Makalah Infeksi Maternal, Penyakit Menular Seksual Dan Infeksi Torch
Makalah Infeksi Maternal, Penyakit Menular Seksual Dan Infeksi Torch
OLEH
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan limpaha rahmatNya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat
pada waktunya yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Infeksi Maternal : Penyakit Menular Seksual Dan Infeksi Tourch“. Dalam
penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi dan penyusun
boleh menyelesaikan makalah dengan tepat waktu. Olehnya itu, kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan
yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
sistematika penulisan maupun isi dari makalah. Oleh karena itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga dalam penyusunan
makalah selanjutnya kami boleh memperbaiki kesalahan sebelumnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian terutama bagi mahasiswa (i) STIK Stella Maris.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................5
C. Tujuan.......................................................................................................5
iii
D. Aspek Etik Dan Legal Dalam Asuhan Keperawatan Yang Berhubungan
Dengan Masalah Infeksi Maternal
1. Seks Di luar Nikah.......................................................................25
E. Strategi Dan Peran Perawat Dalam Menyelesaikan Masalah Berkaitan
Dengan Infeksi Maternal
1. Startegi Dalam Menyelesaikan....................................................26
2. Peran Perawat..............................................................................27
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi maternal merupakan suatu infeksi yang terjadi pada ibu
hamil, Infeksi tersebut bisa didapat dalam rahim atau selama proses
kelahiran yang merupakan penyebab signifikan kematian ibu, kematian
janin dan neonatal dan kontributor penting untuk anak usia dini dan nanti
morbiditas. Maka perlu dipahami mengenai infeksi maternal agar dapat
mencegah kematian ibu dan janinnya. Infeksi maternal tersebut dapat
berupa penyakit menular seksual dan infeksi TORCH. Penyakit menular
seksual merupakan penyakit yang berhubungan dengan organ seksual
manusia atau yang cara penularannya melalui hubungan seksual sedangkan
infeksi TORCH merupakan gambaran dari empat jenis infeksi yang berasal
dari virus dan parasit TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus
and Herpes Simplex Virus).
Faktor resiko penyebab penyakit menular seksual pada ibu hamil
yaitu memiliki pasangan lebih dari satu, istri pernah melakukan hubungan
seks diluar nikah, suami pernah melakukan hubungan seks diluar nikah
baik secara vaginal, anal dan oral dan memiliki riwayat minum alkohol
atau obat- obatan (Agustini & Arsani, 2013; Rahayu et al., 2019). Dan
faktor resiko TORCH pada ibu hamil sebabkan oleh, resiko pemeliharaan
kucing, konsumsi daging setengah matang, konsumsi sayur-sayuran dan
buah- buahan mentah yang tidak dicuci, konsumsi susu yang tidak di
pasteurisasi, tidak mencuci tangan sebelum makan setelah melakukan
aktivitas seperti berkebun, orang yang melakukan transfusi darah atau
transplantasi organ serta kebersihan diri yang kurang (Wynn, Adriane
PhD,Dkk. 2020)
Penyakit menular seksual pada ibu hamil yang di sebabkan infeksi
klamidia dapat menyebabkan ketuban pecah dini, persalinan premature,
endometritis pasca partum dan efek pada janin menyebabkan berat badan
lahir rendah. Infeksi gonore dapat menyebabkan keguguran, persalinan
1
2
infeksi rubella yang disebabkan oleh virus rubella. Jika infeksi virus
rubella terjadi pada ibu hamil dapat menyebakan ruam, demam, kelenjar
getah bening postaurikular menjadi bengkak. Dan pada janin dapat
menyebabkan Congenital Rubella Syndrome yaitu tuli, globulim,
gangguan pendengaran, cacat mata, cacat sistem saraf pusat dan cacat
jantung. (Julia Fitriany1,Yulia Husna, 2018)
Virus serupa yang harus diwaspadai oleh ibu hamil adalah CMV
(cytomegalovirus) yang termasuk golongan virus keluarga herpes.
Pengaruhnya terhadap kehamilan adalah kelainan kongenital dalam bentuk
(hidrosefalus, mikrosefali, mikroftalmia) atau infeksi yang bersifat kronis
(ensefalitis, kelainan darah) . Dan virus berikutnya yaitu Herpes simplex
dampak pada ibu hamil yaitu infeksi primer dengan lepuh yang
menyakitkan, kelenjar getah bening inguinal yang lunak, demam dan
meniningitis. Serta dampak pada janin yaitu terjadi infeksi kongenital
namun jarang terjadi dan biasanya terjadi dengan infeksi ibu (Maulana,
2009).
Menurut World Healt Organisation (WHO) lebih dari 1 juta PMS
didapat setiap hari. Pada 2016, memperkirakan 376 juta infeksi baru
dengan 1 dari 4 PMS: klamidia (127 juta), gonore (87 juta), sifilis (6,3
juta) dan trikomoniasis (156 juta). Lebih dari 500 juta orang hidup dengan
infeksiHSV genital (herpes), dan 240 juta orang hidup dengan hepatitis B
kronis secara global. Menurut WHO, gonore merupakan satu dari tiga
penyakit (gonore, sifilis, dan HPV) utama dalam strategi sector kesehatan
global karena membutuhkan pertolongan langsung dan bisa terobati serta
menjadi penyakit kelamin dengan kasus paling banyak terjadi. Dan sekitar
1% atau lebih peserta perawatan antenatal di 38 dari 78 negara pelaporan
dinyatakan positif sifilis. Di 78 negara pelaporan ini, rata-rata 3,2%
(kisaran 1,1% sampai 10,9%) peserta perawatan antenatal dinyatakan
positif sifilis. Sifilis dalam kehamilan adalah penyebab utama kedua lahir
mati secara global. Kejadian IMS di Indonesia cenderung meningkat
secara keseluruhan (Gonore, Sifilis) tercatat pada tahun 2011 sebanyak
11.280 dari jumlah
4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman konsep, manajemen keperawatan, askep etik legal dan
strategi dan pera perawat pada masalah gonore?
2. Bagaiman konsep, manajemen keperawatan, askep etik legal dan
strategi dan pera perawat pada masalah Cytomegalovirus (CMV)?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep, manajemen keperawatan, askep etik legal
dan strategi dan pera perawat pada masalah gonore
2. Untuk mengetahui konsep, manajemen keperawatan, askep etik legal
dan strategi dan pera perawat pada masalah Cytomegalovirus (CMV)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
Penyebab gonore adalah Neisseria gonorrhoeae yang ditemukan
oleh Albert Ludwig Siegmud. Neisseria gonorrhoeae merupakan bakteri
gram negative dengan morfologi berbentuk coccus yang termasuk
golongan diplokok, bersifat tahan asam, berbentuk biji kopi berukuran
lebar 0,8 µm. masa inkubasi (waktu sebelum terjadi gejala) berkisar antara
3-5 hari. Neisseria gonorrhoeae tidak dapat bergerak,dan tidak
membentuk spora, Suhi 35oC – 37oC dan pH 7,2-7,6 merupakan kondisi
optimal untuk bakteri Neisseria gonorrhoeae tumbuh (Freedberg I.M et all.
2006)
6
3. Patofisiologi
Bakteri Neisseria gonorrhoeae dapat ditularkan melalui kontak
seksual atau melalui penularan ventrikel pada saat melahirkan. Bakteri ini
terutama mengenai epitel kolumnar dan epitel kuboidal manusia. (Afriana
N, 2012).
Bakteri Neisseria gonorrhoeae menginfeksi permukaan selaput
lendir yang dapat ditemukan di uretra, endoserviks dan anus. k (Afriana N,
2012).
Gonorrhoea yang menyerang membran selaput lendir dari saluran
genitourinaria, mata, rektum, dan tenggorokan menghasilkan eksudat akut
yang mengarah ke infeksi jaringan lalu hal ini diikuti dengan inflamasi
kronis dan fibrosis. Pada wanita, infeksi primer terjadi di indoserviks dan
menyebar ke uretra dan vagina serta meningkatkan sekresi cairan
mikropurulen. Hal ini dapat berkembang ke tuba uterine, dan
menyebabkan salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba (Afriana N, 2012).
Bakterimia pada infeksi gonorrhea mengarah pada infeksi kulit
(terutama pembentukan papula dan pustula yang hemorrages) yang
terdapat pada tangan, lengan, kaki, dan tenosynovitis dan arthritis
bernanah yang biasanya terjadi pada lutut, pergelangan kaki dan tangan.
Endokarditis yang disebabkan oleh gonokokus kadang dapat menginfeksi
lapisan meningeal otak yang dapat menyebabkan meningitis dan dapat
menginfeksi mata khususnya konjungtiva mata (Afriana N, 2012).
Bakteri gonokokus yang menyebabkan infeksi lokal sering peka
terhadap serum tetapi bakteri ini relatif resisten terhadap obat anti
mikroba. Akan tetapi terjadi hal sebaliknya ketika gonokokus menginfeksi
sampai ke dalam aliran darah dan menyebabkan infeksi yang menyebar
biasanya resisten terhadap serum tetapi peka terhadap penisilin dan obat
antimikroba lainnya serta berasal dari auksotipe yang memerlukan arginin,
hipoxantin, dan urasil untuk pertumbuhannya (Afriana N, 2012)
7
8
4. Penatalaksanaan Medisnya
Berdasarkan rekomendasi dari Centers For Disease Control (CDC)
untuk pengobatan gonore dengan pemberian cefriakson 250 mg dosis
tunggal secara intramuscular dan cefiksim 400 mg dosis tunggal secara
oral sebagai regimen alternative apabila terapi dengan cefriakson gagal.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Repbulik Indonesia No
5 Tahun 2014 Penatalaksanaan gonore adalah sebagai berikut :
a. Memberitahu pasien untuk tidak melakukan kontak seksual hingga
dinyatakan sembuh dan menjaga kebersihan genital
b. Pemberian farmakologi dengan antibiotik : Tiamfenikol, 3,5 gr per oral
(P.O) dosis tunggal, atau Ofloksasin 400 mg (P.O) dosis tunggal, atau
Kanamisin 2 gram intramuscular (L.M) dosis tunggal atau
Spektinomisin 2 gram intramuscular (L.M) dosis tunggal.
Catatan : Tiamfenikol, Ofoksasin, Dan Siprofloksasin merupakan
kontraindikasi pada kehamilan dan tidak dianjurkan pada anak dan
dewasa muda. (Daili S.F&Nilasari H, 2017 dalam Catherine, 2018)
5. Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota
staf keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan.
(Gillies, 1999). Manajemen keperawatan di bagi menjadi (Utami Ngesti w,
2016) :
a. Manajemen Layanan/ operasional
Pelayanan keeprawatan dirumah sakit dikelola oleh bidang
perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan dan setiap tingkatan
dipimpin oleh seseorang yang mempunyai kompetensi yang
relevan.
b. Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan adalah suatu proses
keperawatan yang menggunakan konsep-konsep manajemen
didalamnya seperti : perecanaan, pengoorganisaan, implementasi,
pengendahuluan dan evaluasi. Manajemen asuhan keperawatan ini
menenkankan, pada penggunaan proses keperawatan dan hal yang
melekat pada diri seorang perawat.
Proses keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yang
menekankan pada pengambilan keputusan tentang keterlibatan
perawat sesuai yang dibutuhkan pasien. Proses keeprawatan terdiri
dari 5 tahapan yaitu : pengkajian, penentuan diagnose keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi.
10
2. Etiologi
a. Kongenital
Terdapat di dalam rahim melalui plasenta . Kira-kira 40% bayi
yang lahir dari wanita yang menderita cytomegalovirus kehamilan juga
akan terinfeksi cytomegalovirus. Bentuk paling berat dari infeksi ini
adalah penyakit inklisi sitomegalik.
b. Akut
Didapat selama atau setelah kelahiran sampai dewasa. Gejala mirip
dengan mononucleosisn (demam, faringitis, splenomegali, ruam
petekia, gejala pernapasan). Infeksi bukan tanpa seksual. Terutama pada
anak- anak yang masih kecil.
11
c. Penyakit sistemik
3. Patofisiologi
4. Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian antivirus
Menurut Rosita, 2019 Pemberian anti virus yaitu :
1. Gancivlovir (Cytovene)
Gancivlovir adalah sintesis guanine turunan nukleosida
analog aktif sebagai antivirus yang digunakan sebagai
pengobatan infeksi cytomegalovirus yang mampu menghambat
replikasi dari cytomegalovirus. Efek samping dari pengunaan
obat ini berupa mual, pusing, anemia, gatal-gatal, dan mati rasa
ataupun kesemutan. Tetapi tidak semua orang dapat mengalami
efek samping dari penggunaan obat ini. Untuk terapi induksi 5
mg/kg BB secara IV 2 kali sehari selama 2-3 minggu, sedang
untuk pemeliharaan 1 kali sehari
13
2. Forrcarnet (Foseavir)
Forcarnet adalah antivirus yang mengunakan rantai DNA
inhibitor forforilasi yang mampu menghambat replikasi dari
CMV di pirofosfat dengan mengikat pada bagian spesifik virus
DNA polymerase. Pemberian obat ini dianjurkan jika
gangciclovir dianggap tidak efektif dalam penanganana CMV.
Efek samping dari obat ini berupa anemia, sakit kepala, mual,
dan dapat menyebabkan perubahan metabolisme kalsium dan
fosfor. Dosis foskarnet untuk induksi adalah 90 mg/kg BB
secara IV dengan suatu pompa infus dalam waktu 1 jam dengan
NaCI selama 2-3 minggu.
3. Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota
staf keperawatan untuk memebrikan asuhan, pengobatan dan bantuan.
(Gillies, 1999). Manajemen keperawatan di bagi menjadi (Utami Ngesti w,
2016) :
a. Manajemen Layanan/ operasional
Pelayanan keeprawatan dirumah sakit dikelola oleh bidang
perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan dan setiap tingkatan
dipimpin oleh seseorang yang mempunyai kompetensi yang
relevan.
b. Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan adalah suatu proses
keperawatan yang menggunakan konsep-konsep manajemen
14
e. Riwayat penyakit
1) Riwayat kesehatan sekarang, Untuk mengetahui penyakit yang
diderita ibu pada saat sekarang ini untuk mengetahui penyakit
lain yang bisa memperberat keadaan ibu.
2) Riwayat penyakit sistematik, Untuk mengetahui apakah ibu
pernah menderita penyakit menular seperti: hepatitis, TBC, dan
penyakit menurun seperti DM, Jantung, Hipertensi.
3) Riwayat kesehatan keluarga, Biasanya pada pasien adanya
anggota keluarga yang menderita penyakit penyakit menular
seksual atau terinfeksi tourch. Pengakajian lebih lanjut juga
dilakukan pada riwayat pekerjaan keluarga, adanya keluarga
bekerja ditempat hiburan malam, bekerja sebagai PSK (pekerja
seks komersial).
4). Riwayat perkawinan, Status perkawinan : jika menikah apakah
perkawinan ini yang pertama. Untuk mengetahui kawin umur
berapa, berapa kali kawin, lama perkawinan, dan jumlah anak.
f. Riwayat keluarga berencana
Riwayat KB jenis kontrasepsi, yang pernah digunakan,setelah
persalinan, jumlah anak yang direncanakan
g. Pola aktifitas sehari-hari (ADL) meliputi :
1) Pola presepsi dan tata laksanaan hidup sehat.
Biasanya pada pasien akan mengalami perubahan
atau gangguan pada personal hygiene, misalnya kebiasaan
mandi, ganti pakaian, BAB dan BAK dikarenakan kondisi
tubuh yang lemah, pasien kesulitan melakukan kegiatan
tersebut dan pasien biasanya cenderung dibantu oleh
keluarga atau perawat.
16
2) Pola eliminasi
Biasanya pasien mengalami diare, feses encer,
disertai mucus berdarah, buang air kecil yang terasa sakit
diserta darah atau nanah.
3) Pola istrihat dan tidur
Biasanya pasien mengalami gangguan karena
adanya gejala seperti demam dan keringat pada malam hari
yang berulang. Selain itu juga didukung oleh perasaan
cemas dan depresi terhadap penyakit.
4) Pola aktifitas dan latihan
Biasanya pada pasien aktifitas dan latihan
mengalami perubahan. Ada beberapa orang tidak dapat
melakukan aktifitasnya seperti bekerja. Hal ini disebabkan
mereka menarik diri dari lingkungan masyarakat maupun
lingkungan kerja, karena depresi terkait penyakitnya
ataupun karena kondisi tubuh yang lemah.
5) Pola prespsi dan konsep diri
Pada pasien biasanya mengalami perasaan marah,
cemas, depresi dan stres.
6) Pola sensori kognitif
Pada pasien tidak mengalami penurunan
7) Pola hubungan peran
Akan terjadi perubahan peran yang dapat
mengganggu hubungan interpesonal yaitu pasien merasa
malu atau harga diri rendah.
8) Pola penanggulangan stress
Pasien akan mengalami cemas,gelisah dan depresi
karena penyakit yang dideritanya. Lamanya waktu
perawtan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi
psikologis yang
17
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul yakni :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis:
1) Pengaruh proses infeksi.
2) Garukan pada daerah pruritis.
3) Kurang kebersihan diri.
b. Harga diri rendah situasional yang berhubungan dengan:
1) Perubahan citra tubuh akibat efek yang dipersepsikan pada
hubungan seksual dan proses keluarga.
2) Akibat infeksi jangka panjang.
c. Disfngsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi akibat
efek infeksi
d. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan perilaku seks
yang aman.
18
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi menurut SLKI dan SIKI yaitu :
NO Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Kriteria hasil
1. Nyeri akut Setelah Manajemen Nyeri
berhubungan dilakukan Tindakan
dengan agen tindakan Observasi
cedera fisiologis: keperawataan 3x 1. Identifikasi
1) Pengaruh 24 jam di lokais,
proses harapkan tingkat karakteristik,
infeksi. nyeri menurun, durasi,
2) Garukan dengan kriteria frekuensi,
pada daerah hasil : kualitas,
pruritis. 1. Kemampuan intensitas nyeri
3) Kurang menuntaskan 2. Identifikasi
kebersihan aktivitas skala nyeri
diri. (Meningkat) 3. Identifikasi
2. Keluhan nyeri rspon nyeri non
(berkurang) verbal
3. Meringis 4. Identifikasi
( menurun) factor
memperberat
dan
memperingan
nyeri
5. Identifikasi
pengetahuan
dan keyakinan
tentang nyeri
6. Identifikasi
pengaruh nyeri
19
pada kualitas
hidup
Teraupetik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri (mis,
TENS, hiposis,
akupresur, terapi
music, terapi
pijat)
2. Kontrol
lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri (mis,
suhu, ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi
istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemelihan
strategi
meredahkan
nyeri
Edukasi
20
1. Jelaskan
penyebab,
periode, pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredahkan
nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjarkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik
2. .Harga diri Setelah Manajemen
rendah dilakukan perilaku
situasional yang tindakan Observasi
berhubungan keperawataan 3x 1. Identifikasi
dengan: 24 jam di harapan unntuk
1) Perubahan harapkan harga mengendalikan
citra tubuh diri meningkat, perilaku
akibat Efek dengan kriteria Teraupetik
yang hasil : 1. Diskusikan
dipersepsikan 1. Penilaian diri tanggung jawab
pada positif terhadap
hubungan (meningkat) perilaku
21
seksual menular
(meningkat) seksual
2. Keluhan 2. Identifikasi
nyeri saat waktu
berhubungan disfungsi
seksual kemungkinan
(menurun) penyebab
3. Verbalisasi 3. Monitor stress,
peran seksual kecemasan,
(menurun) dan depresi
Teraupetik
1. Fasilitasi
komunikasi
antara pasien
dan pasangan
2. Berikan
kesempatan
kepada
pasangan
untuk
menceritakan
permasalahn
seksual
3. Berikan saran
yang sesuai
kebutuhan
pasangan
dengan
menggunakan
bahsa yang
mudah di
23
terima,
dipahami dan
tidak
menghakimi
Edukasi
1. Jelaskan efek
pengobatan,
kesehatan dan
penyakit
terhadap
disfungsi
seksual
4. Defisit Setelah Edukasi kesehatan
pengetahuan dilakukan Observasi
yang tindakan 1. Identifikasi
berhubungan keperawataan 3x kesiapan dan
dengan: 24 jam di kemampuan
Perilaku seks harapkan tingkat menerima
yang aman. pengetahuan informasi
meningkat 2. Identifikasi
meningkat, factor-faktor
dengan kriteria yang dapat
hasil : meningkatkan
1. Perilaku dan
sesuai menurunkan
anjuran motivasi
(meningkat) perilaku hidup
2. Perilaku Teraupetik
sesuai 1. Sediakan materi
dengan dan media
24
pengetahuan pendidikan
(meningkat) kesehatan
3. Pertanyaan 2. Jadwalkan
tentang pendidikan
masalah yang kesehatan
di hadapi sesuai
(menurun) kesepakatan
3. Berikan
kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan factor
resiko yang
dapat
mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan
perilaku hidup
bersih dan
sehat
3. Ajarkan
strategi yang
dapat di
gunakan
untuk
meningkatkan
perilaku
bersih dan
sehat
25
b. Sekunder
Mengacu pada pengobatan dan pelayanan terhadap individu yang
terinfeksi, dengan aktivitas yang meliputi (Wisnu, 2016):
(1) Promosi perilaku dalam mencari pengobatan, tidak hanya untuk
mereka yang memiliki gejala IMS, tapi juga untuk mereka yang
berisiko terkena IMS
(2) Penyediaan pelayanan kesehatan yang mudah diakses, diterima
masyarakat dan efektif baik untuk individu simtomatik maupun
asimtomatik, serta pasangannya
(3) Menyediakan pelayanan konseling untuk IMS dan termasuk HIV,
konseling wanita tentang IMS sangat penting untuk : menincegah
infeksi baru dan infeksi berulang, menngkatkan kepatuan terhadap
pengobatan dan tindak lanjut, memberikan dukungan selama
pengobatan dan membantu wanita dalam diskusi dengan pasagannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi maternal merupakan infeksi yang terjadi pada ibu hamil,
Infeksi tersebut merupakan penyebab signifikan kematian ibu, kematian
janin dan neonatal dan kontributor penting untuk anak usia dini dan nanti
morbiditas. Infeksi maternal tersebut dapat berupa penyakit menular
seksual dan infeksi Torch. Strategi dalam menyelesaikan masalah infeksi
maternal yaitu : pertama secara primer peyelesainya dengan pemberian
komunikasi, informasi dan edukasi mengenai penyakit menular seksual
dan IMS. Dan kedua secara sekunder mengacu pada pengobatan dan
pelayanan terhadap individu yang terinfeksi, dengan aktivitas yang
meliputi: Promosi perilaku dalam mencari pengobatan, tidak hanya untuk
mereka yang memiliki gejala IMS, tapi juga untuk mereka yang berisiko
terkena IMS, Penyediaan pelayanan kesehatan yang mudah diakses,
diterima masyarakat dan efektif baik untuk individu simtomatik maupun
asimtomatik, serta pasangannya, dan Menyediakan pelayanan konseling
untuk IMS dan termasuk HIV
30
DAFTAR PUSTAKA
Ridwan, A. (2012). Kebijakan Dan Respon Epidemik Penyakit Menular (T. Noval
(ed.)). Press, PT Penerbit IPB.
Ridwan, A. (2012). Kebijakan Dan Respon Epidemik Penyakit Menular (T. Noval
(ed.)). Press, PT Penerbit IPB.