Anda di halaman 1dari 10

SUKSESI HUTAN

Menurut Ardhana, (2012) menyatakan suksesi adalah


perubahan yang perlahan-lahan dari suatu komunitas
tumbuhan dalam suatu daerah tertentu dimana terjadi
pengalihan atau pergantian suatu jenis tumbuhan lain (pada
tingkat populasi).
Bratawinata (1988), menyatakan suksesi hutan adalah
perubahan dari suatu masyarakat hutan satu ke masyarakat
hutan selanjutnya dengan menjalani tahapan-tahapan
perubahan, dengan perubahan waktu dan perubahan
lingkungannya.
Suksesi, yaitu proses perubahan dalam komunitas
menuju ke satu arah, berlangsung lambat, secara teratur,
pasti, dan dapat diramalkan (Resosoedarmo dkk, 1992;
Irwan, 1992; dalam Indriyanto, 2006).
Clements (1916), menyatakan bahwa vegetasi dapat disejajarkan dengan
“organisme super” mampu memperbaiki atau mengelola dirinya sendiri bila
terjadi gangguan atau kerusakan, juga mengenalkan enam unsur yang akan terjadi
sehubungan dengan proses suksesi, yaitu;

1. Penggundulan, yang mengakibatkan terjadinya substrat baru.


2. Migrasi, kehadiran organisme pembiak tumbuhan.
3. Perkecambahan, pertumbuhan, reproduksi, dan penyebaran.
4. Kompetisi, atau persaingan sehingga adanya pengusiran satu spesies oleh
spesies lainnya.
5. Reaksi, perubahan pada ciri dan sifat habitat oleh jenis tumbuhan.
6. Stabilisasi, yang menghasilkan komunitas tumbuhan pada tingkatan yang
matang.
Tipe-tipe Suksesi Hutan
Contoh proses yang terjadi pada
suksesi primer secara garis besar
dapat dilihat pada Gambar
1. Suksesi Primer berikut;
Menurut Gopal dan Bhardwaj, (1979)
suksesi primer adalah suksesi yang terjadi pada
lahan yang mula-mula tak bervegetasi, berarti
lahan telah lama tidak bevegetasi apapun yang
tumbuh diatasanya. Lahan tidak bervegetasi
dapat juga berarti bahwa lahan tersebut pernah
bervegetasi, tetapi mengalami gangguan hebat
sehingga ekosistem terganggu dan komunitas
tumbuhan rusak total.
2. Suksesi Sekunder

Suksesi sekunder adalah suksesi yang terjadi pada lahan


atau wilayah yang awalnya bervegetasi sempurna, kemudian
mengalami kerusakan oleh bencana alam maupun oleh aktivitas
manusia, tetapi bencana itu tidak merusak secara total tempat
tumbuh sehingga masih ada substrat lama dan kehidupan
(Gopal dan Bhardwaj, 1979; Resosudarmo dkk., 1986).
Bratawinata, (1994) menyatakan suksesi sekunder
terjadi apabila habitat itu telah ada masyarakat tumbuhan
(vegetasi) baik sudah mencapai klimaks atau belum, kemudaan
mendapatkan gangguan lingkungan (ekosistem) karena
penebangan atau hal lain secara alam (kebakaran, hujan deras,
angin dan sebagainya) kemudian terjadi pergantian masyarakat
hutannya sehingga mencapai klimaks lagi.
Gambar Ikhtisar proses suksesi pada bekas perladangan. (digambar ulang dari
Kartawinata, 1975)
HUTAN PRIMER

Hutan primer merupakan bagian dari hutan tropika yang


terbentuk melalui suksesi primer maupun skunder dan sudah dalam
keadaan seimbang atau mencapai klimaks. Tetapi untuk mencapai
klimaks lagi diperlukan waktu yang tidak sedikit, selain itu pengurangan
pohon dari jenis-jenis tertentu akan mengurangi kesempatan hutan
kembali ke komposisi semula, padahal dalam formulasi klimaks sendiri
terjadi perubahan yang seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1976)
Whitmore (1985) menggambarkan ciri umum dari hutan primer
adalah kaya dengan jenis vegetasi berkayu seperti pohon, herba, liana,
banyak pohon berstrata dan jarang dijumpai vegetasi pionir, kecuali
tempat-tempat dengan lubang tajuk terbuka.
Sutisna (2004), memberikan suatu gambaran mengenai sifat-sifat kehidupan
dari jenis-jenis hutan primer sebagai berikut.

a. Ukuran biji-biji pohon umumnya besar-besar;


b. Pada waktu anakan tahan dalam naungan (jenis-jenis toleran cahaya);
c. Pertumbuhan lambat, umur biologis pohon relatif panjang;
d. Struktur dan komposisi jenis-jenis sangat kompleks, tingkat tajuk berlapis dan
umumnya lebar-lebar;
e. Menghasilkan bibit (biji), relatif (tua umurnya);
f. Kematian secara alami tidak secara masal;

g. Ketahanan kayunya tahan lama, kuat dan sebagainya.


HUTAN SEKUNDER

Hutan sekunder adalah hutan yang terjadi karena kerusakan


hutan primer atau hutan klimaks yang disebabkan oleh perladangan
berpindah, dan kerusakan lainnya. Salah satu sifat khas dari hutan
sekunder adalah phon-pohon cepat tumbuh dan mempunyai suatu
kehidupan yang lebih pendek dari hutan primer Richards (1996).
Bratawinata, (1993) menyatakan Hutan sekunder merupakan
hutan yang masyarakat vegetasi hutannya didominasi oleh jenis pionir
atau bercampur dari vegetasi pionir dengan vegetasi asal dari vegetasi
Hutan Primer. Vegetasi pionir adalah vegetasi yang memiliki ciri-ciri
yang sangat berbeda dengan hutan primer, jenis tersebut memiliki ciri-
ciri pertumbuhannya sangat suka cahaya (Heliopytic species), memiliki
biji-biji yang halus, dan dormansi lama, pertumbuhan diameter dan
tinggi cepat, berumur pendek, ukuran daun besar.
Adapun ciri utama dari jenis pionir menurut Whitmore (1985)
adalah sebagi berikut:
1. Suka cahaya (light-demander) tidak tahan naungan, sekunder.
2. Perkecambahan hanya pada celah kanopi terbuka yang menerima
cahaya penuh.
3. Anakan tidak dapat bertahan dibawah naungan tajuk.
4. Biasanya biji berukuran kecil, produksi melimpah sepanjang tahun,
bersal dari pohon-pohon muncul lebih awal.
5. Soil seed bank banyak terdapat spesies.
6. Penyebaran biasanya oleh angin atau binatang sering mencapai jarak
yang jauh.
7. Bersifat dorman.
8. Pertumbuhan rata-rata fiksasi karbon, satuan daun dan
pertumbuhan relatif tinggi.
9. Perubahan tingginya cepat.
10. Percabangan tidak beraturan.
11. Periodisitas pertumbuhan tidak tentu, tidak ada penghentian
pucuk.
12. Daur hidupnya pendek, satu kali untuk satu generasi.
13.Gubal biasanya berwarna pucat, kerapatan rendah, tidak
bersilika.
14. Rentang ekologinya luas.
15. Usianya pendek.

Soerianegara dan Indrawan, (1976) menyatakan bahwa hutan


sekunder bekas penebangan dan perladangan akan menjadi hutan
primer dalam waktu yang sangat lama bahkan ratusan tahun dan
pertumbuhanya dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai