Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN INFEKSI MATERNAL : PENYAKIT MENULAR


SEKSUAL DAN INFEKSI TOURCH

OLEH

YOHANES VALERIANUS JIMMY (2120014)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan limpaha rahmatNya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat
pada waktunya yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Infeksi Maternal : Penyakit Menular Seksual Dan Infeksi Tourch“. Dalam
penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi dan penyusun
boleh menyelesaikan makalah dengan tepat waktu. Olehnya itu, kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan
yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
sistematika penulisan maupun isi dari makalah. Oleh karena itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga dalam penyusunan
makalah selanjutnya kami boleh memperbaiki kesalahan sebelumnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian terutama bagi mahasiswa (i) STIK Stella Maris.

Makassar, 12 Maret 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................5
C. Tujuan.......................................................................................................5

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis Gonera


1. Definisi..........................................................................................6
2. Etiologi.........................................................................................6
3. Patofisiologi..................................................................................7
4. Penatalaksanaan............................................................................8
5. Manajemen Keperawatan..............................................................9
B. Konsep Medis Cytomegalovirus (CMV)
1. Definisi.........................................................................................10
2. Etiologi........................................................................................10
3. Patofisiologi.................................................................................11
4. Penatalaksanaan...........................................................................12
5. Manajemen Keperawatan.............................................................13
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian...................................................................................14
2. Diagnosa Keperawatan................................................................17
3. Intervensi Keperawatan...............................................................18

iii
D. Aspek Etik Dan Legal Dalam Asuhan Keperawatan Yang Berhubungan
Dengan Masalah Infeksi Maternal
1. Seks Di luar Nikah.......................................................................25
E. Strategi Dan Peran Perawat Dalam Menyelesaikan Masalah Berkaitan
Dengan Infeksi Maternal
1. Startegi Dalam Menyelesaikan....................................................26
2. Peran Perawat..............................................................................27

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...............................................................................................27

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi maternal merupakan suatu infeksi yang terjadi pada ibu
hamil, Infeksi tersebut bisa didapat dalam rahim atau selama proses
kelahiran yang merupakan penyebab signifikan kematian ibu, kematian
janin dan neonatal dan kontributor penting untuk anak usia dini dan nanti
morbiditas. Maka perlu dipahami mengenai infeksi maternal agar dapat
mencegah kematian ibu dan janinnya. Infeksi maternal tersebut dapat
berupa penyakit menular seksual dan infeksi TORCH. Penyakit menular
seksual merupakan penyakit yang berhubungan dengan organ seksual
manusia atau yang cara penularannya melalui hubungan seksual sedangkan
infeksi TORCH merupakan gambaran dari empat jenis infeksi yang berasal
dari virus dan parasit TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus
and Herpes Simplex Virus).
Faktor resiko penyebab penyakit menular seksual pada ibu hamil
yaitu memiliki pasangan lebih dari satu, istri pernah melakukan hubungan
seks diluar nikah, suami pernah melakukan hubungan seks diluar nikah
baik secara vaginal, anal dan oral dan memiliki riwayat minum alkohol
atau obat- obatan (Agustini & Arsani, 2013; Rahayu et al., 2019). Dan
faktor resiko TORCH pada ibu hamil sebabkan oleh, resiko pemeliharaan
kucing, konsumsi daging setengah matang, konsumsi sayur-sayuran dan
buah- buahan mentah yang tidak dicuci, konsumsi susu yang tidak di
pasteurisasi, tidak mencuci tangan sebelum makan setelah melakukan
aktivitas seperti berkebun, orang yang melakukan transfusi darah atau
transplantasi organ serta kebersihan diri yang kurang (Wynn, Adriane
PhD,Dkk. 2020)
Penyakit menular seksual pada ibu hamil yang di sebabkan infeksi
klamidia dapat menyebabkan ketuban pecah dini, persalinan premature,
endometritis pasca partum dan efek pada janin menyebabkan berat badan
lahir rendah. Infeksi gonore dapat menyebabkan keguguran, persalinan

1
2

premature, ketuban pecah dini, sindrom infeksi ketuban, koroiamnionitis,


dan endometritis pascapartum dan efek pada janin adalah kelahiran
premature dan IUGR. Infeksi Sreptokokus grup B dapat menyebabkan
infeksi saluran kemih, korioamnionitis, endometritis pascpartu,, sepsis, dan
efek pada janin kelahiran premature. Herpes Simplex virus dapat
menyebabkan infeksi intrauterine dan efek pada janin infeksi kongenitak
frare. Human papillomavirus dapat menyebabkan pendarahan berlebihan
akibat lesi setelah trauma lahir dan sipilis akan menyebakan keguguran dan
kelahiran premature dan efek pada janin UGR, kelahiran mati, dan infeksi
bawaan.. Penyakit menular seksual terdapat beberapa jenis yang dapat
diklasifikan menurut agent penyebabnya yakni golongan bakteri, yakni
Neisseria gonorrhoe, Treponema pallidum, dan Chlamydia trachomatis.
Golongan protozoa, yakni Trichomonas vaginalis, Entamoeba histolytia,
dan Giardia lambia. Golongan virus, yakni Human Immunodeficiency
Virus, Herpes Simplex Virus tipe 1 dan 2, dan Human Papiloma Golongan
jamur, yakni Candida albicans, dan Golongan parasit, yakni Pthtirus
pubis, Sarcoptes Scabieli (Masriadi, 2017),. Infeksi TORCH dapat
mengancam ibu sehingga dapat mengalami keguguran bahkan kematian.
Selain itu, bahaya juga mengancam janin yang dalam kandungan seperti
menyebabkan kelainan pertumbuhan pada bayinya, yaitu cacat fisik dan
mental yang beraneka ragam.
Pada infeksi toksoplasma disebabkan oleh parasit protozoa
intraseluler oblIgAt Toxoplasma gondii dampaknya bagi ibu hamil adalah
terjadinya abortus, lahir mati, dan kelainan kongenital. Infeksi pada
trimester pertama dapat menyebabkan aborsi spontan,bayi lahir mati atau
menyebabkan penyakit mudah dikenali pada neonates sementara infeksi
yang didapat pada akhir masa kehamilan biasanya asimptomatik pada
neonates dan mungkin tidak dapat dikenali. (Abdullah Bin Hamdan,
2014). Menyangkut Hepaptis A dan B yang disebabkan oleh virus
Hepaptitis A dan B dapat menyebabkan pada ibu hamil gagal hati, demam
ringan, malase, nafsu makan buruk, sirosis dan karsinoma hepatoseluler.
Menyangkut
3

infeksi rubella yang disebabkan oleh virus rubella. Jika infeksi virus
rubella terjadi pada ibu hamil dapat menyebakan ruam, demam, kelenjar
getah bening postaurikular menjadi bengkak. Dan pada janin dapat
menyebabkan Congenital Rubella Syndrome yaitu tuli, globulim,
gangguan pendengaran, cacat mata, cacat sistem saraf pusat dan cacat
jantung. (Julia Fitriany1,Yulia Husna, 2018)
Virus serupa yang harus diwaspadai oleh ibu hamil adalah CMV
(cytomegalovirus) yang termasuk golongan virus keluarga herpes.
Pengaruhnya terhadap kehamilan adalah kelainan kongenital dalam bentuk
(hidrosefalus, mikrosefali, mikroftalmia) atau infeksi yang bersifat kronis
(ensefalitis, kelainan darah) . Dan virus berikutnya yaitu Herpes simplex
dampak pada ibu hamil yaitu infeksi primer dengan lepuh yang
menyakitkan, kelenjar getah bening inguinal yang lunak, demam dan
meniningitis. Serta dampak pada janin yaitu terjadi infeksi kongenital
namun jarang terjadi dan biasanya terjadi dengan infeksi ibu (Maulana,
2009).
Menurut World Healt Organisation (WHO) lebih dari 1 juta PMS
didapat setiap hari. Pada 2016, memperkirakan 376 juta infeksi baru
dengan 1 dari 4 PMS: klamidia (127 juta), gonore (87 juta), sifilis (6,3
juta) dan trikomoniasis (156 juta). Lebih dari 500 juta orang hidup dengan
infeksiHSV genital (herpes), dan 240 juta orang hidup dengan hepatitis B
kronis secara global. Menurut WHO, gonore merupakan satu dari tiga
penyakit (gonore, sifilis, dan HPV) utama dalam strategi sector kesehatan
global karena membutuhkan pertolongan langsung dan bisa terobati serta
menjadi penyakit kelamin dengan kasus paling banyak terjadi. Dan sekitar
1% atau lebih peserta perawatan antenatal di 38 dari 78 negara pelaporan
dinyatakan positif sifilis. Di 78 negara pelaporan ini, rata-rata 3,2%
(kisaran 1,1% sampai 10,9%) peserta perawatan antenatal dinyatakan
positif sifilis. Sifilis dalam kehamilan adalah penyebab utama kedua lahir
mati secara global. Kejadian IMS di Indonesia cenderung meningkat
secara keseluruhan (Gonore, Sifilis) tercatat pada tahun 2011 sebanyak
11.280 dari jumlah
4

tersebut kasus ghonorrhea sebanyak 5.131 (45,4%) kasus, sifilis sebanyak


4725 (41,8%) kasus, dan pada tahun 2012 meningkat sebanyak 13.043
kasus
yang terdistribusi sebanyak 6003 (46,0%) kasus gonorrhea, 5216 (40,0%)
kasus sifilis (Kemenkes RI, 2010).
Diperkirakan bahwa 30-50 % populasi manusia di dunia telah
terinfeksi oleh penyakit TORCH. Diberbagai Negara penyakit TORCH
terdapat 0,25-7% dari 1000 kelahiran hidup. Menurut data WHO (Word
Health Organisation), diketahui sekitar 300 juta orang (0,8%) menderita
Toxoplasmosis dan Pada negara maju, kasus infeksi cytomegalovirus
ditemukan kurang dari 50% kasus seropositive pada wanita usia
reproduksi. Berbeda pada negara berkembang dimana kasus seropositive
infeksi cytomegalovirus ditemukan sebanyak 50-85% pada populasi
wanita usia reproduksi, wanita hamil, dan wanita menyusui. Berdasarkan
faktor geografis, infeksi cytomegalovirus didapatkan tinggi pada Amerika
Selatan, Afrika, dan Asia, namun pada daerah Eropa Barat dan Amerika
Serikat infeksi CMV didapatkan rendah. Di Indonesia prevalensi kejadian
infeksi TORCH pada kehamilan cukup tinggi yaitu berkisar antara 5,5%-
84%. Berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan di Indonesia
sebanyak 67% wanita dengan kasus infertilitas diketahui 10,3%
Toxsoplasma, 13,8% positif Rubella, 13,8% positif CMV dan 11.3%
herpes simplex virus (HSV) tipe 2 pada tahun 2012 diperkirakan ada 417
juta orang dengan rentang usia antara 15-49 tahun.
5

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman konsep, manajemen keperawatan, askep etik legal dan
strategi dan pera perawat pada masalah gonore?
2. Bagaiman konsep, manajemen keperawatan, askep etik legal dan
strategi dan pera perawat pada masalah Cytomegalovirus (CMV)?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep, manajemen keperawatan, askep etik legal
dan strategi dan pera perawat pada masalah gonore
2. Untuk mengetahui konsep, manajemen keperawatan, askep etik legal
dan strategi dan pera perawat pada masalah Cytomegalovirus (CMV)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis Gonore


1. Definisi
Gonore merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae. (Daili S.F & Zubier F, 2017 dalam Ridwan, 2012)
Gonore adalah penyakit menular seksual yang paling sering
ditemukan, dimasyarakat penyakit gonore lebih dikenal sebagai penyakit
kencing nanah atau GO (Sari, Muslim, dan Ulfah,2012)
Tanda dan gejala gonore pada ibu hamil yang bisa dilihat yaitu
adanya disuria, uretritis, servisitis, fluor albus seperti nanah encer hijau,
dan kadang- kadang bartholinitis akut atau vulvokolpitis (Agustini &
Arsani, 2013).

2. Etiologi
Penyebab gonore adalah Neisseria gonorrhoeae yang ditemukan
oleh Albert Ludwig Siegmud. Neisseria gonorrhoeae merupakan bakteri
gram negative dengan morfologi berbentuk coccus yang termasuk
golongan diplokok, bersifat tahan asam, berbentuk biji kopi berukuran
lebar 0,8 µm. masa inkubasi (waktu sebelum terjadi gejala) berkisar antara
3-5 hari. Neisseria gonorrhoeae tidak dapat bergerak,dan tidak
membentuk spora, Suhi 35oC – 37oC dan pH 7,2-7,6 merupakan kondisi
optimal untuk bakteri Neisseria gonorrhoeae tumbuh (Freedberg I.M et all.
2006)
6
3. Patofisiologi
Bakteri Neisseria gonorrhoeae dapat ditularkan melalui kontak
seksual atau melalui penularan ventrikel pada saat melahirkan. Bakteri ini
terutama mengenai epitel kolumnar dan epitel kuboidal manusia. (Afriana
N, 2012).
Bakteri Neisseria gonorrhoeae menginfeksi permukaan selaput
lendir yang dapat ditemukan di uretra, endoserviks dan anus. k (Afriana N,
2012).
Gonorrhoea yang menyerang membran selaput lendir dari saluran
genitourinaria, mata, rektum, dan tenggorokan menghasilkan eksudat akut
yang mengarah ke infeksi jaringan lalu hal ini diikuti dengan inflamasi
kronis dan fibrosis. Pada wanita, infeksi primer terjadi di indoserviks dan
menyebar ke uretra dan vagina serta meningkatkan sekresi cairan
mikropurulen. Hal ini dapat berkembang ke tuba uterine, dan
menyebabkan salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba (Afriana N, 2012).
Bakterimia pada infeksi gonorrhea mengarah pada infeksi kulit
(terutama pembentukan papula dan pustula yang hemorrages) yang
terdapat pada tangan, lengan, kaki, dan tenosynovitis dan arthritis
bernanah yang biasanya terjadi pada lutut, pergelangan kaki dan tangan.
Endokarditis yang disebabkan oleh gonokokus kadang dapat menginfeksi
lapisan meningeal otak yang dapat menyebabkan meningitis dan dapat
menginfeksi mata khususnya konjungtiva mata (Afriana N, 2012).
Bakteri gonokokus yang menyebabkan infeksi lokal sering peka
terhadap serum tetapi bakteri ini relatif resisten terhadap obat anti
mikroba. Akan tetapi terjadi hal sebaliknya ketika gonokokus menginfeksi
sampai ke dalam aliran darah dan menyebabkan infeksi yang menyebar
biasanya resisten terhadap serum tetapi peka terhadap penisilin dan obat
antimikroba lainnya serta berasal dari auksotipe yang memerlukan arginin,
hipoxantin, dan urasil untuk pertumbuhannya (Afriana N, 2012)

7
8

4. Penatalaksanaan Medisnya
Berdasarkan rekomendasi dari Centers For Disease Control (CDC)
untuk pengobatan gonore dengan pemberian cefriakson 250 mg dosis
tunggal secara intramuscular dan cefiksim 400 mg dosis tunggal secara
oral sebagai regimen alternative apabila terapi dengan cefriakson gagal.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Repbulik Indonesia No
5 Tahun 2014 Penatalaksanaan gonore adalah sebagai berikut :
a. Memberitahu pasien untuk tidak melakukan kontak seksual hingga
dinyatakan sembuh dan menjaga kebersihan genital
b. Pemberian farmakologi dengan antibiotik : Tiamfenikol, 3,5 gr per oral
(P.O) dosis tunggal, atau Ofloksasin 400 mg (P.O) dosis tunggal, atau
Kanamisin 2 gram intramuscular (L.M) dosis tunggal atau
Spektinomisin 2 gram intramuscular (L.M) dosis tunggal.
Catatan : Tiamfenikol, Ofoksasin, Dan Siprofloksasin merupakan
kontraindikasi pada kehamilan dan tidak dianjurkan pada anak dan
dewasa muda. (Daili S.F&Nilasari H, 2017 dalam Catherine, 2018)

Wanita Yang Wanita Yang


Wanita
Tidak Hamil (13- Tidak Hamil Menyusui
Hamil
17) (>18)
Rekomendasi : Rekomendas Rekomendas Rekomendas
cefriaxone 125 i: i: i:
mg IM sekali, cefriaxone cefriaxone cefriaxone
(remaja dengan
125 mg IM 125 mg IM 125 mg IM
berat badan> 45
kg dapat diobati sekali,atau sekali. sekali.
yang
Cefixime
direkomendasika
n untuk orang 400 mg per
dewasa)
oral sehari
Pengobatan Pengobatan Pengobatan Pengobatan
untuk infeksi untuk infeksi untuk infeksi untuk infeksi
chamydia itu chamydia itu chamydia itu chamydia itu
tidak menutup tidak tidak tidak
kemungkinan menutup menutup menutup
9

kemungkina kemungkina kemungkina


n n n

Tabel 01. Obat terapi

5. Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota
staf keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan.
(Gillies, 1999). Manajemen keperawatan di bagi menjadi (Utami Ngesti w,
2016) :
a. Manajemen Layanan/ operasional
Pelayanan keeprawatan dirumah sakit dikelola oleh bidang
perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan dan setiap tingkatan
dipimpin oleh seseorang yang mempunyai kompetensi yang
relevan.
b. Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan adalah suatu proses
keperawatan yang menggunakan konsep-konsep manajemen
didalamnya seperti : perecanaan, pengoorganisaan, implementasi,
pengendahuluan dan evaluasi. Manajemen asuhan keperawatan ini
menenkankan, pada penggunaan proses keperawatan dan hal yang
melekat pada diri seorang perawat.
Proses keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yang
menekankan pada pengambilan keputusan tentang keterlibatan
perawat sesuai yang dibutuhkan pasien. Proses keeprawatan terdiri
dari 5 tahapan yaitu : pengkajian, penentuan diagnose keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi.
10

B. Konsep Medis Cytomegalovirus (CMV)


1. Definisi
Cytomegalovirus atau CMV adalah kelompok virus dapat
menginfeksi manusia dan menimbulkan penyakit. Cytomegalovirus
disebabkan oleh infeksi cytomegalovirus yang dapat menyebar dengan
mudah melalui cairan tubuh. (Alford 2010 dalam Bustan, 2016).
Pada umunya infeksi cytomegalovirus tidak menimbulkan gejala
pada ibu hamil, bila menimbulkan gejala, gejalanya tidak spesifik seperti
flu dan sakit tenggorokan. (Esty,2010) Gejala klinis infeksi
cytomegalovirus yang bisa muncul pada ibu hamil seperti mononucleosis,
demam, pharyngitis, polyarthritis, limfadenopati (Manuaba,2007).
Pengaruhnya terhadap kehamilan adalah kelainan kongenital dalam bentuk
(hidrosefalus, mikrosefali, mikroftalmia) atau infeksi yang bersifat kronis
(ensefalitis, kelainan darah) (Agustini & Arsani, 2013)

2. Etiologi

Etiologi berdasarkan dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Kongenital
Terdapat di dalam rahim melalui plasenta . Kira-kira 40% bayi
yang lahir dari wanita yang menderita cytomegalovirus kehamilan juga
akan terinfeksi cytomegalovirus. Bentuk paling berat dari infeksi ini
adalah penyakit inklisi sitomegalik.
b. Akut
Didapat selama atau setelah kelahiran sampai dewasa. Gejala mirip
dengan mononucleosisn (demam, faringitis, splenomegali, ruam
petekia, gejala pernapasan). Infeksi bukan tanpa seksual. Terutama pada
anak- anak yang masih kecil.
11

c. Penyakit sistemik

Pemyakit sistemik umum, terjadi pada individu yang menderita


Imunosuresi, terutama jika telah menjalani transplantasi organ. Gejala-
gejala termasuk pneumonitis, hepatitis, dan leukopenia, yang kadang-
kadang fatal. Infeksi tidak menghasilkan kekebalan tubuh dan dapat
menyebabkan reaktif virus (Pratama, 2018)

3. Patofisiologi

Cytomegalovirus merupakan virus DNA famili Herpesviridae yang


mampu bertahan (masa latensi) dalam waktu yang lama di dalam host dan
kemudian dapat teraktivasi kembali. Virus ini di transmisi secara
horizontal (dari satu orang ke orang yang lain) maupun vertikal (dari ibu ke
janin). Cytomegalovirus ditransmisikan secara horizontal terjadi melalui
cairan tubuh dan membutuhkan kontak yang dekat dengan cairan tubuh
yang telah terkontaminasi cytomegalovirus dan secara vertical terjadi
melalui ibu ke janin. cytomegalovirus dapat ditemukan di dalam darah,
urin, cairan semen, sekret serviks, saliva, air susu ibu, dan organ yang
ditransplantasi. Transmisi cytomegalovirus terjadi secara vertikal melalui
cara sebagai berikut : .In utero: melalui jalur transplasenta dengan viremia
cytomegalovirus dalam sirkulasi maternal, Intrapartum: paparan janin
terhadap sekret serviks dan vagina yang mengandung cytomegalovirus saat
proses persalinan, Postnatal: ingesti air susu ibu yang mengandung
cytomegalovirus atau melalui transfusi darah yang terkontaminasi
cytomegalovirus. Sebagian besar infeksi cytomegalovirus pada ibu hamil
tidak memberikan gejala. (Pratama, 2018)
Pada kebanyakan ibu hamil, cytomegalovirus dapat ditemukan
dalam secret serviks dan urin selama kehamilan. (Azhali, 2009 dalam
Pratama, 2018).
12

Cytomegalovirus dapat menyerang susunan saraf pusat, mata,


sistem hematopoetik, ginjal, kelenjar endokrin, saluran cerna, paru dan
plasenta. Ukuran sel organ yang diserang akan menjadi bertambah besar
dan inti yang juga membesar, bulat, oval atau berbentuk ginjal. Infeksi
pada SSP dapat menimbulkan kalsifikasi pada otak. Virus kadang-kadang
dapat diisolasi dari cairan serebrospinal. Dan menimbulkan kelainan pada
mata seperti korioretinitis, neuritis optic, katarak, koloboma dan
mikroftalmia. Secara klinis dapat menimbulkan pembesaran hati dengan
kadar bilirubin direk dan transaminase serum yang meninggi. Tidak ada
bukti yang menyatakan bahwa lesi patologis hati akan berkembang
menjadi sirosis hati. Pada ginjal, tidak terjadi perubahan makroskopisk
tetapi secara mikroskopik, inclusion dapat terlihat pada tubulus distal,
collecting ducts, dan kadang-kadang pada kapsula bowman dan tubulus
proksimal. Infeksi cytomegalovirus dapat mengenai kelenjar tiroid,
kelenjar adrenal, pankreas dan hipofise bagian depan. Kelainan pada darah
sistem hematopoetik yang dijumpai pada trombositopenia dan anemia
(Azhali, 2009 dalam Bustan, 2016).

4. Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian antivirus
Menurut Rosita, 2019 Pemberian anti virus yaitu :
1. Gancivlovir (Cytovene)
Gancivlovir adalah sintesis guanine turunan nukleosida
analog aktif sebagai antivirus yang digunakan sebagai
pengobatan infeksi cytomegalovirus yang mampu menghambat
replikasi dari cytomegalovirus. Efek samping dari pengunaan
obat ini berupa mual, pusing, anemia, gatal-gatal, dan mati rasa
ataupun kesemutan. Tetapi tidak semua orang dapat mengalami
efek samping dari penggunaan obat ini. Untuk terapi induksi 5
mg/kg BB secara IV 2 kali sehari selama 2-3 minggu, sedang
untuk pemeliharaan 1 kali sehari
13

2. Forrcarnet (Foseavir)
Forcarnet adalah antivirus yang mengunakan rantai DNA
inhibitor forforilasi yang mampu menghambat replikasi dari
CMV di pirofosfat dengan mengikat pada bagian spesifik virus
DNA polymerase. Pemberian obat ini dianjurkan jika
gangciclovir dianggap tidak efektif dalam penanganana CMV.
Efek samping dari obat ini berupa anemia, sakit kepala, mual,
dan dapat menyebabkan perubahan metabolisme kalsium dan
fosfor. Dosis foskarnet untuk induksi adalah 90 mg/kg BB
secara IV dengan suatu pompa infus dalam waktu 1 jam dengan
NaCI selama 2-3 minggu.

b. Immunoglubin atau Immune globulin intravena


Obat ini digunakan sebagai imunisasi pasif untuk pencegahan
penyakit sitomegalovirus gejala. Bukti dalam kehamilan
menunjukan bahawa infus globulin sitomegalovirus kekebalan ada
wanita dengan bukti infeksi sitomegalovirus primer dapat
mencegah penularan dan memperbaiki hasil pada bayi baru lahir.

3. Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota
staf keperawatan untuk memebrikan asuhan, pengobatan dan bantuan.
(Gillies, 1999). Manajemen keperawatan di bagi menjadi (Utami Ngesti w,
2016) :
a. Manajemen Layanan/ operasional
Pelayanan keeprawatan dirumah sakit dikelola oleh bidang
perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan dan setiap tingkatan
dipimpin oleh seseorang yang mempunyai kompetensi yang
relevan.
b. Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan adalah suatu proses
keperawatan yang menggunakan konsep-konsep manajemen
14

didalamnya seperti : perecanaan, pengoorganisaan, implementasi,


pengendahuluan dan evaluasi. Manajemen asuhan keperawatan ini
menenkankan, pada penggunaan proses keperawatan dan hal yang
melekat pada diri seorang perawat.
Proses keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yang
menekankan pada pengambilan keputusan tentang keterlibatan
perawat sesuai yang dibutuhkan pasien. Proses keeprawatan terdiri
dari 5 tahapan yaitu : pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi.

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis, kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa,
b. Keluhan utama
Timbul benjolan dekat anus yang bertambah besar dan bertambah
banyak, Mudah lelah, tidak nafsu makan, demam, diare, infermitten,
nyeri panggul, nyeri saat berhubungan seksual, rasa terbakar saat
miksi, penurunan BB, infeksi jamur di mulut, pusing, sakit kepala,
kelemahan otot, perubahan ketajaman penglihatan, kesemutan pada
extremitas, luka pada alat kelamin.
c. Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui menarche umur berapa, haid teratur atau tidak,
siklus lama haid, banyaknya darah, sifat darah (cair atau beku, warna
dan bau) dan ada dismenore atau tidak.
d. Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui HPHT, dan taksiran persalinan, ANC dimana,
berapa kali, teratur atau tidak, imunisasi TT berapa kali, masalah dan
kehamilan sekarang, pemakaian obat-obat, keluhan selama
kehamilan.
15

e. Riwayat penyakit
1) Riwayat kesehatan sekarang, Untuk mengetahui penyakit yang
diderita ibu pada saat sekarang ini untuk mengetahui penyakit
lain yang bisa memperberat keadaan ibu.
2) Riwayat penyakit sistematik, Untuk mengetahui apakah ibu
pernah menderita penyakit menular seperti: hepatitis, TBC, dan
penyakit menurun seperti DM, Jantung, Hipertensi.
3) Riwayat kesehatan keluarga, Biasanya pada pasien adanya
anggota keluarga yang menderita penyakit penyakit menular
seksual atau terinfeksi tourch. Pengakajian lebih lanjut juga
dilakukan pada riwayat pekerjaan keluarga, adanya keluarga
bekerja ditempat hiburan malam, bekerja sebagai PSK (pekerja
seks komersial).
4). Riwayat perkawinan, Status perkawinan : jika menikah apakah
perkawinan ini yang pertama. Untuk mengetahui kawin umur
berapa, berapa kali kawin, lama perkawinan, dan jumlah anak.
f. Riwayat keluarga berencana
Riwayat KB jenis kontrasepsi, yang pernah digunakan,setelah
persalinan, jumlah anak yang direncanakan
g. Pola aktifitas sehari-hari (ADL) meliputi :
1) Pola presepsi dan tata laksanaan hidup sehat.
Biasanya pada pasien akan mengalami perubahan
atau gangguan pada personal hygiene, misalnya kebiasaan
mandi, ganti pakaian, BAB dan BAK dikarenakan kondisi
tubuh yang lemah, pasien kesulitan melakukan kegiatan
tersebut dan pasien biasanya cenderung dibantu oleh
keluarga atau perawat.
16

2) Pola eliminasi
Biasanya pasien mengalami diare, feses encer,
disertai mucus berdarah, buang air kecil yang terasa sakit
diserta darah atau nanah.
3) Pola istrihat dan tidur
Biasanya pasien mengalami gangguan karena
adanya gejala seperti demam dan keringat pada malam hari
yang berulang. Selain itu juga didukung oleh perasaan
cemas dan depresi terhadap penyakit.
4) Pola aktifitas dan latihan
Biasanya pada pasien aktifitas dan latihan
mengalami perubahan. Ada beberapa orang tidak dapat
melakukan aktifitasnya seperti bekerja. Hal ini disebabkan
mereka menarik diri dari lingkungan masyarakat maupun
lingkungan kerja, karena depresi terkait penyakitnya
ataupun karena kondisi tubuh yang lemah.
5) Pola prespsi dan konsep diri
Pada pasien biasanya mengalami perasaan marah,
cemas, depresi dan stres.
6) Pola sensori kognitif
Pada pasien tidak mengalami penurunan
7) Pola hubungan peran
Akan terjadi perubahan peran yang dapat
mengganggu hubungan interpesonal yaitu pasien merasa
malu atau harga diri rendah.
8) Pola penanggulangan stress
Pasien akan mengalami cemas,gelisah dan depresi
karena penyakit yang dideritanya. Lamanya waktu
perawtan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi
psikologis yang
17

negatif berupa marah, marah, kecemasan, mudah


tersinggung
9) Pola reproduksi seksual
Pola reproduksi seksualitasnya terganggu karena
penyebab utama penularan penyakit adalah melalui
hubungan seksual.
.
h. Pemeriksaan fisik
i. Pemeriksaan laboratorium
Infeksi bakteri dapat diketahuidengan mudah dari
pemeriksaan traktus genitalia urin dan darah. Hitung darah putih
yang tinggi bisa membantu diagnosis, pemeriksaan laboratorium
lainnya tergantung pada agens infeksi yang dicurigai

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul yakni :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis:
1) Pengaruh proses infeksi.
2) Garukan pada daerah pruritis.
3) Kurang kebersihan diri.
b. Harga diri rendah situasional yang berhubungan dengan:
1) Perubahan citra tubuh akibat efek yang dipersepsikan pada
hubungan seksual dan proses keluarga.
2) Akibat infeksi jangka panjang.
c. Disfngsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi akibat
efek infeksi
d. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan perilaku seks
yang aman.
18

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi menurut SLKI dan SIKI yaitu :
NO Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Kriteria hasil
1. Nyeri akut Setelah Manajemen Nyeri
berhubungan dilakukan Tindakan
dengan agen tindakan Observasi
cedera fisiologis: keperawataan 3x 1. Identifikasi
1) Pengaruh 24 jam di lokais,
proses harapkan tingkat karakteristik,
infeksi. nyeri menurun, durasi,
2) Garukan dengan kriteria frekuensi,
pada daerah hasil : kualitas,
pruritis. 1. Kemampuan intensitas nyeri
3) Kurang menuntaskan 2. Identifikasi
kebersihan aktivitas skala nyeri
diri. (Meningkat) 3. Identifikasi
2. Keluhan nyeri rspon nyeri non
(berkurang) verbal
3. Meringis 4. Identifikasi
( menurun) factor
memperberat
dan
memperingan
nyeri
5. Identifikasi
pengetahuan
dan keyakinan
tentang nyeri
6. Identifikasi
pengaruh nyeri
19

pada kualitas
hidup
Teraupetik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri (mis,
TENS, hiposis,
akupresur, terapi
music, terapi
pijat)
2. Kontrol
lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri (mis,
suhu, ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi
istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemelihan
strategi
meredahkan
nyeri
Edukasi
20

1. Jelaskan
penyebab,
periode, pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredahkan
nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjarkan
menggunakan
analgetik secara
tepat

Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik
2. .Harga diri Setelah Manajemen
rendah dilakukan perilaku
situasional yang tindakan Observasi
berhubungan keperawataan 3x 1. Identifikasi
dengan: 24 jam di harapan unntuk
1) Perubahan harapkan harga mengendalikan
citra tubuh diri meningkat, perilaku
akibat Efek dengan kriteria Teraupetik
yang hasil : 1. Diskusikan
dipersepsikan 1. Penilaian diri tanggung jawab
pada positif terhadap
hubungan (meningkat) perilaku
21

seksual dan 2. Perasaan 2. Ciptakan dan


proses malu pertahakan
keluarga. (menurun) lingkungan dan
3. Penerimaan kegiatan
penilaian perawatan
positif konsisten setiap
terhadap diri dinas
sendiri 3. Beri penguatan
(meningkat) positif terhadap
keberhasilan
mengendalikan
perilaku
Edukasi
1. Informasikan
keluarga bahwa
keluarga sebagai
dasar
pembentukan
kognitif
3. Disfngsi seksual Setelah Konseling
berhubungan dilakukan seksualitas
dengan : tindakan Observasi
Perubahan fungsi keperawataan 3x 1. Identifikasi
akibat efek 24 jam di tingkat
infeksi harapkan fungsi pengetahuan,
seksual masalah sistem
meningkat, reproduksi,
dengan kriteria masalah
hasil : seksualitas dan
1. Kepuasaan penyakit
hubungan
22

seksual menular
(meningkat) seksual
2. Keluhan 2. Identifikasi
nyeri saat waktu
berhubungan disfungsi
seksual kemungkinan
(menurun) penyebab
3. Verbalisasi 3. Monitor stress,
peran seksual kecemasan,
(menurun) dan depresi
Teraupetik
1. Fasilitasi
komunikasi
antara pasien
dan pasangan
2. Berikan
kesempatan
kepada
pasangan
untuk
menceritakan
permasalahn
seksual
3. Berikan saran
yang sesuai
kebutuhan
pasangan
dengan
menggunakan
bahsa yang
mudah di
23

terima,
dipahami dan
tidak
menghakimi
Edukasi
1. Jelaskan efek
pengobatan,
kesehatan dan
penyakit
terhadap
disfungsi
seksual
4. Defisit Setelah Edukasi kesehatan
pengetahuan dilakukan Observasi
yang tindakan 1. Identifikasi
berhubungan keperawataan 3x kesiapan dan
dengan: 24 jam di kemampuan
Perilaku seks harapkan tingkat menerima
yang aman. pengetahuan informasi
meningkat 2. Identifikasi
meningkat, factor-faktor
dengan kriteria yang dapat
hasil : meningkatkan
1. Perilaku dan
sesuai menurunkan
anjuran motivasi
(meningkat) perilaku hidup
2. Perilaku Teraupetik
sesuai 1. Sediakan materi
dengan dan media
24

pengetahuan pendidikan
(meningkat) kesehatan
3. Pertanyaan 2. Jadwalkan
tentang pendidikan
masalah yang kesehatan
di hadapi sesuai
(menurun) kesepakatan
3. Berikan
kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan factor
resiko yang
dapat
mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan
perilaku hidup
bersih dan
sehat
3. Ajarkan
strategi yang
dapat di
gunakan
untuk
meningkatkan
perilaku
bersih dan
sehat
25

D. Aspek Etik Dan Legal Dalam Asuhan Keperawatan Yang Berhubungan


Dengan Masalah Infeksi Maternal
1. Seks di luar nikah
Legalitas hubungan seks antara seorang pria dan wanita telah diatur
sedemikian rupa di dalam hukum agama dan diakoodasi dalam hukun
positif di Repbulik Indonesia. Perkawinan adalah pranata/lembaga yang
melegalkannya. Hubungan seksual yang dapat dipidana adalah
hubungan seksual yang dilakukan dengan anak yang belum berusia 18
tahun, hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan yang salah
satunya terikat dalam suatu perkawinan yang disebut dengan perzinaan
sepanjang adanya pengaduan dari pasangan resmi salah satu atau kedua
belah pihak, dan hubungan seksual yang dilakukan dengan paksaan atau
pemerkosaan yang di uraikan sebagai berikut :
a. Berhubungan seks dengan pacar atau ddi luar pranat
perkawinan tentunya bertentangan dengan nilai-nilai moral
yang dianut di dalam masyarakat karena menimbulkan
ketidaktenangan batin bagi pelaku dan tanggung jawab yang
nanti dirasakan oleh pihak wanita
b. Hukum positif hanya mengatur dan memberikan sanksi bagi
pelaku hubungan seks di luar nikah (perzinaan) terhadap :
1) Apabila salah satu pelaku perzinaan terkait perkawinan
(pasal 284 KUHP)
2) Apabila melakukan perzinaan dengan seorang wanita,
padahal diketahui atau sepatutnya harus di duga, bahwa
umurnya belum 15 tahun atau belum masanya untuk
kawin (pasal 287 KUHP dan pasal 76 D UU No 35 tahun
2014)
3) Apabila melakukan perzinaan dengan ancaman
kekerasan atau melakukan perkosaan (pasal 285 KUHP)
26

Dampak negatif perilaku seksual pranikah yang dapat timbul


diantaranya sebagai berikut (Sarwono, 2015 dalam Hafida, 2018).

a. Dampak psikologis meliputi perasaan bersalah, rendah diri,


depresi, marah, takut, dan berdosa.
b. Dampak fisik meliputi dapat menyebabkan kehamilan tidak
diinginkan (KTD) sampai tindakan aborsi, tertular penyakit
menular seksual (PMS) seperti syphiliss, herpes, ghonorhoe
hingga HIV/AIDS.
c. Dampak sosial yang timbul seperti dikucilkan di lingkungan
sekitar, putus sekolah karena menanggung aib dan merasa malu,
perubahan peran manjadi ibu dan belum memiliki kesiapan
untuk beralih peran menjadi ibu, timbulnya tekanan dari
masyarakat yang mencela.

E. Strategi dan peran perawat dalam menyelesaian masalah berkaitan dengan


infeksi maternal
1. Strategi dalam menyelesaikan masalah
a. Secara primer
Secara primer peyelesainya bertujuan untuk mengubah perilaku
seksual yang dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:
menunda aktivitas seksual untuk pertama kalinya, abstinensia seksual
dan setia pada pasangan serta promosi tentang perilaku seksual yang
aman, meliputi penurunan jumlah pasangan seksual, praktek seksual
yang aman tanpa penetrasi genital dan promosi penggunaan kondom
yang benar. Hal ini dapat dilakukan melalui pemberian komunikasi,
informasi dan edukasi atau melalui program edukasi kelompok.
Program perubahan perilaku terutama penting untuk usia remaja karena
kelompok ini memiliki angka IMS yang tinggi serta lebih mudah
mengubah perilaku mereka.
27

Selain itu, perlu kehati-hatian dalam menyampaikan informasi


yang sensitif seperti isu gender dan budaya, yang nantinya akan
mempengaruhi norma setempat.(Wisnu, 2016)

b. Sekunder
Mengacu pada pengobatan dan pelayanan terhadap individu yang
terinfeksi, dengan aktivitas yang meliputi (Wisnu, 2016):
(1) Promosi perilaku dalam mencari pengobatan, tidak hanya untuk
mereka yang memiliki gejala IMS, tapi juga untuk mereka yang
berisiko terkena IMS
(2) Penyediaan pelayanan kesehatan yang mudah diakses, diterima
masyarakat dan efektif baik untuk individu simtomatik maupun
asimtomatik, serta pasangannya
(3) Menyediakan pelayanan konseling untuk IMS dan termasuk HIV,
konseling wanita tentang IMS sangat penting untuk : menincegah
infeksi baru dan infeksi berulang, menngkatkan kepatuan terhadap
pengobatan dan tindak lanjut, memberikan dukungan selama
pengobatan dan membantu wanita dalam diskusi dengan pasagannya.

2. Peran Perawat dalam menyelesaikan masalah


Peran dapat diartikan sebagai perangkat perilaku yang diharapkan
oleh individu sesuai dengan status sosialnya. Peran perawat dalam
menyelesaikan masalah yaitu :
Pertama sebagai perawat praktisi yakni: menyediakan perawatan
pasien langsung pada sehari-hari, bekerja sama dengan pasien dan anggota
keluarga, menggunakan proses perawat dalam perencanaan perawatan
pasien, Kedua konselor: menggunakan teori keperawatan untuk
menjelaskan situasi keperawatan yang kompleks, mengatasi situasi
masalah dalam tim keperawatan dengan menggunakan pengetahuan
tentang ilmu psikologi atau teori system. Ketiga sebagai tutor/educator
yakni: memberikan ceramah tentang pengetahuan mengenai penyakit
menular
28

seksual dan infeksi tourch serta pencegahannya. (Hurlimann., Hofer.,


Hirter, 2011 dalam Manurung Suryani, 2012).
29

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi maternal merupakan infeksi yang terjadi pada ibu hamil,
Infeksi tersebut merupakan penyebab signifikan kematian ibu, kematian
janin dan neonatal dan kontributor penting untuk anak usia dini dan nanti
morbiditas. Infeksi maternal tersebut dapat berupa penyakit menular
seksual dan infeksi Torch. Strategi dalam menyelesaikan masalah infeksi
maternal yaitu : pertama secara primer peyelesainya dengan pemberian
komunikasi, informasi dan edukasi mengenai penyakit menular seksual
dan IMS. Dan kedua secara sekunder mengacu pada pengobatan dan
pelayanan terhadap individu yang terinfeksi, dengan aktivitas yang
meliputi: Promosi perilaku dalam mencari pengobatan, tidak hanya untuk
mereka yang memiliki gejala IMS, tapi juga untuk mereka yang berisiko
terkena IMS, Penyediaan pelayanan kesehatan yang mudah diakses,
diterima masyarakat dan efektif baik untuk individu simtomatik maupun
asimtomatik, serta pasangannya, dan Menyediakan pelayanan konseling
untuk IMS dan termasuk HIV
30

DAFTAR PUSTAKA

Afriana, N., 2012, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi


Gonore Pada Wanita Penjaja Seks Komersial Di 16 Kabupaten / Kota
Indonesia (Analisis Data Sekunder Survei Terpadu Biologi Dan Perilaku
2011, Tesis, Program Studi Epidemologi Komunitas, Universitas Indonesia,
Depok.

Agustini, N. N. M., & Arsani, N. L. K. A. (2013). Infeksi Menular Seksual Dan


Kehamilan. 304–310.

Catherine. (2018). Karakteristik Pasien Infeksi Menular Seksual di RSUP Haji


Adam Malik Medan Periode 2013-2017. 83.
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/13554/150100106.pdf
?sequence=1&isAllowed=y

Hafida, O. (2018). hubungan perilaku seksual pranikah dengan pernikahan usia


dini pada remaja diwilayah kecamatan kenjeran kota surabaya. In
Perpustakaan universitas Airlangga.

Linda, N. (2016). Gambaran pengetahuan dan sikap ibu hamil. Politeknik


Kesehatan Kemenkes Bandung.

Pratama, B. F. (2018). Infeksi Cytomegalovirus Kongenital. Jurnal Kesehatan


Melayu, 1(2), 114. https://doi.org/10.26891/jkm.v1i2.2018.114-117

Rahayu, S., Nuryanti, Y., & Faidiban, R. H. (2019). Faktor-Faktor Yang


Menyebabkan IMS Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Amban Manokwari.
Jurnal Keperawatan, 8(2), 61–67.

Ridwan, A. (2012). Kebijakan Dan Respon Epidemik Penyakit Menular (T. Noval
(ed.)). Press, PT Penerbit IPB.

Rosita, R. F. J. dan L. (2019). Risk Factors of Cytomegalovirus Infection During


Pregnancy. In Journal of IMAB - Annual Proceeding (Scientific Papers)
(Vol. 25, Issue 1, pp. 2323–2326).
https://doi.org/10.5272/jimab.2019251.2323
31

Utami Ngesti w, D. (2016). Etika Keperawatan Dan Keeprawatan Profesional.


Pusdik SDM Kesehatan Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan. http://repositori.usu.ac .id/bitstream
/handle/123456789/13554/150100106.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Wisnu, M. N. M. (2016). Pencegahan dan pengendalian infeksi menular seksual di


negara berkembang. Fakultas Kedokteran UNUD, 1–38. https://simdos
.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/1a510c08e43563b5dfdb2f54e56c8f
9d.pdf

Agustini, N. N. M., & Arsani, N. L. K. A. (2013). Infeksi Menular Seksual Dan


Kehamilan. 304–310.

Catherine. (2018). Karakteristik Pasien Infeksi Menular Seksual di RSUP Haji


Adam Malik Medan Periode 2013-2017. 83.
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/13554/150100106.pdf
?sequence=1&isAllowed=y

Hafida, O. (2018). hubungan perilaku seksual pranikah dengan pernikahan usia


dini pada remaja diwilayah kecamatan kenjeran kota surabaya. In
Perpustakaan universitas Airlangga.

Linda, N. (2016). Gambaran pengetahuan dan sikap ibu hamil. Politeknik


Kesehatan Kemenkes Bandung.

Pratama, B. F. (2018). Infeksi Cytomegalovirus Kongenital. Jurnal Kesehatan


Melayu, 1(2), 114. https://doi.org/10.26891/jkm.v1i2.2018.114-117

Rahayu, S., Nuryanti, Y., & Faidiban, R. H. (2019). Faktor-Faktor Yang


Menyebabkan IMS Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Amban Manokwari.
Jurnal Keperawatan, 8(2), 61–67.

Ridwan, A. (2012). Kebijakan Dan Respon Epidemik Penyakit Menular (T. Noval
(ed.)). Press, PT Penerbit IPB.

Rosita, R. F. J. dan L. (2019). Risk Factors of Cytomegalovirus Infection During


32

Pregnancy. In Journal of IMAB - Annual Proceeding (Scientific Papers)


(Vol. 25, Issue 1, pp. 2323–2326).
https://doi.org/10.5272/jimab.2019251.2323

Utami Ngesti w, D. (2016). Etika Keperawatan Dan Keeprawatan Profesional.


Pusdik SDM Kesehatan Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan. http://repositori.usu.ac.id/ bitstream
/handle/123456789/13554/150100106.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Wisnu, M. N. M. (2016). Pencegahan dan pengendalian infeksi menular seksual di


negara berkembang. Fakultas Kedokteran UNUD, 1–38.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/1a510c08e43563b5df
db2f54e56c8f9d.pdf

Anda mungkin juga menyukai