Ibm Sayur Dan Buah 1
Ibm Sayur Dan Buah 1
Oleh :
Kelompok 1D
Ahmad Soleman I14080002
Adi Setya Nugroho I14080015
Elda Vedlina I14080021
Alna Hotama I14080031
Aldi El Gustian I14080088
Asisten :
Sarah Fauzia S. Puspita
Neysia Rucita
Latar Belakang
Percobaan pertama bertujuan untuk mengamati sifat fisik buah dan sayur.
Percobaan kedua bertujuan untuk mengamati sifat kimia buah dan sayur.
Percobaan ketiga bertujuan untuk menghitung jumlah bagian yang dapat
dimakan (edible portion) dari jumlah beberapa macam sayur dan buah.
Percobaan keempat bertujuan untuk mengetahui perbedaan konsentrasi gula,
penyimpanan dingin dan perlakuan blanching terhadap keawetan berbagai buah.
Percobaan kelima bertujuan untuk mempelajari pengaruh ketebalan buah,
konsentrasi air kapur perendam, dan perlakuan blanching terhadap mutu
organoleptik buah.
METODOLOGI
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain : wortel (baik dan
kurang baik), jeruk (baik dan kurang baik), jambu (baik dan kurang baik),
manisan buah pala blanching dan non-blanching. Alat yang digunakan antara
lain : timbangan digital, jangka sorong, pisau, piring, sendok, dan pH-meter.
Prosedur Percobaan
PEMBAHASAN
Buah terdiri dari kulit, daging buah dan biji sedangkan sayuran tergantung
dari jenisnya, apakah sayuran daun, buah umbi, biji, batang, dan sebagainya.
Akan tetapi pada umumnya tidak semua bagian sayuran dan buah-buahan dapat
dimakan. Untuk memperhitungkan jumlah bagian yang termakan dan terbuang
dari sayuran dan buah-buahan perlu diketahui jumlah bagian yang biasa
dimakan dari sayuran dan buah-buahan terebut. Hal ini penting diketahui dalam
perhitungan randemen hasil produksi hasil olahan sayur atau buah (Sugiyono,
1992).
Pada praktikum perhitungan Jumlah Bagian yang Dapat Dimakan (Edible
Portion) dari sayuran dan buah-buahan ini menggunakan berbagai macam
sayuran dan buah-buahan, antara lain : wortel, jeruk, jambu biji, apel, buncis,
mangga, kangkung, pir, mentimun, tomat, salak, kentang, pala, ceri, kedondong.
Masing-masing bahan dipisahkan bagian yang bisa dimakan dan yang tidak
kemudian ditimbang untuk mengetahui besarnya edible portion. Besarnya bagian
yang dapat dimakan (edible portion) pada praktikum ini dinyatakan dengan
persen rendement bahan pangan yang dapat dimakan, yaitu hasil pembagian
berat bahan yang dapat dimakan dengan berat bahan utuh atau keseluruhan
sebelum dikupas dikalikan seratus persen.
Pada pengamatan pertama kami mengamati buah salak. Buah khas
Indonesia ini memiliki jenis yang beragam mulai dari salak pondoh, salak
sumatera, salak bali, dan lain-lain.
Tabel 1. Pengamatan antara salak 1 dan salak 2
Bah Berat BD Ukur War Aro Bent Kekera p
an D( an na ma uk san H
pang %)
an
Kotor Ber Panj Leb Te Kulit Dagi
sih ang ar bal ng
Sala 57 gr 41 71, 6,42 4,8 3,9 Cok Puti Sal Lonj Keras 5
k1 gr 9% 8 7 lat h ak ong
Sala 71 gr 49 69, 5,90 4,8 4,7 Cok Puti Sal Bulat Keras 5
k2 gr 1% 8 0 lat h ak
Dari hasil tabel pengamatan terdapat perbedaan antara salak 1 dan salak
2. Pada salak 1 memiliki berat kotor 57 gr dan berat bersih 41 gr dengan BDD
71% ketika melakukan pengukuran salak 1 memiliki panjang, lebar, dan tebal
6,42 cm, 4,88 cm, dan 3,97 cm, dan berbentuk lonjong. Untuk salak 2 memiliki
berat kotor 71 gr dan berat bersih 49 gr dengan BDD 69,1%. Terdapatnya
perbedaan BDD yang cukup jauh antara salak 1 dan salak 2 yang ini disebabkan
terdapatnya perbedaan kebutuhan biologis yang terserap yang menyebabkan
ukuran menjadi kecil dan kerusakan kimia akibat pemakain pestisida berlebihan.
Dalam hal pengukuran salak 2 mempunyai panjang, lebar, dan tebal 5,90 cm,
4,88 cm, dan 4,70 cm dengan bentuk bulat.
Tidak hanya perbedaan yang terdapat, tetapi salak 1 dan salak 2 memiliki
persamaan. Hal yang telihat untuk persamaannya yaitu warna kulit yang
berwarna coklat dan daging yang putih serta derajat keasaman (pH) pada salak
1 dan salak 2 adalah 5.
Pada pengamatan berikutnya kami mengamati buah apel. Apel
merupakan buah yang memiliki kandungan vitamin, mineral, dan serat yang
cukup tinggi.
Tabel 2. Pengamatan antara apel besar dan apel kecil
Bah Be BDD Ukur Warna Aro Ben Keker P
an rat (%) an ma tuk asan H
pan
gan
Ko Ber Panj Le Te Kulit Dagin
tor sih ang bar bal g
Apel 26 257 98,4 8,25 7,1 7,6 Kunin Putih Har Nor 2 5
bes 1 gr % 6 5 g kekuni um mal
ar gr kemer ngan seg bes
ahan ar ar
Apel 18 186 98,1 7,43 7,0 6,2 Kunin Putih Har Nor 2 5
kecil 9 gr % 1 7 g kekuni um mal
gr kemer ngan seg keci
ahan ar l
Tabel diatas menunjukkan perbedaan sifat fisik apel besar dan apel kecil.
Apel besar memiliki berat kotor 261 gram dan berat bersihnya adalah 257 gram.
Apel besar memilki berat bersih yang dapat dimakan (%BDD) sebesar 98,4%
beserta kulitnya. Apel besar memiliki ukuran panjang 7,43 cm, lebar 7,16 cm dan
tebal 7,65 cm. Apel besar memiliki warna kulit kuning kemerahan dan daging
buahnya berwarna putih kekuningan serta beraroma harum segar. Dengan
bentuknya yang normal besar, buah apel besar memiliki tekstur yang keras dan
dengan pH 5.
Disamping apel besar yang menjadi objek pengamatan, apel kecil pun
diamati secara teliti sifat-sifat fisiknya. Apel kecil memiliki berat kotor 189 gram
dan berat bersih tanpa biji adalah 186 gram dengan berat bersih yang dapat
dikonsumsi sebesar 98,1%. Apel kecil memiliki ukuran panjang 7,43 cm, lebar
7,01 cm, dan tebalnya 6,27 cm. Apel dengan kulit yang berwarna kuning
kemerahan ini memiliki warna daging buah putih kekuningan, dengan aroma
yang harum dan segar. Apel yang berbentuk kecil normal ini, memiliki tekstur
yang keras dan memiliki pH 5.
Dari tabel diatas dapat diamati bahwa apel kedua apel yang dijadikan
objek pengamatan, yaitu apel besar dan apel kecil masih dalam kondisi yang
bagus. Hal ini terlihat dari tekstur kedua buah apel yang masih keras dan aroma
yang masih segar dan normal, serta bentuknyta yang masih normal. Hal yang
membedakan antara kedua apel hanyalah ukurannya. Apel memiliki berat bersih
yang dapat dikonsumsi (%BDD) yang tinggi, hal ini disebabkan apel dapat
dikonsumsi beserta kulitnya, sehingga bagian yang terbuang hanyalah bijinya.
Biji buah apel berukuran kecil dan hanya sedikit, sehingga tidak terlalu
mengurangi %BDD buah apel tersebut.
Bahan pangan berikutnya yang akan diamati sifat fisiknya adalah
buncis. Buncis merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak
dikonsumsi masyarakat untuk berbagai jenis masakan sayur. Buncis adalah
sayur yang kaya dengan protein dan vitamin ini membantu menurunkan tekanan
darah serta mengawal metabolisme gula dalam darah dan amat sesuai dimakan
oleh mereka yang mengidap penyakit diabetes atau hipertensi. Kandungan serat
dan enzim yang tinggi dapat membantu penurunan berat badan (Wikipedia
2009).
Tabel 3. Pengamatan buncis secara keseluruhan
Bah Ber BDD( Ukur War Aro Bent Kekera P
an at %) an na ma uk san H
pang
an
Kot Ber Panj Leb Te Kulit Dagi
or sih ang ar bal ng
Bun 48 46 93,8 0,9 0,7 1,4 Hija Hija Seg Nor 4 6
cis gr gr % u u ar mal
beni
ng
Tabel diatas menyajikan data hasil pengamatan terhadap salah satu jenis
sayuran yang biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia, yaitu buncis. Buncis
merupakan salah satu produk pertanian palawija. Buncis biasanya ditanam
diladang atau persawahan. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai buncis, tabel
diatas telah memaparkan beberapa sifat fisik buncis yang diamati. Tabel diatas
menunjukkan bahwa buncis yang diamati mempunyai berat kotor 49 gram dan
berat bersih 46 gram, dengan berat bersih yang dapat dimakan (%BDD) sebesar
93,8%. Buncis merupakan jenis sayuran yang berbentuk kecil memajang dan
agak pipih. Buncis yang diamati mempunyai panjang 0,9 cm, lebar 0,7 cm, dan
tingginya 14 cm. sayuran dengan kulit berwarna hijau ini, memiliki daging buah
yang berwarna hijau bening. Buncis yang diamati masih beraroma segar dengan
bentuk yang masih normal, meskipun teksturnya lunak. Bunci yang diamati
mempunyai pH 6, setelah di uji dengan kertas lakmus.
Dari tabel diatas terlihat bahwa buncis yang diamati merupakan buncis
yang masih bagus, hal ini terlihat dari warna kulit dan daging buahnya yang
masih hijau, serta aroma yang masih segar dan bentuknya yang juga normal.
Sedangkan tekstur yang lunak disebabkan oleh suhu yang tempat penyimpanan
yang terlalau panas, sehingga buncis menjadi lunak.
Pada pengamatan berikutnya kami mengambil acak 3 buncis untuk
diamati secara lebih rinci.
Tabel 4. Pengamatan antara buncis 1, buncis 2, dan buncis 3
Bahan B BD Uku War Aroma Bentuk Keker p
panga er D( ran na asan H
n at %)
Kotor Ber Panj Leb Te Kulit Dagi
sih ang ar bal ng
Buncis 3 3 gr 10 6,40 1,36 0,7 Hija Hijau Buncis Panjang Keras 6
1 gr 0% 7 u muda
mud
a
Buncis 3 3 gr 10 6,41 1,53 0,7 Hija Hijau Buncis Panjang Keras 6
2 gr 0% 0 u muda
mud
a
Buncis 5 4,5 90 7,52 1,40 1,0 Hija Hijau Buncis Panjang Keras 6
3 gr gr % 3 u muda
mud
a
Dari tabel hasil pengamatan tidak terdapat perbedaan yang mendasar
dari ketiga buncis. Hal ini berdasarkan pada warna yang hijau muda, aroma
buncis, bentuk panjang, kekerasan, dan pH 6. Tetapi terdapat pula perbedaan
pada berat, BDD, dan ukuran. Dalam hal BDD buncis 1 dan buncis 2 memiliki
BDD 100% sedangkan buncis 3 mempunai BDD 90%.
Buncis 1 dan buncis 2 ternyata memiliki ukuran yang lebih kecil
dibandingkan dengan buncis 3. Dengan rincian panjang, lebar, dan tebal pada
buncis 1 yaitu, 6,40 cm,1,36 cm,dan 0,77 cm. Sedangkan, pada buncis 3
memiliki panjang 7,52 cm, lebar 1,40 cm dan lebar, 1,36 cm.
Pada pengamatan berikutnya kami mengamati kentang. Kentang
merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki karbohidrat yang cukup
tinggi. Di eropa kentang digunakan sebagai bahan pangan utama karbohidrat.
1% Tebal 2 2
Tipis 2 2
2% Tebal 2 2
Tipis 2 2
Keterangan :
1. Sangat tidak suka 4. Suka
2. Tidak suka 5. Sangat suka
3. Biasa
1% Tebal 4 3
Tipis 4 3
2% Tebal 1 3
Tipis 2 3
Keterangan :
1. Sangat tidak suka 4. Suka
2. Tidak suka 5. Sangat suka
3. Biasa
Dari tabel di atas diamati perbedaan tekstur dan warna pada buah
belimbing dengan perlakuan blanching dan non blanching. Buah belimbing non
blanching ukuran tebal memiliki tekstur yang lebih keras jika dibandingkan
dengan belimbing blanching dengan ukuran yang sama. Sedangkan untuk
belimbing non blanching ukuran tipis mempunyai tekstur yang lebih lunak jika
dibandingkan dengan belimbing blanching dengan ukuran yang tipis juga. Untuk
belimbing non blanching yang direndam dalam air dengan konsentrasi kapur
sebesar 1% mempunyai tekstur yang keras untuk ukuran tebal maupun tipis. Hal
ini sangat berbeda dengan belimbing blanching yang juga direndam dalam air
dengan konsentrasi kapur sebesar 1%. Belimbing blanching yang direndam
dalam air rendaman dengan konsentrasi kapur sebesar 1% justru memiliki
tekstur yang lunak untuk ukuran buah tebal dan tipis. Untuk belimbing non
blanching yang direndam dalam air rendaman dengan konsentrasi kapur sebesar
2%, teksturnya mejadi sangat keras untuk ukuran buah tebal dan tipis.
Sedangkan untuk blanching yang direndam dalam dalam air rendaman dengan
konsantrasi kapur yang sama, yaitu 2%, mempunyai tekstur yang sangat keras
untuk ukuran buah tebal dan tekstrur yang keras untuk ukuran buah yang tipis.
Dari pembahasan tesebut terliahat, bahwa pada balinbing non blanching, tekstur
buah menjadi semakin keras seiring dengan bertambahnya konsentrasi kapur
dalam air rendaman.
Hal tersebut diakibatkan oleh sifat kapur dalam air rendaman yang
meningkatkan sifat ketegaran buah. Hal tersebut terjadi dikarenakan air kapur
akan berikatan dengan senyawa pectin dan menghasilkan senyawa kalsium
peksinat sehingga buah menjadi lebih keras dan tegar. Untuk belimbing non
blanching, ketegaran buah menjadi bertambah dan menjadi lebih keras ketika air
rendaman mengandung kapur dengan konsentrasi sebesar 2%, namun
ketegaran buah menjadi sangat berkurang dan buah menjadi sangat lunak ketika
buah direndam dalam air rendaman dengan konsentrasi kapur sebesar 1%.
Bahan pangan lainnya yang dijadikan objek pengamatan adalah buah
papaya blanching dan papaya non balanching.
1% Tebal 1 2
Tipis 2 2
2% Tebal 3 1
Tipis 2 1
Keterangan :
1. Sangat tidak suka 4. Suka
2. Tidak suka 5. Sangat suka
3. Biasa
Dari tabel diatas terlihat bahwa papaya blanching memiliki tekstur yang
lebih keras dibandingkan dengan papaya non blanching, papaya blancing yang
direndam dalam air kappur dengan konsentrasi 0%, meiliki tekstur yang lunak,
hal tersebut juga terjadi pada papaya non blanching yang direndam dalam air
dengan konsentrasi kapur 0% untuk papaya dengan ukuran tebal dan tipis.
Papaya balncing yang direndam dalam air dengankonsentrasi kapour 1%,
memiliki tekastur yang sangat keras untuk ukuran tebal dan tekstur yang keras
untuk ukuran tipis. Sedangkan utuk papaya non blanching memiliki tekstur yang
agak keras untuk untuk papaya ukuran tebal dan tekstur yang keras untuk
papaya ukuran tipis. Papaya blanching yang direndam dengan air dengan
konsentrasi kapur sebesar 2%, justru memiliki tekstur yang agak keras untuk
ukuran yang tebal dan tekstur yang keras untuk ukuran yang tipis. Sedangkan
uantuk papaya non balanching memiliki tekstur yang yang agak keras untuk
ukuran tebal dann tipis. Dari hal tersebut terlihat bahwa proses blanching, yaitu
merendan buah dalam air dengan suhu antara 85-930c dalam waktu 3-5 menit,
memberikan pengaruh terhadap ketegaran buah.
Buah yang diblanching terlebiih dahulu mempunyai tekstur yang lebih
tegar (keras) dibandingkan dengan papaya yang tidak mendapat perlakuan
blanching terlabih dahulu sebelum direndam dalam air kapur. Proses blanching
yang dilakukan menyebabkan enzim-enzim dalam buah menjadi tidak aktif dan
membuhuh bakteri yang terdapat pada buah sehingga buah tidak mudah rusak
dan menjadi lebih tegar. Papaya blanching yang direndam dengan air kapur
menjadi lebih tegar, hal tersebut dikarenakan air kapur akan berikatan dengan
senyawa pectin menghasilkan kalsium peksinat yang membuat buah menjadi
lebih tegar dan keras.
Dari tabel diatas juga terlihat perbedaan warna antara papaya blancing
yang direndam dam air kapur dengan papaya non blanching yang direndam
dalam air kapur. Papaya yang diblanching terlebih dahulu memiliki warna yang
lebih pudar. Hal ini terlihat pada papaya blanching yang direndam dalam air
dengan konsentrasi kapur sebesar 0% tidak mengalami perubahan warna untuk
ukuran tebal, namun warnanya memudar untuk papaya ukuran tipis. Sedangkan
untuk papaya tanpa perlakuan blanching tidak mengalami perubahan warna
(sesuai dengan warna asli) untuk papaya dengan ukuran tebal dan tipis. Untuk
papaya blanching dan non blanching yang direndam dalam air dengan
konentrasi kapur sebesar 1%, warna buah menjadi lebih cerah. Untuk papaya
blanching yang direndam dengan air dengan air kapur sebesar 2% tidak terjadi
perubahan warna ( sesuai dengan warna asli ) untuk ukuran tebal dan tipis.
Sedangkan papaya non blanching yang direndam dengan iar dengan konsentrasi
kapur sebesar 2% warnanya menjadi lebih cerah untuk ukuran tebal dan tipis.
Dari tabel tersebut terlihat bahw proses blanching juga berpengaruh terhadap
perubahan warna pada buah.
Papaya non blanching warnanya lebih cenderung memudar dibandingkan
dengan papaya blanching. Selain hal tersebut, faktor yang berpengaruh terhadap
perubahan warna tersebut adalah konsentrasi air kapur dalam air rendaman.
Untuk papaya dengan perlakuan blanching waran buah semakin sesuai dengan
warna aslinya ketika konsentrasi kapur dalam iar rendaman juga semakin
bertambah. Sedangkan untuk papaya non blanching, warna buah semakin
meudar seiring dengan bertambahnya konsentrasi kapur dalam air rendaman.
Bahan pangan lainnya yang dijadikan objek pengamatan adalah buah
nanas blanching dan nanas non balanching.
1% Tebal 1 1
Tipis 3 1
2% Tebal 2 1
Tipis 4 1
Keterangan :
1. Sangat tidak suka 4. Suka
2. Tidak suka 5. Sangat suka
3. Biasa
Tabel di atas menunjukkan perbedaan sifat fisik antar buah nanas yang
diblanching dan nanas non blanching. Buah nanas blanching yang direndam
dalam air rendaman dengan konsentrasi kapur sebesar 0% mempunyai tekstur
yang keras untuk potongan tebal dan tekstur yang agak keras untuk potongan
tipis. Hal tersebut berbeda dengan papaya non balanching yang direndam dalam
air rendaman dengan konsentrasi kapur yang sama. Untuk papaya non
balanching yang direndam dengan konsentrasi kapur sebesar 0% mempunyai
tekstur yang sangat keraas untuk potongan tebal dan tekstur yang lunak untuk
potongan tipis. Untuk nanas bblanching yang direndam dalam air rendaman
dengan konsentrasi kapur sebesar 1%, mempunyai tekstur yang keras untuk
potongan tebal dan tekstur yang agak keras untuk potongan tipis. Sedangkan
untuk belimbing non blanching yang direndam dalam air dengan jumlah
konsentrasi air kapur yang sama, mempunyai tekstur yang sangat keras untuk
potongan tebal dan tekstrur yang agak keras untuk potongan tipis. Untuk nanas
blanching yang direndam dengann air rendaman dengan konsentrasi kapur
dalam air rendaman sebesar 2% mempunyai tekstur yang agak keras untuk
potongan tebal dan tekstur yang lunak untuk potongan tipis. Hal tersebut
berbeda dengan nanas blanching yang direndam dalam air rendaman dengan
konsentrasi kapur yang sama. Pada nanas blanching, teksturnya menjadi keras
untuk potongan tebal dan teksturnya menjadi lunak pada nanas dengan
potongan kecil.
Dari pengamatan tersebut terdapat perbedaan dengan teori yang
berlaku, dimana proses blanching berfungsi untuk mengawetkan buah atau
sayur, tetapi berdasarkan pengamatan, buah nanas yang mendapat perlakuan
blanching justru mempunyai tekstur yang lebih lunak dibandingkan dengan
nanas tanpa perlakuan blanching. Selain hal tersebut, penyimpangan juga terjadi
dalam hal lain. Dimana air kapur berfungsi untuk menambah ketegaran buah,
namun berdasarkan pengamatan terlihat bahwa seiring bertambahnya
konsentrasi kapur dalam air rendaman, teksturnya justru menjadi semakin lunak.
Bahan pangan lainnya yang dijadikan objek pengamatan adalah buah
kedondong blanching dan kedondong non balanching.
Tabel. 18 Pengamatan ketegaran buah kedondong
Jenis buah Larutan kapur Ukuran Sifat fisik
buah/sayur
Kekerasan Warna
Kedondong 0% Tebal 2 1
(non-blanching)
Tipis 2 1
1% Tebal 1 4
Tipis 1 4
2% Tebal 2 4
Tipis 2 4
Kedondong 0% Tebal 4 4
(blanching)
Tipis 3 4
1% Tebal 4 5
Tipis 3 5
2% Tebal 4 4
Tipis 3 4
Keterangan :
Keterangan :
Keterangan :
Keterangan :
Keterangan :
Pada pecobaan pertama sifat fisik yang diamati adalah warna, aroma,
rasa, bentuk, ukuran, dan kekerasan biasanya dilakukan secara subyektif,
sedangkan berat diukur secara obyektif. Setelah melakukan pengamatan pada
setiap buah atau sayuran disimpulakan bahwa adanya penyimpangan seperti
pada buah pear ada terjadi pada warna dikarnakan kerusakan yang diakibatkan
mikrobiologi, perubahan bentuk pada mentimun ada yang kecil dan yang besar
mungkin dikarnakan kerusakan kimiawi yang diakibatkan penyemprotan pestisida
yang berlebihan atau kurang.
Percobaan kedua yaitu mengetahui sifat kimia dari buah dan sayuran,
seperti yang kita tahu bahwa sifat kimia buah dan sayuran biasanya dapat diukur
secara obyektif kuantitatif. Pada saat mengukur kadar pH pada setiap buah dan
sayuran terjadi perbedaan nilai pH setiap jenis buah dan sayuran. Seperti yang
kita tahu bahwa setiap perbedaan pH tersebut dikarnakan jenis bahan dan
tingkat kematangan.
Buah terdiri dari kulit, daging buah dan biji sedangkan sayuran
tergantung dari jenisnya, apakah sayuran daun, buah umbi, biji, batang, dan
sebagainya. Akan tetapi pada umumnya tidak semua bagian sayuran dan buah-
buahan dapat dimakan (Sugiyono,1992). Pada praktikum perhitungan Jumlah
Bagian yang Dapat Dimakan dari sayuran dan buah-buahan ini menggunakan
berbagai macam sayuran dan buah-buahan. Masing-masing bahan dipisahkan
bagian yang bisa dimakan dan yang tidak kemudian ditimbang untuk mengetahui
besarnya edible portion. Besarnya bagian yang dapat dimakanpada praktikum ini
dinyatakan dengan persen rendement bahan pangan yang dapat dimakan, yaitu
hasil pembagian berat bahan yang dapat dimakan dengan berat bahan utuh atau
keseluruhan sebelum dikupas dikalikan seratus persen. Setelah dilakukan
penghitungan pada masing-masing buah dan sayuran terjadi perbedaan antara
jenis yang satu dengan yang lain karena sebagian buah itu ada yang dapat
dimakan semua seperti tomat, ada juga yang kulitnya dikupas seperti jeruk, dan
ada juga yang bijinya dibuang seperti jambu biji.
Pada percobaan keempat membedakan perlakuan konsentrasi gula dan
perlakuan blanching. Terjadi perbedaan diantara keduanya yaitu pada ketahanan
suatu buah dan ketegaran buah, dimana buah yang diblanching lebih awet
dibanding dengan dengan gula begitu juga dengan tingkat kekerasan buah yang
lebih keras buah yang diblanching daripada buah yang menggunakan gula.
Dari pengamatan percobaan kelima terdapat perbedaan dengan teori
yang berlaku, dimana proses blanching berfungsi untuk mengawetkan buah atau
sayur, tetapi berdasarkan pengamatan, buah nanas yang mendapat perlakuan
blanching justru mempunyai tekstur yang lebih lunak dibandingkan dengan
nanas tanpa perlakuan blanching. Selain hal tersebut, penyimpangan juga terjadi
dalam hal lain. Dimana air kapur berfungsi untuk menambah ketegaran buah,
namun berdasarkan pengamatan terlihat bahwa seiring bertambahnya
konsentrasi kapur dalam air rendaman, teksturnya justru menjadi semakin lunak.
Saran
Pada saat sebelum membeli atau mengonsumsi suatu bahan makanan
sebaiknya diperhatikan keadaan fisik suatu jenis makanan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Broto Wisnu, dkk. 1994. Budidaya dan Pasca Panen Mangga . Bogor: Pusat
Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Buckle K A, dkk. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: UI Perss.
Junaidi. 2008. Pengamatan Sifat Fisik dan Kimia Buah dan Sayur.
http//google.com.pengamatan sifat fisik buah dan sayur. (15 September
2009)
Pantastico ER B. 1986. Fisiologi Pasca Panen. Jogjakarta: UGM Press.
Sumoprastowo R M. 2000. Memilih dan Menyimpan Sayur Mayur, Buah-
Buahan, dan Bahan Makanan. Jakarta: PT. Bumi Aksar
LAMPIRAN
1% Tebal 2 2
Tipis 2 2
2% Tebal 2 2
Tipis 2 2
UJI HEDONIK
Keterangan :
7. Sangat tidak suka 4. Suka
8. Tidak suka 5. Sangat suka
9. Biasa
KELOMPOK 5D
KETEGARAN BUAH
1% Tebal 4 5
Tipis 3 5
2% Tebal 4 4
Tipis 3 4
UJI HEDONIK
Keterangan :
4. Sangat tidak suka 4. Suka
5. Tidak suka 5. Sangat suka
6. Biasa
KELOMPOK 3D
KETEGARAN BUAH
1% Tebal 1 2
Tipis 2 2
2% Tebal 3 1
Tipis 2 1
UJI HEDONIK
Keterangan :
1. Sangat tidak suka 4. Suka
2. Tidak suka 5. Sangat suka
3. Biasa
KELOMPOK 2D
KETEGARAN BUAH
1% Tebal 4 3
Tipis 4 3
2% Tebal 1 3
Tipis 2 3
UJI HEDONIK
KELOMPOK 1D
KETEGARAN BUAH
1% Tebal 1 1
Tipis 3 1
2% Tebal 2 1
Tipis 4 1
UJI HEDONIK
Keterangan :
4. Sangat tidak suka 4. Suka
5. Tidak suka 5. Sangat suka
6. Biasa
x 100% = 87, 8%
Wortel kurang baik
x 100% = 83,3%
Jeruk baik
x 100% = 83.3%
x 100% = 84,9%
x 100% = 77,7%
x 100% = 75,1%
x 100% = 98,4%
Apel kecil
x 100% = 98,1%
Buncis
x 100% = 93,8%
x 100% = 81, 5%
x 100% = 57,5%
Kangkung
x 100% = 57,8%
x 100% = 91,7%
Mentimun baik
x 100% = 90,2%
x 100% = 98,5%
Tomat besar
x 100% = 100%
Tomat sedang
x 100% = 100%
Tomat kecil
x 100% = 100%
x 100% = 71,9%
x 100% = 69,1 %
Buncis 1
x 100% = 100%
Buncis 2
x 100% = 100%
Buncis 3
x 100% = 90%
Kentang 1
x 100% = 93,3%
Kentang 2
x 100% = 100%