Ada tiga aspek iman yaitu pengetahuan, kemauan dan kemampuan. Orang
yang beriman kepada Allah adalah yang memiliki pengetahuan, kemauan dan
kemampuan untuk hidup dengan ajaran Al-quran seperti yang dicontohkan
oleh Rasulullah. Oleh karena itu, prasyarat untuk mencapai iman adalah
memahami kandungan Al-quran. Dengan demikian strategi untuk
menumbuhkembangkan keimanan kepada Allah adalah
menumbuhkembangkan kegiatan, belajar dan mengajar Al-quran secara
akademik. Tujuan belajar dan mengajar adalah bukan sekedar mampu
membunyikan hurufnya, melainkan sampai memahami makna yang
terkandung di dalamnya.
Filsafat Ketuhanan
Konsep tentang Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut pemikiran manusia,
berbeda dengan konsep Ketuhanan Yang Maha Esa menurut ajaran Islam.
Konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia baik deisme, panteisme,
maupun eklektisme, tidak memberikan tempat bagi ajaran Allah dalam
kehidupan, dalam arti ajaran Allah tidak fungsional. Paham panteisme
meyakini Tuhan berperan, namun yang berperan adalah Zat-Nya, bukan
ajaran-Nya. Sedangkan konsep ketuhanan dalam Islam justru intinya adalah
konsep ketuhanan secara fungsional. Maksudnya, fokus dari konsep
ketuhanan dalam Islam adalah bagaimana memerankan ajaran Allah dalam
memanfaatkan ciptaan-Nya.
Segala yang ada di alam semesta ini diciptakan oleh Yang Maha Pencipta
(Khalik). Manusia yang diberi akal, ketika memperhatikan gejala dan
fenomena alam akan mengambil kesimpulan bahwa alam yang menakjubkan
ini tentulah diciptakan oleh Yang Maha Agung. Akal yang logis juga
memahami bahwa yang dicipta tidak sama dengan Pencipta.
Makhluk, kecuali ada yang nyata dapat diketahui dengan pancaindra, ada
pula yang immateri dan tidak dapat dijangkau oleh indera manusia. Keyakinan
akan adanya makhluk ghaib itu, akan dapat menyampaikan kepada
keimanan, juga terhadap Yang Maha Ghaib, yaitu Khalik Pencipta alam
semesta ini.