2787300.pdf File
2787300.pdf File
KELOMPOK 5C 2015:
JAKARTA
2017
I. PREFORMULASI ZAT AKTIF
Paraffin Liquidum (Rowe, 2009 hlm. 445, FI IV hlm. 652)
Pemerian : Transparan, tidak berwarna, cairan kental, tidak berfluo-
rosensi, tidak berasa dan tidak berbau ketika dingindan
berbau ketika dipanaskan.
Massa Jenis : 0,84-0,89 g/cm3 pada suhu 20C
Kelarutan : Praktis tidak larut etanol 95%, gliserin dan air, Larut
dalam jenis minyak lemak hangat; sedikit larut dalam
etanol; praktis tidak larut dalam aseton, alkohol 95%,
dan air.
Stabilitas : Dapat teroksidasi oleh panas dan cahaya. Parrafin seha-
rusnya disimpan pada suhu tidak lebih pada 40C dan
disimpan pada wadah tertutup
Inkompatibitilitas : Ketidakcampuran dengan zat pengoksida lain yang kuat.
Khasiat : Laksativ (pencahar)
HLB Butuh : 10 –
10 – 12
12 (M/A). 5 –
5 – 6
6 (A/M)
OTT : Dengan oksidator kuat.
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat, hindari dari cahaya, kering dan
sejuk.
Secara Farmakologi
Indikasi Mengurangi sembelit, membuat tinja lebih mudah
dikeluarkan. Parafin juga dapat digunakan untuk
mengurangi rasa sakit yang terkait dengan buang air
dengan kondidi wasir.
Kontra indikasi Anak usia dibawah 3 tahun
Mekanisme Kerja Parafin bekerja dengan melunakan dan sebagai
pelumas tinja, yakni dengan membantu tinja
bergerak lebih mudah melalui
mela lui usus. Paraffin adalah
minyak mineral berbentuk cair, dimana minyak
mineral akan melunakan feses dan memudahkannya
keluar dari tubuh dan bahan ini akan menurunkan
penyerapan dari vitamin yang larut dalam lemak.
Peringatan Hindari penggunaan jangka panjang
Efek samping Tirisan (rembesan) anal parafin menyebabkan iritasi
anal setelah penggunaan jangka panjang, reaksi
granulomatosa disebabkan oleh absorbsi sedikit
parafin cair (terutama dari emulsi), pneumonia
lipoid, dan gangguan absorbsi vitamin-vitamin larut
lemak
Dosis 0,5 mg/kg per hari (DepKes RI, 1979)
Kekuatan Sediaan Dalam 100 ml mengandung 50 ml paraffin
liquidum
Aturan Pakai Dewasa 1-2 sdm (15-30 ml) 1 kali sehari sebelum
tidur.
Anak 6-12 thn ½ dosis dewasa
Dari data preformulasi zat aktif paraffin liquidum diatas, disimpulkan untuk
membuat sediaan emulsi
Pelarut
Propilen Glikol, alasan digunakan untuk melarutkan Nipagin-Nipasol
karena sifat dari Nipagin-Nipasol yang sukar larut dalam air (Rowe,
2009)
Pemanis
Sirupus Simplex, Alasan dipilih Sirup Simplex karena Sirup Simplex
bersifat alami dan berbeda dari Na Sakarin dan Sorbitol yang
menimbulkan rasa getir diakhir pemakaian (Rowe, 2009)
Pengawet : 1. Nipagin
2. Nipasol
3. Natrium benzoate (formula cadangan)
Alasan digunakan kombinasi paraben karena paraben lebih efektif dalam
kombinasi sebagai Pengawet Antimikroba (Rowe, 2009)
Alasan pemilihan natrium benzoate karena merupakan pengawet yang
kompatibel dengan tragakan dalam formulasi dengan konsentrasi 0,1%.
Aktifitas natrium benzoate sebagai pengawet dapat berkurang dengan
adanya interaksi dengan kaolin dan surfaktan non ionic (Rowe, Sheskey
dan Owen, 2006 Edisi 5)
Antioksidan : Vitamin E
Alasan digunakannya vitamin e karena merupakan antioksidan yang larut
minyak.
3. Propilenglikol
6. α -tokoferol
7. Tragakan
Nama senyawa : Tragakan
Pemerian : Bentuk serbuk, putih hingga kuning, tidak berbau, rasa
seperti mucilago
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, etanol 95% dan pelarut orga-
nic lain. Meskipun tidak larut dalam air, tragakan
mengembang dengan cepat dalam 10x ait panas atau
dingin dari beratnya dan membentuk kristal atau semi gel.
Ph : 5-6 untuk 1% larutan disperse
Stabilitas : Bentuk serpihan dan serbuk dai tragakan stabil, disperse
tragakan stabil pada ph 4-8, meskipun stabilitas
memuaskan pada pH serendah-rendahnya pH 12. Bulk
materialnya harus disimpan dalam wadah kedap udara,
ditempat sejuk dan kering
Kompatibilitas : Cocok dengan garam konsentrasi tinggi dari suspending
agent alami dan sintesis seperti CMC, pati, dan gula.
Inkompatibilitas : Pada pH 7 tragakan mengurangi aktivitas antimikroba
benzalkonium klorida, klorobutanol, metil paraben, fenol,
dan fenil merkuri asetat. Pada pH <5 tragakan tidak
berefek pada efisiensi asam benzoate, klorbutanol atau
metil paraben.
Kegunaan : Suspending agent, peningkat viskositas
(Rowe, 2009 Edisi 6 Hal 785)
8. Natrium Benzoat
Pemerian : Granul putih atau kristal, tidak berbau atau praktis tidak
berbau, stabil diudara
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan
lebih mudah larut dalam etanol 90%
Kegunaan : Pengawet
Konsentrasi : 0.02-0,5% untuk sediaan oral
Stabilitas : Stabil diudara
Sterilisasi : Autoklaf atau filtrasi (martindale 28 hal 1290)
pH : 8.0 pada suhu 25’C, efek bagus pada larutan asam ph 2 -5
OTT : Dengan gelatin, garam besi, garam kalsium dan garam
logam berat yang mengandung perak ,merkuri, timbal,
dan air raksa. Aktifitas pengawet di kurangi dengan
interaksi dengan kaolin atau surfaktan nonionik
Wadah : Wadah tertutup baik, disimpan di tempat sejuk dan kering.
(Rowe, Sheskey dan Owen, 2006 Edisi 5)
9. Sunset Yellow
Pemerian : Serbuk kuning kemerahan, di dalam larutan memberikan
warna orange terang.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, gliserin dan propilen glikol (50%),
sedikit larut dalam propilen glikol.
OTT : Asam askorbat, gelatin, dan glukosa.
Kegunaan : Sebagai pewarna.
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat dan tempat sejuk dan kering.
(Rowe, 2009 Edisi 6 hal. 193-194)
BM : 18,02.
Rumus molekul : H2O.
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Stabilitas : Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam
bentuk fisik (es, air, dan uap). Air harus disimpan dalam
wadah yang sesuai. Pada saat penyimpanan dan
penggunaannya harus terlindungi dari kontaminasi partikel
- pertikel ion dan bahan organik yang dapat menaikan
konduktivitas dan jumlah karbon organik. Serta harus
terlindungi dari partakel-partikel lain dan mikroorganisme
yang dapat tumbuh dan merusak fungsi air.
OTT : Dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan eksipient
lainya yang mudah Terhidrolisis
Titik didih : 100oC
Titik lebur : 0oC
Kegunaan : Pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
(DepKes RI, 1979 hal. 96; Rowe, 2009 Edisi 6 hal 765)
B. Formula cadangan
2. Uji organoleptis
Dengan mengamati bentuk, bau, rasa dan warna yang dihasilkan.
3. Stabilitas fisik
Dengan memasukan 60 ml sediaan emulsi kedalamtabung sedimentasi,
diukur tinggi awal emulsi, diamati pembentukan creaming atau koalesen
diukur tingginya selama beberapa hari.
4. Uji sentrifugasi
Dimasukan 5 ml sediaan emulsi kedalam wadah sentrifugasi kemudian di
sentrifugasi pada kecepatan 5000 rpm selama 2 menit dan diamati adanya
pemisahan atau tidak.
VIII. HASIL PENGAMATAN
No Keterangan Hasil
1. Organoleptis:
Bentuk Cairan kental
Warna Kuning
Rasa Jeruk
Bau Jeruk
2. Penentuan Tipe Emulsi
IX. PEMBAHASAN
Pada ujian tengah semester praktikum teknologi sediaan farmasi 1 kali
ini, kelompok 5C mendapatkan zat aktif paraffin cair yang dibuat dalam bentuk
sediaan oral. Berdasarkan zat aktif yang didapat tersebut, diputuskan untuk
membuat sediaan emulsi oral paraffin cair. Parafin cair merupakan minyak yang
memiliki bau dan rasa yang tidak enak sehingga perlu dimodifikasi menjadi
sediaan emulsi untuk menutupi rasa dan bau tidak enak tersebut. Selain itu,
parafin cair dibuat sebagai emulsi dengan tujuan absorbsi yang terjadi didalam
tubuh lebih cepat dan lebih mudah, karena dalam bentuk larutan yang langsung
dapat diserap oleh sistem pencernaan.
Pada formula kali ini, emulgator yang dipilih untuk formula utama yaitu
gom arab dan untuk formula cadangan yaitu tragakan. Alasan dipilihnya
emulgator tersebut karena gom arab dan tragakan merupakan golongan koloid
hidrofilik yang dapat menghasilkan tipe emulsi minyak dalam air (M/A) yang
umumnya untuk emulsi oral. Emulgator koloid hidrofilik akan membentuk film
multimolekular yang kuat disekeliling globul minyak, yang akan menjadi barrier
hidrofilik yang dapat mencegah terjadinya koalesen. Selain itu, emulgator
golongan koloid hidrofilik juga cenderung lebih aman untuk penggunaan oral.
Eksipien yang digunakan selanjutnya yaitu propilen glikol, alasan
digunakan PPG yaitu sebagai pelarut untuk melarutkan Nipagin-Nipasol karena
sifat dari Nipagin-Nipasol yang sukar larut dalam air ( Rowe, 2009 Edisi 6 ).
Selanjutnya ditambahkan sirupus simplex, yang berfungsi sebagai pemberi rasa
manis pada sediaan. Alasan dipilih sirup simplex karena sirup simplex bersifat
alami dan memiliki rasa manis yang enak, berbeda dari pemanis lain seperti Na
sakarin dan sorbitol yang menimbulkan rasa getir diakhir pemakaian ( Rowe,
2009 Edisi 6 )
Dan yang terakhir pada formula terdapat perasa essence orange, dan
pewarna sunset yellow. Alasannya karena sediaan kami merupakan sediaan oral
sehingga perlu ditambahkan perasa untuk memberikan rasa nyaman saat
digunakan. Selain itu karena sediaan kami juga dapat digunakan untuk anak,
maka perlu ditambahkan pewarna untuk memberikan penampilan sediaan yang
menarik dan sesuai pula dengan rasa sediaan yaitu rasa jeruk.
1. Organoleptis sediaan
Pengamatan organoleptis sediaan dengan mengamati bau, rasa dan
warna sediaan emulsi yang di hasilkan, dari hasil emulsi parafin yang kami
buat di peroleh organoleptis berupa cairan kental berwarna kuning karena
efek dari pemberian pewarna sunset yellow dan memiliki rasa jeruk karena
efek di berikannya oleum citri namun rasa jeruknya kurang menyengat karena
pemberian oleum citri yang tidak terlalu banyak
3. Uji sentrifugasi
Sentrifugasi adalah proses pemisahan partikel berdasarkan berat patikel
tersebut terhadap densitas layangnya. Uji sentrifugasi bertujuan untuk
mengetahui kestabilan sediaan emulsi dengan cara mengamati pemisahan fase
setelah disentrifugasi. Uji ini diperlukan untuk mengetahui efek guncangan
pada saat transport produk terhadap tampilan fisik prod, dengan prinsip
menggunakan gaya sentrifugasi yang dipercepat untuk memisahkan 2 atau
lebih substansi yang memiliki perbedaan densitas antara cairan atau antara
cairan dengan solid (El-sayed and mohammad, 2014).
Dari pembentukan suatu lapisan secara cepat setelah sentrifugasi
merupakan tanda pertama untuk fenomena ketidak stabilan yang
menyebabkan umur sediaan simpanan tersebutpun semakin cepat. Namun
karena keterbatasan alat sentrifugator dalam evaluasi sediaan emulsi parafin
liquidum tersebut, kelompok kami tidak dapat melakukan uji sentrifugasi ini.
X. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi ke-4. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta.
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Indrustri.
Edisi Ketiga. Vol III. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI Press
Nabilah, Warda. 2013. Formulasi Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam
( Nigella sativa L.) Skripsi Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan. UIN Jakarta