Anda di halaman 1dari 22

Tugas Kelompok

TUGAS MATA KULIAH

ETIKA BISNIS

”Contoh Kasus Etika Bisnis Pada PT. Kimia Farma”

Oleh :

Kelompok 12

EGHA ADRIANI ARGO B1C119092


ELMAYANTI B1C119093
ELSA FEBRIANTI MUKDIR B1C119094

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Halu Oleo
Kendari
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................1
BAB 2 LANDASAN TEORI..........................................................................................................2
2.1 Etika Bisnis............................................................................................................................2
BAB 3 PEMBAHASAN..................................................................................................................3
3.1 Analisis Masalah....................................................................................................................3
3.2 Pembahasan Masalah.............................................................................................................4
3.2.1 Permasalahan..................................................................................................................4
3.2.2 Sanksi dan Denda...........................................................................................................5
3.2.3 Keterkaitan Akuntan Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk......................................6
3.2.4 Dampak Terhadap Profesi Akuntan................................................................................7
3.2.5 Mengidentifikasi dan menilai risiko etika......................................................................8
3.2.6 Menerapkan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis dengan
Stakeholder..............................................................................................................................9
BAB 4 PENUTUP.........................................................................................................................10
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................10

i
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

2 Sebuah perusahaan bisnis


yang baik harus memiliki etika
dan tanggung jawab sosial
yang
3 baik. Kata “etika” berasal
dari kata Yunani ethos yang
mengandung arti yang cukup
luas yaitu,
4 tempat yang biasa ditinggali,
kebiasaan, adaptasi, akhlak,
watak, perasaan, sikap dan
cara

1
5 berpikir. Kata “moralitas”
dari kata lain “moralis” dan
merupakan kata abstrak dari
“moral” yang
6 menunjuk kepada baik dan
buruknya suatu perbuatan.
Sedangkan definisi dari etika
bisnis adalah
7 pengetahuan tentang tata cara
ideal pengaturan dan
pengelolaan bisnis yang
memperhatikan
8 norma dan moralitas yang
berlaku secara ekonomi/sosial,

2
dan penerapan norma dan
moralitas ini
9 menunjang maksud dan
tujuan kegiatan bisnis. Apalagi
akhir-akhir ini makin banyak
dibicarakan
10 perlunya tentang perilaku
bisnis terutama menjelang
mekanisme pasar bebas.
11 Dalam mekanisme pasar
bebas diberikan kebebasan
luas kepada seluruh pelaku
bisnis untuk
12 melakukan kegiatan dan
mengembangkan diri dalam
3
pembangunan ekonomi. Hal
ini terjadi
13 akibat manajemen dan
karyawan yang cenderung
mencari keuntungan semata
sehingga terjadi
14 penyimpangan norma-
norma etis. Bahkan,
pelanggaran etika bisnis dan
persaingan tidak sehat
15 dalam upaya penguasaan
pasar terasa semakin
memberatkan para pengusaha
menengah kebawah

4
16 yang kurang memiliki
kemampuan bersaing. Oleh
karena itu, perlu adanya sanksi
yang tegas
17 mengenai larangan praktik
monopoli dan usaha yang tidak
sehat agar dapat mengurangi
18 terjadinya pelanggaran
etika bisnis dalam dunia usaha.
19 Sebuah perusahaan bisnis
yang baik harus memiliki etika
dan tanggung jawab sosial
yang
20 baik. Kata “etika” berasal
dari kata Yunani ethos yang
5
mengandung arti yang cukup
luas yaitu,
21 tempat yang biasa
ditinggali, kebiasaan, adaptasi,
akhlak, watak, perasaan, sikap
dan cara
22 berpikir. Kata “moralitas”
dari kata lain “moralis” dan
merupakan kata abstrak dari
“moral” yang
23 menunjuk kepada baik dan
buruknya suatu perbuatan.
Sedangkan definisi dari etika
bisnis adalah

6
24 pengetahuan tentang tata
cara ideal pengaturan dan
pengelolaan bisnis yang
memperhatikan
25 norma dan moralitas yang
berlaku secara ekonomi/sosial,
dan penerapan norma dan
moralitas ini
26 menunjang maksud dan
tujuan kegiatan bisnis. Apalagi
akhir-akhir ini makin banyak
dibicarakan
27 perlunya tentang perilaku
bisnis terutama menjelang
mekanisme pasar bebas.
7
28 Dalam mekanisme pasar
bebas diberikan kebebasan
luas kepada seluruh pelaku
bisnis untuk
29 melakukan kegiatan dan
mengembangkan diri dalam
pembangunan ekonomi. Hal
ini terjadi
30 akibat manajemen dan
karyawan yang cenderung
mencari keuntungan semata
sehingga terjadi
31 penyimpangan norma-
norma etis. Bahkan,

8
pelanggaran etika bisnis dan
persaingan tidak sehat
32 dalam upaya penguasaan
pasar terasa semakin
memberatkan para pengusaha
menengah kebawah
33 yang kurang memiliki
kemampuan bersaing. Oleh
karena itu, perlu adanya sanksi
yang tegas
34 mengenai larangan praktik
monopoli dan usaha yang tidak
sehat agar dapat mengurangi
35 terjadinya pelanggaran
etika bisnis dalam dunia usaha.
9
Dalam mekanisme pasar bebas diberi kebebasan luas kepada pelaku bisnis untukmelakukan
kegiatan dan mengembangkan diri dalam pembangunan ekonomi. Disini pulapelaku bisnis
dibiarkan bersaing untuk berkembang mengikuti mekanisme pasar. Peluang-peluang yang
diberikan pemerintah telah memberi kesempatan pada usaha-usaha tertentuuntuk melakukan
penguasaan pangsa pasar secara tidak wajar.

Keadaan tersebut didukung oleh orientasi bisnis yang tidak hanya pada produk, promosidan
kosumen tetapi lebih menekankan pada persaingan sehingga etika bisnis tidak lagidiperhatikan
dan akhirnya telah menjadi praktek monopoli, persengkongkolan dansebagainya. Masalah
pelanggaran etika sering muncul antara lain seperti, dalam halmendapatkan ide usaha,
memperoleh modal, melaksanakan proses produksi, pemasaranproduk, pembayaran pajak,
pembagian keuntungan, penetapan mutu, penentuan harga,pembajakan tenaga professional,
blow-up proposal proyek, penguasaan pangsa pasar dalam satu tangan, persengkokolan,
mengumumkan propektis yang tidak benar, penekananupah buruh dibawah standar, insider
traiding dan sebagainya. Biasanya faktor keuntunganmerupakan hal yang mendorong terjadinya
perilaku tidak etis dalam berbisnis.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa contoh kasus yang berkaitan dengan etika bisnis?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui kasus nyata dalam etika bisnis.

10
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Etika Bisnis

Kata “Etika” berasal dari dari kata Yunani yaitu ‘Ethos,’ yang artinya adat istiadat. Etika
bisa dibilang sebagai kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu
masyarakat. Etika itu punya kaitan sama nilai-nilai, tatacara hidup yang baik, aturan hidup yang
baik, dan termasuk juga semua kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang
lain, atau dari satu generasi ke generasi yang lain.

Bisnis menurut kamus besar bahasa Indonesia bisnis adalah usaha dagang,usaha
komersial dalam dunia perdagangan. Dapat disimulkan bahwa bisnis istilah umum yang
menggambarkan semua aktifitas dan institusi yang memproduksi barang & jasa dalam kehidupan
sehari-hari dan bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang
(organisasi) yang menciptakan nilai (create value) melalui penciptaan barang dan jasa (create of
good and service) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperoleh keuntungan melalui
transaksi.

Etika bisnis merupakan pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan
semua pihak yang terkait dengan para kompetitor untuk menghindari penyim penyimpangan
ilmu ekonomi dan mencapai tujuan atau mendapatkan profit, sehin harus menguasai sudut
pandang ekonomi, hukum, dan etika atau moral aga mencapai target yang dimaksud.
Moralitas berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau dan karenanya diperbolehkan atau tidak, dari
perilaku manusia. Moralitas selalu b dengan apa yang dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis
merupakan suatu perilaku yang sangat penting. Tetapi belum pernah etika bisnis mendapat
begitu perhatian seperti sekarang.

2
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Analisis Masalah

PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di


Indonesia pemerintah di Indonesia . Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen
Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan
tersebut di audit oleh Hans Tuana kotta dan Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian
BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung
unsur rekayasa . Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan
Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang
cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya
sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesarRp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba
awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu
kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral
berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar
Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan
sebesar Rp 10,7 miliar.

Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang
ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur
produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada
tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan
nilainya dan dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per
31 Desember 2001. Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah
dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan .Pencatatan ganda tersebut
dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil
dideteksi . Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit
laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun
gagal mendeteksi kecurangan tersebut.

3
3.2 Pembahasan Masalah

3.2.1 Permasalahan

PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di


Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma
melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit
oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan
Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur
rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia
Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup
mendasar.

Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp
99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang
dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa
overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated
persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa
overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp
10,7 miliar.

Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang
ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur
produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada
tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan
nilainya dan dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per
31 Desember 2001. Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah
dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut
dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil
dideteksi. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit
laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun
gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak terbukti
membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut.

4
Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang menyatakan
bahwa Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik
Pemerintah di PT KAEF setelah melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan
(overstated) dalam laporan keuangan pada semester I tahun 2002. Dimana tindakan ini
terbukti melanggar Peraturan Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian
Laporan Keuangan poin 2 – Khusus huruf m – Perubahan Akuntansi dan Kesalahan
Mendasar poin 3) Kesalahan Mendasar, sebagai berikut:

“Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis,


kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta dan
kecurangan atau kelalaian”

Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar


harus diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali
(restatement) untuk periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan
dampaknya terhadap masa sebelum periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo
laba awal periode. Pengecualian dilakukan apabila dianggap tidak praktis atau secara
khusus diatur lain dalam ketentuan masa transisi penerapan standar akuntansi keuangan
baru”.

3.2.2 Sanksi dan Denda

Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102 Undang-undang
Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal jo Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun
1995 jo Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan
di Bidang Pasar Modal maka PT Kimia Farma (Persero) Tbk. dikenakan sanksi administratif
berupa denda yaitu sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). Sesuai Pasal 5 huruf n
Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka:

1) Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 – Juni 2002 diwajibkan
membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk disetor ke Kas

5
Negara, karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan
per 31 Desember 2001.
2) Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku auditor PT
Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp. 100.000.000,- (seratus
juta rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena atas risiko audit yang tidak berhasil
mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia Farma
(Persero) Tbk. tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan tidak diketemukan adanya unsur kesengajaan.
Tetapi, KAP HTM tetap diwajibkan membayar denda karena dianggap telah gagal
menerapkan Persyaratan Profesional yang disyaratkan di SPAP SA Seksi 110 Tanggung
Jawab & Fungsi Auditor Independen, paragraf 04 Persyaratan Profesional, dimana
disebutkan bahwa persyaratan profesional yang dituntut dari auditor independen adalah
orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai auditor independen.

3.2.3 Keterkaitan Akuntan Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk.

Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) melakukan pemeriksaan atau penyidikan baik
atas manajemen lama direksi PT Kimia Farma Tbk. ataupun terhadap akuntan publik Hans
Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Dan akuntan publik (Hans Tuanakotta dan Mustofa) harus
bertanggung jawab, karena akuntan publik ini juga yang mengaudit Kimia Farma tahun buku 31
Desember 2001 dan dengan yang interim 30 Juni tahun 2002.

Pada saat audit 31 Desember 2001 akuntan belum menemukan kesalahan pencatatan atas
laporan keuangan. Tapi setelah audit interim 2002 akuntan publik Hans Tuanakotta Mustofa
(HTM) menemukan kesalahan pencatatan alas laporan keuangan. Sehingga Bapepam sebagai
lembaga pengawas pasar modal bekerjasama dengan Direktorat Akuntansi dan Jasa Penilai
Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan yang mempunyai kewenangan untuk mengawasi para
akuntan publik untuk mencari bukti-bukti atas keterlibatan akuntan publik dalam kesalahan
pencatatan laporan keuangan pada PT. Kimia Farma Tbk. untuk tahun buku 2001.

Namun dalam hal ini seharusnya akuntan publik bertindak secara independen karena
mereka adalah pihak yang bertugas memeriksa dan melaporkan adanya ketidakwajaran dalam
pencatatan laporan keuangan. Dalam UU Pasar Modal 1995 disebutkan apabila di temukan

6
adanya kesalahan, selambat- lambamya dalam tiga hari kerja, akuntan publik harus sudah
melaporkannya ke Bapepam. Dan apabila temuannya tersebut tidak dilaporkan maka auditor
tersebut dapat dikenai pidana, karena ada ketentuan yang mengatur bahwa setiap profesi akuntan
itu wajib melaporkan temuan kalau ada emiten yang melakukan pelanggaran peraturan pasar
modal. Sehingga perlu dilakukan penyajian kembali laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk.
dikarenakan adanya kesalahan pencatatan yang mendasar, akan tetapi kebanyakan auditor
mengatakan bahwa mereka telah mengaudit sesuai dengan standar profesional akuntan publik.
Akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa ikut bersalah dalam manipulasi laporan keuangan,
karena sebagai auditor independen akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM)
seharusnya mengetahui laporan-laporan yang diauditnya itu apakah berdasarkan laporan fiktif
atau tidak.

3.2.4 Dampak Terhadap Profesi Akuntan

Aktivitas manipulasi pencatatan laporan keungan yang dilakukan manajemen tidak


terlepas dari bantuan akuntan. Akuntan yang melakukan hal tersebut memberikan informasi yang
menyebabkan pemakai laporan keuangan tidak menerima informasi yang fair. Akuntan sudah
melanggar etika profesinya. Kejadian manipulasi pencatatan laporan keuangan yang
menyebabkan dampak yang luas terhadap aktivitas bisnis yang tidak fair membuat pemerintah
campur tangan untuk membuat aturan yang baru yang mengatur profesi akuntan dengan maksud
mencegah adanya praktik-praktik yang akan melanggar etika oleh para akuntan publik.

Keterkaitan Manajemen Risiko Etika disini adalah pada pelaksanaan audit oleh KAP
HTM selaku badan independen, kesepakatan dan kerjasama dengan klien (PT Kimia Farma
Tbk.) dan pemberian opini atas laporan keuangan klien. Dalam kasus ini, jika dipandang dari sisi
KAP HTM, maka urutan stakeholder mana ditinjau dari segi kepentingan stakeholderadalah:

1) Klien atau PT Kimia Farma Tbk.


2) Pemegang saham
3) Masyarakat luas

7
Dalam kasus ini, KAP HTM menghadapi sanksi yang cukup berat dengan dihentikannya jasa
audit mereka. Hal ini terjadi bukan karena kesalahan KAP HTM semata yang tidak mampu
melakukanreview menyeluruh atas semua elemen laporan keuangan, tetapi lebih karena
kesalahan manajemen Kimia Farma yang melakukan aksi manipulasi dengan penggelembungan
nilai persediaan.

Kasus yang menimpa KAP HTM ini adalah risiko inheren dari dijalankannya suatu tugas
audit. Sedari awal, KAP HTM seharusnya menyadari bahwa kemungkinan besar akan ada risiko
manipulasi seperti yang dilakukan PT. Kimia Farma, mengingat KAP HTM adalah KAP yang
telah berdiri cukup lama. Risiko ini berdampak pada reputasi HTM dimata pemerintah ataupun
publik, dan pada akhirnya HTM harus menghadapi konsekuensi risiko seperti hilangnya
kepercayaan publik dan pemerintah akan kemampuan HTM, penurunan pendapatan jasa audit,
hingga yang terburuk adalah kemungkinan di tutupnya Kantor Akuntan Publik tersebut.

3.2.5 Mengidentifikasi dan menilai risiko etika

Dalam kasus antara KAP HTM dan Kimia Farma ini, pengidentifikasian dan penilaian
risiko etika dapat diaplikasikan pada tindakan sebagai berikut:

1) Melakukan penilaian dan identifikasi para stakeholder HTM


HTM selayaknya membuat daftar mengenai siapa dan apa saja parastakeholder yang
berkepentingan beserta harapan mereka. Dengan mengetahui siapa saja para stakeholder
dan apa kepentingannya serta harapan mereka, maka KAP HTM dapat melakukan
penilaian dalam pemenuhan harapan stakeholder melalui pembekalan kepada para
auditor senior dan junior sebelum melakukan audit pada Kimia Farma.
2) Mempertimbangkan kemampuan SDM HTM dengan ekspektasi para stakeholder, dan
menilai risiko ketidak sanggupan SDM HTM dalam menjalankan tugas audit.
3) Mengutamakan reputasi KAP HTM yaitu dengan berpegang pada nilai-nilai hypernorm,
seperti kejujuran, kredibilitas, reliabilitas, dan tanggung jawab. Faktor-faktor tersebut
bisa menjadi kerangka kerja dalam melakukan perbandingan. Tiga tahapan ini akan
menghasilkan data yang memungkinkan pimpinan KAP HTM dapat mengawasi adanya
peluang dan risiko etika, sehingga dapat ditemukan cara untuk menghindari dan

8
mengatasi risiko tersebut, serta agar dapat secara strategis mengambil keuntungan dari
kesempatan tersebut.

3.2.6 Menerapkan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis dengan
Stakeholder

KAP HTM dapat melakukan pengelompokan stakeholder dan meratingnya dari segi
kepentingan, dan kemudian menyusun rencana untuk berkolaborasi dengan stakeholder yang
dapat memberikan dukungan dalam penciptaan strategi, yang dapat memenuhi harapan para
stakeholder HTM.

9
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

1. PT. Kimia Farma sebagai perusahaan pemerintah telah terbukti melakukan rekayasa
dalam pelaporan keuanganya, hal ini terindikasi oleh kementrian terkait serta bapepam
dari adanya salah saji yang sangat material pada laporan keuanganya. Dimana tindakan
ini terbukti melanggar Peraturan Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian
Laporan Keuangan poin 2.
2. Kesalahan saji tersebut berasal dari berbagai pos yang overstated, yang mungkin terjadi
karena memang sengaja dilakukan oleh pihak internal perusahan dengan tujuan tertentu.
3. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan
keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal
mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu
manajemen melakukan kecurangan tersebut.
4. Untuk sanksi dan denda yang dikenakan menurut UU terkait, maka disebutkan bahwa :
a. PT. Kimia Farma diharuskan membayar denda sebesar 500 juta rupiah (menurut
PP mengenai penyelenggaraan kegiatan di bidang pasar modal)
b. Direksi lama PT. Kimia Farma diharuskan membayar 1 milyar rupiah ke kas
Negara (menurut UU no.8 th 1995 pasal 5 huruf n)
c. Auditor KAP HTM diharuskan membayar sebesar 100 juta rupiah ke kas Negara,
karena telah dianggap gagal memenuhi dan menerapkan standar professional yg
disyaratkan oleh SPAP seksi 110. (menurut UU no.8 th 1995 pasal 5 huruf n)
5. Keterkaitan akuntan/auditor dalam hal ini tidak terlalu dicurigai sebagai pihak yang aktif
bekerja sama dalam kecurangan tersebut, namun bapepam menilai bahwa akuntan publik
tersebut tetap harus ikut bertanggung jawab karena akuntanlah yang bertugas memeriksa,
mencari bukti-bukti dan melporkan adanya ketidak wajaran dalam pelaporan keuangan
suatu entitas.

10
6. Keterkaitan manajemen PT. Kimia Farma dalam kecurangan ini telah sangat jelas terjadi
dengan ditetapkanya mantan direksi lama sebagai tersangka kasus penggelembungan laba
bersih perusahaan.

11

Anda mungkin juga menyukai