Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HADIST QUDSI

MATA KULIAH ULUMUL HADIS

Dosen Pengampu :

Drs. Harun Rasyid M. Ag

Disusun Oleh Kelompok 3 :

Raushan Fikr Waly El Islamy (11200340000018)

Siti Zaenab (11200340000020)

Syva Fauziah (11200340000021)

PROGRAM STUDI ILMU AL QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


2021

DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. Latar belakang...........................................................................................4

B. Tujuan Penulisan.......................................................................................4

C. Rumusan masalah......................................................................................4

D. Tujuan Pembahasan...................................................................................5

E. Manfaat Pembahasan.................................................................................5

BAB II......................................................................................................................6

PEMBAHASAN......................................................................................................6

A. Definisi Hadist Qudsi................................................................................6

B. Kandungan Hadist Qudsi...........................................................................6

C. Cara Mengetahui Hadist Qudsi.................................................................7

D. Contoh Hadist Qudsi.................................................................................9

BAB III..................................................................................................................12

PENUTUP..............................................................................................................12

A. Kesimpulan..............................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya, kami tidak akan mungkin menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat beserta salam tak lupa pula diucapkan kepada
Nabi Muhammad Saw. yang nantinya insyallah akan memberikan syafaat kepada
kita nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah atas limpahan rezeki-Nya


sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman teman kelas 2B yang selalu memberikan
semangat satu sama lain. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
kami, Drs. Harun Rasyid M.ag yang selalu memberi bimbingan dan kemudahan
kepada kami dalam mengerjakan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini tentulah tidak sempurna. Kami yakin
masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini. Maka dari itu, saran
dan kritik sangatlah kami harapkan dari pembaca sekalian. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 18 Maret 2021

Kelompok 3 Ulumul Hadist

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Hadits, oleh umat islam diyakini sebagai sumber pokok ajaran islam sesudah
Al-Qur’an. Dalam tataran aplikasinya, hadits dapat dijadikan hujjah keagamaan
dalam kehidupan dan menempati posisi yang sangat penting dalam kajian
keislaman. Secara struktural hadits merupakan sumber ajaran islam setelah Al-
Qur’an yang bersifat global. Artinya, jika kita tidak menemukan penjelasan
tentang berbagai problematika kehidupan di dalam Al-Qur’an, maka kita harus
dan wajib merujuk pada hadits. Oleh karena itu, hadits merupakan hal terpenting
dan memiliki kewenangan dalam menetapkan suatu hukum yang tidak termaktub
dalam Al-Qur’an.
Ditinjau dari segi kualitasnya, hadits terbagi menjadi dua yaitu, hadits
Maqbul (hadits yang dapat diterima sebagai dalil) dan haditst Mardud (hadits
yang tertolak sebagai dalil). Hadits Maqbul terbagi menjadi dua yaitu hadits
Shahih dan Hasan, sedangkan yang termasuk dalam hadits Mardud salah satunya
adalah hadits Dha’if. Semuanya memiliki ciri dan kriteria yang berbeda.
Penulis menulis makalah ini agar bisa menjadi rujukan bagi umat Islam untuk
mempelajari mengenai Hadis Qudsi Namun, makalah ini masih memiliki
beberapa kekurangan dan kesalahan. Karena hal itu, saran dan kritik sangatlah
diperlukan. Penulis berharap makalah ini bisa memberikan dampak baik bagi
umat Islam.

B. Tujuan Penulisan
Pemakalah ingin menjelaskan pengertian Hadist Qudsi

C. Rumusan masalah
1. Jelaskan definisi dari Hadist Qudsi.
2. Bagaimana cara mengetahui Hadist Qudsi.
3. Sebutkan contoh-contoh dari Hadist Qudsi.
4. Jelaskan kandungan dari contoh Hadist Qudsi tersebut.
5. Jelaskan bagaimana ciri-ciri dari Hadist Qudsi.
6. Jelaskan pemahaman pemaknaan Hadits Qudsi.
D. Tujuan Pembahasan
1. Mendeskripsikan pengertian Hadist Qudsi.
2. Agar bisa membedakan antara Hadist Qudsi dan Hadist lainnya.
3. Memahami dan mengetahui contoh-contoh dari Hadist Qudsi.
4. Mendeskripsikan kandungan Hadist Qudsi.
5. Mengetahui ciri-ciri Hadist Qudsi.
6. Mengetahui pemahaman Hadits Qudsi.

E. Manfaat Pembahasan
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat sebagai berikut :
1. Untuk memberikan pengertian kepada pembaca tentang Hadist Qudsi.
2. Untuk mengajak pembaca agar mengenal Hadist Qudsi secara lebih
mendalam
3. Untuk mengajak pembaca agar mampu mengimplementasikan isi dari
Hadist Qudsi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Hadist Qudsi


Secara bahasa Hadits Qudsi berarti suci atau bersih. Dan secara
terminologi adalah Sesuatu yang diberitakan Allah SWT. kepada Nabi SAW.
dengan ilham atau mimpi, kemudian nabi menyampaikan berita itu dengan
unkapan-ungkapan sendiri. Hadis Qudsi hadist yang disampaikan Allah SWT
kepada Nabi SAW melalui ilham atau mimpi Kemudian, Nabi SAW
menyampaikan hadist tersebut menggunakan ungkapan atau susunan kalimat
beliau sendiri. Berbeda dengan Al-Quran, bahwa makna dan lafazh Al-Quran
berasal dari Allah SWT sedangkan hadist qudsi tidak demikian, Di dalam
hadis Qudsi menggunakan kata “Allah berfirman”. maksudnya adalah ketika
Rasulullah Saw mengatakan suatu hadis menggunakan kata “Allah
berfirman”, berarti hadis tersebut bersumber dari Allah SWT. Jumlah hadis
Qudsi tak sebanyak seperti hadis-hadis yang lainnya, yaitu hanya berjumlah
4444. Tetapi, yang hanya diketahui oleh umum hanya berjumlah 200.

Pengertian lainnya mengenai hadis Qudsi yaitu menurut Syekh


Muhammad bin Shalih Al Hutsaimin, dapat dikatakan bahwa hadis Qudsi
disebut sebagai hadis Ilahi atau Rabbani. Yang membedakan dari hadis-
hadis lainnya hanya dalam kandungan maknanya saja. Hadis ini
diriwayatkan dari Allah SWT, tetapi cara penyampaiannya kepada umat
muslim melalui bahasa Rasulullah Saw sendiri. Allah SWT
menyampaikan hadis ini melalui mimpi atau ilham Rasulullah SAW.
1

A. KANDUNGAN HADIST QUDSI

Adapun hadis qudsi, dianggap memiliki eksistensi yang sama dengan

hadis nabi lainnya, yang memiliki kemungkinan berkualitas sahih, hasan,

da‘if, dan maudu‘, sehingga tetap harus dikritik kualitas dan

kehujjahannya, dan dengan demikian tetap dibutuhkan kecermatan dan

sikap selektif dalam menggunakannya sebagai dalil.

Kandungan Hadist qudsi berisi berbagai macam kandungan seperti

tauhid, iman dan, akhlaq.

1. contoh hadits qudsi tentang tauhid.

a) Sahih al-Bukhari
1
https://konsultasisyariah.com/22149-apa-itu-hadis-qudsi.html
Kitab : Tauhid
Bab : Firman Allah Ta’ala: {Dan tiadalah berguna syafa’at di sisi Allah
melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafa’at itu}
Nomor : 6929

ِ ‫ ْد ِريِّ َر‬O‫ح ع َْن أَبِي َس ِعي ٍد ْال ُخ‬


ُ ‫ َي هَّللا‬O‫ض‬ َ ‫ث َح َّدثَنَا أَبِي َح َّدثَنَا اأْل َ ْع َمشُ َح َّدثَنَا أَبُو‬
ٍ ِ‫صال‬ ِ ‫َح َّدثَنَا ُع َم ُر بْنُ َح ْف‬
ٍ ‫ص ْب ِن ِغيَا‬

‫َع ْنهُ قَا َل‬

َ ‫أْ ُم ُر‬OOَ‫ت إِ َّن هَّللا َ ي‬


‫ ِر َج‬O‫ك أَ ْن تُ ْخ‬ َ ِ‫ادَى ب‬OOَ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُو ُل هَّللا ُ يَا آ َد ُم فَيَقُو ُل لَبَّ ْيكَ َو َس ْع َد ْيكَ فَيُن‬
ٍ ْ‫و‬O‫ص‬ َ ‫ال النَّبِ ُّي‬
َ َ‫ق‬

َ ِ‫ِم ْن ُذ ِّريَّت‬
ِ َّ‫ك بَ ْعثًا إِلَى الن‬
‫ار‬

Telah menceritakan kepada kami Umar bin Hafs bin Ghiyats telah

menceritakan kepada kami Ayahku telah menceritakan kepada kami Al

A’masy telah menceritakan kepada kami Abu Shalih dari Abu Said Al

Khudzri radliyallahu’anhu berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

bersabda: “Allah berfirman, ‘Wahai Adam! ‘ Adam menjawab, ‘Aku

penuhi panggilan-Mu! ‘ lantas Adam dipanggil dengan suatu suara,

‘Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala menyuruhmu untuk

mengeluarkan utusan-utusan dari anak cucumu ke neraka’.”


2

b) Sahih al-Bukhari
Kitab : Tauhid
Bab : Firman Allah Ta’ala: {mereka hendak merubah janji Allah}.
Nomor : 6937

‫ب ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ قَا َل‬


ِ َّ‫الز ْه ِريُّ ع َْن َس ِعي ِد ْب ِن ْال ُم َسي‬
ُّ ‫َح َّدثَنَا ْال ُح َم ْي ِديُّ َح َّدثَنَا ُس ْفيَانُ َح َّدثَنَا‬

‫ َل‬Oْ‫ ُر أُقَلِّبُ اللَّي‬O‫ ِدي اأْل َ ْم‬Oَ‫ َّد ْه ُر بِي‬O‫ا ال‬OOَ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل هَّللا ُ تَ َعالَى ي ُْؤ ِذينِي ابْنُ آ َد َم يَسُبُّ ال َّد ْه َر َوأَن‬
َ ‫ال النَّبِ ُّي‬
َ َ‫ق‬

‫َوالنَّهَا َر‬

2
Kumpulan hadis qudsi
Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi telah menceritakan kepada

kami Sufyan telah menceritakan kepada kami Azzuhri dari Sa’id bin

Musayyab dari Abu Hurairah berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: ‘Anak adam menyakiti-Ku dan

mencela masa, padahal Aku adalah masa, di tangan-Ku lah segala urusan,

Akulah yang membolak-balikkan siang dan malam’.

2. Contoh hadits qudsi tentang iman


a. Sahih al-Bukhari
Kitab : Iman
Bab : Bertingkat-tingkatnya ahlul imam dalam amalan
Nomor : 21

ِ ‫ازنِ ِّي ع َْن أَبِي ِه ع َْن أَبِي َس ِعي ٍد ْال ُخ ْد ِريِّ َر‬
ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه‬ ِ ‫ك ع َْن َع ْم ِرو ْب ِن يَحْ يَى ْال َم‬
ٌ ِ‫اعي ُل قَا َل َح َّدثَنِي َمال‬
ِ ‫َح َّدثَنَا إِ ْس َم‬

‫ار ثُ َّم يَقُو ُل هَّللا ُ تَ َعالَى أَ ْخ ِرجُوا ِم ْن‬ ِ َّ‫ال يَ ْد ُخ ُل أَ ْه ُل ْال َجنَّ ِة ْال َجنَّةَ َوأَ ْه ُل الن‬
َ َّ‫ار الن‬ َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َ ‫ع َْن النَّبِ ِّي‬

ْ‫ار َم ْن َكانَ فِي قَ ْلبِ ِه ِم ْثقَا ُل َحبَّ ٍة ِم ْن َخرْ د ٍَل ِم ْن ِإي َما ٍن فَي ُْخ َرجُونَ ِم ْنهَا قَ ْد اس َْو ُّدوا فَي ُْلقَوْ نَ فِي نَهَ ِر ْال َحيَا أَو‬
ِ َّ‫الن‬
ً‫ص ْف َرا َء ُم ْلت َِويَة‬
َ ‫ب ال َّس ْي ِل أَلَ ْم تَ َر أَنَّهَا ت َْخ ُر ُج‬
ِ ِ‫ُت ْال ِحبَّةُ فِي َجان‬
ُ ‫ك فَيَ ْنبُتُونَ َك َما تَ ْنب‬ َّ ‫ْال َحيَا ِة َش‬
ٌ ِ‫ك َمال‬

‫ال ُوهَيْبٌ َح َّدثَنَا َع ْمرٌو ْال َحيَا ِة َوقَا َل َخرْ َد ٍل ِم ْن خَ ي ٍْر‬


َ َ‫ق‬

Telah menceritakan kepada kami Isma’il berkata, telah menceritakan

kepada kami Malik dari ‘Amru bin Yahya Al Mazani dari bapaknya dari

Abu Sa’id Al Khudri dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau

bersabda: “Ahlu surga telah masuk ke surga dan Ahlu neraka telah masuk

neraka. Lalu Allah Ta’ala berfirman: “Keluarkan dari neraka siapa yang

didalam hatinya ada iman sebesar biji sawi”. Maka mereka keluar dari

neraka dalam kondisi yang telah menghitam gosong kemudian

dimasukkan kedalam sungai hidup atau kehidupan. -Malik ragu. – Lalu

mereka tumbuh bersemi seperti tumbuhnya benih di tepi aliran sungai.

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana dia keluar dengan warna


kekuningan.”Berkata Wuhaib Telah menceritakan kepada kami ‘Amru:

“Kehidupan”. Dan berkata: “Sedikit dari kebaikan”.

3. Contoh hadits qudsi tentang akhlak

Sahih al-Bukhari
Kitab : Adab
Bab : Jangan kalian mencela masa
Nomor : 5713

ِ ‫ال أَبُو هُ َر ْي َرةَ َر‬


‫ض َي‬ َ َ‫ب أَ ْخبَ َرنِي أَبُو َسلَ َمةَ قَا َل ق‬ ُ ‫َح َّدثَنَا يَحْ يَى بْنُ بُ َكي ٍْر َح َّدثَنَا اللَّي‬
َ ُ‫ْث ع َْن يُون‬
ٍ ‫س ع َْن اب ِْن ِشهَا‬

ُ‫هَّللا ُ َع ْنه‬

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل هَّللا ُ يَسُبُّ بَنُو آ َد َم ال َّد ْه َر َوأَنَا ال َّد ْه ُر بِيَ ِدي اللَّ ْي ُل َوالنَّهَا ُر‬
َ ِ ‫قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan

kepada kami Al Laits dari Yunus dari Ibnu Syihab telah mengabarkan

kepadaku Abu Salamah dia berkata; Abu Hurairah berkata; Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah berfirman; “Anak Adam

mencela masa, padahal Aku adalah masa, di tangan-Ku lah siang dan

malam berada.”

B. cara Mengetahui Hadist Qudsi

Untuk mengetahui apakah hadist ini adalah hadist qudsi, kita perlu mengetahui
ciri-ciri dari hadist qudsi. Berikut adalah ciri-ciri hadist qudsi :

1. Makna daripada Allah dan lafaz daripada Nabi.


2. Tidak dikira ibadat orang yang membacanya, yaitu tidak sebagaimana
Al-Quran.
3. Tidak disyaratkan penetapannya melalui Mutawatir.
4. Disandarkan kepada Allah,tidak secara langsung.
5. Hanya memperkatakan tentang atau soal-soal fadai'il sunat dan
keistimewaan-keistimewaan.
6. Menggunakan lafaz-lafaz tertentu,antaranya:
 Qala Rasulullah s.a.w Fima Yarwih 'An Rabbihi
 Qala Allah Fima Rawahu ' Anhu Rasulullah.

Ada beberapa perbedaan Al-Qur’an dan hadist qudsi, yaitu :

1. Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT. yang diturunkan kepada Nabi


Muhammad saw. Melalui perantara malaikat Jibril dengan lafal-
Nya dan dengan itu pula orang Arab ditantang, tetapi mereka tidak
mampu untuk mendatangkan yang semisal dengan Al-Qur’an.
Adapun hadits qudsi tidak untuk menantang dan tidak untuk
mukjizat.
2. Alquran hanya dinisbatkan kepada Allah SWT. sehingga dikatakan
Allah Taala berfirman. Adapun hadis qudsi, seperti telah dijelaskan
di atas, terkadang diriwayatkan dengan disandarkan kepada Allah,
sehingga nisbah hadis qudsi itu kepada Allah adalah nisbah
dibuatkan. Maka dikatakan, Allah telah berfirman atau Allah
berfirman. Dan, terkadang pula diriwayatkan dengan disandarkan
kepada Rasulullah saw. tetapi nisbahnya adalah nisbah kabar,
karena Nabi menyampaikan hadis itu dari Allah. Maka, dikatakan
Rasulullah saw. mengatakan apa yang diriwayatkan dari Tuhannya.
Seperti :

‫قال رسول هللا صلي هللا عليه وسلم فيما يرويه عن ربه عز وجل‬

‫ فيما رواه عنه رسول هللا صلي هللا عليه وسلم‬،‫ قال هللا تعالى‬3

3. Seluruh isi Alquran dinukil secara mutawatir, sehingga


kepastiannya mutlak. Adapun hadis-hadis qudsi kebanyakan adalah
kabar ahad, sehingga kepastiannya masih merupakan dugaan.
Adakalanya hadis itu sahih, hasan, dan kadang-kadang daif.
4. Alquran dari Allah, baik lafal maupun maknanya. Hadis qudsi
maknanya dari Allah dan lafalnya dari Rasulullah saw. Hadis qudsi
ialah wahyu dalam makna, tetapi bukan dalam lafal. Oleh sebab
3
.wordpress, m. (2007). Ilmu hadis: Ringkasan penjelasan hadist qudsi , 1.
itu, menurut sebagian besar ahli hadis, diperbolehkan
meriwayatkan hadis qudsi dengan maknanya saja.
5. Membaca Alquran merupakan ibadah, karena itu ia dibaca dalam
salat. “Maka, bacalah apa yang mudah bagimu dalam Alquran itu.”
(Al-Muzamil: 20).
Nilai ibadah membaca Alquran juga terdapat dalam hadis, “Barang
siapa membaca satu huruf dari Alquran, dia akan memperoleh satu
kebaikan. Dan, kebaikan itu akan dibalas sepuluh kali lipat. Aku
tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf. Tetapi alif satu
huruf, laam satu huruf, dan miim satu huruf.” (HR Tirmizi dan
Ibnu Mas’ud).
Perbedaan Hadist Qudsy dengan hadist Nabawy:
Hadist Qudsy biasanya diberi ciri-ciri dengan dibubuhi kalimat-
kalimat :
a. Qala (yaqulu) Allahu
b. Firma yarwihi ‘anillahi Tabaraka wa Ta’ala
c. Lafadh – lafadh lain yang semakna dengan apa yang
tersebut diatas, setelah selesai penyebutan rawi yang menjadi
sumber( pertama) –nya, yakni sahabat. Sedangkan untuk Hadist
Nabawy (biasa).

B. Contoh Hadist Qudsi


Hadist pertama :

:‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫عَنْ أَبِي ُه َر ْي َرةَ قَا َل‬
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬

َ ‫ب َغ‬
” ‫ضب‬ ُ ‫ فَ ُه َو َم ْو‬،‫س ِه‬
ُ ِ‫ إِنَّ َر ْح َمتِي تَ ْغل‬:ُ‫ضو ٌع ِع ْن َده‬ ِ ‫ َكت ََب فِي ِكتَابِ ِه َعلَى نَ ْف‬،َ‫ضى هَّللا ُ ا ْل َخ ْلق‬
َ َ‫لَ َّما ق‬

(‫رواه مسلم (وكذلك البخاري والنسائي وابن ماجه‬

Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, dia berkata; telah bersabda Rasulullah SAW,
“Ketika Allah menetapkan penciptaan makhluk, Dia menuliskan dalam kitab-Nya
ketetapan untuk diri-Nya sendiri: Sesungguhnya rahmat-Ku (kasih sayangku)
mengalahkan murka-Ku” (diriwayatkan oleh Muslim (begitu juga oleh al-
Bukhari, an-Nasa-i dan Ibnu Majah).

Hadist Kedua :
:‫سلَّ َم قَا َل‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ِ ‫عَنْ أَبِي ُه َر ْي َرةَ َر‬
َ ‫ عَنْ النَّبِ ِّي‬،ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه‬

‫ لَنْ يُ ِعي َدنِي‬:ُ‫ي فَقَ ْولُه‬ َ ‫ فَأ َ َّما تَ ْك ِذيبُهُ إِيَّا‬،َ‫شتَ َمنِي َولَ ْم يَ ُكنْ لَهُ َذلِك‬ َ ‫ َو‬، َ‫ َك َّذبَنِي ابْنُ آ َد َم َولَ ْم يَ ُكنْ لَهُ َذلِك‬:‫قَا َل هَّللا ُ تَ َعالَى‬
‫ َوأَنَا اأْل َ َح ُد‬،‫ ات ََّخ َذ هَّللا ُ َولَدًا‬:ُ‫اي فَقَ ْولُه‬ َ ‫ َوأَ َّما‬،‫ق بِأ َ ْه َونَ َعلَ َّي ِمنْ إِعَا َدتِ ِه‬
َ َّ‫ش ْت ُمهُ إِي‬ ِ ‫س أَ َّو ُل ا ْل َخ ْل‬
َ ‫ َولَ ْي‬،‫َك َما بَدَأَنِي‬
‫ َولَ ْم يَ ُكنْ لِي ُكفُ ًوا أَ َح ٌد‬،ْ‫ لَ ْم أَلِ ْد َولَ ْم أُولَد‬،ُ‫ص َمد‬
َّ ‫ال‬

()‫رواه البخاري (وكذلك النسائي‬

Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a., bahwasanya Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,


telah Berfirman Allah ta’ala: Ibnu Adam (anak-keturunan Adam/umat manusia)
telah mendustakanku, dan mereka tidak berhak untuk itu, dan mereka mencelaku
padahal mereka tidak berhak untuk itu, adapun kedustaannya padaku adalah
perkataanya, “Dia tidak akan menciptakankan aku kembali sebagaimana Dia
pertama kali menciptakanku (tidak dibangkitkan setelah mati)”, aadpun celaan
mereka kepadaku adalah ucapannya, “Allah telah mengambil seorang anak,
(padahal) Aku adalah Ahad (Maha Esa) dan Tempat memohon segala sesuatu (al-
shomad), Aku tidak beranak dan tidak pula diperankkan, dan tidak ada bagiku
satupun yang menyerupai”. Diriwayatkan oleh al-Bukhari (dan begitu juga oleh
an-Nasa-i).

Hadits ketiga:

Hadits Qudsi yang diriwayatkan dari Abu Sa’id Alkhudry r.a. dari Nabi
saw, beliau bersabda:

“Allah SWT berfirman: ‘siapa saja yang disibukan dengan al-Qur’an dan berzikir
kepada-Ku sehingga tidak sempat meminta kepada-Ku, niscaya Aku akan berikan
kepadanya sesuatu yang lebih utama daripada yang Aku berikan kepada orang
yang berdo’a kepada-Ku.’ Keutamaan firman Allah SWT dibandingkan dengan
pembicaraan yang lain bagaikan keutamaan Allah SWT terhadap makhluk-
makhluk-Nya.” (H.R. Tirmidzi).

Dari contoh hadits di atas, maka isi daripada kandungan hadits tersebut yaitu:

 Hadits ini termasuk kedalam kategori Hadits Qudsi. Makna hadits qudsi
secara istilah adalah suatu hadits yang oleh Nabi Muhammad saw
disandarkan kepada Allah. Maksudnya Nabi meriwayatkannya dalam
posisi bahwa yang disampaikannya adalah Kalamullah, tetapi redaksi
lafadznya dari Nabi sendiri.
 Dalam hadits qudsi terdapat besarnya garansi dari Allah SWT terhadap
mereka yang menyibukan dirinya dengan al-Qur’an. Seperti membacanya,
mengkajinya, mengaplikasikannya dalan kehidupan sehari-hari,
mengajarkan kepada orang-orang, menyampaikan amar ma’ruf dan nahi
munkar yang terdapat di dalam al-Qur’an, dsb.
 Allah SWT menyatakan bahwa kedudukan firman Allah SWT
dibandingkan dengan perkataan manusia bagaikan kedudukan Allah SWT
terhadap makhluk-Nya, itu artinya kita harus mengutamakan membaca al-
Qur’an dalam setiap kesempatan dan meninggalkan pembicaraan atau
obrolan-obrolan yang tidak bermanfaat apalagi yang mengandung dosa.
 Kehidupan sehari-hari yang dibingkai dengan interaksi al-Qur’an, dengan
keistimewaan al-Qur’an Allah SWT memecahkan solusi dari problem
kehidupan manusia yang keseharian terdapat kebersamaan al-Qur’an.
Kebersamaan yang dimaksud adalah secara zhahir dan batin. Sehingga
tawazzun antara urusan dunia dan akhirat.
 Posisi mulia dari Allah SWT bagi mereka yang tetap menjaga dan
mengamalkan al-Qur’an meski dalam keadaan sulit. Allah SWT
memotivasi hamba-Nya agar siapapun bisa berinteraksi dengan al-Qur’an
baik ia muda ataupun tua, kaya atau miskin, sehat atau sakit, lelaki atau
perempuan, waktu lapang waktu sempit, dsb.
 Menanamkan ghibthoh pada diri setiap muslim, yaitu menginginkan untuk
memperoleh kebaikan seperti yang diperoleh orang lain, tanpa
berkeinginan nikmat tersebu yang diperoleh orang lain itu hilang darinya.

C. Ciri-Ciri Hadits Qudsi

Ciri pada hadits qudsi, biasanya menggunakan kalimat-kalimat seperti:

 Rasulullah saw, menyampaikan sabdanya dengan cara menyandarkan


kepada Tuhan atau “mengatasnamakan Tuhan”.
 Firman Allah SWT yang diriwayatkan oleh Rasulullah saw dengan tidak
langsung.
 Firman Allah SWT yang diperkuat dengan berperannya malaikat Jibril.
 Hadits Qudsi yang diawali dengan perkataan “Yaa ibn Adamu” Atau “Yaa
adamu”
 Hadits Qudsi biasanya diawali dengan memakai kata pemanggilan pada
seorang hamba.

D. Analisis Pemahaman Pemaknaan Hadits Qudsi


Hadis Qudsi memang jumlahnya tidak sebanyak hadis Nabi pada
umumnya. Hadis Qudsi tersebar diberbagai kitab hadis, termasuk ada
sebagian yang ditulis dalam kitab al-Bukhari. Dan Imam Bukhari
memasukan hadis Qudsi dalam kitabnya, tidak dikelompokkan pada kitab
(Bab) tersendiri. Tetapi ditulis di berbagai bab dan masuk pada bagian-
bagiannya. Pada kumpulan atau koleksi hadis-hadis Qudsi yang dihimpun
diberbagai buku kumpulan hadis Qudsi, ada yang mengatakan jumlahnya
lebih sedikit dari 200 hadits. Di antara buku yang paling masyhur
mengenai hadis Qudsi adalah kitab “Al-Itthâfât as-Suniyyah bi al-Ahâdîts
al-Qudsiyyah” karya ‘Abdur Ra`uf al-Munawiy. Di dalam buku ini
terkoleksi 272 buah hadits. Karena hadis Qudsi sebenarnya adalah untuk
Muhammad sebagai pribadi Nabi, bukan sebagai Rosul, maka Nabi pun
“pilih-pilih” dalam memberikannya kepada sahabat – sahabatnya. Hanya
sahabat- sahabat terpilih yang mempunyai kecerdasan tinggi saja yang
menerimanya. Karena memang hadis Qudsi bukan untuk konsumsi umum.
Sampai sekarang pun masih sebagian kalangan umat Islam yang belum
menerima “kebenaran” Hadis Qudsi. Para periwayatpun jumlahnya sangat
terbatas, hanya sahabat-sahabat khusus saja yang menerima hadis Qudsi
dari Nabi Muhammad, semisal Sayyidina Ali bin Abu Tholib dan sahabat
Abu Hurairah, Anas bin Malik dan ‘Aisyah. Pemaknaan hadis Qudsi para
ulama sangat beragam dalam menjelaskan pengertiannya baik oleh ulama
salaf (koservatif) maupun khalaf (moderen), sebagaimna kami jelaskan di
muka. Maka paling tidak dapat kami petakan dalam empat pengertian
yaitu:
Pertama, pandangan yang diwakili oleh kebanyakan ulama koservatif
misalnya; Ibnu Hajar, imam Bukari, Al-Jurjani, Al-Munawi, al-Tībiy.
Mereka menjelaskan hadis Qudsi yaitu, berita dari Allah yang
disampaikan kepada Nabi saw secara makna, dan lafalnya disampaiakan
oleh Nabi sendiri.
Kedua, pandangan dari kalangan para ulama koservatif seperti, az-Zarqani
hadis Qudsi, adalah merupakan sebuah kalam atau ceritera dari Allah SWT
yang disampaikan Rasulullah saw. Namun hadis Qudsi tidak seperti al-
Qur’an yang memiliki keistimewaan-keistimewaan. Jadi hadis Qudsi
hampir disandingkan perbedaannya dengan al-Qur’an.
Ketiga, pendapat yang diwakili oleh para ulama salaf moderen seperti,
Syaih Muhammad bin Salih al-‘Asīmīn, menyatakan sebaiknya hadis
Qudsi sudah tidak lagi dibahasnya, karena dikhawatirkan dikatakan
sebagai pendapat yang ekstrim dan membinasakan, maka cukup
berpendapat bahwa hadis Qudsi adalah hadis yang diriwayatkan Nabi dari
Tuhannya. Jadi pendapat ini boleh jadi dikatakan sebagai pendapat yang
tidak mengambil resiko daripada dituduh bertentangan dengan pendapat
pendahulunya (ahli salaf).
Keempat, pendapat salaf modern yang sedikit berbeda dengan para
pendahulunya. Yaitu pandangan yang disampaikan oleh seorang Mufti
Syaih Saleh bin Fauzan bin Abdullah, bahwa sunah Nabi semuanya adalah
sebagai wahyu. Tetapi ada sesuatu perkataan yang datang dari Rasulullah
saw dengan secara lafal dan maknanya, maka disebut sebagai hadis Qudsi,
dan ada sesuatu perkataan Nabi yang maknanya dari Allah tanpa dengan
lafalnya, maka disebut sebagai hadis Nabi secara umum.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Bertumpu pada pemasalahan dan penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa hadis Qudsi jumlahnya tidak sebanyak hadis Nabi
pada umumnya. Hadis Qudsi terdapat diberbagai kitab hadis, termasuk ada
sebagian yang ditulis dalam kitab al-Bukhari. Imam Bukhari memasukan
hadis Qudsi dalam kitabnya, tidak dikelompokkan pada satu kitab (bab)
tersendiri. Tetapi ditulis di berbagai bab dan masuk pada bagian-
bagiannya. Di antara buku yang paling masyhur mengenai Hadits Qudsi
adalah kitab “Al-Ittihâfât as-Suniyyah bi al-Ahâdîts al-Qudsiyyah” karya
‘Abdur Ra`uf al- Munawiy. Kitab ini terdapat sekitar 7 hadis Qudsi yang
diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab al-jami’u as-Sahīhnya dan
terdapat 14 hadis yang diulang-ulang serta diberi syarah dan dimasukan
karena ada kesamaan maksud dan pengertiannya. Dalam kitab al-jami’u
as-Sahīh al-Bukhari juga tidak membedakan mana hadis yang Qudsi dan
mana yang hadis Nabi pada umumnya.
Hanya saja yang dapat membedakan adalah dari segi lafal- lafal.
Para ulama dalam menjelaskan perbedaan al-Qur’an dengan hadis Qudsi,
mereka masing-masing mempunyai pandangan yang berbeda dalam
merinci banyak dan sedikitnya. Namun mereka tetap menonjolkan
keistimewaan al-Qur’an daripada hadis Qudsi. Lebih-lebih penonjolan itu
pada konsep pewahyuan al-Qur’an yang digambarkan bahwa al-Qur’an
disampaikan kepada Nabi melalui dua konsep metodologi. Pertama,
melalui konsep metodologi internal, yaitu pewahyuan yang digambarkan
Abduh, sebagai pengetahuan yang didapatkan seseorang dari dalam
dirinya dengan keyakinan bahwa itu datangnya dari Allah, baik dengan
perantara maupun tanpa perantara tanpa suara. Dan kedua, konsep
metodologi eksternal yang memposisikan al-Qur’an sebagai wahyu Tuhan
yang telah berubah menjadi teks manusiawi sejak pertama kali turun
kepada Nabi Muhammad saw. Karena jika tidak demikian, maka Kalam
Ilahi tersebut tidak akan dimengerti.

DAFTAR PUSTAKA
Ammi nur baits. (n.d.). Apa itu hadist qudsi. hadisqudsi , 1.

ath-thahhan, M. Taysir Mutshalah hadist hal127-128.

fattah, I. a. (2016). International journal ihya ulum aldin. MEMAHAMI KEMBALI

HADIST QUDSI .

wordpress, m. (2007). Ilmu hadis: Ringkasan penjelasan hadist qudsi , 1.

Anda mungkin juga menyukai