Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEKA BUDAYA DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN


(Makalah ini dibuat guna memenuhi mata kuliah Etika Keperawatan)

Disusun oleh : Kelompok 1

1. Nida Najiyah P20620221001


2. Zilda Azzahra P20620221002
3. Deviana Ameliani P20620221003
4. Noviriyanti Diza Ramadhani P20620221004
5. Eka Huda Apriani P20620221005
6. Deva Kirena Putri P20620221006
7. Indri Intan Dwi Pratiwi P20620221007

Dosen pengampu : Badriah, SST, MPH

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN TINGKAT IA


POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah Peka Budaya dalam Praktik
Keperawatan”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Etika
Keperawatan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Badriah, STT, MPH selaku
pembimbing kelompok kami. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
pihak yang telah berkontribusi dalam proses penyusunan, pelaksanaan, serta
penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan pada makalah ini, baik dari
segi pengolahan bahasa maupun subtansinya. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi perbaikan makalah kami. Kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Cirebon, 25 Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 Definisi Budaya.........................................................................................3


2.2 Karakteristik Budaya.................................................................................3
2.3 Pengertian Transkultural...........................................................................4
2.4 Peran, Fungsi serta Tujuan Keperawatan Transkultural...........................5
2.5 Konsep Dasar Keperawatan Transkultural................................................5
2.6 Paradigma Keperawatan Transkultural.....................................................6
2.7 Hubungan Etika dan Keperawatan Transkultural.....................................8
BAB III PENUTUP...............................................................................................10

4.1 Kesimpulan..............................................................................................10
4.2 Saran........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transkultural Nursing mengetahui bagaimana seorang perawat itu dalam
melaksanakan tugasnya yang berhubungan dengan nilai budaya dalam
masyarakat. Dimana kebudayaan itu mempengaruhi seorang perawat dalam
melaksanakan tugasnya atau dalam perawatan pasiennya.
Dalam hal ini konsep transkultural sangat diperlukan, Kozier (2010, dalam
Kholipah, Susilo, & Purwaningsih, 2013) mengatakan bahwa konsep keperawatan
adalah tindakan perawatan yang merupakan konfigurasi dari ilmu kesehatan dan
seni merawat yang meliputi pengetahuan ilmu humanistik, filosofi perawatan,
praktik klinis keperawatan, komunikasi dan ilmu sosial. Oleh karena itu tindakan
keperawatan harus didasarkan pada tindakan yang komperhensif sekaligus
holistik.
Dalam hal ini transkultural nursing mempunyai pengaruh yang sangat luas
terhadap kehidupan individu, hal ini sangat penting bagi perawat untuk
mengetahui latar belakang budaya seorang pasien dalam melaksanakan asuhan
keperawatan, misalnya kita mengetahui kebiasaan hidupnya sehari-hari, seperti
tidur, makan, kebersihan dirinya.
Leininger mendefinisikan”transkultural Nursing” sebagai area yang luas
dalam keperawatan yang mana berfokus pada komparatif studi dan analisis
perbedaan kultur dan subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing care
dan nilai sehat-sakit, kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan
perkembangan ilmu dan humanistic body of knowledge untuk kultur yang spesifik
dan kultur yang universasl dalam keperawatan (Andrews and Boyle, 1997;
Leininger dan McFarland, 2002 dalam Putri, 2018). Tujuan dari transkultural
dalam keperawatan adalah kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan kultur.
Selain itu juga untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam keperawatan yang
humanis sehingga terbentuk praktik keperawatan sesuai dengan kultur dan

1
universal (Leininger, Leininger's Theory of Nursing: Cultural Care Diversity and
Universality, 1988).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut.
Adapun rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud budaya?
2. Bagaimana karakteristik budaya?
3. Apa yang dimaksud transkultural?
4. Bagaimana peran dan fungsi transkultural?
5. Bagaimana konsep keperawatan transkultural?
6. Bagaimana paradigma keperawatan transkultural?
7. Bagaimana proses keperawatan transkultural?
8. Bagaimana hubungan etika dengan keperawatan transkultural?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut.
1. Dapat mengetahui dan memahami definisi dari budaya dan bentuk
karakteristik dari budaya.
2. Dapat mengetahui dan memahami definisi dari transkultural, peran, fungsi,
serta tujuan trankultural.
3. Dapat mengetahui dan memahami konsep, paradigma serta proses
keperawatan trankultural.
4. Dapat mengetahui dan memahami hubungan etika keperawatan dengan
transkultural.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Budaya


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya adalah pikiran, akal, adat
istiadat, sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar diubah. Budaya atau
kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddha yah bentuk jamak dari
buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan
akal manusia. Menurut bahasa Inggris kebudayaan disebut culture yang berasal
dari kata latin colere yaitu m e ngolah atau mengerjakan terkadang kata culture
juga sering diter jemah kan ke dalam bahasa Indonesia sebagai kultur (Muhaimin,
2001, hlm. 153, dalam Devianty, 2017).
Menurut Liliweri (2002, dalam Muali, 2017) kebudayaan merupakan
pandangan hidup dari sekelompok orang dalam bentuk perilaku, kepercayaan,
nilai, dan simbol-simbol yang mereka terima tanpa sadar yang semuanya
diwariskan melalui proses komunikasi dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Dapat disimpulkan bahwa budaya adalah, keyakinan, kepercayaan, pikiran,
adat istiadat, nilai yang menjadi sebuah kebiasaan dalam suatu masyarakat dan
sukar diubah.

2.2 Karakteristik Budaya


Adapun karakteristik dari sebuah budaya adaah sebagai berikut (O'Neil,
2012).
1. Culture is an adaptive mechanism (Adaptif). Artinya, suatu kebudayaan
adalah mekanisme dalam mempertahankan pola kehidupan manusia.
2. Culture is learned (Dipelajari). Artinya, bahwa kebudayaan didapat dari
proses pembelajaran untuk berbudaya, budaya bukanlah sesuatu yang
naluriah.
3. Cultures change (Berubah). Artinya, bahwa kebudayaan berkembang sesuai
dengan berjalanya waktu dan dinamis setiap saat, tergantung waktu dan
tempat berlangsungnya kebudayaan.

3
4. People usually are not aware of their culture (Tidak disadari oleh
masyarakatnya). Artinya, bahwa kebudayaan berjalan dalam kehidupan
sehari-hari dengan alami atau natural.
5. We don’t know all of our own counter (Tidak diketahui secara keseluruhan).
Artinya, bahwa semua masyarakat tidak ada yang mengetahui secara
keseluruhan suatu kebudayaan yang ada dalam lingkup daerahnya.
6. Culture gives us a range of permissible behavior patterns (memberikan dan
membatasi pola tingkah laku). Artinya, bahwa kebudayaan memberikan
jarak dalam interaksi dan membatasi pola tingkah laku masyarakatnya.
Kebudayaan umumnya memberikan jarak dalam cara bagaimana laki-laki
sebagai laki-laki, wanita sebagai wanita.
7. Cultures no longer exist in isolation (Tidak bertahan lama disuatu daerah
terpencil). Artinya kebudayaan tidak akan bertahan lama dalam suatu
wilayah atau daerah terpencil.
8. Culture is shared (Dibagikan). Artinya, bahwa suatu kebudayaan merupakan
kumpulan prinsip dan keyakinan baik, sehingga manusia tersebut akan
berusaha melestarikan dengan cara menyebarkan ke manusia lain.

2.3 Pengertian Transkultural


Transkultural mengandung arti lintas budaya dimana budaya yang satu
dapat mempengaruhi budaya yang lain. Pola kehidupan yang berlangsung lama,
diulang terus menerus merupakan internalisasi dari nilai-nilai yang mempengaruhi
pembentukan karakter pola pikir, pola interaksi perilaku yang memiliki pengaruh
pada pendekatan intervensi keperawatan (Putri, 2018).
Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuan budaya pada
proses belajar dan praktik keperawatan yang fokus memandang perbedaan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan. Ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada
manusia (Leininger, Culture care theory: A major contribution to advance
transcultural nursing knowledge and practices, 2002)

4
2.4 Peran, Fungsi serta Tujuan Keperawatan Transkultural
Keperawatan meyakini bahwa setiap individu pasien itu adalah unik,
berbeda satu dengan yang lainnya. Setiap pasien memiliki nilai-nilai dan
keyakinan serta kebudayaan yang beragam dan berbeda-beda. Hasil perawatan
akan lebih baik jika pasien dan keluarganya dilibatkan dalam pengambilan
keputusan dan proses perawatan pasien sesuai dengan budaya mereka. Artinya
setiap individu pasien perlu dihormati dan dilindungi nilai-nilai dan
kebudayaannya sesuai dengan keragaman dan keunikannya sebagai individu
(Novieastari, Gunawijaya, & Indracahyani, 2018).
Peran keperawatan transkultural sebagai ilmu, dasar yang menjadi pedoman
bagi perawat untuk melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan budaya dan
keyakian yang diyakini oleh klien. Tujuan dari transkultural dalam keperawatan
adalah kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan kultur. Selain itu juga untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dalam keperawatan yang humanis sehingga
terbentuk praktik keperawatan sesuai dengan kultur dan universal (Leininger,
Leininger's Theory of Nursing: Cultural Care Diversity and Universality, 1988).
Keperawatan transkultural berfungsi membentuk perawat dengan kompetensi
kultural. Seorang perawat yang memiliki kompetensi kultural akan mempedulikan
dan peka terhadap kebutuhan budaya pasien yang menerima asuhan keperawatan.
Kurangnya kompetensi kultural perawat dapat berakibat pada banyaknya masalah
dalam berinteraksi antara pasien dan perawat (Novieastari, Gunawijaya, &
Indracahyani, 2018).

2.5 Konsep Dasar Keperawatan Transkultural


Asumsi mendasar dari teori transkultural keperawatan adalah perilaku
caring/peduli. Tindakan peduli dalam memberikan dukungan kepada individu
secara utuh. Perilaku peduli yang dimaksud selain peduli terhadap kesehatan
klien, tetapi juga kepedulian terhadap sikap, kebiasan, keyakinan serta budaya
klien. Bentuk kepedulian orang-orang di sekitar pasien/klien baik perawat yang
bertugas, keluarga, dan masyarakat di sekitar dapat mengembalikan semangat

5
sembuh. Kesehatan fisik selalu berkolerasi dengan kondisi manusia sebagai
makhluk psikologis. (Giger & Davidhizar, Transcultural Nursing : Assessment
and Intervention, 2nd Ed, 1995)

2.6 Paradigma Keperawatan Transkultural


Paradigma keperawatan transkultural Leininger (1985) diartikan sebagai
cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep
sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrew
and Boyle, 1995 dalam Rejeki, 2012).
1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-
nilaidan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan
danmelakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat
dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu
keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk
menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat
diobservasidalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai
tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang
sehat- sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).
3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan
dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan
budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik,
sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau
diciptakan oleh manusia seperti yang bermanfaat untuk mempertahankan

6
kehidupan. Misalnya: pemakaian obat-obatan untuk kesehatan, membuat
rumah sesuai iklim dan geografis lingkungan. Lingkungan sosial adalah
keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu,
keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas yang
mempengaruhi kehidupan.
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktikkeperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar
belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan atau
memberdayakan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang
digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya
dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
a. Cara I : Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak
bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi
keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah
dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan
status kesehatannya, misalnya budaya menggunakan obat-obat
tradisionil berupa herbal.
b. Cara II : Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan
untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat
memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai
pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan
sumber protein hewani yang lain.
c. Cara III : Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya

7
hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola
rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan
sesuai dengan keyakinan yang dianut.
(Rejeki, 2012)

2.7 Hubungan Etika dan Keperawatan Transkultural


Menurut Cooper (1991; Potter dan Perry 1997; dalam Utami, dkk., 2016),
etika keperawatan dikaitkan dengan hubungan antar masyarakat dengan karakter
serta sikap perawat terhadap orang lain. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
Profesi keperawatan mengakui adanya perbedaan di dalam masyarakat,
termasuk didalamnya perbedaan kebudayaan dan keyakinan. Seorang perawat
yang memiliki etika baik akan senantiasa peka terhadap perbedaan budaya yang
dimiliki klien dengan menghargai dan atau menghormatinya, serta menerapkan
asuhan keperawatan yang sesuai (keperawatan transkultural).
Masyarakat cenderung menolak mendapatkan pelayanan kesehatan jika itu
bertentangan dengan budaya, keyakinan atau pendiriannya. Perawat perlu
menentukan strategi asuhan keperawatan yang sesuai agar masyarakat dapat
menerima pelayanan kesehatan namun tetap menghargai budaya, keyakinan atau
pendirian masyarakat itu sendiri.
Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan
mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991, dalam Putri, 2018).
Mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan
dengan Kesehatan. Mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang
menguntungkan kesehatan klien. Merubah budaya klien jika budaya yang dimiliki
klien bertentangan dengan kesehatan, dan dapat membahayakan klien (Putri,
2018). 
Dapat disimpulkan budaya masyarakat di sebuah tempat menjadi penting
bagi perawat untuk ketahui, terima dan hargai. Budaya masyarakat menentukan

8
penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan atau asuhan keperawatan
yang akan diterimanya. Masyarakat memiliki pandangan sendiri akan kebutuhan
kesehatan yang mereka cari. Perawat saat memberikan pelayanan hendaknya
mampu menghargai nilai budaya yang ada di dalam sebuah komunitas dan dapat
dijadikan dasar etika dalam berhubungan dengan masyarakat.

9
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Peka budaya dalam praktik keperawatan ditunjukkan dengan adanya
manusia,rasa dimiliki bersama , sehat sakit dan lingkungan. Dari tiga rangkaian
itu maka akan terbentuknya praktik keperawatan di dalam budaya masyarakat
yang sangat diharapkan.
Masyarakat cenderung menolak mendapatkan pelayanan kesehatan jika itu
bertentangan dengan budaya, keyakinan atau pendiriannya. Perawat perlu
menentukan strategi asuhan keperawatan yang sesuai agar masyarakat dapat
menerima pelayanan kesehatan namun tetap menghargai budaya, keyakinan atau
pendirian masyarakat itu sendiri. Strategi yang digunakan dalam asuhan
keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya,
mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien
(Leininger, 1991, dalam Putri, 2018).
Budaya masyarakat menentukan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan atau asuhan keperawatan yang akan diterimanya. Masyarakat memiliki
pandangan sendiri akan kebutuhan kesehatan yang mereka cari. Perawat saat
memberikan pelayanan hendaknya mampu menghargai nilai budaya yang ada di
dalam sebuah komunitas dan dapat dijadikan dasar etika dalam berhubungan
dengan masyarakat.

4.2 Saran
Dalam peka budaya dalam praktik keperawatan perawat harus didasari ilmu
yang dipelajari pada saat praktik keperawatan berlangsung dan juga mempelajari.
Sebagai perawat kita perlu menghargai dan atau menghormati budaya masyarakat
yang ada di sekitar kita hingga budaya yang ada di setiap daerah. Proses
keperawatan juga harus dilakukan adil supaya masyarakat merasakan pelayanan
masyarakat yang sama.

10
DAFTAR PUSTAKA

Devianty, R. (2017). Bahasa sebagai Cermin Kebudayaan. Jurnal Tarbiyah,


24(2), 226-245. doi:http://dx.doi.org/10.30829/tar.v24i2.167
Giger, J. N., & Davidhizar, R. E. (1995). Transcultural Nursing : Assessment and
Intervention, 2nd Ed. Missouri: Mosby Year Book Inc.
Giger, J. N., & Davidhizar, R. E. (2002). The Giger and Davidhizar Transcultural
Assessment Model. Journal of Transcultural Nursing, 13(3), 185-188.
doi:https://doi.org/10.1177%2F10459602013003004
Kholipah, S., Susilo, E., & Purwaningsih, H. (2013). Hubungan Penerapan
Budaya Organisasi dengan Kepuasan Pasien Di RSUD Ambarawa. Jurnal
Manajemen Keperawatan, 1(1), 7-14. Retrieved from
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JMK/article/view/944
Leininger, M. (1988). Leininger's Theory of Nursing: Cultural Care Diversity and
Universality. Nursing Science Quarterly, 1(4), 152-160.
doi:https://doi.org/10.1177%2F089431848800100408
Leininger, M. (2002). Culture care theory: A major contribution to advance
transcultural nursing knowledge and practices. Journal of transcultural
nursing, 13(3), 189-192. doi:ps://doi.org/10.1177/10459602013003005
Muali, C. (2017). Rasionalitas Konsepsi Budaya Nusantara dalam Menggagas
Pendidikan Karakter Bangsa Multikultural. Jurnal Islam Nusantara, 1(1),
105-117. doi:https://doi.org/10.33852/jurnalin.v1i1.64
Novieastari, E., Gunawijaya, J., & Indracahyani, A. (2018). Pelatihan Asuhan
Keperawatan Peka Budaya Efektif Meningkatkan Kompetensi Kultural
Perawat. Jurnal Keperawatan Indonesia, 21(1), 27-33. doi:
https://doi.org/10.7454/jki.v21i1.484
O'Neil, D. (2012, April 14). HUMAN CULTURE: An Introduction to the
Characteristics of Culture and the Methods used by Anthropologists to
Study It. Polamar.edu:
https://www2.palomar.edu/anthro/culture/Default.htm (Diakses pada 25
Januari 2022).

11
Putri, D. M. (2018). Keperawatan Transkultural. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Rejeki, S. (2012). Herbal dan Kesehatan Reproduksi Perempuan (Suatu
Pendekatan Transkultural dalam Praktik Keperawatan Maternitas.
Proceeding Seminar Nasional Keperawatan : Penggunaan Herbal dalam
Kesehatan Perempuan (pp. 7-16). Semarang: Universitas Muhammadiyah
Semarang.
Utami, N. W., Agustine, U., & Happy, R. E. (2016). Etika Keperawatan dan
Keperawatan Profesional. Jakarta: Badan PPSDM Kesehatan.

12

Anda mungkin juga menyukai