Anda di halaman 1dari 3

INTISARI BUKU PANCASILA

Kelompok : I

Berjudul : Makna dan Realisasi Sila ketiga

Pancasila dalam Bhineka Tunggal Ika

Asal Buku : Buku Pancasila - LSIPK Unisba.

Bab. VI Hal . 97- 99.

Nama Pengarang Buku :

Semester I/Kelas G/Selasa

N NPM NAMA
O
1. 10080020284 HASNA NASYWA MAITSA
2. 10080020353 MUHAMMAD WILDAN IHYA

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


2021

Persatuan Indonesia sebagai dasar berdirinya negara merupakan bagian dari Pancasila
pada sila ke-tiga. Eksistensi persatuan Indonesia sebagai dasar negara adalah Persatuan yang
didasarkan kepada universalitas sila pertama yaitu sila Ketuhanan, artinya Persatuan Indonesia
harus yang harus dibangun adalah yang berdasarkan kepada Ketuhanan. Kemudian juga
didasarkan kepada Kemanusiaan. Persatuan yang dibangun adalah Persatuan yang didasarkan
kepada nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.Artinya sebagai bangsa yang berorientasi
kepada pencapaian tujuan yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945, maka dengan sendirinya
dia tidak boleh menjadi bangsa yang tertutup.

Kecerdasan dan kearifan para pendiri bangsa inilah yang telah menjadikan Pancasila
sebagai ideologi terbuka yang memiliki kemampuan untuk mengatasi berbagai perbedaan dalam
masyarakat yang majemuk ini.Pancasila Juga merupakan etos budaya persatuan dalam
masyarakat majemuk. Semboyan Bhineka Tunggal Ika dan pelaksanaan UUD 45 yang
menyangkut pembangunan kebudayaan bangsa hendaknya menjadi perioritas karena kebudayaan
nasional diperlukan sebagai landasan atau media sosial yang memperkuat persatuan.

Berdasar sila persatuan Indonesia pembangunan sosial budaya dikembangkan atas dasar
penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya-budaya yang beragam dari seluruh wilayah
Nusantara.Menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa. Pengakuan dan penghargaan
terhadap budaya dan kehidupan sosial berbagai kelompok bangsa Indonesia dibutuhkan sehingga
mereka merasa dihargai dan diterima sebagai warga bangsa. Pembangunan sosial budaya tidak
menciptakan kecemburuan, kesenjangan, diskriminasi, dan ketidakadilan sosial.

Saat ini pada dasarnya sudah diakui, adanya pengakuan terhadap nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat sebagai sumber hukum, kemudian dalam berbagai peraturan perundang-
undangan yang sudah mengadopsi konsep kearifan lokal sebagai salah satu asas dalam
membangun bangsa dan negara. Budaya Indonesia pada hakekatnya adalah satu, sedangkan
corak ragam budaya yang ada menggambarkan kekayaan budaya bangsa yang menjadi modal
dan landasan pengembangan budaya bangsa seluruhnya, yang hasil-hasilnya dapat dinikmati
oleh bangsa.
Ungkapan Bhinneka Tunggal Ika gubahan Empu Tantular dimaksudkan sebagai
pengakuan positif kepada keanekaragaman orientasi keagamaan dalam masyarakat, karena
hakikat dan tujuan semuanya itu satu dan sama yaitu berbakti kepada Yang Maha Esa dan
berbuat baik kepada sesama makhluk tan hana dharma mangroa, tidak ada jalan kebaikan yang
mendua dalam tujuan. Transformasi pandangan dasar itu ke bidang politik mengharuskan
masyarakat untuk menerima secara positif adanya perbedaan orientasi politik yang juga berarti
harus tersedia ruang bagi kegiatan oposisi. Demokrasi menuntut adanya pandangan ini pada
setiap pribadi para pemimpin, suatu pandangan yang selaras dengan keharusan berendah hati
sehingga mampu melihat diri sendiri yang berkemungkinan salah, dan orang lain yang berbeda
dengan dirinya berkemungkinan benar. Demokrasi tidak mungkin diserta dengan absolutisme
dan sikap-sikap yang mau benar sendiri lainnya. Demokrasi harusnya adanya sikap saling
percaya.

Perlu disadari bahwa bangsa semajemuk Indonesia hanya bisa tetap bersatu apabila
semua komponen memang mau bersatu. Tidaklah mungkin mempertahankan persatuan bangsa
dengan paksaan. Tetapi semua komponen hanya akan mau bersatu apabila identitas mereka
dihormati dalam Indonesia yang satu itu. Orang tidak perlu melepaskan kekhasan agamanya,
budayanya, Tunggal kesukuannya untuk menjadi orang Indonesia. Indonesia. Indonesia adalah
Bhinneka Tunggal Ika.

Anda mungkin juga menyukai