Anda di halaman 1dari 2

Nama : DIAN AMANDA PUTRI

Mata Kuliah : HUKUM INTERNASIONAL

Dosen Mata Kuliah : Clara Ignatia Tobing, SH.,MH

Semester : 2A4 (GENAP)

Tanggal : Selasa, 26 April 2022

ANALISIS SUMBER HUKUM PEMUTUSAN HAKIM DALAM MENANGANI SUATU


KASUS ICJ YAITU “LEGAL CONSEQUENCES FOR STATE OF THE CONTINUED
PRESENCE OF SOUTH AFRICA IN NAMIBIA”

Sumber hukum yang dipakai dalam sebuah kasus “Legal Consequences for States of the
Continued Presence of South Africa in Namibia” merujuk kepada Piagam PBB. Piagam perserikatan
bangsa-bangsa merupakan salah satu bentuk dari perjanjian internasional yang merupakan sumber
hukum internasional berdasarkan pasal 38 konvensi Wina tahun 1969. Perjanjian internasional ini
merupakan perjanjian yang diadakan oleh masyarakat bangsa-bangsa di dunia yang bertujuan untuk
mengakibatkan suatu akibat hukum tertentu yang diselenggarakan oleh subjek hukum internasional 1.
Piagam PBB termasuk ke dalam traktat multilateral yang merupakan penuangan kesadaran
masyarakat internasional dalam memelihara perdamaian serta keamanan kolektif sehingga
menciptakan kewajiban yang mengikat bagi seluruh anggota PBB. Adanya perjanjian multilateral atau
traktat multilateral ini menyebabkan adanya kewajiban yang dibebankan kepada negara-negara bagi
peserta maupun bukan. Kewajiban yang dibebankan terhadap negara peserta merupakan kewajiban
yang mengikat sedangkan kepada negara non peserta traktat multilateral mengikat apabila terdapat
ketentuan-ketentuan yang mencerminkan hukum kebiasaan 2. Sehingga, perlu dicermati bahwa piagam
PBB setelah mendapat tanggapan sebagai suatu bentuk kebiasaan internasional.

Sebenarnya, disamping piagam PBB majelis hakim dalam mengambil keputusan nya juga
mendasarkan terhadap beberapa konvensi dan statuta. Pada kasus Namibia tersebut majelis hakim
berpendapat berdasarkan ketentuan pada pasal 73 mengenai prinsip penentuan nasib sendiri atas
wilayah yang masyarakatnya belum mencapai pemerintahan sendiri secara penuh. Dengan demikian
wilayah Namibia yang berada dibawah perwalian dan belum memiliki tanggung jawab administrasi
yang penuh dalam tanggung jawab pemerintahan negara maka harus mengutamakan kepentingan
penduduk wilayah tersebut dengan menghormati budaya masyarakat yang bersangkutan dan berusaha
1
Rodrigo Wullur, ‘Kekuatan Mengikat Perjanjian Internasional Sebagai Salah Satu Sumber Hukum Internasional
Menurut Pasal 38 Piagam Mahkamah Internasional’ (2018) 6 Lex Administratum.
2
Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global (Bandung:
Alumni, 2000), 144–45.
untuk meningkatkan berbagai aspek baik ekonomi, sosial, maupun politik. Pertimbangan-
pertimbangan tersebut harus dilakukan untuk mempromosikan langkah pembangunan yang
konstruktif, yang apabila perlu dapat bekerjasama dengan badan internasional khusus untuk mencapai
tujuan sosial, ekonomi, maupun ilmiah yang ada pada wilayah tersebut. Adanya perwalian atas daerah
tersebut muncul akibat perjanjian perwalian sebagaimana disebutkan majelis hakim yang berada pada
pasal 77, 79, dan 81.

Dalam perkara tersebut Afrika Selatan harus menyerahkan administrasi Afrika Barat pada
kepengawasan majelis umum sebagaimana diatur dalam pasal 10 tentang kewenangan dari majelis
umum yang dapat membahas masalah dalam lingkup piagam yang berkaitan dengan kekuasaan atau
fungsi dari setiap organ yang diatur dalam piagam dan membuat rekomendasi pada dewan keamanan
PBB. Afrika Selatan telah gagal dalam memenuhi kewajibannya dalam menjalankan administrasi
wilayah yang diamanatkan Dan untuk memastikan kesejahteraan moral dan material penduduk asli
Namibia atau Afrika Barat. Pihak pengadilan juga menggunakan dasar hukum pada pasal 24, tentang
tanggung jawab dari dewan keamanan dalam memelihara perdamaian dan keamanan internasional
sehingga dalam hal ini penentuan tindakan yang diizinkan dan tidak diizinkan atau tindakan yang
tersedia atau tidak tersedia bagi .

Adanya keputusan-keputusan dari dewan keamanan menurut pengadilan tidak hanya harus
dihormati oleh Afrika Selatan selaku salah satu pihak dalam persidangan namun juga oleh negara-
negara anggota maupun non anggota. Dalam hal ini terdapat beberapa akibat hukum yang akan
diterima oleh Afrika Selatan setelah melepaskan perwalian atas Namibia atau Afrika barat. Dalam hal
ini Afrika Selatan harus bertanggung jawab atas berbagai pelanggaran kewajiban internasional atas
rakyat Namibia yang tidak dilaksanakan. Hal ini didasarkan pada pasal 73 dan persyaratan perwalian
yang diatur dalam pasal 77 hingga pasal 80 PBB. Adanya pelepasan administrasi atas Namibia tidak
menyebabkan Afrika Selatan dapat kabur dari berbagai konsekuensi akibat menyalahgunakan daerah.
Perwalian yang dilakukan oleh Afrika Selatan harusnya menghormati serta mematuhi pasal 76 piagam
PBB karena dalam pasal tersebut ditentukan tentang tujuan dari perwalian atas Afrika Barat. Dengan
demikian, begitulah analisa sumber hukum perkara Namibia di atas.

Mauna, Boer. Hukum Internasional: Pengertian, Peranan Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global.
Bandung: Alumni, 2000.

Wullur, Rodrigo. “Kekuatan Mengikat Perjanjian Internasional Sebagai Salah Satu Sumber Hukum
Internasional Menurut Pasal 38 Piagam Mahkamah Internasional.” Lex Administratum 6, No. 1
(2018).

Anda mungkin juga menyukai