perubahan yang perlahan-lahan dari suatu komunitas tumbuhan dalam suatu daerah tertentu dimana terjadi pengalihan atau pergantian suatu jenis tumbuhan lain (pada tingkat populasi). Bratawinata (1988), menyatakan suksesi hutan adalah perubahan dari suatu masyarakat hutan satu ke masyarakat hutan selanjutnya dengan menjalani tahapan-tahapan perubahan, dengan perubahan waktu dan perubahan lingkungannya. Suksesi, yaitu proses perubahan dalam komunitas menuju ke satu arah, berlangsung lambat, secara teratur, pasti, dan dapat diramalkan (Resosoedarmo dkk, 1992; Irwan, 1992; dalam Indriyanto, 2006). Clements (1916), menyatakan bahwa vegetasi dapat disejajarkan dengan “organisme super” mampu memperbaiki atau mengelola dirinya sendiri bila terjadi gangguan atau kerusakan, juga mengenalkan enam unsur yang akan terjadi sehubungan dengan proses suksesi, yaitu;
1. Penggundulan, yang mengakibatkan terjadinya substrat baru.
2. Migrasi, kehadiran organisme pembiak tumbuhan. 3. Perkecambahan, pertumbuhan, reproduksi, dan penyebaran. 4. Kompetisi, atau persaingan sehingga adanya pengusiran satu spesies oleh spesies lainnya. 5. Reaksi, perubahan pada ciri dan sifat habitat oleh jenis tumbuhan. 6. Stabilisasi, yang menghasilkan komunitas tumbuhan pada tingkatan yang matang. Tipe-tipe Suksesi Hutan Contoh proses yang terjadi pada suksesi primer secara garis besar dapat dilihat pada Gambar 1. Suksesi Primer berikut; Menurut Gopal dan Bhardwaj, (1979) suksesi primer adalah suksesi yang terjadi pada lahan yang mula-mula tak bervegetasi, berarti lahan telah lama tidak bevegetasi apapun yang tumbuh diatasanya. Lahan tidak bervegetasi dapat juga berarti bahwa lahan tersebut pernah bervegetasi, tetapi mengalami gangguan hebat sehingga ekosistem terganggu dan komunitas tumbuhan rusak total. 2. Suksesi Sekunder
Suksesi sekunder adalah suksesi yang terjadi pada lahan
atau wilayah yang awalnya bervegetasi sempurna, kemudian mengalami kerusakan oleh bencana alam maupun oleh aktivitas manusia, tetapi bencana itu tidak merusak secara total tempat tumbuh sehingga masih ada substrat lama dan kehidupan (Gopal dan Bhardwaj, 1979; Resosudarmo dkk., 1986). Bratawinata, (1994) menyatakan suksesi sekunder terjadi apabila habitat itu telah ada masyarakat tumbuhan (vegetasi) baik sudah mencapai klimaks atau belum, kemudaan mendapatkan gangguan lingkungan (ekosistem) karena penebangan atau hal lain secara alam (kebakaran, hujan deras, angin dan sebagainya) kemudian terjadi pergantian masyarakat hutannya sehingga mencapai klimaks lagi. Gambar Ikhtisar proses suksesi pada bekas perladangan. (digambar ulang dari Kartawinata, 1975) HUTAN PRIMER
Hutan primer merupakan bagian dari hutan tropika yang
terbentuk melalui suksesi primer maupun skunder dan sudah dalam keadaan seimbang atau mencapai klimaks. Tetapi untuk mencapai klimaks lagi diperlukan waktu yang tidak sedikit, selain itu pengurangan pohon dari jenis-jenis tertentu akan mengurangi kesempatan hutan kembali ke komposisi semula, padahal dalam formulasi klimaks sendiri terjadi perubahan yang seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1976) Whitmore (1985) menggambarkan ciri umum dari hutan primer adalah kaya dengan jenis vegetasi berkayu seperti pohon, herba, liana, banyak pohon berstrata dan jarang dijumpai vegetasi pionir, kecuali tempat-tempat dengan lubang tajuk terbuka. Sutisna (2004), memberikan suatu gambaran mengenai sifat-sifat kehidupan dari jenis-jenis hutan primer sebagai berikut.
a. Ukuran biji-biji pohon umumnya besar-besar;
b. Pada waktu anakan tahan dalam naungan (jenis-jenis toleran cahaya); c. Pertumbuhan lambat, umur biologis pohon relatif panjang; d. Struktur dan komposisi jenis-jenis sangat kompleks, tingkat tajuk berlapis dan umumnya lebar-lebar; e. Menghasilkan bibit (biji), relatif (tua umurnya); f. Kematian secara alami tidak secara masal;
g. Ketahanan kayunya tahan lama, kuat dan sebagainya.
HUTAN SEKUNDER
Hutan sekunder adalah hutan yang terjadi karena kerusakan
hutan primer atau hutan klimaks yang disebabkan oleh perladangan berpindah, dan kerusakan lainnya. Salah satu sifat khas dari hutan sekunder adalah phon-pohon cepat tumbuh dan mempunyai suatu kehidupan yang lebih pendek dari hutan primer Richards (1996). Bratawinata, (1993) menyatakan Hutan sekunder merupakan hutan yang masyarakat vegetasi hutannya didominasi oleh jenis pionir atau bercampur dari vegetasi pionir dengan vegetasi asal dari vegetasi Hutan Primer. Vegetasi pionir adalah vegetasi yang memiliki ciri-ciri yang sangat berbeda dengan hutan primer, jenis tersebut memiliki ciri- ciri pertumbuhannya sangat suka cahaya (Heliopytic species), memiliki biji-biji yang halus, dan dormansi lama, pertumbuhan diameter dan tinggi cepat, berumur pendek, ukuran daun besar. Adapun ciri utama dari jenis pionir menurut Whitmore (1985) adalah sebagi berikut: 1. Suka cahaya (light-demander) tidak tahan naungan, sekunder. 2. Perkecambahan hanya pada celah kanopi terbuka yang menerima cahaya penuh. 3. Anakan tidak dapat bertahan dibawah naungan tajuk. 4. Biasanya biji berukuran kecil, produksi melimpah sepanjang tahun, bersal dari pohon-pohon muncul lebih awal. 5. Soil seed bank banyak terdapat spesies. 6. Penyebaran biasanya oleh angin atau binatang sering mencapai jarak yang jauh. 7. Bersifat dorman. 8. Pertumbuhan rata-rata fiksasi karbon, satuan daun dan pertumbuhan relatif tinggi. 9. Perubahan tingginya cepat. 10. Percabangan tidak beraturan. 11. Periodisitas pertumbuhan tidak tentu, tidak ada penghentian pucuk. 12. Daur hidupnya pendek, satu kali untuk satu generasi. 13.Gubal biasanya berwarna pucat, kerapatan rendah, tidak bersilika. 14. Rentang ekologinya luas. 15. Usianya pendek.
Soerianegara dan Indrawan, (1976) menyatakan bahwa hutan
sekunder bekas penebangan dan perladangan akan menjadi hutan primer dalam waktu yang sangat lama bahkan ratusan tahun dan pertumbuhanya dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.