Anda di halaman 1dari 21

LANDASAN TEORI STRATEGI PEMBELAJARAN

( Behaviorisme, Kognitivisme, Konstruktivisme dan Humanisme)

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran PAI


Jurusan Pendidikan Agama Islam Program Megister
Pascasrjana UIN Alauddin Makassar

Oleh:
Andi Astitah
NIM. 80200220040

Dosen Pengampu:
Dr. Andi Maulana, M.Si.
Dr. Usman, M.Pd.

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

ALAUDDIN MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena
atas limpahan anugerah serta kasih sayang Allah SWT, serta inayah dan taufik
alhamdulillah kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik.
Salawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabiullah al-Mustafa Nabi
Muhammad SAW. yang senantiasa kita jadikan panutan, suri teladan dalam
menjalani kehidupan kita di dunia untuk bekal akhirat nanti Insya Allah.
Kami haturkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan
sumbangsih sehingga makalah ini dapat dirampungkan walaupun penulisan
makalah ini jauh dari kata sempurna. Kami berharap tulisan ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca terkait materi “Landasan Teori Strategi Pembelajaran
(behaviorisme, kognitivisme, konstruktivisme dan Humanisme)” dalam Studi
Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Oleh karenanya, kami
mengharapkan pemberian saran dan kritik yang dapat melakukan perbaikan dari
pembaca untuk penyempurnaan dan perbaikan. Hendaknya makalah ini bisa
bermanfaat bagi penulis itu sendiri dan pembaca pada umumnya.

Makassar, 22 September 2021


Penulis

Andi Astitah

NIM. 80200220037

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
C. Tujuan Penulisan..............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................3

A. Defenisi teori belajar Behaviorisme, Kognitivisme,


Konstruktivisme dan Humanisme....................................................3

B. Tokohteori belajar Behaviorisme, Kognitivisme, Konstruktivisme


dan Humanisme................................................................................9
C. Kelebihan dan Kekurangan dari teori belajar Behaviorisme,
Kontruktivisme, Kognitivisme, dan Humanisme...........................10

BAB III PENUTUP......................................................................................15

A. Kesimpulan....................................................................................15
B. Saran...............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA 16

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pembelajaran adalah proses hubungan antara pendidik dan peserta
didik serta sumber belajar yang berada di lingkungan sekolah. Belajar
adalah pemberian bantuan kepada peserta didik sehingga dalam proses
mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, penguasaan, serta karakter
dapat terjadi sehingga terbentuk keyakinan dan sikap pada diri peserta
didik. Dalam hal ini, belajar merupakan upaya memberikan bantuan
kepada peserta didik dalam memperoleh ilmu pengetahuan.
Belajar adalah sebuah proses ketika seseorang memperoleh
keterampilan, kemampuan, dan sikap. Menurut para ahli pendidikan salah
satu ciri dari sebuah kegiatan belajar merupakan adanya perubahan sikap
dan tingkah laku serta penguasaan ilmu pengetahuan yang baru maupun
perubahan pada penguasaan keterampian baru.1
Teori dalam belajar merupakan suatu usaha untuk menggambarkan
proses dari tidak tahu menjadi tahu, sehingga menunjang manusia untuk
memahami proses belajar yang tertruktur dan kompleks. Teori dalam
belajar adalah dasar dari suatu proses pembelajaran yang dapat membantu
terbentuknya kondisi dalam proses belajar. Teori pembelajaran dapat
diartikan sebuah perpaduan antar prinsip-prinsip dalam merancang sebuah
kondisi untuk mencapai tujuan sebuah pendidikan. Dengan adanya teori
pembelajaran akan memberi kemudahan kepada pendidik dalam
melaksanakan model- model pembelajaran yang akan diterapkan.

1
Firmina A, Teori belajar & Pembelajaran. (Sleman : CV. Budi Utama, 2017), h.3.
Sebuah upaya untuk menambah mutu pendidikan di sekolah yaitu
dengan menciptakan proses pembelajaran yang baik serta menyenangkan.
Beragam wawasan dan konsep baru mengenai proses pembelajaran di
sekolah yang muncul dan telah berkembang seiring dengan perkembangan
teknologi dan ilmu pengetahuan, dengan tujuan mengikuti arus zaman
yang menuntut terciptanya peserta didik yang mampu membawa zaman
menjadi lebih baik. , lebih maju, dan lebih maju. Pada proses belajar
mengajar terdapat interaksi antar peserta didik dengan pendidik,
pemahaman peserta didik sangat penting agar tercipta situasi belajar yang
tepat. Oleh karena itu, suatu pembelajaran perlu didukung dengan adanya
teori-teori pembelajaran agar proses pembelajaran dapat tercapai.

B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi teori belajar Behaviorisme, Konstruktivisme,
Kognitivisme, dan Humanisme?
2. Siapa saja Tokoh- tokoh teori belajar Behaviorisme, Konstruktivisme,
Kognitivisme, dan Humanisme?
3. Apa Kelebihan dan Kekurangan teori belajar Behaviorisme,
Konstruktivisme, Kognitivisme, dan Humanisme?

C. Tujuan
1. Untuk menegtahui defenisi teori belajar Behaviorisme,
Konstruktivisme, Kognitivisme, dan Humanisme.
2. Untuk mengetahui Tokoh- tokoh teori belajar Behaviorisme,
Konstruktivisme, Kognitivisme, dan Humanisme.
3. Untuk mengetahui Kelebihan dan Kekurangan teori belajar
Behaviorisme, Konstruktivisme, Kognitivisme, dan Humanisme.

2
3

BAB II

PEMBAHASA

A. Defenisi Teori Belajar Behaviorisme, Kontruktivisme, Kognitivisme,


dan Humanisme
1. Behaviorisme

Behaviorisme merupakan sesuatu aliran psikologi yang


memandang sesuatu individu dari sisi fenomena fisik saja yang tidak
memandang dari sisi mental sindividu. Dalam artian teori behaviorisme
tidak memahami bakat, minat, perasaan orang dan kecerdasan orang dalam
pendidikan. Peristiwa belajar hanya melatih gerakan otomatis yang
dikendalikan oleh individu.2
Menurut teori behaviorisme, belajar ialah perubahan sikap sebagai
hasil interaksi antar respon dan stimulus. Dalam teori behaviorisme,
seseorang dikatakan sudah mengikuti proses belajar apabila orang tersebut
sudah menampilkan perubahan sikap.3
Omror mengemukakan bahwa terdapat lima anggapan bawah
belajar menurut behaviorisme, ialah:
a. Mayoritas sikap orang diperoleh dari pengalaman sebab
terdapatnya rangsangan dari lingkungan.
b. Belajar merupakan hubungan berbagai peristiewa yang bisa
diamati, yaitu hubungan antara stimulus dan respon.
c. Belajar membutuhkan perubahan perilaku.
d. Belajar terjadi ketika stimulus serta respon terjalin pada saat

2
Akhmad Sudrajat,”Teori-teori Belajar”, http://www.scribd.com/cod/15874999/
teoriteori belajar.
3
Molli Wahyuni dan Nini Ariyani, Teori Belajar dan Imp;likasinya dan Pembelajaran (
Jawa Barat : Edu Publisher, 2020) h.1
bersamaan.4
Behaviorisme ialah salah satu teori yang memberikan kontribusi
terhadap pendidikan yang berkaitan dengan pembelajaran, teori
behaviorisme mengemukakan beberapa jenis pembelajaran, yaitu :
a. Pendidikan mudah, terdapat dua tipe pendidikan berupa
pembiasaan serta sensitisasi.
b. Pendidikan asosiasi, merupakan pembelajaran yang hendak efisien
dalam pelaksanaannya apabila peserta didik makin tinggi
kemampuannya dan giat belajar dalam menghubungan antar respon
dan stimulus.
c. Pengkondisian klasik ialah proses belajar selaku suatu upaya
mengkondisikan terjadinya terhadap terhadap suatu.
d. Pengkondisian operan, ialah suatu upaya dalam belajar untuk
memodifikasi perilaku secara spontan.
e. Belajar dengan berikan kesan merupakan pembelajaran dengan
mempelajarai serta mengamati ciri- ciri rangsangan yang timbul
dalam diri individu.
f. Pembelajaran observasional didasarkan pada peniruan oleh
individu terhadap individu yang diterapkan pula dalam
kehidupannya.
g. Belajar dengan bermain, bermain ialah aktivitas yang tidak
mempunyai tujuan tetapi mampu meningkatkan kemampuan di
masa yang akan datang jika ditemui kondisi yang sama.
h. Pembelajaran tuntas merupakan pembelajaran yang menekankan
pada siswa untuk memahami seluruh bahan ajar.5
Penekanan behavioristik ini merupakan pada perubahan tingkah
laku setelah proses belajar terjalin pada diri peserta didik. Para pelopor
pendekatan behaviorisme pada dasarnya berpijak pada kepercayaan bahwa

4
Molli Wahyuni dan Nini Ariyani, Teori Belajar dan Imp;likasinya dan Pembelajaran,
h.2
5
Andi Setiawan, Belajar dan Pembelajaran (Ponegoro : Uwais Inspirasi Indonesia,
2017), h.15-16.

4
sikap individu ialah hasil dari proses belajar oleh karenanya sikap bisa
diganti dengan belajar pula.
2. Konstruktivisme
Istilah konstruktivisme berasal dari kata “to construct”. Kata ini
merupakan serapan dari bahasa Latin "conetruere" yang berarti memuntuk
ataupun menyusun sturktur.6 Konstruktivisme berarti konstruktif. Dalam
konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme ialah upaya untuk
mmemeuntuk struktur kehidupan yang terbaru.7
Menurut pandangan De Kock, sleegers, serta Vouten memndang
bahwa belajar tidak hanya sekedar mendapatkan serta mengolah informasi
yang sudah di informasikan oleh pendidik maupun yang berbentuk bacaan,
akan tetapi pembelajaran merupakan pengetahuan yang dikontruksi dan
bersifat persoanl dan aktif.8
Penekanan pada proses pembelajaran lebih menitikberatkan kepada
keberhasilan peserta didik dalam mengorganisasikan pengalamannya,
bukan pada ketepatan peserta didik dalam meniru dari pendidiknya.
Contoh pendidikan konstruktivisme pada proses pembelajaran meliputi
beberapa tahap, ialah: tahap apersepsi( mengulang pendidikan yang
kemudian), tahap eksplorasi, tahap uraian konsep serta ulasan, serserta
tahap pelaksanaan serta pengembangan konsep.9
Tujuan pembelajaran konstruktivisme adalah untuk menekankan
belajar bagaimana dalam belajar, paling utama yakni bagaimana
menciptakan pemahaman yang baru, yang mengaharapkan perubaha sikap
ataupun aktivitas kreatif - produktif dalam konteks nyata, yang mendorong
peserta didik untuk memikirkan kembali serta mendemonstrasikan apa
yang

6
Sukiman, “Teori Pembelajaran dalam pandangan Konstrukivisme dan Pendidikan
Islam”, (Jurnal Kependidikan Islam, vol. 3, no 1, 2008), h.59.
7
Agus N Cahyo, Panduan Aplikasi Teori- Teori Belajar Mengajar dan Terpopuler.
(Yogyakarta : Divapres, 2013), h.33.
8
Dadang Supardan, Teori Praktik Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran,
(Edunimic : Volume 4, 2016), h.2-3
9
Muhammad Dadan Sundawan. Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisem dengan
Pembelajaran lain. Vol XVI, No 1 Maret Tahun 2017. h 1
sedang ataupun sudah dipelajari.10
Proses Pendidikan secara langsung ialah contoh pendidikan yang
dirancang spesial untuk menunjang proses pendidikan peserta didik
mengenai pengetahuan yang bersifat penyataan yang ringkas serta jelas
dan terstruktur serta bisa dipelajari secara bertahap. Contoh pembelajaran
langsung merupakan pembelajaran menggunakan lima fase, ialah
menyampaikan tujuan serta mempersiapkan peserta didik,
mendemonstrasikan pengetahuan serta keahlian, membimbing pelatihan,
memriksa uraian serta memberikan umpan balik, memberikan latihan serta
mempraktikkan konsep.
Jadi Teori Konstruktivisme ialah suatau teori yang didasarkan pada
aktivitas peserta didik untuk menghasilkan, menginterpretasikan, serta
mereorganisasikan pengetahuannya sendiri yang ditemui dalam kehidupan
nyata tetapi pada teori ini memerlukan pendidik yang kretaif serta terampil
dan mencerna keahlian berpikir peserta didik dalam menguasai kehidupan
dilingkungannya yang melibatkan perasaan sehingga memotivasi peserta
didik untuk melaksanakan suatuhal yang kongkrit.
3. Kognitivisme
Pengertian “kognitif” dari kata “kognisi” yang mempunyai
kecenderungan“ tahu” yang artinya mengetahui. Dalam makna luas,
kognisi yakni perolehan, pengaturan, serta penggunaan pengetahuan. Teori
belajar kognitivisme lebih mengutamakan proses pembelajaran daripada
hasil dari belajar itu sendiri.11
Teori kognitivisme memandang, pertama, belajar merupakan
peristiwa mental. Kedua, sikap didasarkan pada impuls mental yang diatur
oleh otak. Ketiga, belajar merupakan perubahan pemahaman serta
anggapan yang berkaitan dengan tujuan pada proses pembelajaran.
Keempat, belajar

10
M.Yusuf, Witrialail, “Konsep ‘Merdeka Belajar’ dalam Pandangan Filsafat
Konstruktivisme” UIN Sunan Ampel Surabaya. h.126

6
11
Nurhadi. Teori Kognitivisme serta aplikasinya dalam pembelajaran, (Jurnal STAI Al-
AZhar Pekanbaru), h.80.

7
dianggap sebagai proses internal. Anggapan yang mendasari lahirnya teori
ini merupakan berpikiran bahwa tiap individu mempunyai pengalaman
serta pengetahuan, dalam artian mempunyai proses mental dasar yang
digunakan untuk memahami informasi. Dalam artian bembelajaran
berjalan dengan baik jika pembelajaran tersebut berhubungan dengan
pengetahuan awal dari peserta didik yang mereka miliki dalam
kehidupan.12
Dalam penerapan teori pembelajaran konstruktivisme, Tytler
mengemukakan beberapa saran terkait dengan desain pembelajaran, ialah:
a. Memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengungkapkan
ide- ide mereka dalam bahasa mereka sendiri.
b. Memberikan peluang kepada peserta didik untuk memikirkan
pengalamannya sendiri sehingga jadi lebih imajinatif serta kretaif.
c. Memberikan waktu kepada peserta didik untuk berupaya ide- ide
yang sudah dipunyai peserta didik itu sendiri.
d. Memberikan pengalaman terkait ide- ide yang telah dipunyai
peserta didik.
e. Mendesak peserta didik untuk berpikir tentang ide- ide yang
mereka sudah miliki.
f. Menghasilkan atmosfer belajar yang kondusif.13
Aliran kognitivisme lebih mengutamakan proses belajar daripada
hasil belajar itu sendiri. pemeluk aliran ini memandang belajar mengaitkan
proses yang sangat kompleks, tidak cuma mengaitkan ikatan antara
stimulus dan respons, pengetahuan terbentuk dalam diri individu melalui
proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan.14
Pelaksanaan teori kognivisme dalam pendidikan yakni bagaimana
pendidik menguasai serta melibatkan peserta didik dalam menguasai
secara konkret dalam kehidupan setelah itu pendidik membantu peserta
didik

12
Habibati, Strategi Belajar Mengajar, (Aceh : Syiah Kuala University Press, 2017),
h.26.
13
Habibati, Strategi Belajar Mengajar, h.29.
14
Rafiqah, S.Si, M.Pd, Pengembangan perangkat pembelajaran berbesis konstruktivisme,
Cet.I, Alauddin University press, h. 24
8
melahirkan pemikiran ataupun ide yang yang nyata tersebut yang
dilakukan secara bersama- sama.
4. Humanisme
Humanisme secara umum ialah aktivitas jasmani serta rohani
dalam rangka proses mengoptimalkan perkembangan. Sebaliknya secara
khusus belajar merupakan sebagai upaya kemampuan pengetahuan
keilmuan sebagai rangkaian pembentukan karakter peserta didik secara
utuh. Terdapatnya fisik tidak menjamin adanya perubahan sikap.
Perkembangan ataupun perubahan dipengaruhi oleh proses belajar seperti
perubahan kebiasaan- kebiasaan, perilaku, berbagai kemampuan dalam hal
pengetahuan serta keterampilan.15
Pelaksanaan teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran
menuntut pendidik untuk berpikir secara induktif, mengutamakan praktik
serta menekankan pentingnya partisipasi peserta didik pada proses
pembelajaran. Hal ini bisa diterapkan dengan metode diskusi agar peserta
didik mampu mengungkapkan pikirannya di depan hadirin. Pendidik
mengajak peserta didik untuk bertanya tentang materi pelajaran yang
belum dimengerti sehingga terjalin proses interaksi antara pendidik serta
peserta didik.
Dalam teori belajar humanistik belajar dianggap berhasil bila
peserta didik menguasai lingkungannya serta dirinya sendiri. peserta didik
dalam proses belajarnya wajib berupaya agar lambat laun dirinya sanggup
mencapai actualisasi diri dengan sebaik- baiknya. Teori belajar ini
berupaya menguasai sikap belajar dari sudut pandang pelakunya bukan
dari sudut pandang pengamatnya.
Pendekatan humanistik dalam pembelajaran menekankan pada
pertumbuhan positif. Pendekatan yang berfokus pada kemampuan manusia
untuk mencari serta menciptakan keahlian yang mereka memiliki serta
meningkatkan keahlian tersebut. Mencakup keahlian interpersonal social

15
Fjri Ismail, Evaluasi Pendidikan, (Palembang : Tunas gemilang press, 2014), h.25.
serta tata cara untuk meningkatkan diri yang diperuntukan untuk
memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat.
Ketrampilan ataupun keahlian membangun diri secara positif sangat
berarti dalam pembelajaran sebab keterkaitannya dalam keberhasilan
akademik.

B. Tokoh- tokoh pendiri Aliran Behaviorisme, Konstruktivisme,


Kongnitivisme, dan Humanisme
1. Behviorisme :

a. Ivan petrovic Pavlov (Classical Conditioning)

b. Burrhus Fredric skinner (Operant Condistioning)

c. Albert Bandura (Social Learning)

d. Edward Lee Thorndike (Connectionism S-R bond)

2. Konstruktivisme :
a. Jerome buner (free discovery learning)
b. Jean Piaget (teori tahapan perkembangan individu)
c. Gestalt ( teori lapangan )
3. Kognitivisme :
a. Von glasers feld (pengetahuan selalu menunjuk pada struktur
konsep yang dibentuk)
b. Robert Gagne (teori pemrosesan informasi)
c. Jean Plaget (Teori yang dipopulerkan jean plaget dikenal dengan
teoriperkembangan kognitif dengan mempelajari perkembangan
intelegensi atau kecerdasan individu mulai lahir sampai dewasa).

4. Humanisme :

a. Arthur w. Combs
b. Abraham maslow
c. Carl rogers.
d. Hansen, Adlet dan Martin Buber.16

16
Drs. Syafril, M.Pd & Drs. Zelhendri Zen, M.Pd, Dasar- dasar Ilmu Pendidikan (Ed.I,
Cet.I, Kencana : 2017), h.10.
C. Kelebihan dan Kekurangan teori belajar Behaviorisme,
Kontruktivisme, Kognitivisme, dan Humanisme
1. Behaviorisme

a. Kelebihan Behviaorisme

1) Membiasakan pendidik bersikap teliti serta peka terhadap


suasana serta keadaan proses pembelajaran.
2) Pendidik tidak terbiasa memberikan ceramah sehingga peserta
didik terbiasa belajar mandiri.
3) Mampu membentuk sikap yang di idamkan seperti
memperoleh pengakuan positif serta sikap yang tidak sesuai
untuk memperoleh imbalan negatif.
4) Dengan pengulangan serta pelatihan dilakukan terus menerus
dapat memaksimalkan kecerdasan serta bakat peserta didik
yang sudah tercipta sebelumnya.
5) Bahan pelajaran yang sudah disusun secara hierarkis dari yang
simpel ke yang kompleks dengan tujuan pendidikan yang
dipecah jadi bagian- bagian kecil.
6) Dapat mengganti suatu stimulus dengan stimulus lain serta
seterusnya hingga timbul reaksi yang diinginkan muncul.
7) Teori ini baik untuk memperoleh kemampuan yang
membutuhkan latihan yang mengandung unsur- unsur
kecepatan, spontanitas, serta energi tahan.
8) Teori ini baik diterapkan pada kanak- kanak yang masih butuh
dominasi peran orang tua, yang suka mengulang serta wajib
terbiasa, suka meniru, serta menggemari wujud apresiasi
langsung.17

17
Teori Belajar dan Pembelajara, Omon Abdurakhman,Radif Khotamir Rusli, hal. 4
b. Kelemahan Behaviorisme
1) Suatu konsekwensi untuk membuat bahan pelajaran yang
berwujud sudah siap untuk diajarkan.
2) Tidak semua materi pembelajaran bisa memakai metode ini.
3) Peran peserta didik sebagai pendengar pada proses
pembelajaran ini.
4) Pemberian hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh
behavioristik malah menjadi metode yang sangat efisien untuk
menertibkan peserta didik.
5) Peserta didik jika dipandang pasif, maka perlu diberikan
motifasi dari orang lain dan sangat dipengaruhi oleh penguatan
yang diberikan oleh pendidik.
6) Peserta didik harus memperhatikan penjelasan dari pendidik
serta mendengarkan apa yang didengar serta ditatap selaku
metode belajar yang efisien.
7) Lebih mengarahakan peserta didik untuk berpikir linier, tidak
produktif, konvergen, tidak kreatif, serta menundukkan
peserta didik selaku orang yang pasif.
8) Pada pembelajaran ini berpusat pada pendidik ( teacher
cenceredlearning) bersifat mekanistik dan berorientasi pada
hasil yang bisa diamati serta diukur.
9) Penerapan metode yang tidak sesuai dengan materi
pembelajaran akan mengakibatkan terbentuknya proses
pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi peserta didik,
karena dimana pendidik sebagai center, komunikasi hanya
satu arah, otoriter, serta pendidik yang menentukan apa yang
harus dipelajari oleh peserta didik itu sendiri.

2. Konstruktivisme

a. Kelebihan Konstruktivisme
1) Pendidik bukan satu-satunya sumber belajar.

2) Peserta didik lebih aktif serta kreatif.

3) Pendidikan jadi lebih bermakna.

4) Peserta didik mempunyai kebebasan dalam belajar.

5) Perbandingan individu bisa diukur serta dihargai.

6) Pendidik berpikir proses meningkatkan pengetahuan baru,


peserta didik berpikir untuk menyelesaikan permasalahan serta
mengambil keputusan.
b. Kekurangan Konstruktivisme

1) Proses belajar secara konseptual adalah- proses belajar yang


bukan proses memperoleh informasi yang berlangsung satu
arah dari luar ke dalam diri peserta didik terhadap
pengalamannya.
2) Peran peserta didik Menurut pandangan ini, belajar adalah
proses pembentukan pengetahuan.
3) Peran pendidik, pendidik tidak menerapkan pengetahuan yang
sudah dimilikinya, tetapi membantu peserta didik untuk
membentuk pengetahuannya sendiri.
4) Fasilitas belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa peran
utama dalam kegiatan pembelajaran adalah aktivitas peserta
didik dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
5) Evaluasi, pandangan ini mengisyaratkan bahwa lingkungan
belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan
interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, dan
kegiatan lain berdasarkan pengalaman.18

18
Dr. Erni M.Pd, Bahan Ajar, (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen
Indonesia, 2020) h.14
3. Kognitivisme
a. Kelebihan Kognitivisme
1) Menjadikan peserta didik mandiri dan lebih kreatif.
2) Sebagian besar kurikulum pembelajaran di Indonesia
menekankan pada teori kognitif dimana akan mengutamakan
pengembangan pengetahuan yang dipunyai oleh tiap orang.
3) Dalam tata cara pendidikan kognitif, pendidik hanya butuh
memberikan point- point pembelajaran sebagai dasar- dasar
pelajaran yang selanjutnya dikembangkan oleh peserta didik.
4) Dengan mempraktikkan teori kognitif ini, pendidik bisa
mengoptimalkan energi ingat yang dipunyai peserta didik untuk
mengingat seluruh modul yang diberikan.
5) Bagi para pakar kognitif, maksudnya penciptaan ataupun
pemuntukan suatu yang baru ataupun memuntuk suatu yang
baru dari suatu yang telah ada.
6) Cara teori ini mudah diterapkan serta sudah banyak diterapkan
pada pembelajaran di Indonesia pada seluruh jenjang.
b. Kekurangan Kognitivisme
1) Teori tidak komprehensif untuk seluruh jenjang pembelajaran;
susah untuk dipraktekkan, paling utama pada tingkatan mahir.
2) Pada dasarnya teori kognitif ini menekankan pada keahlian
memori peserta didik, serta keahlian memori tiap peserta didik.
3) Terkadang metode ini pula tidak mencermati cara peserta didik
menggali ataupun meningkatkan pengetahuan serta cara
peserta didik mencarinya.
4) Bila di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) hanya memakai
tata cara kognitif saja tanpa terdapat tata cara pendidikan yang
lain.
5) Dalam mempraktikkan tata cara pendidikan kognitif butuh
mencermati keahlian peserta didik dalam meningkatkan
pelajaran yang sudah diterimanya.19
4. Humanisme
a. Kelebihan Humanisme
1) Mengutamakan hal- hal yang demokratis, partisipatif- dialogis
serta humanis.
2) Suasana belajar yang saling menghargai, kebebasan
berkomentar, kebebasan mengemukakan gagasan.
3) Keterlibatan peserta didik dalam bermacam aktivitas di
sekolah, terlebih lagi keahlian hidup bersama( communal-
society) di antara peserta didik yang pastinya mempunyai
pemikiran yang berbeda- beda.
b. Kekurangan Humanisme
1) Teori humanistik tidak boleh diuji dengan mudah
2) Banyak konsep dalam psikologi humanistik.
3) Psikologi humanistik hadapi pembiasaan terhadap nilai- nilai
individualis
4) Peserta didik yang tidak menyadari serta menguasai
kemampuan dirinya hendak tertinggal dalam proses
pembelajaran
5) Peserta didik yang malas belajar serta tidak aktif hendak
merugikan dirinya sendiri dalam proses pendidikan.20

19
Nurhadi, Transformasi Teori Kognitivisme dalam Belajar dan Pembelajaran, (Bintang :
Jurnal Pendidikan dan Sains, Volume 2, No 1, 2020), h.29.
20
Andi Setiawan, belajar dan pembelajaran, h.91.
15

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori dalam belajar adalah dasar dari suatu proses pembelajaran
yang dapat membantu terbentuknya kondisi dalam proses belajar. Teori
pembelajaran dapat diartikan sebuah perpaduan antar prinsip-prinsip
dalam merancang sebuah kondisi untuk mencapai tujuan sebuah
pendidikan. Adapun teori- teori dalam pembelajaran yaitu teori
Behaviorisme yang menekankan pada pembentukan perilaku yang
nampak sebagai hasil belajar, teori Kognitivisme yang menekankan pada
pembentukan perilaku dari individu itu sendiri terhadap perilaku yang
nampak tersebut, teori Konsturktivisme merupakan teori yang terfokus
pada keterlibatan peserta didik dalam mencari, menemukan,
menyimpulkan dan mengkostruksi sendiri informasi yang didapatkan,
dan teori Humanisme yang berarti manusia, yaitu memahami secara
hakikat keberadaan manusia dan teori belajar humanistik belajar
dianggap berhasil bila peserta didik menguasai lingkungannya serta
dirinya sendiri
Dalam teori tersebut terdapat kelebihan dan kekurangan masing-
masing, maka dari itu sebagai seorang pendidik hendaknya memilih teori
pembelajaran yang mana yang akan digunakan serta mempertimbangkan
sesuai dengan level tingkat pendidikan yang menjadi sasaran dalam
proses pembelajaran sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai.
B. Saran
Dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, utamanya
sumber informasi dan penulisan kutipannya. Dengan banyaknya
kekurangan dalam makalah ini, maka kami berharap pembaca
memberikan kritikan serta saran yang membangun guna menjadi
perbaikan kedepannya, sehingga kami mampu menyajikan penulisan
makalh yang lebih baik lagi.
16

DAFTAR PUSTAKA

Andi Setiawan, Belajar dan Pembelajaran : Ponegoro : Uwais Inspirasi Indonesia,


2017.

Agus N Cahyo, Panduan Aplikasi Teori- Teori Belajar Mengajar dan Terpopuler.
Yogyakarta : Divapres, 2013.

Akhmad Sudrajat,Teori-teori Belajar, http://www.scribd.com/cod/15874999/


teoriteori belajar.

Dr. Erni M.Pd, Bahan Ajar : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Kristen Indonesia, 2020.

Drs. Syafril, M.Pd & Drs. Zelhendri Zen, M.Pd, Dasar- dasar Ilmu Pendidikan.
Ed.I, Cet.I: Kencana, 2017.

Dadang Supardan, Teori Praktik Pendekatan Konstruktivisme


dalam Pembelajaran. Vol.5 : Edunimic , 2016.

Fjri Ismail, Evaluasi Pendidikan. Palembang : Tunas gemilang press, 2014.

Firmina A, Teori belajar & Pembelajaran : Sleman : CV. Budi Utama, 2017.

Habibati, Strategi Belajar Mengajar, Aceh : Syiah Kuala University Press, 2017.

Molli Wahyuni dan Nini Ariyani, Teori Belajar dan Imp;likasinya dan
Pembelajaran : Jawa Barat : Edu Publisher, 2020.

Muhammad Dadan Sundawan. Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisem


dengan Pembelajaran lain : Vol XVI, No 1, 2017.

M.Yusuf, Witrialail,, Konsep ‘Merdeka Belajar’ dalam Pandangan Filsafat


Konstruktivisme : UIN Sunan Ampel Surabaya.

Nurhadi. Teori Kognitivisme serta aplikasinya dalam pembelajaran, : Jurnal


STAI Al- AZhar Pekanbaru.

Nurhadi, Transformasi Teori Kognitivisme dalam Belajar dan Pembelajaran.


Volume 2, No 1.Bintang : Jurnal Pendidikan dan Sains, 2020.

Omon Abdurakhman,Radif Khotamir Rusli Teori Belajar dan Pembelajara.

Rafiqah, S.Si, M.Pd, Pengembangan perangkat pembelajaran berbesis


konstruktivisme, Cet.I, Alauddin University press, 2017.

Sukiman, Teori Pembelajaran dalam pandangan Konstrukivisme dan Pendidikan


Islam. Vol 3 No.1 : Jurnal Kependidikan Islam, 2008.

17

Anda mungkin juga menyukai