(REVISI 2) Makalah Peka Budaya (Kel. 1 Keperawatan TK 1A)
(REVISI 2) Makalah Peka Budaya (Kel. 1 Keperawatan TK 1A)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah Peka Budaya dalam Praktik
Keperawatan”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Etika
Keperawatan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Badriah, STT, MPH selaku
pembimbing kelompok kami. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
pihak yang telah berkontribusi dalam proses penyusunan, pelaksanaan, serta
penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan pada makalah ini, baik dari
segi pengolahan bahasa maupun subtansinya. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi perbaikan makalah kami. Kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
4.1 Kesimpulan..............................................................................................10
4.2 Saran........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
universal (Leininger, Leininger's Theory of Nursing: Cultural Care Diversity and
Universality, 1988).
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut.
1. Dapat mengetahui dan memahami definisi dari budaya dan bentuk
karakteristik dari budaya.
2. Dapat mengetahui dan memahami definisi dari transkultural, peran, fungsi,
serta tujuan trankultural.
3. Dapat mengetahui dan memahami konsep, paradigma serta proses
keperawatan trankultural.
4. Dapat mengetahui dan memahami hubungan etika keperawatan dengan
transkultural.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
4. People usually are not aware of their culture (Tidak disadari oleh
masyarakatnya). Artinya, bahwa kebudayaan berjalan dalam kehidupan
sehari-hari dengan alami atau natural.
5. We don’t know all of our own counter (Tidak diketahui secara keseluruhan).
Artinya, bahwa semua masyarakat tidak ada yang mengetahui secara
keseluruhan suatu kebudayaan yang ada dalam lingkup daerahnya.
6. Culture gives us a range of permissible behavior patterns (memberikan dan
membatasi pola tingkah laku). Artinya, bahwa kebudayaan memberikan
jarak dalam interaksi dan membatasi pola tingkah laku masyarakatnya.
Kebudayaan umumnya memberikan jarak dalam cara bagaimana laki-laki
sebagai laki-laki, wanita sebagai wanita.
7. Cultures no longer exist in isolation (Tidak bertahan lama disuatu daerah
terpencil). Artinya kebudayaan tidak akan bertahan lama dalam suatu
wilayah atau daerah terpencil.
8. Culture is shared (Dibagikan). Artinya, bahwa suatu kebudayaan merupakan
kumpulan prinsip dan keyakinan baik, sehingga manusia tersebut akan
berusaha melestarikan dengan cara menyebarkan ke manusia lain.
4
2.4 Peran, Fungsi serta Tujuan Keperawatan Transkultural
Keperawatan meyakini bahwa setiap individu pasien itu adalah unik,
berbeda satu dengan yang lainnya. Setiap pasien memiliki nilai-nilai dan
keyakinan serta kebudayaan yang beragam dan berbeda-beda. Hasil perawatan
akan lebih baik jika pasien dan keluarganya dilibatkan dalam pengambilan
keputusan dan proses perawatan pasien sesuai dengan budaya mereka. Artinya
setiap individu pasien perlu dihormati dan dilindungi nilai-nilai dan
kebudayaannya sesuai dengan keragaman dan keunikannya sebagai individu
(Novieastari, Gunawijaya, & Indracahyani, 2018).
Peran keperawatan transkultural sebagai ilmu, dasar yang menjadi pedoman
bagi perawat untuk melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan budaya dan
keyakian yang diyakini oleh klien. Tujuan dari transkultural dalam keperawatan
adalah kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan kultur. Selain itu juga untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dalam keperawatan yang humanis sehingga
terbentuk praktik keperawatan sesuai dengan kultur dan universal (Leininger,
Leininger's Theory of Nursing: Cultural Care Diversity and Universality, 1988).
Keperawatan transkultural berfungsi membentuk perawat dengan kompetensi
kultural. Seorang perawat yang memiliki kompetensi kultural akan mempedulikan
dan peka terhadap kebutuhan budaya pasien yang menerima asuhan keperawatan.
Kurangnya kompetensi kultural perawat dapat berakibat pada banyaknya masalah
dalam berinteraksi antara pasien dan perawat (Novieastari, Gunawijaya, &
Indracahyani, 2018).
5
sembuh. Kesehatan fisik selalu berkolerasi dengan kondisi manusia sebagai
makhluk psikologis. (Giger & Davidhizar, Transcultural Nursing : Assessment
and Intervention, 2nd Ed, 1995)
6
kehidupan. Misalnya: pemakaian obat-obatan untuk kesehatan, membuat
rumah sesuai iklim dan geografis lingkungan. Lingkungan sosial adalah
keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu,
keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas yang
mempengaruhi kehidupan.
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktikkeperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar
belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan atau
memberdayakan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang
digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya
dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
a. Cara I : Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak
bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi
keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah
dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan
status kesehatannya, misalnya budaya menggunakan obat-obat
tradisionil berupa herbal.
b. Cara II : Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan
untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat
memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai
pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan
sumber protein hewani yang lain.
c. Cara III : Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya
7
hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola
rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan
sesuai dengan keyakinan yang dianut.
(Rejeki, 2012)
8
penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan atau asuhan keperawatan
yang akan diterimanya. Masyarakat memiliki pandangan sendiri akan kebutuhan
kesehatan yang mereka cari. Perawat saat memberikan pelayanan hendaknya
mampu menghargai nilai budaya yang ada di dalam sebuah komunitas dan dapat
dijadikan dasar etika dalam berhubungan dengan masyarakat.
9
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Peka budaya dalam praktik keperawatan ditunjukkan dengan adanya
manusia,rasa dimiliki bersama , sehat sakit dan lingkungan. Dari tiga rangkaian
itu maka akan terbentuknya praktik keperawatan di dalam budaya masyarakat
yang sangat diharapkan.
Masyarakat cenderung menolak mendapatkan pelayanan kesehatan jika itu
bertentangan dengan budaya, keyakinan atau pendiriannya. Perawat perlu
menentukan strategi asuhan keperawatan yang sesuai agar masyarakat dapat
menerima pelayanan kesehatan namun tetap menghargai budaya, keyakinan atau
pendirian masyarakat itu sendiri. Strategi yang digunakan dalam asuhan
keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya,
mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien
(Leininger, 1991, dalam Putri, 2018).
Budaya masyarakat menentukan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan atau asuhan keperawatan yang akan diterimanya. Masyarakat memiliki
pandangan sendiri akan kebutuhan kesehatan yang mereka cari. Perawat saat
memberikan pelayanan hendaknya mampu menghargai nilai budaya yang ada di
dalam sebuah komunitas dan dapat dijadikan dasar etika dalam berhubungan
dengan masyarakat.
4.2 Saran
Dalam peka budaya dalam praktik keperawatan perawat harus didasari ilmu
yang dipelajari pada saat praktik keperawatan berlangsung dan juga mempelajari.
Sebagai perawat kita perlu menghargai dan atau menghormati budaya masyarakat
yang ada di sekitar kita hingga budaya yang ada di setiap daerah. Proses
keperawatan juga harus dilakukan adil supaya masyarakat merasakan pelayanan
masyarakat yang sama.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
Putri, D. M. (2018). Keperawatan Transkultural. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Rejeki, S. (2012). Herbal dan Kesehatan Reproduksi Perempuan (Suatu
Pendekatan Transkultural dalam Praktik Keperawatan Maternitas.
Proceeding Seminar Nasional Keperawatan : Penggunaan Herbal dalam
Kesehatan Perempuan (pp. 7-16). Semarang: Universitas Muhammadiyah
Semarang.
Utami, N. W., Agustine, U., & Happy, R. E. (2016). Etika Keperawatan dan
Keperawatan Profesional. Jakarta: Badan PPSDM Kesehatan.
12