Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II
Disusun Oleh :
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa.
Atas karunia-Nya, akhirnya kami bisa menyelesaikan makalah Mata Ajar KMB II. Makalah
ini berjudul “EVIDENCE BASED PRACTICE PADA KASUS GANGGUAN SISTEM
ENDOKRIN PADA HIPERTIROID”. Adapun penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas dari Ibu Rosliana Dewi, M.H.Kes., M.Kep selaku dosen Mata KMB II di kelas 2A
Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi.
Kami penulis menyadari bahwa manusia tidak luput dari kesalahan maka dari itu
dengan segala kerendahan hati, kami memohon maaf apabila ada ketidak sesuaian kalimat
dan kekeliruan penyajian materi pada makalah ini. Meskipun demikian, kami terbuka pada
kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga segala bentuk
kebaikan datang dari segala arah.
Kelompok 12
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Penerapan EBP ini menggunakan metode pre dan post tindakan. Untuk
melihat tingkat keberhasilan EBP ini, penulis mengobservasi hasilhasil pada jurnal
penelitian terhadap pasien Hipertiroid, dengan membandingkan hasil sebelum dan
sesudah dilakukan intervensi.
a) Summary Jurnal
1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan
hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
1. Hasil Literatur
Dari Hasil Penelitian Yohanes K. More, Wijar Prasetyo (2016) yang berjudul
“STUDI KASUS PADA Ny. U DENGAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN RESIKO TINGGI TERHADAP
PENURUNAN CURAH JANTUNG DI RUANG NILAM RS WILLIAM BOOTH
SURABAYA” didapatkan hasil bahwa Hasil studi kasus menunjukkan diagnosa
keperawatan yang muncul adalah resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
yang berhubungan dengan uremia dengan intervensi observasi tanda – tanda vital,
observasi kesadaran, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat
sefalosporin, kolaborasi dengan laboran untuk observasi ureum, kreatinin, natrium,
kalium dan hasil evaluasi didapatkan pasien belum sadar.
2. Analisis Literatur
3. Lampiran Materi
2. Analisis Literatur
Dari hasil 3 kajian jurnal yang didapatkan bahwa pada pasien Hipertiroid
dengan Diagnosa keperawatan Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan
peningkatan kebutuhan energi.bisa dilakukan dengan pemberian obat anti tiroid dan
terapi
3. Lampiran Materi
Kelenjar tiroid berbentuk kupu-kupu terletak di bawah jakun di bagian leher
tepatnya di bagian depan tenggorokan. Hormon tiroid yang dibuat pada kelenjar tiroid
dengan produksi hormon yang diatur hormon lain disebut dengan hormon perangsang
tiroid. Obat tiroid (hormon tiroid) digunakan jika kadar tiroid di dalam tubuh sangat
rendah terhadap orang dengan hipotiroidisme. Obat tiroid ini menghasilkan 2 hormon,
yaitu T3 dan T4. Biasanya T4 paling sering diberikan untuk dijadikan resep khusus
untuk pengobatan hipotiroidisme
3. TIROIDEKTOMI Reyhan Zuhdi 2017 Jenis penelitian melibatkan 62 Rata-rata status IMT Tiroidektomi
MENINGKATKAN Gofita ini adalah subyek penelitian praoperasi tiroidektomi meningkatkan IMT
IMT ( INDEKS Widyawigata, observasional yaitu pasien dengan adalah 23,01 dan rata- pascaoperasi pasien
MASSA TUBUH ) Yan Wisnu analitik diagnosis hipertiroid rata status IMT hipertiroid dan
PADA PASIEN Prajoko, Endang retrospektif secara laboratoris pascaoperasi kenaikan
HIPERTIROID DI Mahati, Albertus dengan yang dilakukan tiroidektomi adalah ini dipengaruhi oleh
RSUP DR. Ari pendekatan tiroidektomi 24,46. Terdapat jenis kelamin.
KARIADI Adrianto Crossectional. kenaikan bermakna
SEMARANG pada IMT pascaoperasi
tiroidektomi dan jenis
kelamin juga
berpengaruh secara
signifikan terhadap
kenaikan IMT
pascaoperasi
tiroidektomi. IMT
praoperasi dan usia
tidak berpengaruh
terhadap perubahan
IMT pascaoperasi
tiroidektomi
b) Kajian literatur
1. Hasil Literatur
Dari hasil penelitian Dian Ayu Juwita, Suhatri, & Risa Hestia (2015) yang
berjudul “Evaluasi Penggunaan Obat Antitiroid Pada Pasien Hipertiroid di RSUP Dr.
M. Djamil Padang, Indonesia”. Didapatkan bahwa, Dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa penggunaan obat antitiroid pada pasien
hipertiroid di Poliklinik RSUP Dr. M. Djamil Padang menggunakan data rekam
medik pasien pada tahun 2015 Masih ditemukan ketidak tepatan penggunaan obat
antitiroid berupa tidak tepat dosis, tidak tepat pasien , sedangkan ketidak tepatan
indikasi dan ketidak tepatan obat tidak ditemukan.
Dari hasil Reyhan Zuhdi Gofita Widyawigata, Yan Wisnu Prajoko, Endang
Mahati, Albertus Ari Adrianto (2017) yang berjudul “TIROIDEKTOMI
MENINGKATKAN IMT ( INDEKS MASSA TUBUH ) PADA PASIEN
HIPERTIROID DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG”. Didapatkan hasil bahwa,
Tiroidektomi meningkatkan IMT pascaoperasi pasien hipertiroid dan kenaikan.
2. Analisis Literatur
Dari hasil 3 kajian jurnal yang didapatkan bahwa Kolaborasi pemberian medikasi
itu sangat berpengaruh terhadap pasien hipertiroid
3. Lampiran Materi
Dari Hasil Penelitian David Christian1 , Prayanto Widyo Harsanto2 , Rebecca Milka
N.B3 (2018) yang berjudul “Perancangan Film Pendek tentang ”Pejuang Hipertiroid”
didapatkan hasil bahwa Film pendek ini bertujuan untuk memotivasi para penderita
hipertiroid, bahwa mereka masih memiliki orang-orang di sekitarnya, yang sebenarnya peduli
dengan keadaannya. Walaupun, kadang tak jarang terjadi kesalahpahaman akibat kurangnya
pemahaman orang sekitar. Selain itu, orang normal dapat belajar untuk lebih bersyukur, serta
mendapatkan informasi mengenai penyakit hipertiroid.
Harapannya, dengan adanya film pendek ini dapat membantu kawan-kawan yang
terdiagnosa penyakit hipertiroid agar tetap semangat dan berdamai dengan penyakitnya,
sehingga memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Selain itu, harapan untuk orang di sekitar
penderita hipertiroid adalah bisa mengambil bagian untuk mendukung penderita hipertiroid di
sekitarnya agar tetap semangat.
Dari Hasil Penelitian Diah Yunitawati*1 , Kurnia Santi1 1Balai Litbang GAKI Magelang
Kavling Jayan, Borobudur, Magelang *e-mail: itadiah@yahoo.com (2014) yang berjudul
“KONSELING PSIKOLOGI DAN KECEMASAN PADA PENDERITA HIPERTIROID DI
KLINIK LITBANG GAKI MAGELANG” didapatkan bahwa Penderita hipertiroid yang
memiliki penyakit berat dan sedang hamil tidak dimasukkan menjadi sampel. Jumlah sampel
sebanyak 45 orang. Terjadi perubahan persentase tiap kategori kecemasan antara sebelum dan
setelah konseling. Hasil analisis menunjukkan bahwa skor kecemasan setelah proses
konseling dan sebelum dilakukan konseling menunjukkan perbedaan yang bermakna secara
statistik. Faktor usia, pendidikan, dan pekerjaan tidak berhubungan secara statistik dengan
kecemasan pada penderita hipertiroid.
Dari Hasil Penelitin Mutalazimah,1,2, Budi Mulyono3 , Bhisma Murti4 dan Saifuddin
Azwar5 (2014) yang berjudul “KAJIAN PATOFISIOLOGIS GEJALA KLINIS DAN
PSIKOSOSIAL SEBAGAI DAMPAK GANGGUAN FUNGSI TIROID PADA WANITA USIA
PRODUKTIF” didapatkan bahwa Setidaknya ada 3 alasan utama TSH menjadi indikator
yang baik untuk mendeteksi penyakit gangguan fungsi tiroid, yakni adanya hubungan
loglinier terbalik antara konsentrasi TSH dan FT4. Hampir semua kasus hipotiroidisme dan
hipertiroidisme yang umumnya ditemui dalam praktek medis disebabkan oleh penyakit
primer (kelenjar tiroid), sehingga berkaitan dengan hormon yang merangsang aktivitas tiroid
yakni TSH. Alasan selanjutnya, tes immunometric untuk TSH adalah tes yang sangat sensitif
dan spesifik, dengan sensitivitas dan spesifisitas yang lebih tinggi dari 99%(Guan et al,
2008).
2. Analisis Literatur
Dari hasil 3 kajian jurnal diatas didapatkan bahwa pada pasien Hipertiroid dengan Diagnosa
Keperawatan Anssietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik.
Berpengaruh dan bisa dilakukan dengan Motivasi, mengidentifikasi situasi yang memicu
kecemasan pada pasien Hipertiroid.
3. Lampiran Materi
Ansietas atau kecemasan (anxiety) adalah kondisi emosi dengan timbulnya rasa tidak
nyaman pada diri seseorang, dan merupakan pengalaman yang samar-samar disertai
dengan perasaan yang tidak berdaya serta tidak menentu yang disebabkan oleh suatu hal
yang belum jelas (Annisa & Ifdil, 2016). Ansietas merupakan kondisi yang normal dan
merupakan reaksi sehat terhadap stres yang beruhubungan dengan aktivasi respon fight-
or-flight dari segi fisik, mental, dan perubahan perilaku yang memungkinkan seseorang
untuk menghadapi ancaman atau bahaya. Ansietas bisa bermanfaat bagi kita. Misalnya,
tingkat kecemasan sedang yang terjadi sesaat sebelum kegiatan olahraga, ujian, ataupun
bekerja, akan meningkatkan kewaspadaan dan kinerja. Sementara tingkat kecemasan
yang cukup tinggi seperti berada dalam situasi bahaya nyata akan memungkinkan
seseorang untuk fokus pada ancaman dan bertindak cepat untuk melarikan diri atau
menangkal bahaya tersebut. Bahkan, dengan tingkat kecemasan yang cukup tinggi pun
aktifitas bisa dilakukan secara normal atau seperti biasa apabila konsisten terhadap
tuntutan situasi yang harus dihadapi (Andrews et al. 2018).
a) Summary Jurnal
5. Kurang Pengetahuan mengenai kondisi, prognisis dan kebutuhan pengobatan nerhubungan dengan tidak mengenal sumber
informasi.
Dari Hasil Penelitian Prihatin Broto Sukandar*1 , Diah Yunitawati 1, Nur Ihsan1 (2015)
yang berjudul “HUBUNGAN STATUS HIPERTIROID DENGAN SIKLUS MENSTRUASI
PENDERITA HIPERTIROID DI KLINIK LITBANG GAKI MAGELANG” didapatkan hasil
bahwa Hasil penelitian 16 (37,2%) penderita hipertiroid mengalami siklus menstruasi tidak
teratur dan 27 (62,8%) siklus menstruasinya teratur. Hubungan hipertiroid dengan siklus
menstruasi tidak bermakna, (p=0,414). Hubungan usia dengan siklus menstruasi tidak
bermakna nilai p=0,331. Hubungan status gizi/Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan siklus
menstruasi tidak bermakna, nilai p=0,508. Hubungan kecemasan dengan siklus menstruasi
tidak bermakna, nilai p=0,552. Hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan siklus
menstruasi bermakna, nilai p=0,034. Uji secara multivariate tidak berpengaruh hipertiroid,
usia, IMT, kecemasan, dan kontrasepsi hormonal terhadap siklus menstruasi.
Dari Hasil Penelitian Rotua Dinarta Sihombing 1 , Sancka Stella 2 , Lannasari 3 (2021)
yang berjudul “Hubungan Status Hipertiroid dengan Tingkat Depresi Usia Dewasa Tengah
di Komunitas Pita Tosca Wilayah DKI Jakarta” didapatkan hasil penelitian bahwa Penelitian
ini mendapatkan hasil mengenai data karakteristik responden berupa jenis kelamin, status
pendidikan, status perkawinan dan status pekerjaan. Jenis kelamin responden sebagian besar
yaitu wanita dengan jumlah 67 responden (90, 5%). Sedangkan responden yang berjenis
kelamin laki-laki berjumlah 7 responden dengan presentase (9,5%). Hal ini sejalan dengan
hasil penelitiannya Sari et al bahwa hipertiroid lebih banyak terjadi pada wanita dikarenakan
wanita memiliki hormon estrogen yang lebih banyak daripada laki-laki sehingga hormon
estrogen menyebabkan hormon tiroid tidak dapat bekerja secara maksimal.10.
Dari Hasil Penelitian Diah Yunitawati1*, Leny Latifah1 1Balai Litbang GAKI Magelang
Kavling Jayan, Borobudur Magelang *e-mail: itadiah@yahoo.com (2016) yang berjudul
“KECEMASAN DAN GANGGUAN FUNGSI TIROID PADA WANITA USIA SUBUR”
didapatkan hasil penelitian bahwa Persentase subjek yang menderita hipertiroid adalah
33.3%, hipotiroid sebesar 7.3%, dan eutiroid 59.4%. Sebagian besar subjek mengalami
tingkat kecemasan sedang dan berat dan lebih banyak pada usia diatas 36 tahun. Uji statistik
terhadap usia subjek menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok
hipertiroid, eutiroid, dan hipotiroid. Hasil uji Anova menunjukkan bahwa kelompok
hipertiroid memiliki skor kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
eutiroid.
2. Analisis Literatur
Dari hasil 3 kajian jurnal yang didapatkan bahwa pada pasien Hipertiroid dengan
Diagnosa keperawatan Kurang Pengetahuan mengenai kondisi, prognisis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi. Berpengaruh dan bisa
dilakukan dengan mengidentifikasi sumber stress.
3. Lampiran Materi
Depresi adalah gangguan kejiwaan pada sesorang dengan gejala wajah murung, selalu
merasa sedih, merasa tertekan, mengalami suasana hati yang naik turun dan adapula gejala
anxious stress atau yang dikenal dengan tekanan kecemasan. Penderita yang mengalami
depresi akan mengalami perasaan yang bimbang, selalu merasa waswas, tidak dapat fokus
karena merasakan kegelisahan atau kekhawatiran yang berkepanjangan, Diagnosa depresi
dapat ditegakkan apabila sesorang mengalami perasaan sedih, tidak memiliki harapan dan
merasa tidak berharga selama 2 minggu bahkan lebih.
Dampak dari depresi adalah seseorang itu selalu merasa kesepian, tidak memiliki harapan
dan keinginan untuk melakukan sesuatu dengan baik, tidak dapat tidur dan akibatnya
seseorang itu akan menunjukkan perasaan yang sangat sensitif seperti mudah tersinggung,
rasa sedih terus menerus, dan pola makan yang tidak teratur.
Depresi mempunyai beberapa tingkatan, yaitu depresi ringan, depresi sedang dan depresi
berat, dimana ciri ciri dengan depresi ringan adalah kehilangan minat, cepat lelah, aktivitas
terganggu, sulit berkonsentrasi, tidak dapat melakukan aktivitas sosial yang dapat
berlangsung selama 14 hari , depresi sedang memiliki ciri kurangnya kepercayaan diri, selalu
merasa bersalah, sulit tidur ,dan tidak memiliki gambaran atau pandangan mengenai masa
depan. Depresi berat mempunyai gejala klinis lebih parah, adanya kecenderungan melakukan
aktivitas bunuh diri, halusinasi dan waham.