Anda di halaman 1dari 4

D.

Intervensi dan Rencana Keperawatan Rasional

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rencana


Hasil Keperawatan
Rasional
1. hipovolemia Tujuan :Setelah
berhubungan dilakukan tindakan
dengan keperawatan selama
perdarahan intra 1x15 menit,……….
abdomen

Kriteria Hasil :

2. Nyeri L.08066 Tingkat Manajemen Nyeri


akut berhubunga Nyeri I.08238
n adanya trauma Tujuan : setelah Observasi Observasi
abdomen atau dilakukan tindakan - Identifikasi - Mengetahui
luka tembus keperawatan selama lokasi, penyebab
abdomen 1 x 10 Tingkat karakterististik, kemarahan
nyeri menurun durasi, kualitas,
dengan Kriteria hasil frekuensi, skala
: nyeri
 Keluhan Terapeutik Terapeutik
nyeri - Berikan teknik - Membuat
menurun nonfarmakologis ketenangan dan
 Meringis untuk pengalihan rasa
menurun mengurangi rasa nyeri
 Gelisah nyeri - Memudahkan
menurun - Fasilitasi tidur dan berikan
 Kesulitan istirahat dan suasana tenang
tidur tidur Edukasi
menurun Edukasi - membantu
 Ketegangan - Ajarkan teknik pengalihan rasa
otot menurun nonfarmakologis nyeri
 Frekuensi untuk
Kolaborasi
nadi mengurangi rasa
- Membantu
membaik nyeri
mengurangi rasa
 Tekanan Kolaborasi
nyeri
darah - Kolaborasi
membaik pemberian
analgenik , jika
perlu

3. Resiko infeksi
dibuktikan
dengan
ketidakadekuatan
tubuh primer :
kerusakan
integritas kulit

E. Catatan Perawatan dan perkembangan

No Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf dan


dan jam nama
jelas
1. Hypovolemia a. Kaji tanda-tanda Subjektif : - Kelompok
berhubungan vital Objektif : I
dengan intra - Turgor elastis
abdomen. b. Pantau cairan - Konjungtiva
parenteral anemis
dengan - TD : 120/70
elektrolit, mmHg
antibiotik dan - Nadi :
vitamin 72x/menit
- Hb : 9,5 g/dl
c. Kaji tetesan
infuse Analisa :
Masalah teratasi
d. Kolaborasi : sebagian
berikan cairan
parenteral sesuai Perencanaan :
indikasi. Lanjutkan intervensi

e. Kolaborasi
tranfusi darah

f. Kolaborasi
pendarahan
2. Nyeri akut a. Mengkaji Subjektif : Kelompok
berhubungan tingkat nyeri Klien mengatakan I
dengan adanya nyeri sedikit berkurang
trauma abdomen b. Memberi injeksi Objektif :
atau luka tembus ketorolac 2ml Klien masih gelisah,
abdomen. klien masih tampak
c. Mengajarkan merintih kesakitan
nafas dalam bila Analisa :
nyeri timbul Masalah teratasi
sebagian
Perencanaan :
Lanjutkan intervensi

3. Resiko infeksi a. Memasang Subjektif : - Kelompok


dibuktikan kateter Objektif : I
dengan a. Urine jernih
ketidakadekuatan b. Memasang NGT tidak ada
tubuh primer : pendarahan.
kerusakan c. Mengambil b. Volume urine
integritas kulit sample darah 200cc
c. Keluaran NGT
d. Memasang trail cairan bersih
tempat tidur d. Hb :9,5 g/dl
Analisa :
e. Memonitor Masalah teratasi
NGT sebagian
Perencanaan :
f. Memberikan Lanjutkan intervensi
injeksi
cefotaxim 1gr

KESIMPULAN :

Trauma abdomen merupakan salah satu dari sekian banyak kasus kegawat daruratan.
Trauma abdomen dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak
disengaja, bahkan luka pada isi rongga dengan atau tanpa tembusnya dinding perut . dan
menyebabkan perubahan fisiologis sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imunologi,
bahkan gangguan faal berbagai organ lainnya. Sehingga, penatalaksanaannya lebih bersifat
kedaruratan.

Bila terjadi pendarahan intra abdomen yang serius pasien akan memperlihatkan tanda-
tanda iritasi yang disertai penurunan sel darah merah dan akhirnya didapatkan gambaran klasik
syok hemoragik. Bila suatu organ visceral mengalami perforasi, maka tanda-tanda perforasi,
tanda-tanda iritasi peritoneum cepat tampak. Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut
meliputi nyeri tekan, nyeri spontan, nyeri lepas, dan distensi abdomen tanpa bising usus bila
telah terjadi peritonitis umum.

Bila syok berlanjut, pasien akan mengalami takikardi, peningkatan subu tubuh, dan
leukositosis. Biasanya tanda-tanda peritonitis belum tampak. Pada fase awal perforasi kecil
hanya tanda-tanda tidak khas yang muncul. Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk kerongga
abdomen, maka operasi harus dilakukan (Sjamsuhidajat, 1997).
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah pengelolaan primary survery yang cepat
dan kemudian resusitasi, secondary surve dan akhirnya terapi definitive. Proses ini merupakan
ABCnya trauma dan berusaha untuk mengenali keadaan yang mengancam nyawa terlebih
dahulu, dengan berpatokan pada urutan berikut :

A : Airway, menjaga airway dengan kontrol servikal (cervical spine control)

B: Breathing, menjaga pernafasan dengan ventilasi control (ventilation control)

C: Circulation dengan control pendarahan (bleeding control)

D: Disability : status neurologis (tingkat kesadaran/GCS, Responsi Pupil)

E: Exposure/environmental control : buka baju penderita tetapi cegah hipotermis

Tindakan keperawatan dengan kolaborasi dalam pemasangan central venous pressure


(CVP) untuk melihat status hidrasi klien. Pemberian antibiotik, analgesic, dan tindakan
pemeriksaan yang diperlukan untuk mendukung diagnosa, seperti: laboratorium (AGD,
hematology, PT, APTT, hitung jenis leukosit,,dll), pemeriksaan radiologi, dan bila perlu
kolaborasikan setelah pasti untuk tindakan operasi laparatomi eksplorasi

Anda mungkin juga menyukai