Anda di halaman 1dari 8

Nurul Amirah: Tonsilitis dan Pencegahannya

___________________________________________________________________________

TONSILITIS DAN PENCEGAHANNYA

(Tonsillitis and its prevention)

Nurul Amirah

Mahasiswa

Fakultas Kedokteran Gigi, Sumatera Utara

Jl. Alumni No.2 Kampus USU Medan 20155

Email: nnurulamiraa@gmail.com

__________________________________________________________________________________

Abstract

Tonsillitis is the most common inflammation of the tonsils in children and adolescents.
However, adults also experience it. Rarely occurs in older people < 40 years. The main cause
is bacterial and viral infections found in the air we breathe and unhygienic food. The habit of
eating unhygienic food is common among the general public and has a high risk of
developing tonsillitis. Another habit is that oral health is neglected and not maintained. The
purpose of this paper is to explain about tonsillitis and its prevention. In Indonesia, there is no
specific epidemiological data on tonsillitis, only data on acute respiratory infections (ARI).
Characteristics of the population with the highest ARI occurred in the age group 1-4 years by
25.8%. According to gender, there were no significant differences between men and women.
The method of treatment is medicine chosen by the doctor and home remedies. Surgery is
also included. For the prevention method is a change to a healthier lifestyle.

Keywords: Tonsilitis, unhygienic food, oral health, children.

Abstrak

Tonsilitis adalah peradangan amandel yang paling umum pada anak-anak dan remaja. Namun,
orang dewasa juga mengalaminya. Jarang terjadi pada orang tua < 40 tahun. Penyebab
utamanya adalah infeksi bakteri dan virus yang terdapat di udara yang kita hirup dan
makanan yang tidak higienis. Kebiasaan makan makanan yang tidak higienis merupakan hal
yang umum di kalangan masyarakat umum dan memiliki risiko tinggi terkena tonsilitis.
Nurul Amirah: Tonsilitis dan Pencegahannya
___________________________________________________________________________

Kebiasaan lainnya adalah kesehatan mulut yang terabaikan dan tidak terjaga. Tujuan dari
makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang tonsilitis dan pencegahannya. Di Indonesia
belum ada data epidemiologi spesifik tonsilitis, yang ada hanya data Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA). Karakteristik penduduk dengan ISPA tertinggi terjadi pada
kelompok umur 1-4 tahun sebesar 25,8%. Menurut jenis kelamin, tidak ada perbedaan yang
signifikan antara pria dan wanita. Metode pengobatannya adalah obat-obatan yang dipilih
oleh dokter dan pengobatan rumahan. Operasi juga disertakan. Untuk metode pencegahannya
adalah perubahan gaya hidup yang lebih sehat.

Kata kunci: Tonsilitis, makanan yang tidak higienis, anak-anak

PENDAHULUAN
Tonsilitis atau disebut dengan radang amandel adalah paradangan atau inflamasi pada
palatine tonsil yang disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus pyogenes (grup A -
Sreptococcus beta hemolitik). Selain itu, infeksi virus yang menyebabkan radang amandel
merupakan jenis virus yang sama dengan penyebab pilek atau flu. Amandel merupakan dua
jaringan yang mirip dengan kelenjar getah bening ditutupi lapisan kulit yang terdapat di
belakang tenggorokan dan terletak di bagian atas sisi kanan dan kiri. Organ ini juga
merupakan salah satu bagian pembentuk sistem kekebalan dan dapat
memproduksi antibodi untuk melawan berbagai macam kuman atau yang menyerang
kesehatan mulut. Amandel juga termasuk sisem limfatik yang menjadi pertahanan pertama
dalam mengcegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh dengan menahan kuman
memasuki tubuh melalui hidung, mulut dan kerongkongan, maka akan terjadi peradangan
pada amandel yang disebut dengan tonsilitis. Suardin Buntur (2006) berkata bahwa tonsilitis
merupakan salah satu gangguan THT (Telinga Hidung & Tenggorokan).

Tonsilitis umum terjadi pada kalangan anak-anak < 2 tahun dan remaja dan juga dapat
terjadi pada orang dewasa. Sangat jarang terjadi pada orang tua di usia > 40 tahun. Kondisi
ini ditandai dengan suara serak, radang tenggorokan., leher kaku, amandel terlihat merah dan
bengkak, rasa sakit ketika membuka mulut, kehilangan nafsu makan, demam, lemas dan sakit
kepala. Tonsilitis dapat bersifat tonsillitis akut dan tonsillitis kronis.
Nurul Amirah: Tonsilitis dan Pencegahannya
___________________________________________________________________________

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang penyakit tonsillitis
atau radang amandel serta pencegahannya. Alasan penulis membuat makalah ini adalah
tonsillitis sangat umum terjadi pada anak-anak dan remaja, tak terkecuali orang dewasa.
Anak-anak cenderung terkena tonsillitis. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat dan orang
tua pada anak-anaknya agar senantiasa memperhatikan kehigienisan makanan untuk menjaga
kesehatan gigi dan mulut.

FAKTOR PENYEBAB TONSILITIS

Penyebab tonsilitis adalah infeksi bakteri Streptococcus atau infeksi virus. Hal-hal
lain yang dapat memicu peradangan pada tonsil adalah makanan dan minuman yang
mengandung kuman sering masuk ke dalam mulut. Faktor makanan, makanan yang
mengandung pemanis buatan, perasa, pengawet dan pewarna kimiamenjadi salah satu fakotr
utama yang dapat menyebabkan peradangan. Kurangnya konsumsi vitamin C. Perlu diketahui,
dalam 1 hari minimal tubuh membutuhkan vitamin C sebanyak 500 miligram, dan
diseimbangkan dengan komponen gizi lainnya. Terlalu sering mengkonsumsi makanan pedas.
Kurangnya konsumsi air putih. Tubuh membutuhkan cairan setara dengan minimal 8-10 gelas
air putih/hari, atau sama dengan 1,5-2 liter per hari. Kurang sadar dengan kebersihan ketika
sebelum dan menyentuh makanan, misalnya mencuci tangan. Selain itu, terbiasa beraktifitas
pada lingkungan bersih terutama di dalam ruangan dan kurang beraktifitas di lingkungan
kotor yang mengandung berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan daya tahan tubuh
tidak berkembang secara sempurna sehingga sulit untuk mengatasi infeksi kuman dan
masalah kesehatan lain.

Gambar 1. Anatomi Tonsil/amandel

Tonsilitis dapat bersifat tonsillitis akut dan tonsillitis kronik. Tonsilitis akut tidak
bersifat parah, biasanya berlangsung sekitar 4-6 hari dan umum dialami oleh anak berusia 5-
Nurul Amirah: Tonsilitis dan Pencegahannya
___________________________________________________________________________

10 tahun. Sedangkan tonsilitis kronik terjadi karena tonsilitis akut yang tidak diterapi dengan
antibiotik yang tidak tepat dan mengakibatkan infeksi secara berulang-ulang pada tonsil.
Infeksi yang berulang ini akan menyebabkan tonsil dan adenoid bekerja terus dengan
memproduksi sel-sel imun yang banyak sehingga ukuran tonsil dan adenoid akan membesar
dengan cepat melebihi ukuran yang normal. Pembesaran tonsil/amandel bisa sangat besar
sehingga tonsil kiri dan kanan saling bertemu dan dapat mengganggu jalan pernapasan.
Bakteri penyebab tonsilitis kronis pada umumnya sama dengan tonsilitis akut yaitu bakteri
aerob Gram positif (yang paling sering) dan Gram negatif. Penyebaran dapat dari orang ke
orang melalui kontak tangan, menghirup udara setelah seseorang dengan tonsilitis bersin atau
berbagi peralatan seperti sikat gigi dari orang yang terinfeksi. Anak-anak dan remaja usia
sekolah adalah yang paling sering untuk menderita tonsilitis. Namun tidak menutup
kemungkinan untuk menyerang segala umur. Beberapa literatur menyebutkan tonsilitis kronis
sering terjadi pada usia 5-20 tahun. Faktor predisposisi tonsilitis kronik antara lain iritasi
kronis (akibat rokok dan makanan), gizi atau daya tahan tubuh yang rendah, pengaruh cuaca
dan hiegine mulut yang buruk.

Masa pubertas merupakan masa kebutuhan kalori dan protein meningkat. Sebanyak
84 (56,4%) penderita tonsilitis kronik adalah perempuan. Perempuan pada usia remaja lebih
mementingkan penampilan dan bentuk tubuh sehingga menunda jadwal makan dan porsi
makan yang dianjurkan demi mendapatkan tubuh ideal. Hal inilah menyebabkan kekurangan
gizi yang diperlukan tubuh dan turunnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit
sehingga sangat mudah mengalami masalah kesehatan. Namun, perbedaan jenis kelamin pada
tonsilitis kronik tidak dapat dijelaskan setelah diobservasi selama 30 tahun.

GEJALA TONSILITIS

Gejala pada tonsilitis akut dan tonsilitis kronik berbeda, tetapi nyeri pada tenggorokan
dan susah menelan merupakan indikasi yang khas bagi penderita tonsilitis. Untuk gejala lain
pada tonsilitis akut ialah demam, menolak untuk makan dan minum, penderita mengalami
malaise, subu tinggi, nafas bau, rasa nyeri pada sendi-sendi, rasa nyeri pada telinga karena
nyeri alih melalui saraf N.
Nurul Amirah: Tonsilitis dan Pencegahannya
___________________________________________________________________________

Gambar 2 & 3. Tonsilitis akut

Menurut Smeltzer (2001) gejala pada tonsilitis kronik seperti demam mendadak, nyeri
tenggorokan, ngorok, dan kesulitan menelan. Sedangkan menurut Mansjoer (2000) adalah
suhu tubuh naik sampai 40◦C, rasa gatal atau kering di tenggorokan, lesu, nyeri sendi,
odinofagia (nyeri menelan), anoreksia, dan otalgia (nyeri telinga). Bila laring terkena suara
akan menjadi serak. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemisis, tonsil membengkak,
hiperemisis.

Gambar 4 & 5. Tonsilitis Kronik.

KOMPILASI

Kompilasi tonslitis akut dan kronik adalah:

1. Abses peritonsil terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses
ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus
group A
Nurul Amirah: Tonsilitis dan Pencegahannya
___________________________________________________________________________

2. Otitis media akut

3. Laringitis merupakan proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk larynx.
Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa karena virus, bakter,
lingkungan, maupun karena alergi.

4. Sinusitis merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satu atau lebih dari
sinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau ruangan berisi udara dari dinding
yang terdiri dari membran mukosa.

5. Rhinitis merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal dan
nasopharinx. Penyebabnya sama halnya dengan sinusitis.

PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN

Solusi dari pencegahan tonsilitis yang dapat dilakukan ialah selalu menjaga
kebersihan pada diri, cuci tangan sebelum makan dan minum. Selain itu juga banyak istirahat,
minum minuman hangat, berkumur dengan air garam hangat, menghindari asap rokok dan
polusi udara lainnya. Pencegahan lainnya adalah saat batuk atau bersin gunakan tisu, sapu
tangan atau dengan lengan tangan dan hindari ketika berada di sekitar ornag yang sedang
sakit.

Penatalaksaan pada tonsilitis akut:

a. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau obat isap
dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau klidomisin.

b. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder.

c. Pemberian antipiretik.

Penatalaksanaan pada tonsilitis kronik:

Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur atau hisap, tetapi terapi ini kurang
efektif untuk meredakan gejalanya. Tindakan operatif merupakan tindakan paling banyak
dilakukan dan pengobatan pasti untuk bagi penderita tonsilitis kronik, yaitu pembedahan
pengangkatan batu tonsil. Tindakan ini dilakukan pada kasus-kasus di mana penatalaksanaan
Nurul Amirah: Tonsilitis dan Pencegahannya
___________________________________________________________________________

terapi antibiotik pada penderita tonsilitis kronik gagal untuk meringankan gejala-gejala.
Penatalaksanaa operatif dengan melakukan tindakan tonsilektomi (pengangkatan tonsil
palatina) dilakukan ketika gejala kronis. Tonsilektomi merupakan prosedur yang paling
sering dilakukan terutama pada anak-anak. Pada dekade terakhir ini, tonsilektomi tidak hanya
dilakukan untuk tonsilitis berulang, namun juga untuk berbagai kondisi yang lebih luas
termasuk kesulitan makan, tounge thrust, halitosis, mendengkur, dan gangguan bicara.
Indikasi tonsilektomi mungkin dapat berdasarkan terdapat dan beratnya satu atau lebih gejala,
dan penderita seperti ini harus mempertimbangkan untuk tindakan tonsilektomi karena gejala
tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup walaupun tidak mengancam nyawa.

KESIMPULAN

Tonsilitis adalah pembengkakan/ peradangan pada amandel/tonsil yang disebabkan


oleh infeksi virus atau bakteri Streptococcus. Umumnya terjadi pada masa anak-anak usia 3-
10 tahun dan remaja. Namun, juga terjadi pada orang dewasa dan jarang terjadi pada orang
tua < 40 tahun. Gejala umum pada tonsilitis ialah nyeri pada tenggorokan, susah menelan,
bau mulut, rasa mengganjal, demam, nafsu makan hilang dan sulit bernafas. Pencegahan dan
pemeliharaan rongga mulut secara individual (self care) di rumah dapat dilakukan dengan
beristirahat cukup, minum minuman hangat, hindari paparan asap rokok, meredakan demana
dan nyeri dengan paracetamol, dan yang paling penting ialah menjaga kehigienisan makanan
dan minuman serta senantiasa mencuci tangan sebelum makan agar terhindar dari kuman.
Jika radang tidak sembuh lebih dari biasanya, dianjurkan untuk konsultasi pada dokter agar
bisa ditangani lebih lanjut. Dengan menjaga kebersihan dan kehigienisan, dapat
meminimalisir terkena penyakit tonsilitis. Meskipun sudah banyak penilitian mengenai
tonsilitis terhadap kesehatan mulut, penyebab dan akibat dari tonsilitis perlu disebarluaskan
pada masyarakat dan orang tua terutama pada anaknya untuk selalu mengedukasi tentang
pentingnya menjaga kebersihan diri dan makanan serta kesehatan gigi dan mulut.
Nurul Amirah: Tonsilitis dan Pencegahannya
___________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

1. Shalihat, Annisa., Novialdi, Novialdi., Irawati. Lili. 2015. Hubungan Umur, Jenis Kelamin
dan Perlakuan Penatalaksanaan dengan Ukuran Tonsil pada Penderita Tonsilitis Kronis di
Bagian THT-KL RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Andalas. 4 (3).
Hal:787-792. https://doi.org/10.25077/jka.v4i3.365

2. Basuki, Sri Wahyu. Nuria S I, Ika. Ziyaadatulhuda A, Zaid. Utami, Fajryati. Ardilla,
Novita. 2020. Tonsilitis. Proceeding Book Call for Paper Thalamus: Medical Research For
Better Health. Surakarta: 26 Desember 2020 : 483-493.

3. Manurung, R. 2019. Gambaran Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Pencegahan


Tonsilitis Pada Remaja Putri di Akper Imelda Medan Tahun 2015. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Imelda; 2(1): 28-31. E
A
O
2
9

u
.c
g
y
la
in
rh
;to
6
1
):0
(4
3
7
8

4. Windfuhr, J. P. Toepfner, N. Steffen, G. Waldfahrer, F. & Berner, R. (2016). Clinical


practice guideline: tonsillitis I. Diagnostics and nonsurgical management. European archives
of oto-rhino-laryngology : official journal of the European Federation of Oto-Rhino-
Laryngological Societies (EUFOS) : affiliated with the German Society for Oto-Rhino-
Laryngology - Head and Neck Surgery; 273(4): 973–987. https://doi.org/10.1007/s00405-
015-3872-6

5. Amelia, Nina. 2011. Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2009. (Disertasi Universitas Sumatera Utara, 2011) Diakses dari
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/40973

6. Pintauli, Sondang. Hamda, Taizo. Menuju Gigi & Mulut Sehat. revisi ed. Medan: USU
Press. 2019: 80-81.

7. Ugras S, Kutluhan A. Chronic tonsillitis can bediagnosed with histopatologic findings.


Europe Journal General Medical. 5(2) :95-103.

8. Rusmarjono, Soepardi EA. Faringitis, tonsilitis, dan hipertrofi adenoid. Dalam: Soepardi
EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, eds. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher. Ed 6. Jakarta: FK UI. 2011: 217-25

Anda mungkin juga menyukai