari jaga atan
malam secara rutin. Profesio
2) Pelaksanaan nal yang
Hubungan Profesional dengan
Antar Staf Keperawatan standart
Pelaksanaan
Hubungan Profesional
Antar Staf Keperawatan
di Ruang Perawatan
Intensif RSIA ‘Aisyiyah
Klaten Tanggal 23-25
Agustus 2021
didapatkan data
sebanyak 73,96% antar
staf keperawatan
termasuk dalam
kategori baik. Dari hasil
observasi Pelaksanaan
Hubungan Profesional
Antar Staf Keperawatan
di Ruang Perawatan
Intensif RSIA ‘Aisyiyah
Klaten belum maksimal
seperti kepala ruang
mengadakan pertemuan
rutin dengan seluruh
staf keperawatan
minimal satu bulan
sekali, PP mengadakan
pre dan post conference
pada setiap awal dan
akhir jaga pagi, PP
membuat laporan tugas
pada Kepala Ruang
setiap akhir tugas
terutama keadaan umum
pasien dan
permasalahan yag ada,
PP melakukan motivasi
/ bimbingan /
reinforcement dengan
PA setiap hari dan
0.56% PAM belum
menggantikan tugas
kepala ruang atau
Penanggung jawab
ruang pada tugas siang,
malam atau hari libur.

Anda mungkin juga menyukai