Anda di halaman 1dari 16

Presentasi Profesi Keguruan

Modul 5 KB 3 & 4
Kelompok 5

Moderator : Haki
Pemateri : Slide 3 - 13 : Tiwi
14 - 16 : Alfina
17 – 25 : Mba Shishi

HAKI – Opening
Slide 1
Assalamualaikum wr.wb, Salam sejahtera untuk kita semua,
Saya ucapkan selamat siang menjelang sore, untuk Bapak Drs. Mulyadi, M.Pd, selaku tutor matakuliah Profesi
Keguruan, dan selamat siang menjelang sore juga, untuk rekan-rekan yang sudah online pada kesempatan siang
hari ini.

Slide 2
Sebelumnya saya ucapkan terimakasih kepada Bapak Mulyadi selaku tutor mata kuliah Profesi Keguruan yang
telah memberikan tugas penghargaan ini dan memperkenankan kami untuk melaksanakan presentasi kembali.
Kami mengucapkan banyak-banyak terimakasih, karena dengan adanya sistem yang seperti ini secara tidak
langsung bisa membangkitkan semangat kami serta memotivasi kami untuk berkompetisi menjadi yang terbaik
pada forum perkuliahan ini. Kami bukan apa-apa tanpa Bapak Mulyadi, tentunya semua ini berkat ilmu-ilmu yang
telah Bapak Mulyadi sampaikan pada kami. Saya ucapkan ribuan terimakasih pada Bapak Mulyadi selaku tutor
mata kuliah Profesi Keguruan.
Selanjutnya ijinkan saya untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu.
Saya Imam Baihaki dengan NIM 858901503, pada kesempatan kali ini bertugas sebagai moderator dari kelompok
kami. Tentunya saya tidak sendiri, disini ada rekan saya yang pertama Kristin Dwi Pratiwi dengan NIM 858901463
yang bertugas sebagai pemateri pada kegiatan belajar 3, yang kedua ada Alfina dengan NIM 858901488 yang
bertugas sebagai pemateri pada kegiatan belajar 4 sekaligus sebagai notulen, dan yang ketiga ada Rosita Wandasari
dengan NIM 858901621 yang juga bertugas sebagai pemateri kegiatan belajar 4.
Pada saat kami presentasi, rekan-rekan diharapkan memfokuskan mata terhadap presentasi yang kami sampaikan,
ketika ada hal yang kurang jelas atau kurang dimengerti, rekan-rekan dapat menanyakannya kepada kami pada
akhir sesi presentasi. Dan sebelumnya saya mohon maaf jika nanti selama jalannya presentasi ada gangguan
jaringan atau gangguan yang lainnya.
Langsung saja, untuk pembahasan materi prentasi siang hari ini saya serahkan pada rekan saya yang bertugas,
kepada Kristin Dwi Pratiwi, kepadanya saya persilahkan.

untuk pembahasan kegiatan belajar 4 saya serahkan kepada rekan saya Alfina, kepadanya saya persilahkan.

Baik, terimakasih. Mungkin itu saja pemaparan dari kami mengenai modul 5 kegiatan belajar 3 dan 4 yaitu Tugas
Guru sebagai Pendidik.
Sebelum saya mengakhiri presentasi ini, saya akan membuka seisi pertanyaan terlebih dahulu.
Jika ada yang ingin ditanyakan silahkan unmute microfon, sebut nama dan dari kelompok berapa. Terimakasih.

Mungkin itu saja dari kelompok kami. Terima kasih atas ketenangan anda dalam mengikuti presentasi kali ini.
Saya sebagai moderator mengucapkan terima kasih atas partisipasi rekan-rekan semua pada sesi presentasi kami
sore hari ini. Namun sebelum mengakhiri presentasi kali ini, saya punya sebuah pantun
Pergi ke kota mencari paku
Ke kota naik perahu
Janganlah bosan membaca buku
Banyak membaca banyak tahu
Semoga dengan presentasi ini dapat menambah wawasan anda, dan apabila ada tutur kata yang kurang berkenan
dihati anda mohon untuk dimaafkan
Saya Imam Baihaki mewakili rekan-rekan saya dari kelompok 5
Mohon undur diri, selamat sore dan sampai jumpa. Wassalamualaikum wr.wb.
Presentasi Profesi Keguruan
Modul 5 KB 3 & 4
Kelompok 5

Moderator : Haki
Pemateri : Slide 3 - 10 : Tiwi
14 - 16 : Alfina
17 – 25 : Mba Shishi

TIWI
Baik, terimakasih moderator.
Langsung saja saya mulai, pada kesempatan siang menjelang sore hari ini, kami dari kelompok 5 akan
mempresentasikan Modul 5 yakni mengenai Tugas Guru sebagai Pendidik.
Namun, disini kami hanya menyampaikan dua kegiatan belajar saja, yaitu Kegiatan Belajar 3 dan Kegiatan Belajar
4.. Kemudian, apa saja sih isi dari kegiatan belajar 3 dan 4 ini?

Slide 3
 Pada kegiatan belajar 3 kita akan membahas mengenai Tugas Guru sebagai Pembimbing.
Dalam kegiatan belajar 3 nanti, kita akan membahas tiga materi yakni yang pertama adalah Hakikat Guru
sebagai Pembimbing, yang kedua adalah Unsur Utama Tugas Pokok Guru Pembimbing, dan yang ketiga
adalah Pelaksanaan Beban Tugas.
 Kemudian, pada kegiatan belajar 4 kita akan membahas mengenai Pengembangan Potensi Peserta Didik.
Dalam kegiatan belajar 2 nanti, kita akan membahas beberapa potensi peserta didik yang perlu dikembangkan
oleh kita terutama sebagai seorang guru.

Slide 4
Langsung saja kita bahas materi yang pertama, next.
Nah, seperti yang sudah saya katakan tadi bahwa materi pertama yang akan kita bahas adalah KB 3 atau kegiatan
belajar 3 mengenai Tugas Guru sebagai Pembimbing.

Slide 5
Dalam kegiatan belajar ini, Anda akan mengkaji tugas utama guru sebagai pembimbing. Sebagai tenaga
profesional, guru menjalankan seluruh tugasnya secara tidak terpilah-pilah. Tugas guru sebagai pendidik
dilaksanakan sejalan dan selaras dengan tugasnya sebagai pembimbing, pengajar, pengarah, dan pendorong. Dalam
konsep pendidikan klasik, guru berperan sebagai pengajar atau penyampai ilmu. Dalam konsep pendidikan pribadi,
guru lebih berperan sebagai pengarah, pendorong, dan pembimbing. Dalam praktik pendidikan di sekolah, sangat
jarang digunakan satu konsep pendidikan secara utuh. Pada umumnya, pendidikan dilaksanakan secara eklektik,
mungkin mencampurkan dua, tiga, bahkan mungkin keempat-empatnya. Yang tampak adalah variasi peranan guru
dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran. Dalam keseluruhan proses pembelajaran atau pada waktu tertentu,
mungkin salah satu peranan lebih menonjol dari yang lainnya.
Meskipun demikian, ada satu hal yang menjadi acuan bagi guru dalam memilih kegiatan yang akan dilakukan
serta peranan yang akan menjadi fokus utama, yaitu peserta didik. Tujuan utama guru dalam mengelola
pembelajaran adalah memengaruhi perubahan perilaku para peserta didiknya. Perubahan ini terjadi karena guru
memberikan perlakuan-perlakuan. Efektif tidaknya perlakuan guru akan menentukan tinggi rendahnya upaya
peserta didik untuk belajar. Tujuan lainnya adalah mendorong dan meningkatkan kemampuan sebagai hasil belajar
yang dengan cara itu guru akan dapat memengaruhi perubahan perilaku peserta didik. Untuk mencapai kedua
tujuan di atas, diperlukan hubungan timbal balik antara guru dan peserta didik. Guru perlu menyenangi peserta
didik serta bersikap menerima, mengerti, dan membantunya. Sebaliknya, peserta didik harus menerima,
menyenangi, dan menghormati gurunya. Kesukaan dan sikap positif peserta didik terhadap guru akan
meningkatkan hasil belajar mereka.

Slide 6
Next
Hasil belajar peserta didik ditentukan oleh bentuk hubungan antara guru dan peserta didik, antara guru dan
tenaga administrasi, antara guru dengan alumni dan orang tua peserta didik, serta antara guru dan tokoh masyarakat
dan berbagai lembaga yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Hubungan timbal balik antara guru dan peserta didik akan semakin jelas terlihat pada saat peserta didik
menghadapi masalah, misalnya masalah kesulitan belajar. Dalam kondisi seperti ini, guru harus memahami peserta
didik yang dibimbingnya. Sebaliknya, peserta didik harus mengakui kewibawaan pembimbingnya. Keberhasilan
belajar peserta didik di antaranya ditentukan oleh dukungan, arahan, dorongan, dan bimbingan dari para gurunya.
Dalam perannya sebagai pembimbing, guru bertugas memberikan bantuan kepada peserta didik untuk mengatasi
masalah yang dihadapinya. Guru melaksanakan tugasnya sebagai pembimbing dan sering kali juga dengan
tugasnya sebagai pendidik sebab pada saat guru membimbing, ia pun melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.
Dalam presentasi kali ini, pokok-pokok permasalahan yang akan kita kaji adalah
1. Hakikat guru sebagai pembimbing.
Nah, dalam pembahasan hakikat guru sebagai pembimbing ini kita akan membahas,
1) Pengertian bimbingan dan konseling,
2) Hubungan antara bimbingan dan konseling,
3) Eksistensi guru sebagai pembimbing,
4) Tugas guru sebagai pembimbing,
2. Unsur utama tugas guru pembimbing, serta
3. Pelaksanaan beban tugas guru pembimbing.

Slide 7
Next,
Oke, kita bahas materi yang pertama yaitu mengenai Hakikat Guru sebagai Pembimbing.
Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik menuju kedewasaan memerlukan bimbingan, arahan, serta binaan
yang intensif dan komprehensif dari para pendidik. Di lingkungan sekolah, aktivitas bimbingan dan binaan
terhadap peserta didik dilakukan oleh petugas layanan bimbingan dan konseling. Kegiatan bimbingan dan
konseling di sekolah, menurut SKB Mendikbud dan Kepala BAKN Nomor 0433/P/1993 dan Nomor 25/1993,
adalah tugas fungsional guru, yakni guru pembimbing. Bimbingan dan konseling merupakan suatu proses
pemberian bantuan kepada individu secara sistematis dan berkelanjutan yang dilakukan oleh seorang ahli agar
individu tersebut dapat memahami dirinya, lingkungannya, dan selanjutnya dapat mengarahkan serta menyesuaikan
diri terhadap lingkungan tersebut demi pengembangan potensi dirinya secara optimal. Guru sebagai aktor utama
pendidikan memiliki tugas utama untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik.
Tidak jarang beberapa peserta didik mengalami kesukaran dalam perkembangannya atau dalam menentukan pilihan
hidupnya.
Contohnya ini saat ini banyak sekali peserta didik dan pemuda yang mengalami kesukaran dalam belajar, cara
menggunakan waktu senggang, cara menyesuaikan diri dengan teman sekelas, dan sebagainya. Kemudian, peserta
didik yang tidak tahu ke mana ia sebaiknya melanjutkan sekolahnya yang sesuai dengan bakatnya. Kemudian,
peserta didik yang berhenti sekolah sebelum waktunya hingga hal ini menjadikan dirinya tidak mendapatkan
pendidikan secara lengkap, pemborosan waktu, dan biaya. Kemudian juga, peserta didik yang menjadi penganggur
dan berbuat yang tidak sopan. Dan banyak lagi kesukaran yang lainnya.
Beberapa peserta didik yang bermasalah tersebut adakalanya sadar bahwa dia mempunyai masalah, tetapi
tidak tahu bagaimana mengatasinya dan juga tidak mengerti kepada siapa ia harus meminta bantuan untuk
menyelesaikan masalahnya tersebut. Namun demikian, ada pula peserta didik yang tidak sadar bahwa ia sedang
dalam kondisi bermasalah dan tidak merasa harus menyelesaikan masalah tersebut. Dalam kondisi peserta didik
seperti itu, layanan guru bimbingan dan konseling menjadi hal yang substansial, baik mengenai bimbingan belajar,
bimbingan sosial, maupun bimbingan terhadap masalah-masalah pribadi peserta didik. Bimbingan dan konseling
semakin hari semakin dirasakan perlu keberadaannya di setiap sekolah. Hal ini didukung oleh berbagai macam
faktor seperti yang telah saya sebutkan tadi.
Nah, kemudian muncul pertanyaan apasih sebenarnya bimbingan dan konseling itu. Sedikit cerita pengalaman
saya ya, dulu awal sekali tahu istilah bimbingan dan konseling atau yang sering kita sebut BK ini sewaktu awal
masuk di SMP. Awalnya dulu BK itu identik dengan siswa yang bermasalah, bandel lah istilahnya ya. Contonya ini
Eh si A dipanggil ke BK soalnya bawa motor ke sekolah kan wes dibilangi peraturan sekolah tidak boleh bawa
motor, lah motornya dititipno di tetangga sebelah sekolah ya dirampas toh sama guru BK, sekarang si A dipanggil
ke ruang BK loh awas ojo bawa motor engko dipanggil guru BK. Kemudian ada lagi, eh si A abis berantem sama si
B, sekarang dibawa ke ruang BK.
Nah, saat itu gambaran tentang BK masih sangat awam, sampai suatu ketika kelas saya dibagi menjadi
beberapa kelompok. Kemudian setiap kelompok dipanggil ke ruang BK. Nah pas sampai didepan ruang BK dan
mau masuk masih sempat udur-uduran sama teman saya, ya karena takut itu tadi karena BK ini identik dengan
siswa yang bermasalah itu tadi, sekelas awalnya mikir dong sopo rek yang gawe masalah kok sekelas dipanggil ke
BK, nah setelah masuk didalam ruangan itu ternyata kita hanya ditanya tentang belajarnya gimana, tinggalnya sama
siapa, dirumah ada siapa saja, belajarnya sehari berapa jam dirumah, seperti itu. Nah, sejak saat itu saya tidak lagi
mengartikan BK dengan siswa-siswi yang bermasalah dalam artikan bandel, namun BK sebenarnya mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dialami oleh peserta didik, mulai dari kesulitan belajar, bahkan masalah kondisi keluarga
sekalipun yang tidak bisa ditangani sendiri oleh peserta didik.
Nah, kita akan bahas lebih lanjut agar pengetahuan tentang bimbingan dan konseling di benak kita mejadi
tidak gamblang lagi. Apasih sebenarnya bimbingan dan konseling itu?

Slide 8
Next,
Nah, akan saya jabarkan terlebih dahulu pengertiannya satu persatu. Bimbingan dan Konseling, bimbingan
merupakan proses pemberian bantuan (process of helping) kepada individu secara sistematis dan berkelanjutan
sehingga ia mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya, mengarahkan diri, serta menyesuaikan diri
secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan (agama dan budaya) demi pengembangan potensi
dirinya secara optimal. Sedangkan konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara
guru dan peserta didik. Melalui hubungan itu, dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, pendidik
membantu peserta didik dalam menangani masalah yang sedang dihadapinya serta memahami dirinya dan
lingkungannya demi masa depan mereka.

Slide 9
Next,
Nah, Bimbingan dan konseling dapat diartikan sebagai proses pemberian bantuan (process of helping) kepada
individu secara sistematis dan berkelanjutan sehingga ia mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya,
mengarahkan diri, serta menyesuaikan diri terhadap tuntutan norma kehidupan (agama dan budaya) demi
pengembangan potensi dirinya secara optimal. Melalui bimbingan dan konseling, sekolah menjadi lingkungan
pendidikan yang sangat strategis, khususnya untuk membangun kemandirian peserta didik, sehingga ia dapat
memahami keadaan dirinya, mengarahkan dirinya, dan juga untuk mengatasi berbagai kesulitan yang mungkin
dihadapinya.
Bimbingan ataupun konseling memiliki kesamaan tujuan, yaitu untuk memandirikan individu. Bimbingan
ataupun konseling sama-sama digunakan di lingkungan pendidikan dan mengacu pada norma yang berlaku.
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada aktivitas manusia, khususnya peserta didik.
Peserta didik itu tidak sama antara satu dengan yang lainnya, baik dalam sifat-sifatnya maupun dalam
kemampuannya. Ada peserta didik yang dapat mengatasi persoalan tanpa bantuan orang lain dan tidak sedikit
peserta didik yang tidak dapat mengatasi persoalannya jika tidak dibantu oleh orang lain.

Slide 10
Next,
Melalui bimbingan dan konseling, peserta didik dibantu untuk mengenal diri dan lingkungannya sehingga ia
dapat mengarahkan dan menyesuaikan dirinya secara positif dan konstruktif demi pengembangan potensi dirinya
secara optimal. Dengan demikian, antara guidance dan counseling secara umum memiliki persamaan yang sangat
berarti dan tidak ada perbedaan yang fundamental di antara keduanya. Bagi peserta didik, sekolah merupakan
lingkungan hidup kedua sesudah rumah. Peserta didik dalam waktu kurang lebih enam jam hidupnya berada di
sekolah. Dengan demikian, melalui bimbingan dan konseling, sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang sangat
strategis, khususnya untuk membangun kemandirian peserta didik. Selain itu, para peserta didik yang usianya
relatif masih muda juga sangat membutuhkan bimbingan dan konseling sehingga ia dapat memahami keadaan
dirinya, mengarahkan dirinya, dan juga untuk mengatasi berbagai kesulitan yang mungkin dihadapinya.
Bimbingan dan konseling secara umum ditujukan untuk membantu individu agar menjadi insan yang berguna
dalam kehidupan serta memiliki wawasan, pandangan, interpretasi, pilihan, penyesuaian, dan keterampilan yang
tepat sesuai dengan tuntutan dirinya sendiri dan lingkungannya. Dengan demikian, tujuan konseling secara umum
adalah membantu individu mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan
predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya) sesuai dengan latar belakang mereka
(seperti latar belakang keluarga, pendidikan, dan status sosial ekonomi) serta sesuai dengan tuntutan positif dari
lingkungannya. Kegiatan bimbingan dan konseling pada hakikatnya ditujukan untuk membantu individu agar
menjadi insan yang berguna dalam kehidupan, memiliki wawasan, pandangan, interpretasi, pilihan, serta
penyesuaian dan keterampilan yang tepat sesuai dengan tuntutan dirinya sendiri dan lingkungannya. Peserta didik
diharapkan menjadi manusia mandiri yang memiliki kemampuan untuk memahami diri sendiri dan lingkungannya
secara tepat dan objektif, menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, ataupun mengambil
keputusan secara tepat dan bijaksana, mengarahkan diri sendiri sesuai dengan keputusan yang diambilnya itu, serta
akhirnya mampu mewujudkan diri sendiri secara optimal.
Adapun secara khusus bimbingan dan konseling ditujukan untuk masing-masing peserta didik bersifat unik
pula dan relatif berbeda antara tujuan bimbingan dan konseling untuk peserta didik yang satu dengan yang lainnya.
Namun demikian, pada umumnya tujuan khusus dari bimbingan dan konseling itu adalah membantu peserta didik
mengembangkan minat dan pribadi serta memberikan dorongan dalam pengarahan diri, pemecahan masalah, dan
pengambilan keputusan sehingga memiliki kehidupan yang seimbang dalam berbagai aspek, fisik, mental, ataupun
sosial. Tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran dari tujuan umum yang dikaitkan langsung
dari permasalahan peserta didik yang bersangkutan sesuai dengan kompleksitas permasalahannya. Permasalahan
peserta didik ini sangat beragam, baik jenis, intensitas, sangkut paut, maupun keunikannya. Oleh karena itu, tujuan
khusus bimbingan dan konseling untuk masing-masing peserta didik bersifat unik pula dan relatif berbeda antara
tujuan bimbingan dan konseling untuk peserta didik yang satu dengan yang lainnya.
Mendidik peserta didik bukan suatu hal yang mudah. Konselor dan guru bahkan juga orang tua harus bahu-
membahu membangun pemahaman tentang kondisi, perilaku, dan karakter peserta didik dengan baik. Di
lingkungan kita, sudah lazim dikenal bahwa peserta didik yang pintar adalah peserta didik yang nilai rapor atau
ulangan yang bagus atau hal-hal yang ukuran sifatnya belum menjadi representasi menyeluruh dari kecerdasan
peserta didik. Seorang peserta didik bisa jadi unggul di bidang tertentu dan lemah di bidang lain. Apabila tujuan
pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh, proses pendidikan harus dapat membantu
peserta didik untuk dapat mengembangkan kecerdasan jamak yang meliputi delapan aspek kecerdasan, yaitu
kecerdasan linguistik, kecerdasan logika matematis, kecerdasan visual dan spasial, kecerdasan kinestetis jasmani,
kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.

Slide 11
Next,
Keberadaan guru pembimbing atau “konselor” dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan dalam UU
Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah sejajar dengan kualifikasi guru,
dosen, pamong belajar, guru widyaiswara, fasilitator, dan guru.
Masing-masing kualifikasi pendidik, termasuk konselor, memiliki keunikan konteks tugas dan ekspektasi
kinerja. Standar kualifikasi akademis dan kompetensi konselor dikembangkan dan dirumuskan atas dasar kerangka
pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor. Konteks tugas konselor berada dalam
kawasan pelayanan yang bertujuan mengembangkan potensi dan memandirikan konseli dalam pengambilan
keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan peduli kemaslahatan umum.
Pelayanan yang dimaksud adalah pelayanan bimbingan dan konseling yang terutama berada dalam jalur pendidikan
formal dan pendidikian nonformal.
Dalam Surat Keputusan Menpan Nomor 26/Menpan/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam
Lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, disebutkan bahwa tugas guru adalah mengajar atau
membimbing.
Keberadaan guru pembimbing di sekolah dapat meringankan tugas guru mata pelajaran. Konselor dan guru
mata pelajaran merupakan tim pendidik yang sangat strategis dalam menyelenggarakan berbagai aktivitas
pendidikan dan pembelajaran. Mendidik peserta didik bukan suatu hal yang mudah. Konselor dan guru bahkan juga
orang tua harus bahu-membahu untuk membangun pemahaman tentang kondisi, perilaku, dan karakter peserta
didik dengan baik. Di lingkungan kita, sudah lazim dikenal bahwa peserta didik yang pintar adalah peserta didik
yang nilai rapor atau ulangannya bagus atau hal-hal yang ukuran sifatnya belum menjadi representasi menyeluruh
dari kecerdasan peserta didik. Seorang peserta didik bisa jadi unggul di bidang tertentu dan lemah di bidang lain.
Oleh karena itu, apabila tujuan pendidikan adalah pembentukan manusia yang utuh, eksistensi guru pembimbing
(konselor) dan guru kelas bahkan juga orang tua berperan strategis untuk menjadi fasilitator utama dalam
membantu peserta didik sehingga mereka dapat mengembangkan semua kecerdasannya secara utuh.

Slide 12
Next,
Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, disebutkan bahwa guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan peserta didik usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Tugas guru sebagai pembimbing disebut konselor apabila guru tersebut lulusan S1 Jurusan
Bimbingan Konseling dan telah menempuh pendidikan profesi konselor (PPK).
Beberapa ahli pendidikan menyebutkan bahwa guru pembimbing di sekolah itu harus diklasifikasikan
sehingga tugas-tugasnya menjadi lebih jelas. Klasifikasi guru pembimbing di sekolah dan tugas-tugasnya sebagai
berikut.
1. Guru pembimbing dalam proses pembelajaran
2. Guru pembimbing (konselor) peserta didik di sekolah
3. Guru pembimbing di luar kelas

Dalam Surat Keputusan Mendikbud Nomor 025/1995, disebutkan bahwa tahap-tahap pelaksanaan tugas pokok
guru pembimbing dibagi menjadi 5 yaitu :
Yang pertama adalah menyusun program bimbingan. Salah satu tugas pokok bimbingan dan konseling adalah
menyusun rencana program bimbingan dan konseling. Penyusunan program bimbingan dan konseling harus
memperhatikan banyak aspek, terutama aspek kesesuaiannya dengan kebutuhan peserta didik dan kebutuhan
sekolah, serta tidak melenceng dari tujuan pendidikan. Oleh karena itu, penyusunan dan pengembangan program
BK harus berdasar pada analisis kebutuhan yang valid dan reliabel sehingga data yang dihasilkan bisa dijadikan
dasar pengembangan program. Dalam merencanakan bimbingan dan konseling, guru pembimbing harus membuat
rencana pelayanan bimbingan dan konseling atau dikenal dengan SATLAN (satuan layanan).
Yang kedua adalah melaksanakan program bimbingan. Pelaksanaan kegiatan layanan dilakukan sesuai dengan
perencanaan yang telah dipersiapkan pada bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, karier, kehidupan beragam,
dan kehidupan berkeluarga. Bimbingan dilakukan melalui sembilan jenis layanan, yaitu (1) layanan orientasi, (2)
informasi, (3) penempatan, (4) penyaluran, (5) layanan konten, (6) layanan bimbingan kelompok, (7) layanan
konseling kelompok, (8) layanan mediasi, dan (9) layanan konsultasi.
Yang ketiga adalah evaluasi pelaksanaan bimbingan. Evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling, yaitu
kegiatan menilai keberhasilan layanan dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar,
bimbingan karier, bimbingan kehidupan beragama, dan bimbingan kehidupan berkeluarga. Penilaian dapat
dilakukan dalam format individual atau kelompok/ klasikal dengan media lisan atau tulisan.
Yang keempat adalah analisis hasil pelaksanaan bimbingan. Dan yang kelima adalah tindak lanjut bimbingan
dan konseling.
Dapat disimpulkan bahwa, penyusunan program layanan bimbingan harus memperhatikan banyak aspek. Hal
yang paling pokok adalah program yang dikembangkan harus sesuai dengan kebutuhan peserta didik, sekolah, dan
tidak melenceng dari tujuan pendidikan. Oleh karena itu, penyusunan dan pengembangan program BK harus
berdasar pada analisis kebutuhan yang benar dan faktanya ada sehingga data yang dihasilkan bisa dijadikan dasar
pengembangan program.

Slide 13
Next,
Oke, kita bahas materi yang kedua yaitu mengenai Unsur utama tugas guru pembimbing.
Pada dasarnya, unsur utama tugas pokok guru pembimbing mengacu pada pola bimbingan dan konseling pola 17
plus yang meliputi hal berikut:
1. bidang bimbingan yang meliputi bidang pribadi, bidang sosial, bidang belajar, bidang karier, bidang kehidupan
beragama, dan bidang kehidupan berkeluarga.
2. jenis pelayanan BK yang meliputi layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan/penyaluran,
layanan konten, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling perorangan, layanan konseling kelompok,
layanan mediasi, dan layanan konsultasi.
3. jenis kegiatan pendukung yang meliputi aplikasi instrumentasi, himpunan data, kunjungan rumah, konverensi
kasus, alih tangan, dan tampilan keperpustakaan.
4. tahap pelaksanaan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis, tindak lanjut.
5. jumlah siswa asuh yang ditanggungjawabi guru pembimbing minimal berjumlah 150 orang siswa.

Setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan guru pembimbing di sekolah harus mencakup
unsur-unsur tersebut, yaitu bidang bimbingan jenis layanan/kegiatan pendukung tahap yang ditunjukkan untuk
kepentingan semua siswa asuhnya.

Baik terimakasih, mungkin itu saja penjelasan dari saya mengenai materi pada kegiatan belajar 3 yakni tentang
Tugas Guru sebagai Pembimbing. Untuk pembahasan selanjutnya saya serahkan pada rekan saya, kepada Alfina
saya persilahkan.
Presentasi Profesi Keguruan
Modul 5 KB 3 & 4
Kelompok 5

Moderator : Haki
Pemateri : Slide 3 - 13 : Tiwi
14 - 16 : Alfina
17 – 25 : Mba Shishi

ALFINA
Baik, terimakasih mbak Kristin.
Tadi sudah dijabarkan oleh mbak Kristin mengenai Hakikat Guru sebagai Pembimbing dan Unsur utama tugas
guru pembimbing. Saya akan melanjutkan materi yang ketiga pada Kegiatan Belajar 3 yaitu mengenai
Pelaksanaan beban tugas guru pembimbing.

Slide 14
Next,
Oke, kita bahas materi yang ketiga yaitu mengenai Pelaksanaan beban tugas guru pembimbing.
Pada hakikatnya, seluruh siswa yang ada di sekolah menjadi siswa asuh guru pembimbing. Namun demikian, agar
tugas pokok masing-masing guru pembimbing menjadi lebih fokus, diperlukan kejelasan mengenai nama-nama dan
jumlah siswa asuh masing-masing guru pembimbing. Hal ini mengacu pada pembagian jumlah siswa asuh masing-
masing guru pembimbing menurut SKB Mendikbud dan Kepala BAKN Nomor 0433/P/1993 dan Nomor 25 Tahun
1992 poin 3, 4, 7, dan 9. Pada SKB Mendikbud dan Kepala BAKN, secara jelas disebutkan hal berikut.
Ayat 3 : jumlah peserta didik yang harus dibimbing oleh seorang guru pembimbing adalah 150 orang.
Ayat 4 : kelebihan peserta didik bagi guru pembimbing yang dapat diberi angka kredit adalah 75 orang yang
berasal dari pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
Ayat 7 : guru pembimbing yang menjadi kepala sekolah wajib melaksanakan bimbingan dan konseling terhadap 40
orang peserta didik.
Ayat 9 : guru sebagaimana tersebut ayat 7 yang menjadi wakil kepala sekolah wajib melaksanakan bimbingan dan
konseling terhadap 75 orang peserta didik.

Slide 15
Next,
Sesuai dengan isi UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 35, beban kerja guru pembimbing
dengan guru mata pelajaran pada dasarnya setara/sama, yaitu minimal 24 jam satu minggu. Hal ini secara jelas
disebutkan pada UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen Pasal 35 poin 2 bahwa beban kerja guru
sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 adalah sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya
40 jam tatap muka dalam satu minggu.
Apabila guru mata pelajaran atau guru praktik mengajar sebesar 24 jam satu minggu, guru pembimbing
melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling sebanyak 24 jam juga. Apabila setiap satu kali kegiatan mengajar
diperlukan dua jam tatap muka, guru mata pelajaran atau guru praktik melaksanakan kegiatan mengajar sebanyak
12 kali pengajaran. Hal ini setara dengan beban kerja guru pembimbing. Jika satu kali kegiatan layanan BK
dihargai dua jam, guru pembimbing wajib melaksanakan kegiatan sebanyak 12 kali kegiatan BK untuk satu
minggu.
Kemudian untuk pelaksanaan layanan BK dapat dilaksanakan dalam jam pelajaran sekolah dan di luar jam
sekolah.

Oke pembahasan untuk Kegiatan Belajar 3 sudah selesai. Langsung saja kita lanjutkan membahas materi pada
Kegiatan Belajar 4 yaitu mengenai Pengembangan Potensi Peserta Didik

Slide 16
Next
Setiap individu mengalami pertumbuhan dan perkembangan serta menjadikannya memiliki ciri khas tertentu.
Istilah pertumbuhan berkaitan dengan fisik, contoh pertumbuhan manusia adalah bertambahnya tinggi badan,
bertambahnya berat badan, dan otot-otot tubuh bertambah pesat (kekar). Sedangkan istilah perkembangan berkaitan
dengan psikis. Pertumbuhan dimaksudkan untuk menunjukkan bertambah besarnya ukuran badan dan fungsi fisik
yang murni. Adapun perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu, yaitu proses yang menuju arah ke depan
dan tidak dapat diulang kembali.
Dalam perkembangan manusia, terjadi perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat
diulangi. Setiap tahap perkembangan manusia, sejalan dengan kegiatan belajarnya. Kegiatan belajar dalam hal ini
belum tentu bersifat ilmiah, melainkan suatu aktivitas yang merupakan keharusan universal dan berlaku secara
otomatis. Pada masa bayi, aktivitas belajar itu misalnya belajar berbicara yang dimulai dengan menyebut nama ibu,
belajar berdiri dan berjalan, dan lain-lain.
Perubahan yang terjadi dalam perkembangan individu muncul karena adanya kematangan (maturation) sebagai
hasil dari adanya aktivitas belajar. Setiap manusia memiliki peluang besar untuk dapat dikembangkan dengan
optimal sehingga setiap orang dapat mencapai prestasi. Setiap orang pasti memiliki potensi yang dapat
dikembangkan. Melalui potensi itulah, tiap orang dapat mengembangkan diri dan mencapai taraf perkembangan
yang lebih tinggi. Dalam konteks pendidikan, peserta didik merupakan subjek sekaligus objek yang memiliki
berbagai potensi. Pengembangan potensi ditempuh melalui proses pembelajaran yang dilakukan di kelas,
laboratorium, ataupun di luar kelas. Melalui belajarlah manusia mengalami perubahan-perubahan mulai dari saat
lahir sampai akhir kehidupannya. Pengembangan peserta didik juga memerlukan latihan-latihan agar peningkatan
potensi peserta didik itu tidak menghadapi kendala dan bisa berjalan dengan lancar.
Apa saja sih potensi-potensi pada peserta didik yang perlu kita kembangkan dengan kedudukan kita sebagai
guru.

Slide 18
Next,
Potensi-potensi yang ada pada diri peserta didik yang perlu dikembangkan dibagi ke dalam tujuh kelompok, yaitu :
1. Pengembangan potensi kognitif
2. Pengembangan potensi fisik
3. Pengembangan potensi psikomotor
4. Pengembangan potensi moral
5. Pengembangan potensi emosional
6. Pengembangan potensi sosial dan bahasa
7. Pengembangan potensi bahasa

Kita akan kupas satu persatu ya..


Presentasi Profesi Keguruan
Modul 5 KB 3 & 4
Kelompok 5

Moderator : Haki
Pemateri : Slide 3 - 13 : Tiwi
14 - 16 : Alfina
17 – 25 : Mba Shishi

MBA SHISHI
Baik, terimakasih mbak Rosita.
Tadi sudah sedikit disingung oleh mbak Alfina mengenai Pengembangan Potensi Peserta Didik.
Saya akan melanjutkan apa yang sudah dibahas oleh mbak mengenain potensi-potensi peserta didik yang perlu kita
kembangkan dengan kedudukan kita sebagai guru.

Slide 19
Next,
Yang pertama adalah pengembangan potensi kognitif.
Secara etimologi, kognitif berasal dari kata cognition yang artinya mengetahui. Dalam konteks pendidikan,
pengembangan potensi kognitif peserta didik harus dilakukan melalui berbagai kegiatan pengamatan mengingat,
berpikir, menciptakan, serta membangun kreativitas seseorang. Proses pengembangan kognitif (cognitive
processes) seseorang akan berkaitan erat dengan perubahan-perubahan pada pemikiran, inteligensi, dan bahasa.
Menghafal sebuah cerita atau menjawab sebuah soal dalam ujian dan memecahkan suatu teka-teki silang adalah
gambaran mengenai aktivitas pengembangan kognitif. Minat dan tingkat kecerdasan peserta didik berbeda-beda.
Oleh karena itu, makin tinggi minat dan kecerdasan seseorang, makin cepat dan mudah seseorang itu untuk
mengatasi masalah yang dihadapinya. Pengembangan kognitif dimaksudkan agar individu mampu
mengembangkan kemampuan, ingatan, daya nalar, dan pemahamannya terhadap simbol dan lain-lain. Tingkat
kecepatan pengembangan potensi kognitif peserta didik, selain dipengaruhi oleh faktor internal, seperti faktor
bawaan, minat, dan bakat, juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti faktor sosial ekonomi keluarga,
lingkungan sekolah, guru, dan lain-lain.
Model dan tahap-tahap pengembangan kognitif dibedakan menjadi empat, yaitu :
1. Model Piaget
2. Model William
3. Model Guilford
4. Model Bloom

Kita bahas yang pertama adalah model Piaget.


Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis
dalam bentuk perkembangan sistem syaraf. Makin bertambah umur seseorang, makin kompleks susunan sel
syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Terciptanya perubahan pada struktur kognitif seseorang
merupakan hasil dari akumulasi pengalaman dan kedewasaan yang terjadi secara bertahap.
Piaget juga berpendapat bahwa ada hubungan antara tingkat perkembangan konseptual peserta didik dan tingkat
kesulitan materi pelajaran. Oleh karena itu, untuk mengembangkan potensi kognitif peserta didik, guru harus
mempertimbangkan jenis materi dan tingkat kesulitan materi yang tepat yang akan diajarkan kepada peserta didik.
Selain itu, guru juga harus menentukan strategi, metode, dan teknik apa yang tepat untuk pembelajaran tersebut.
Pengelolaan pembelajaran yang optimal, selain menghendaki adanya relevansi antara materi serta media metode
dan teknik pembelajaran, juga menghendaki adanya relevansi antara tingkat kesulitan materi pelajaran dan tingkat
perkembangan kognitif peserta didik. Guru harus memahami tingkat perkembangan kognitif peserta didik dan
memahami kebutuhan mereka, selain memahami tingkat kesulitan materi pelajaran, tingkat kecerdasan, minat, dan
bakat peserta didiknya. Pemahaman tumbuh kembang kognitif peserta didik sangat penting sebagai bekal dasar
untuk memahami mereka dan menemukan keputusan atau tindakan yang tepat untuk membantu proses tumbuh
kembang kognitif itu sendiri secara efektif dan efisien.
Menurut Piaget, strategi pembelajaran seharusnya menjadikan anak belajar dalam situasi yang tidak logis karena
hal ini akan dapat memacu mereka untuk berpikir walaupun anak mungkin akan sulit memahami suatu pandangan
yang mungkin berbeda dengan pandangannya. Piaget mengatakan bahwa tipe kelas yang efektif untuk menjamin
terjadinya transmisi pengetahuan yang optimal adalah kelas tempat guru berperan sebagai fasilitator dan katalisator
pembelajaran. Menurut Piaget, pendidikan ditujukan bukan untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan peserta
didik, melainkan untuk membantu mereka menemukan dan menciptakan pengetahuannya sendiri. Peserta didik
memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Menurut Piaget, operasi mental tertentu terdapat pada tingkat
perkembangan yang berbeda-beda yang membatasi kesanggupan anak untuk mengelola masalah-masalah tertentu,
terutama pada tahap abstrak. Oleh karena itu, para guru seyogianya mempertimbangkan relevansi materi pelajaran,
khususnya yang sifatnya kompleks dengan tahap perkembangan anak.

Yang kedua adalah model William.


William mengemukakan sebuah model yang disebut model tiga dimensional. Model tiga dimensional ini
didesain oleh William untuk membantu guru dalam menetapkan tugas-tugasnya di dalam kelas, khususnya yang
berkaitan dengan kurikulum (materi), perilaku anak (kegiatan belajar), dan perilaku guru (strategi pembelajaran).
Model tiga dimensional ini menyimpulkan bahwa tingkat kreativitas guru seharusnya terus dibina dan
dikembangkan secara menyeluruh. Demikian pula, peserta didik harus terus dikembangkan kemampuan berpikir
kreatifnya dalam seluruh kegiatannya. Melalui model tiga dimensi ini, diharapkan dapat digunakan aneka ragam
strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas peserta didik.

Yang ketiga adalah model Guildford.


Guilford melalui model yang disebutnya model struktur intelek, mengemukakan pendapat bahwa
pengembangan kemampuan kognitif manusia berisi 120 kemampuan intelektual. Model struktur intelek ini
menggambarkan keragaman kemampuan kognitif manusia melalui bentuk kubus tiga dimensi intelektual untuk
menampilkan semua kemampuan kognitif manusia. Tiga dimensi itu ialah konten, produk, dan operasi.

Yang keempat adalah model Bloom.


Bloom mengemukakan taksonomi tentang adanya enam tingkat perilaku kognitif manusia, yaitu pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Jenis model Bloom ini sering kali digunakan untuk
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam kurikulum berdiferensiasi untuk anak berbakat serta
untuk merencanakan dan mengevaluasi kegiatan belajar peserta didik sehingga pada akhirnya peserta didik dapat
mengembangkan kemampuan kognitif mereka secara lengkap. Melalui penerapan taksonomi ini, para guru
memberi peluang kepada peserta didik untuk memperdalam proses pemikiran mereka sehingga peserta didik dapat
cepat mengetahui cara bagaimana berpikir, pada tingkat mana pertanyaan yang mereka ajukan, dan sifat kegiatan
dari seluruh keterlibatan mereka.

Slide 20
Next,
Yang kedua adalah pengembangan potensi fisik.
Pengembangan potensi fisik berarti pengembangan pertumbuhan fisik peserta didik. Anak harus memiliki
perkembangan yang baik dalam potensi fisiknya agar ia memiliki kesiapan belajar yang baik. Pengembangan
potensi fisik peserta didik dibagi menjadi empat periode utama. Dua periode ditandai dengan pertumbuhan yang
cepat, sedangkan dua periode lainnya dicirikan oleh periode pertumbuhan yang lambat. Pada awal kelahirannya
sampai anak usia enam bulan, pertumbuhan anak sangat cepat. Pada saat usia satu tahun, tingkat perkembangan
fisiknya agak lambat dan selanjutnya mulai stabil sampai anak memasuki usia remaja atau sampai tahap
kematangan kehidupan seksualnya. Hal ini dimulai ketika anak berusia delapan sampai anak berusia 12 tahun.
Mulai saat itu atau saat anak usia 15 atau 16 tahun, pertumbuhan fisiknya akan cepat kembali yang biasanya
disebut “ledakan pertumbuhan pubertas”. Tahap selanjutnya memasuki periode pertumbuhan agak lambat kembali
sampai anak memasuki tahap dewasa. Tinggi badan yang sudah tercapai dalam periode ini akan tetap sama ketika
ia berusia tua, tetapi berat tubuh masih dapat berubah-ubah.
Pengembangan potensi fisik dapat dilakukan melalui pembelajaran olahraga (physical exercise) dan gizi yang
berkualitas. Kegiatan olahraga dapat menjadi media untuk mengembangkan potensi fisik anak. Pelaksanaan teknis
olahraga harus benar-benar mengembangkan potensi fisik sesuai kebutuhan anak agar dapat menghasilkan fisik
yang baik dan sehat. Asupan gizi yang seimbang perlu diberikan kepada anak agar ia memiliki kesehatan dan
tumbuh kembang yang optimal. Asupan gizi harus sesuai dengan kebutuhan tubuh. Kebutuhan nutrisi pada tiap
orang berbeda-beda sesuai dengan unsur metabolis dan genetis tiap anak. Keseimbangan dan asupan gizi sangat
memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, kecerdasan, kesehatan, aktivitas anak, dan lainnya. Saat pertama
masuk sekolah, anak mulai memiliki teman-teman baru. Anak mulai berkurang masa bermainnya dan berganti
memasuki masa belajar. Situasi ini dapat menjadikan anak agak berkurang makannya. Anak jadi sering jajan
sehingga tidak terjamin kesehatannya. Untuk mengembangkan potensi fisik anak, orang tua harus memengaruhi
anak agar mereka memiliki asupan gizi yang baik.

Slide 21
Next,
Yang ketiga adalah pengembangan potensi psikomotorik.
Peningkatan potensi psikomotor dapat dilakukan melalui pemberian latihan-latihan. Peningkatan potensi
psikomotor sangat penting karena akan memengaruhi kemampuan peserta didik dalam menerima pelajaran.
Manfaat pengembangan potensi psikomotor pada anak adalah membangun kelenturan gerak anak yang pada
akhirnya akan berpengaruh pada kelancaran pencapaian prestasi belajarnya.
Teknik mengembangkannya meliputi model permainan (outbound), model meniru, serta model kelompok
belajar dan bermain.
1. Model out bond
Model out bond merupakan salah satu yang sangat disukai karena pada out bond banyak permainan yang
bermanfaat. Out bond juga melatih kemampuan bekerja sama dan kemampuan psikomotorik anak. Kesulitan
dalam permainan out bond dapat diatasi anak dengan kerja sama yang menuntut kreativitas. Dengan kreativitas
itu, kemampuan psikomotorik anak akan berkembang sekaligus anak mendapat kesenangan.
2. Model meniru
Guru membuat suatu tindakan dan menugaskan anak untuk meniru semua tindakan guru. Model ini memberi
pelajaran agar anak meniru apa yang dilakukan gurunya. Misalnya, guru menari dan menugaskan anak untuk
meniru gerakan tari guru tersebut.
3. Model kelompok belajar dan bermain
Model ini sebaiknya dilakukan pada anak SD karena pada usia ini anak suka berkelompok dan bermain. Dengan
bermain sambil belajar, perkembangan psikomotorik anak akan berkembang dengan baik. Prinsip belajar adalah
menyenangkan sehingga bermain akan membuat anak senang dalam belajar. Belajar psikomotorik dengan
senang akan menghasilkan kemampuan psikomotorik yang berkualitas.

Lingkungan yang memotivasi anak untuk bergerak akan menjadikan anak memiliki perkembangan
psikomotorik yang optimal. Stimulan dapat dilakukan dengan menyediakan ruangan yang membuat anak leluasa
bergerak, berlari, melompat, dan lain-lain yang dapat mengoptimalkan perkembangan psikomotorik kasar, halus,
fisik, dan meningkatkan stamina anak.
Slide 22
Next,
Yang keempat adalah pengembangan potensi moral.
Moral berasal dari bahasa Latin, yaitu mores, yang artinya tata cara, kebiasaan, dan adat. Moralitas merupakan
kebiasaan yang terbentuk dari standar sosial yang juga dipengaruhi oleh luar individu. Moralitas dipengaruhi oleh
sistem kepercayaan, penghargaan, dan ketetapan yang terjadi di bawah sadar tentang tindakan yang benar dan yang
salah. Setiap anak memiliki potensi moral. Agar anak memiliki moral yang kuat, potensi moral anak harus
dikembangkan. Pengembangan potensi moral anak ini berkaitan dengan aturan tentang apa yang seharusnya
dilakukan anak dalam berinteraksi dengan orang lain. Pengembangan potensi moral ini meliputi perubahan
penalaran, perasaan, dan perilaku tentang standar mengenai benar dan salah. Segala hal yang berkaitan dengan nilai
benar ataupun salah yang ada di sekeliling anak, baik di sekolah maupun di rumah, akan menjadi media pendidikan
bagi anak. Potensi moral anak sebaiknya dibangun sejak anak masih usia dini di lingkungan terdekatnya, yakni di
rumah, melalui pembiasaan dan keteladanan, bimbingan, serta arahan dari orang tuanya. Perlihatkan juga betapa
kuatnya ayah ibu menerapkan aturan-aturan normatif. Orang tua juga hendaknya mengamati pergaulan anak,
termasuk percakapan, sikap, dan perilakunya, agar mereka memiliki tingkat ketaatan yang baik terhadap norma-
norma moral.
Pada saat anak berusia empat tahun, anak akan mulai memasuki dunia sekolah. Di sekolah, anak dituntut untuk
berinteraksi dengan teman-temannya dan juga gurunya. Perkembangan moral anak semakin bertambah dan
berkembang secara luas sehingga anak akan mengetahui segala yang bernilai baik dan tidak baik. Anak akan
mengetahui hal yang berlaku di sekolah dan yang berlaku di rumah. Melalui cara inilah, anak akan belajar untuk
bertindak santun kepada siapa pun dan di mana pun. Di sekolah, guru akan menyampaikan pesan moral melalui
cerita, nyanyian, tarian, dan keteladanan pada anak. Orang tua juga dapat menanamkan nilai-nilai dasar untuk
memercayai orang lain. Apabila di sekolah anak mendapat nilai yang bagus, guru seyogianya memberikan pujian
yang tepat. Para guru dan orang tua hendaknya bekerja sama dalam mengembangkan moral anak. Para guru dan
orang tua hendaknya bekerja sama dalam mengembangkan moral anak.
Tujuan pendidikan moral adalah peserta didik memiliki kesadaran moral dan memiliki karakter yang baik.
Karakter yang baik adalah pribadi yang memiliki pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan atau perilaku
moral

Slide 23
Next,
Yang kelima adalah pengembangan potensi emosional.
Pengembangan potensi emosi pada anak identik dengan peningkatan kecerdasan emosi anak. Beberapa ahli
psikologi menyebutkan bahwa kecerdasan intelektual (IQ) bukan faktor utama untuk menjamin kesuksesan hidup
seseorang. Kecerdasan intelektual (IQ) hanya menjadi penentu sekitar 20% bagi kesuksesan hidup seseorang.
Selebihnya, yaitu 80%, kesuksesan hidup seseorang itu ditentukan oleh kecerdasan emosional. Stimulus yang tepat
dari guru dan orang tua merupakan faktor penting dalam pengembangan potensi emosional anak. Kecerdasan
emosional merupakan kunci bagi anak untuk dapat memiliki kecerdasan spiritual. Seseorang yang memiliki
kecerdasan emosi (emotional quotient) tinggi memiliki peluang yang lebih besar untuk memiliki kecerdasan
spiritual.
Agar anak memiliki kecerdasan emosi yang baik, orang tua dan guru harus memberikan perhatian yang baik
kepada anak dengan membangun suasana yang kondusif, baik di lingkungan sekolah maupun di rumah. Pendidikan
anak merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat. Untuk itu, masyarakat dapat
melatih kepekaan sosial anak. Strategi untuk membangun keterampilan emosional yang dapat dilatihkan pada anak
di antaranya, yaitu :
1. Self awareness atau kepekaan terhadap diri sendiri dapat ditumbuhkan oleh orang tua ataupun guru melalui
metode pembiasaan, misalnya menggunakan kata-kata yang santun dan tidak menyinggung perasaan serta
berbicara kepada orang lain sesuai dengan hasil pertimbangan pemikiran dan perasaan.
2. Decision making atau latihan membuat keputusan ditujukan untuk mempelajari konsekuensi yang muncul
akibat keputusan yang diambil. Latihan membuat keputusan ini penting untuk membiasakan seseorang
mengadakan refleksi diri.
3. Managing feeling (mengelola perasaan), yaitu memonitor perasaan (self tax) seseorang untuk mencermati dan
menangkap perasaan-perasaan negatif dari orang lain. Latihan mengelola perasaan ini merupakan media belajar
anak untuk menyadari timbulnya perasaan tertentu, misalnya perasaan sakit hati yang membuat seseorang
menjadi marah.
4. Self concept (konsep diri) merupakan media belajar anak agar ia memiliki kepekaan terhadap identitas dirinya
secara kuat. Latihan membangun konsep ini juga dapat bermanfaat agar anak dapat menerima dirinya dan
berupaya mengembangkan potensi-potensinya.
5. Handling stress (penanganan stres) ditujukan agar anak memiliki relaksasi, senam pernapasan, berimajinasi
secara terarah, atau berolahraga.
6. Communication atau komunikasi dilakukan dengan melatih anak melalui pengiriman pesan yang menggunakan
kata “saya”. Melalui latihan komunikasi ini, anak juga belajar untuk tidak menyalahkan pihak lain dan belajar
menjadi pendengar yang baik.
7. Group dynamic atau dinamika kelompok merupakan latihan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam
bekerja sama, belajar menjadi pemimpin, dan belajar menjadi anggota yang baik.
8. Conflict resolution atau pemecahan konflik, yaitu anak berlatih untuk memecahkan masalah secara sehat dan
rasional dengan pendekatan saling menang bagi kedua pihak.

Slide 24
Next,
Yang keenam adalah pengembangan potensi sosial dan bahasa.
Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu saling bekerja sama dengan manusia lain. Manusia selalu
berkaitan dengan lingkungan sosialnya. Pengembangan emosi anak memerlukan desain yang tepat agar tercipta
lingkungan yang kondusif untuk mendukung upaya pengembangan emosi yang baik. Kemampuan sosial anak
merupakan aspek yang sangat diperlukan karena berkaitan erat dengan keberhasilan anak dalam berinteraksi
dengan lingkungan sosialnya. Perkembangan kemampuan bersosialisasi ini dibentuk melalui proses kematangan
dan kesempatan belajar. Anak belajar bersosialisasi dari lingkungan tempat mereka berada serta di lingkungan
keluarga sebagai media belajar anak bersosialisasi untuk pertama kali, kemudian meluas pada lingkungan sekolah
dan masyarakat. Banyak hal yang harus diperhatikan guru agar perkembangan sosial anak menjadi optimal, antara
lain dengan pemilihan berbagai macam strategi dan metode yang sesuai tahapan karakteristik perkembangan anak.
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Setiap anak perlu
bersosialisasi. Dari pergaulan kesehariannya, ia akan berkembang sejalan dengan perkembangan sosialnya yang
akhirnya ia akan mempunyai nilai-nilai sosial pada dirinya yang disebut proses imitasi, identifikasi, dan
internalisasi. Tuntutan sosial pada perilaku sosial anak sejalan dengan karakter budaya masyarakat tempat anak
tumbuh dan berkembang. Sosialisasi yang dilakukan anak memberikan dua manfaat besar, yaitu memberikan
fondasi kepada individu untuk berpartisipasi pada kehidupan sosial dan membuat lestarinya kehidupan masyarakat.
Contohnya, kebudayaan Sunda, Jawa, atau Aceh akan lenyap apabila kebudayaan Sunda, Jawa, atau Aceh tersebut
tidak dilestarikan dalam kehidupan sehari-hari. Sosialisasi menuntut lingkungan yang baik dan yang menunjang
proses tersebut, misalnya interaksi sosial. Sosialisasi melibatkan pembelajaran. Pembelajaran merupakan
modifikasi perilaku seseorang yang relatif permanen yang diperoleh seseorang di lingkungan sosialnya. Menurut
teori pembelajaran sosial, terdapat dua model pembelajaran, yaitu (1) dikondisikan dan (2) meniru orang lain.
Memberi imbalan merupakan cara untuk memunculkan perilaku tertentu.
Cara meninggikan kecerdasan sosial melalui teknik SCAPE, yaitu :
1) S adalah singkatan dari situational awareness. Hal ini berarti kesadaran akan situasi, misalnya tidak merokok di
tempat ber-AC dan lain-lain.
2) Presence (kemampuan membawa diri), yaitu mampu bersikap santun, baik dalam kata-kata maupun perbuatan.
Setiap orang tentu bisa mengingat presence yang baik ataupun yang buruk.
3) Autenticity atau autensitas, yakni sinyal dari perilaku kita yang akan membuat orang lain yang menilai kita
layak dipercaya, jujur, terbuka, dan mampu menghadirkan ketulusan.
4) Clarity atau kejelasan menjelaskan sejauh mana seseorang dibekali kemampuan menyampaikan gagasan secara
persuasive sehingga orang lain dapat menerima secara terbuka. Kecerdasan sosial yang produktif hanya dapat
dibangun apabila seseorang mampu mengartikulasikan pemikiran dengan jelas dan jernih.
5) Empati, yaitu sejauh mana kita dapat menerima pendapat orang lain serta sejauh mana kita terampil untuk
mendengarkan dan memahami pemikiran orang lain.

Slide 25
Next,
Yang terakhir ketujuh adalah pengembangan potensi bahasa.
Bahasa merupakan suatu sistem lambang yang dipergunakan sebagai alat komunikasi oleh anggota masyarakat
yang bersifat arbitrer (manasuka) dan manusiawi dalam rangka bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan
diri. Bahasa merupakan media komunikasi yang dipergunakan setiap orang untuk dapat bersosialisasi dengan orang
lain. Kemampuan berbahasa pada anak penting untuk dikembangkan agar anak dapat saling berkomunikasi dengan
baik. Melalui kemampuan berbahasa, anak dapat mengomunikasikan pikiran, perasaan, ataupun sikapnya. Melalui
kemampuan berbahasa pula, anak akan dapat meningkatkan kemampuan inteleknya. Tanpa kemampuan berbahasa
secara tepat, anak tidak dapat mengomunikasikan gagasannya sehingga tidak ada peluang untuk mengembangkan
diri. Bahasa dapat berbentuk struktur, yakni struktur bentuk dan struktur makna. Oleh karena itu, kemampuan
berbahasa merupakan aspek penting yang harus diperhatikan guru. Mampu berbahasa berarti mampu
mengekspresikan suatu hal dengan mempergunakan kosakata yang benar. Semakin banyak kosakata, semakin besar
anak mampu berkomunikasi dengan baik.
Metode yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa ada empat, yaitu metode tanya jawab,
metode bercerita,
1) Metode tanya jawab
Melalui beragam pertanyaan dalam metode tanya jawab, anak akan aktif berpikir untuk memahami materi dan
menjawab soal-soal dari gurunya.
2) Metode bercerita
Bercerita (telling story) ialah suatu teknik untuk memberikan cerita kepada anak-anak. Selain dapat bermanfaat
bagi pengembangan kepribadian; mendongeng, bercerita, atau berkisah dapat juga bermanfaat untuk
meningkatkan pengembangan bahasa anak. Oleh karena itu, guru dan orang tua harus menggunakan metode
bercerita ini dalam menanamkan kebiasaan yang baik kepada anak. Misalnya, cerita rakyat tentang anak yang
durhaka kepada ibunya sehingga ia dihukum menjadi batu. Demikian pula berbagai cerita rakyat lain dari
berbagai suku bangsa di Indonesia. Cerita ini dapat menjadi media untuk menanamkan pesanpesan moral dalam
membangun kepribadian anak. Selain membangun semangat belajar dan keberanian untuk menyampaikan
gagasan, metode bercerita ini dapat menjadi media untuk mengembangkan kepribadian dan kecerdasan anak.
3) Menulis di depan kelas
Tingkat perkembangan kemampuan anak dalam menulis sesuatu merupakan perpaduan dari kemampuan
motorik halus, kemampuan kognitif, dan kemampuan anak dalam berbahasa. Upaya membangun kemampuan
anak dalam menulis dapat ditumbuhkan sejak anak berada di SD kelas rendah. Berbagai cara untuk membangun
kemampuan menulis dapat dilatihkan guru kepada anak SD kelas rendah, misalnya dengan menulis kembali
kata-kata mutiara. Latihan menulis anak usia SD dilakukan dengan huruf tegak, bersambung, menulis
permulaan, menjiplak, serta menebalkan, mencontoh huruf, kata, atau kalimat sederhana dari buku. Adapun
pengembangan kemampuan menulis pada siswa SD kelas tinggi dapat dilakukan melalui penulisan kisah
tentang tugas-tugas yang dilakukan di sekolah, seperti menyampaikan informasi secara tertulis dalam bentuk
formulir atau ringkasan. Tingkat kemampuan menulis anak juga dapat dilakukan melalui penulisan gagasan,
misalnya dalam bentuk naskah pidato.
4) Berbicara di depan umum
Kemampuan menyampaikan pendapat, gagasan, atau pemikiran anak dapat dikembangkan melalui latihan
berbicara di depan umum. Tingkat perkembangan kecerdasan linguistik siswa dapat dilihat pada kemampuan
anak dalam menyampaikan ide, gagasan, pikiran, dan perasaan informasi, baik secara lisan maupun tertulis.
Pada jenjang SD kelas pertengahan, misalnya kelas 3 atau kelas 4, kemampuan berbicara anak dapat dilakukan
dengan menjelaskan isi gambar tunggal atau gambar seri sederhana yang menggunakan bahasa sederhana. Anak
dapat diberi tugas melakukan percakapan sederhana dengan kalimat dan kosakata yang sudah dikuasai anak.
Adapun pada jenjang SD kelas tinggi, misalnya kelas 6, pengembangan kemampuan berbicara anak dapat
dilakukan dengan cara menugaskan siswa untuk memberikan tanggapan atas informasi tertentu di media massa
dengan bahasa yang sistematis, mudah dipahami, serta ejaan yang baik dan benar.

Apa saja sih potensi-potensi pada peserta didik yang perlu kita kembangkan dengan kedudukan kita sebagai
guru. Nah ini akan di uraikan oleh rekan saya Rosita Wandasari, kepadanya saya persilahkan.

Anda mungkin juga menyukai