Anda di halaman 1dari 40

TUGAS KKNI

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mandiri dan kelompok

Mata Kuliah : Pend. Bahasa Indonesia

Dosen Pengampuh : Dr. Malan Lubis, M.Hum.

Disusun Oleh:

NAMA : Aurel Goklas Christian Sena Sibuea

KELAS/SEMESTER : Reg A/IV

PRODI PENDIDIKAN BAHASA JERMAN

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, sebab
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta kesehatan kepada saya, sehingga mampu
menyelesaikan tugas KKNI. Dalam penyusunan Tugas ini juga tidak terlepas dari bantuan
Dosen saya Bapak Dr. Malan Lubis, M.Hum. dan juga dukungan keluarga yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada saya.

Saya berharap makalah ini menjadi salah satu referensi bagi pembaca dan
mengembangkan kemampuan dalam berbahasa, juga dapat menjadi acuan dalam
menyelesaikan tugas KKNI pada mata kuliah Pend. Bahasa Indonesia. Kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat penulis harapkan agar KKNI ini menjadi lebih baik. Akhir
kata saya ucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2022

Penulis

2
Daftar Isi
JUDUL...........................................................................................................i

KATA PENGANTAR.................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................iii

CRITICAL BOOK REVIEW.......................................................................4

CRITICAL JOURNAL REVIEW.................................................................7

REKAYASA IDE........................................................................................18

MINI RISET................................................................................................24

PROJEK......................................................................................................32

3
CRITICAL BOOK REVIEW
PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA CRITICAL BOOK REVIEW
Pend. BAHASA INDONESIA
PRODI S1 PENDIDIKAN
BAHASA JERMAN

Skor Nilai:

Mahasiswa

NAMA MAHASISWA : Aurel Goklas Christian Sena Sibuea


NIM : 2203132013
KELAS : REG A20
DOSEN PENGAMPU : Dr. Malan Lubis, M.Hum.
MATA KULIAH : Pendidikan Bahasa Indonesia
PROGRAM STUDI : Pendidikan Bahasa Jerman
FAKULTAS : Fakultas Bahasa dan Seni ( FBS )

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


MEI 2022

4
(ORIENTASI)
Judul : Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa
Penulis: Prof. DR. Henry Guntur Tarigan
Tahun Terbit : 2015
Penerbit : Angkasa Bandung
Jumlah Halaman : 151

(TAFSIRAN ISI)
Membaca adalah salah satu keterampilan berbahasa yang penting dikuasai. Apa lagi di masa
revolusi industri 4.0 literasi merupakan salah satu kuncian sukses atau tidaknya seseorang.
Membaca adalah alat utama untuk menguasai berbagai literasi yang dibutuhkan dalam
menghadapi era disruptif ini.

(EVALUASI)
Buku ini ditulis oleh Prof. DR. Henry Guntur Tarigan yang berasal dari Linggajulu,
Kabanjahe, Tanah Karo, Sumatra Utara. Beliau pernah menjadi pengajar tetap pada FPBS-
IKIP Bandung dan dosen luar biasa dalam mata kuliah “Kemahiran Berbahasa Indonesia”
pada Fakultas Sastra Universitas Leiden, Belanda.
Salah satu karyanya yang hingga kini masih terus digunakan sebagai rujukan dari
pembelajaran Bahasa Indonesia adalah “Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa”
yang akan diulas pada ulasan ini.

Pada bab pertama buku, dijabarkan mengenai pembelajaran berbahasa yang mencakup:
menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Di sini juga dijelaskan mengenai pentingnya
dan keterhubungan antara berbagai keterampilan berbahasa tersebut bagi peserta didik atau
masyarakat umum.

Bab dua spesifik membahas mengenai membaca nyaring. Membaca nyaring adalah kegiatan
untuk menangkap informasi bersamaan dengan orang lain untuk memahami pemikiran yang
terdapat di teks bacaan. Hingga bab ini, penjelasan di dalamnya terhitung ditulis dengan
singkat dan mudah untuk dipahami.

5
Kemudian bab tiga berfokus pada membaca dalam hati yang merupakan cara individu untuk
benar-benar memahami apa yang disampaikan dalam teks bacaan. Selanjutnya pada bab
selanjutnya dilanjutkan oleh telaah isi dan dan diakhiri oleh telaah bahasa dalam membaca.

(RANGKUMAN EVALUASI)
Pembaca akan dimanjakan oleh bagaimana buku ini mengungkapkan materi keterampilan
membaca dengan singkat namun tetap padat dan jelas. Buku membahas secara keseluruhan
mengenai keterampilan membaca dengan seksama.

Prof. DR. Henry Guntur Tarigan memiliki ciri khas dengan membuat buku seputar bahasa
sesuai dengan bidan ilmu yang dipelajarinya. Buku yang berjudul “Membaca Sebagai suatu
keterampilan berbahasa” karangan Prof. DR.Hendry Guntur Tarigan, memiliki bentuk yang
simple dan warna cover yang menarik penggunaan.

Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan memiliki ciri khas yang membuat buku pembelajaran bahasa
sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam mempelajari ilmu ini. Buku ini menggunakan
bahasa yang jelas dan tegas dan tidak segan-segan untuk mengulang beberapa penjelasan
untuk memastikan pembacanya benar-benar paham.

Sayangnya beberapa pemilihan kata atau diksi terasa masih terlalu berat untuk dipahami. Kita
harus sering membuka glosarium untuk memahami suatu istilah kebahasaan yang
menggunakan bahasa akademik atau istilah khusus keilmuan.

Padahal jika menggunakan istilah dan kata-kata yang sederhana, semua kalangan dapat
memahaminya dengan lebih mudah tanpa melihat glosarium. Namun hal ini bisa jadi
kelemahan atau justru kelebihan bagi kalangan tertentu, terutama untuk peserta didik yang
sedang menempuh pendidikan tinggi.

Buku ini membahas keterampilan membaca secara komprehensif dan mendalam. Namun,
tetap menggunakan bahasa yang lugas dan sederhana sehingga mudah dipahami oleh
pembaca. Meskipun begitu, beberapa pemilihan kata agak sedikit menyulitkan terutama
untuk pembaca yang awam dalam ilmu kebahasaan. Namun hal tersebut tidak dapat disebut
sebagai suatu kekurangan, karena pada akhirnya buku ini adalah buku keilmuan yang
membahas secara rinci ilmu kebahasaan

6
CRITICAL JURNAL REVIEW
PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA CRITICAL JURNAL REVIEW
Pend. BAHASA INDONESIA
PRODI S1 PENDIDIKAN
BAHASA JERMAN
Skor Nilai:

Mahasiswa

NAMA MAHASISWA : Aurel Goklas Christian Sena Sibuea


NIM : 2203132013
KELAS : REG A20
DOSEN PENGAMPU : Dr. Malan Lubis, M.Hum.
MATA KULIAH : Pendidikan Bahasa Indonesia
PROGRAM STUDI : Pendidikan Bahasa Jerman
FAKULTAS : Fakultas Bahasa dan Seni ( FBS )

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


MEI 2022

7
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mengkritik sebuah jurnal atau lebih adalah salah satu kegiatan yang harus dikuasai
siswa maupun mahasiswa. Banyak jurnal-jurnal yang beredar sekarang ini yang bisa
dikritik. Baik dari segi penulisan, cocok tidaknya bahan materi dengan pembaca,
maupun dari segi kelengkapan materi. Adapun tujuan penulis di dalam makalah ini
adalah untuk menguraikan kelebihan dan kekurangan terhadap satu jurnal tersebut. Hal
ini dilakukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia
dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menilai sebuah
jurnal.
Di makalah ini juga tidak ada maksud untuk menyudutkan beberapa pihak tertentu.
pada makalah ini di sertakan kelebihan dan kekurangan dari jurnal tersebut. Baik dari
segi penulisan, pemakaian bahasa, bahan materi yang disampaikan, dan kelengkapan
materi yang disampaikan. Karena pada dasarnya tidak ada jurnal yang sempurna.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana identitas jurnal ?

2. Bagaimana isi ringkasan jurnal ?

3. Bagaimana hasi review sebuah jurnal ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui identitas jurnal

2. Mengetahui isi ringkasan jurnal

3. Mengetahui hasil review sebuah jurnal

1.4 Manfaat
Dari kajian yang telah dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagu
semua pembaca khususnya di kalangan mahasiswa untuk mengetahui sebuah kajian
jurnal tentang “Strategi Wacana Teks Akademik Sains dan Teknologi”.
1.5 Identitas jurnal
Jurnal utama
Judul : Strategi Wacana Teks Akademik Sains dan Teknologi
Jenis Jurnal : Journal of Language Studies
Penulis : Idris Aman, Norsimah Mat Awal dan Mohammad Fadzeli Jaafar
ISSN : 1675-8021
Tahun : Februari 2014

8
Volume : Volume 14 nomor 1
Halaman : 189-202
Jurnal pembanding
Judul : Berbicara Untuk Keperluan Akademik
Penulis : I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa
ISSN :-
Tahun : Januari 2017
Volume :-
Halaman : 21

9
BAB II

RINGKASAN JURNAL

PENDAHULUAN

Pewacanaan ilmu merupakan hasil tindakan yang strategik dan unik. Dikatakan
demikian kerana wacana yang dihasilkan memperkatakan bidang ilmu tertentu, dengan
cara tertentu serta untuk kelompok sasaran yang tertentu. Pewacanaan ilmu juga
merupakan sebahagian proses komunikasi antara penutur/penulis sebagai pewacana
(addresser) dengan pendengar/pembaca sebagai sasaran (addressee). Oleh itu, dalam
konteks komunikasi,Tan, Nor Fariza dan Mohd Nayef (2012), Somsai dan Intaraprasert
(2011) menegaskan bahwa pewacana perlu mempunyai kaedah yang efisien bagi
kebolehsampaian dan kebolehfahaman idea dan mesejnya di kalangan sasaran. Sebahagian
besar pewacanaan atau pengkomunikasian ilmu tidak dapat tidak akan melibatkan medium
penulisan. Penulisan ilmu bukan sahaja melibatkan kosa kata, istilah, dan ayat, malah
yang lebih getir ialah strategi penulisan atau strategi wacananya.

Secara mudah, “strategi ‟adalah sebagai cara mencapai matlamat. Strategi wacana
pula bermaksud perancangan teliti yang disusun atur dalam menjayakan hasrat pewacana
– penulis atau penutur. Misalnya, di dalam berwacana, pemanfaatan ayat interogatif
secara permintaan, seperti Can you help me? dan Could they possibly be kept on the leash
mungkin merupakan sebagai suatu strategi mempengaruhi sasaran agar bertindak atau
mungkin sebagai satu strategi kesantunan (Matthews, 1997, hlm. 354).

Bagi makalah penyelidikan akademik, komponen pentingnya ialah penilaian


kerana makalah berkenaan lazimnya diperkirakan sebagai bebas peribadi (impersonal) dan
berasaskan fakta. Tujuannya hanya melaporkan dan menarik inferens daripada siri
peristiwa. Matlamat utamanya ialah bujukan, yaitu memujuk komuniti akademik agar
menerima pengetahuan baharu yang didakwa dan menyesuaikan jaringan pengetahuan
bersama bagi akomodasi dakwaan berkaitan (Hunston, 1994). Mengikut Bloor dan
Bloor (2007) pula, dapatan kajian sains lazimnya disampaikan sebagai “dakwaan‟
(claims) dan bukan fakta kerana pengkaji sedar bahawa pengamatan atau eksperimen
kajian mereka hanya sebahagian kecil usaha ke arah pemahaman lebih baik tentang dunia.
Makalah penyelidikan, khususnya aspek struktur, binaan sosial dan evolusi sejarahnya

10
telah diteliti melalui banyak kajian terhadap penulisan akademik. Kajian-kajian berkenaan
meneliti organisasi keseluruhan beberapa bahagian makalah penyelidikan akademik,
seperti bahagian pengenalan, dapatan, perbincangan dan abstrak, masing-masing
misalnya oleh Swales, Thompson, Hopkins, Dudley-Evans, dan Salager-Meyer (Habibi,
2008). Dalam makalah ini kami ingin memfokus kepada wacana akademik berbahasa
Melayu. Kini, telah terdapat beberapa huraian atau literatur tentang wacana sains dan
teknologi (S&T) dalam bahasa Melayu. Pengenal pastian, penelitian dan pemahaman
strategi wacana akademik bidang S&T dalam bahasa Melayu secara saintifik, empirikal,
dan eksploratori merupakan usaha wajardan munasabah. Pemerian strategi penulisan ilmu
S&T dalam bahasa Melayu yang berasaskan analisis sedemikian berupaya memberi
panduan lebih sahih kepada ahli akademik untuk mempertingkatkan penulisan dalam
bahasa Melayu. Ini adalah kerana sungguhpun bahasa Melayu dikatakan telah berupaya
berfungsi sebagai bahasa ilmu sejak 1590 lagi apabila teks berbahasa Melayu tertua
berjudul ‘Aqaid al-Nasafi dihasilkan (Asmah, 2006) tetapi kita sering mendengar
gesaan daripada masyarakat, khususnya pemimpin supaya bahasa Melayu dijadikan wadah
penyampaian ilmu tinggi (Mohamed Khaled, 2012). Gesaan sedemikian seolah-olah
menunjukkan bahasa Melayu belum cukup berdaya menjadi bahasa ilmu, khususnya
dalam bidang S&T. Sementelahan pula, teks “Aqaid al-Nasafi adalah teks tentang ajaran
agama dan akidah Islam yang bersifat dogmatik (Asmah, 2006). Selain itu, bilangan
artikel S&T yang ditulis dalam bahasa Melayu di dalam jurnal impak tinggi pun belum
membanggakan. Misalnya, semakan penulis terhadap jurnal Sains Malaysiana (2012)
mendapati daripada 194 artikel yang diterbitkan hanya 33 atau 17% artikel ditulis dalam
bahasa Melayu.

Untuk itu, kajian ini meneliti dan menghurai strategi wacana akademik bidang
S&T dalam bahasa Melayu di dalam jurnal berimpak tinggi. Sebagai langkah permulaan,
kajian dibataskan kepada unit pengenalan wacana sahaja. Unit pengenalan penulisan
merupakan bahagian yang amat penting. Di bahagian pengenalanlah penulis meletakkan
landasan dan hala tuju penulisannya (Swales, 1981). Bahagian pengenalan makalah
penyelidikan sebagai salah satu bahagian yang paling banyak diteliti mula mendapat
perhatian sarjana sejak usaha oleh Swales (1981, 1990) meneliti struktur gerakan
pengenalan makalah penyelidikan yang turut mencadangkan model CARS (create a
research space). Selepas itu banyak kajian lain yang menerapkan model tersebut.

11
KAEDAH KAJIAN

Bagi meneliti dan memahami strategi yang digunakan, kajian ini menganalisis
unsur linear atau teks wacana akademik bidang S&T sahaja. Unsur teks bukan linear
(rajah, jadual, dll.) tidak diteliti. Analisis dilakukan daripada dua dimensi, yaitu sifat
kewacanaan dan ciri tekstual. Analisis kewacanaan adalah usaha penafsiran sifat dan cara
penghasilan unit pengenalan ( juga dinamakan teks) dari segi intertekstualiti dan
kandungan perenggan. Analisis dimensi tekstual pula adalah usaha penghuraian ciri
tekstual wacana. Dalam analisis ini, empat ciri teks dihuraikan, yaitu proses dan jenisnya
dalam ayat, penerang awal ayat dan jenisnya, jenis ayat, dan jenis tema ayat. Berikut
diterangkan kerangka operasi analisis setiap aspek kedua-dua dimensi berkenaan. Analisis
kandungan dilakukan secara penelitian induktif setiap unit pengenalan berkenaan ayat
demi ayat untuk mengenalpasti intipati perbincangannya. Intipati yang dominan
dideduksikan dan dilabelkan sebagai sifat kandungan. Kandungan boleh merupakan
permasalahan, isu, atau tujuan kajian, dan sebagainya.

Intertekstualiti bermaksud suara pihak lain atau sumber metawacana yang


dimanfaatkan oleh penulis/pewacana dalam penghasilan wacananya. Analisis
intertekstualiti menekankan apa suara pihak lain atau metawacan yang dimanfaatkan dan
bagaimana dimanfaat. Suara pihak lain lazimnya dimanfaatkan melalui petikan
langsung, parafrasa, petikan berpilih, dan praandaian. Antara fungsi utama analisis
intertekstualiti di dalam analisis wacana ialah mengupas strategi penutur atau penulis
dalam melaksanakan atau memformulasi idea dan kepercayaan. analisis tekstual perlu
berasaskan teori bahasa yang multifungsional,seperti linguistik fungsional yang
dikemukakan oleh Halliday. Berdasarkan nahu fungsional, “proses‟ adalah unsur klausa
atau ayat yang menjadi teras ayat yang membolehkan penutur mempersembahkan
pengalaman dunianya atau bertindak terhadap dunia.

Proses analisis bermula dengan mengekstrak unit pengenalan teks (T) berkenaan.
Kemudian analisis teks demi teks dijalankan, termasuk di atas perenggan, ayat, dan kata
untuk mengenal pasti sifat wacana dan ciri tekstual enam unit wacana tersebut.
Kemudian, sifat kewacanaan dan ciri tekstual yang telah dikenalpasti itu disintesiskan dan
dinamakan polanya. Akhirnya, setiap pola yang dikenal pasti itu dihuraikan sifat dan
cirinya. Daripada sifat dan ciri berkenaan itulah, strategi pengenalan wacana S&T
dapat dikenal pasti, dihuraikan dan seterusnya dijelaskan. Dimensi penjelasan adalah

12
berkisar pada motivasi pengemblengan aspek-aspek berkenaan dalam hubungannya
dengan strategi wacana. Contoh analisis diperturunkan di dalam lampiran.

13
HASIL DAN PERBINCANGAN

SIFAT WACANA

Berdasarkan analisis dimensi sifat wacana yang pertama, iaitu kandungan perenggan,
ditemui empat (4) intipati diserlah dan dimuatkan, yaitu penerangan isu kajian,
pernyataan masalah, pernyataan tujuan, dan penerangan kaedah. Bagaimanapun, dikenal
pasti kandungan perenggan pengenalan S&T yang wajib ada ialah penerangan isu
kajian dan pernyataan tujuan (rujuk Jadual 2).Dua aspek inilah yang menjadi strategi
utama pewacanaan unit pengenalan teks S&T. Hal ini dibuktikan oleh kesemua teks yang
dikaji. Penerangan isu kajian disampaikan dalam beberapa perenggan di dalam unit
pengenalan wacana T1, T3, T4, dan T6. Kandungan yang opsyenal pula ialah
pernyataan permasalahan.Hal ini kerana hanya 50%, iaitu T3, T4, dan T6 yang
mengandungi pernyataan permasalahan kajian. Hal ini bermaksud bahwa pernyataan
permasalahan kajian bukanlah kriteria utama dalam strategi berwacana unit pengenalan
teks S&T.

14
CIRI TEKSTUAL

Berdasarkan analisis dimensi ciri tekstual pertama, dikenal pasti bahawa penerang awal
ayat dimanfaatkan secara agak ketara, iaitu pada 41 ayat atau 40.5% (Jadual 3). Seperti
yang telah dinyatakan, pemanfaatan penerang awal ayat adalah strategi untuk
mengkhusus maklumat bagi ayat berkenaan. Penerang awal ayat yang menonjol
digembleng secara strategik di dalam pengenalan teks S&T ialah jenis situasi dan sudut
pandangan. Pensituasian sebagai penerang awal ayat mencatat skor tertinggi, iaitu
46.3% serta dimanfaatkan oleh empat teks, iaitu T2, T3, T4, dan T6.

15
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Keunggulan Jurnal


1. Jurnal ini memiliki ISSN

2. Dari sistem pada jurnal yang berjudul “Strategi Wacana Teks Akademik
Sains dan Teknologi”, sangat jelas memudahkan mahasiswa mencari informasi
terkait tentang teks akademik. Di bagian abstrak telah tercantum semua isi dari
jurnal sehingga pembaca mengetahui inti jurnal tersebut.
3. Keterkaitan antar paragraf dipaparkan secara padu sehingga dalam tiap
paragraf memiliki hubungan yang siknron dengan menggunakan bahasa
komunikatif
4. Memiliki tabel-tabel yang menjelaskan bagaimana wacana teks akademik
sains dan teknologi.
5. Banyak ahli mengungkapkan dalam isi jurnal tersebut mengaitkan Strategi
Wacana Teks Akademik Sains dan Teknologi
6. Memiliki data-data lampiran mengenai teks akademik sains dan teknologi

7. Memiliki data informasi penulis jurnal yang terdapat di akhir halaman

3.2 Kelemahan Jurnal


1. Pada bagian judul diberi bahasa apa yang digunakan dalam wacana seperti
apa yang dibahas dalam jurnal. Yang dibahas dalam jurnal adalah wacana yang
berkaitan dengan bahasa melayu.
2. Tidak terdapatnya saran dalam jurnal hanya terdapat kesimpulan dari hasil
jurnal

3. Tidak menjelaskan bagaiaman perhitunagn analisi data yang didapatkan


peneliti

4. Tidak menjelaskan prosedur untuk mengambil sebuah sampel dalam teks


akademik sains dan teknologi

16
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pewacanaan ilmu daripada penyelidikan adalah budaya dunia akademik bagi
membolehkan pengetahuan atau penemuan baharu dipanjangkan dan dikongsi
kepada anggota komuniti dan masyarakat. Pewacanaan ilmu itu juga
merupakan usaha yang membolehkan penyemakan sesama anggota
komuniti untuk penambahbaikan. Penulisan hasil penelitian S&T di dalam
jurnal menyumbang ke arah pembinaan pengetahuan saintifik. Sementara itu,
usaha analisis strategi wacana akademik pula merupakan usaha yang penting
bagi memahami cara komuniti berkenaan mengkomunikasikan idea dan
pengetahuan mereka kepada sasaran. Kajian awal ini telah mengenal pasti dan
menghuraikan strategi pengenalan wacana/penulisan teks akademik S&T
dalam bahasa Melayu. Strategi wacananya adalah memuatkan penerangan isu
dan tujuan kajian, lebih memanfaatkan suara pihak lain secara parafrasa kaku,
mengembleng penerang awal ayat jenis situasi dan sudut pandangan,
mengutamakan penggunaan kata proses lakuan dalam pembinaan ayat,
banyak memanfaatkan ayat sederhana, serta mementingkan ayat bertema
luar biasa. Strategi pengenalan demikian adalah berwibawa kerana dicungkil
daripada data yang sahih, tersaring dan teruji.
4.2 Saran
Dari keseluruhan isi dari critical journal report ini, mungkin masih banyak
kekurangan atau dengan kata lain masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan critical
jurnal ini kedepannya, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
untuk memperluas wawasan kita materi teks akademik dan non akademik dalam
mata kuliah Bahasa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Aman , Idris., Norsimah Mat Awal, Mohammad Fadzeli Jaafar. 2014. Strategi Wacana
Teks

17
Akademik Sains dan Teknologi. Journal of Language Studies, Vol 14(1): 189-202

REKAYASA IDE
PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA REKAYASA IDE
Pend. BAHASA INDONESIA
PRODI S1 PENDIDIKAN
BAHASA JERMAN
Skor Nilai:

Mahasiswa

KELOMPOK :2
NAMA MAHASISWA : Aurel Goklas Christian Sena Sibuea
(2203132013)
Priskila Herlia S (2203132032)
Sonia Nevrina Hutabarat (2202432004)
KELAS : A20
DOSEN PENGAMPU : Dr. Malan Lubis, M.Hum.
MATA KULIAH : Pendidikan Bahasa Indonesia
PROGRAM STUDI : Pendidikan Bahasa Jerman
FAKULTAS : Fakultas Bahasa dan Seni ( FBS )

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

18
MEI 2022
BAB I
PENDAHULUAN

Rasionalisasi RI
Teks akademik atau yang sering disebut teks ilmiah berbeda teks nonakademik atau teks
nonilmiah. Teks akademik dan teks nonakademik ditandai oleh ciri ciri tertentu. Dengan
memahami ciri ciri teks akademik anda akan merasa yakin bahwa jenis teks tersebut memang
penting bagi kehidupan akademik anda. Terbukti bahwa dalam menjalani kehidupan
akademik, anda harus membaca dan menciptakan teks akademik.
Teks akademik atau teks ilmiah dapat terwujud dalam berbagai jenis misalnya buku,
ulasan buku, proposal penelitian, laporan penelitian, dan artikel ilmiah. Jenis jenis tersebut
merupakan genre makro yang masing masing di dalamnya terkandung campuran dari
beberapa genre mikro seperti deskripsi, laporan, prosedur, dan lain lain.
Berdasarkan kompleksitasnya, genre teks dibedakan menjadi makro dan mikro. Genre
makro adalah genre yang digunakan untuk menamai sebuah jenis teks secara keseluruhan.
Sedangkan genre mikro adalah jenis teks yang dapat bediri sendiri, dapat juga digabungkan
menjadi satu kesatuan dalam genre makro. Menurut Tri Wiratno dalam Pengatar Ringkas
Linguistik Sistemik Fungsional (2018), genre makro digunakan untuk menamai teks secara
keseluruhan, yang di dalamnya masih terkandung genre-genre lain sebagai subgenre.
Subgenre yang dimaksud adalah genre mikro. Teks genre makro tidak dapat tersusun tanpa
adanya genre mikro. Teks genre mikro yang terdapat dalam genre makro seperti teks
deskripsi, laporan, prosedur, eksplanasi, eksposisi, dan diskusi. Sementara itu, dilansir dari
Fatimah Djajasudarma dalam Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian
(1993), teks dapat berwujud ujaran, paragraf, atau wacana.

Tujuan penulisan RI
1. Untuk menyelesaikan tugas matakuliah Pend. Bahasa Indonesia
2. Melatih kemampuan menganalisis

Manfaat Penulisan CBR


Media menambah wawasan pembaca.

Identitas Skripsi
Judul : MOTIVASI KERJA GURU TIDAK TETAP

19
DI BERBAGAI SMA SWASTA DI KOTA SEMARANG
Jumlah halaman:126
Penulis : IKHSAN GUNAWAN
Tahun : 2010

Identitas Laporan Kegiatan


Judul : MEMBANTU ADMINISTRASI KANTOR DESA DALAM
MEWUJUDKAN DESA BINAAN
Jumlah halaman:48
Penulis : SEPTIANA G.A.N
Tahun : 2020

20
BAB II
PEMBAHASAN
Struktur Teks dan Genre Mikro yang diharapkan pada Skripsi dan Laporan Kegiatan

Struktur Teks Genre Mikro yang Fungsi Retoris


Diharapkan

• Abstrak • Abstrak • Menyajikan ringkasan yang


dapat mewakili seluruh artikel.

• Pendahuluan • Eksposisi (dan atau meliputi • Memberikan latar belakang


Deskripsi) penelitian, per masalahan
penelitian, gambaran tentang
tujuan, dan
pendekatan/metode/teknik
untuk mencapai tujuan tersebut.

• Menyajikan ulasan teoretis


• Tinjauan Pustaka • Review tentang dasar pemikiran yang
digunakan untuk memecahkan
masalah penelitian.
• Menyajikan ulasan tentang
penelitian sebelumnya dan
perbandingannya dengan
penelitian yang dilaporkan
pada artikel yang dimaksud.

• Menyajikan pendekatan,
• Metodologi Penelitian • Rekon (dan atau meliputi metode, dan teknik penelitian,
Deskripsi, Prosedur, Laporan) termasuk langkah-langkah yang
ditempuh.

• Hasil • Deskripsi (dan atau meliputi • Menyajikan temuan-temuan


Laporan, Rekon) penelitian.

• Pembahasan • Diskusi (dan atau meliputi • Membahas (dan atau


Eksplanasi) menjelaskan) temuan-temuan
penelitian dari berbagai sudut
pandang teori yang telah
disajikan pada bab Tinjauan
Pustaka.
• Membahas apakah
kekurangan-kekurangan

21
penelitian sebelumnya dapat
ditutup oleh penelitian yang
dilaporkan ini.

• Simpulan • Eksposisi (dan atau meliputi • Menyajikan uraian bahwa


Deskripsi) pokok persoalan yang disajikan
telah diperlukan sedemikian
rupa dengan hasil seperti yang
telah disajikan pada
pembahasan, diikuti dengan
saran baik secara teoretis
maupun praktis.

BAB III

22
PENUTUP
A. Kesimpulan
Genre merupakan organisasi yang memformulasikan bentuk-bentuk bahasa untuk
mengemban tugas atau fungsi sosial.Perbedaan genre makro dan genre mikro: jika genre
makro mencakup semua jenis teks dalam keseluruhan, yang termasuk ke dalam genre mikto
yaitu Ulasan buku, laporan, proposal, artikel ilmiah.Sedangkan genre mikro merupakan teks
yang berdiri sendiri secara tunggal sesuai dengan jenis jenis yang ada. Genre mikro pula lebih
mendetail dalam penjelasan dalam teks. Jenis teks akademik genre mikro adalah deskripsi,
eksplanasi, eksposisi, prosedur, dan diskusi.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah di atas.

MINI RISET

23
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

MINI RISET
Pend. BAHASA INDONESIA
PRODI S1 PENDIDIKAN
BAHASA JERMAN
Skor Nilai:

PENGENALAN STATUS SOSIAL MASYARAKAT SIMALUNGUN


MELALUI PISO SUHUL GADING

KELOMPOK :2
NAMA MAHASISWA : Aurel Goklas Christian Sena Sibuea
(2203132013)
Priskila Herlia S (2203132032)
Sonia Nevrina Hutabarat (2202432004)
KELAS : A20
DOSEN PENGAMPU : Dr. Malan Lubis, M.Hum.
MATA KULIAH : Pendidikan Bahasa Indonesia
PROGRAM STUDI : Pendidikan Bahasa Jerman
FAKULTAS : Fakultas Bahasa dan Seni ( FBS )

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


MEI 2022

24
Every region in Indonesia has a cultural heritage. Piso suhul gading is a legacy
of traditional weapons typical of the lowly tribes that are historically but rarely
known to the public. Piso suhul gading was used by the royal family but now
used as a complement to the custom. Therefore, qualitative descriptive research
is being done by conducting interviews and observations on ceremonies using
the piso suhul gading. This research aims to analyze the piso suhul gading and
create media eduction through an Instagram aimed at introducing piso suhul
gading as one of Indonesia's cultural heritage.
Key Words: Social media, Piso suhul gading,Social Status,Education

Abstrak: Setiap daerah di Indonesia memiliki warisan budaya. Piso suhul


gading merupakan warisan berupa senjata tradisional khas suku batak
simalungun yang bersejarah, namun jarang diketahui oleh masyarakat. Piso
suhul gading konon digunakan oleh keluarga kerajaan namun kini digunakan
sebagai pelengkap dalam upacara adat. Oleh sebab itu dilakukan penelitian
deskriptif kualitatif dengan melakukan wawancara dan pengamatan pada
upacara yang menggunakan piso suhul gading. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisa piso suhul gading serta membuat media edukasi melalui instagram
yang bertujuan untuk memperkenalkan piso suhul gading sebagai salah satu
warisan budaya Indonesia.

Kata kunci: Media sosial, Piso suhul gading,Status Sosial,Edukasi

PENDAHULUAN
Manusia dan kebudayaan memiliki kaitan yang erat. Kebudayaan tercipta akibat
adanya interaksi antar manusia sehingga menciptakan sebuah identitas baru. Kebudayaan
tersebut kemudian diaplikasikan dalam kehidupan manusia hingga akhirnya menjadi
pedoman bermasyarakat. Mahdayeni, Muhammad dan Ahmad (2010) berpendapat bahwa
kebudayaan akan terus hidup manakala ada manusia sebagai pendukungnya dan kebudayaan
mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia di dalam kehidupannya.
Di zaman dahulu kehidupan berkebudayaan sangat kental, namun berbeda dengan
sekarang dimana akibat adanya internet kebudayaan tradisional mulai digeser oleh
kebudayaan luar sehingga pengetahuan terhadap kebudayaan Indonesia semakin menghilang.
Masyarakat lebih menggemari kebudayaan asing bahkan bangga dan meninggalkan
kebudayaan tradisional yang dianggap kuno.
Setiap daerah memiliki peninggalan kebudayaannya masing-masing, salah satunya
senjata tradisional. Piso suhul gading merupakan salah satu senjata tradisional yang berasal
dari Pulau Sumatera khususnya suku Batak Simalungun.

Gambar 1. Piso suhul gading


[sumber: koleksi pribadi bapak Rasulin]

25
Piso suhul gading merupakan senjata tradisional yang konon digunakan oleh keluarga
kerajaan suku Batak Simalungun. Piso ini berfungsi untuk melindungi raja dan keluarganya
dari ancaman. Selain itu, piso ini memiliki makna mendalam seperti kesiapan, keberanian,
dan kesatria dari seorang Simalungun dalam mempertahankan kebenaran (Warisman dan
Ramlan, 2020). Piso ini hanya digunakan dalam situasi yang mendesak. Namun pada masa
kini, piso suhul dapat digunakan sebagai asesoris dalam upacara adat.
Kebudayaan modern yang mendominasi membuat piso suhul hanya dikenal sebagai
pelengkap dalam berbusana. Pengetahuan terhadap makna piso suhul gading masih sangat
minim. Bahkan kita akan kesulitan untuk mencari informasi mendalam mengenai piso suhul
gading baik di media cetak maupun media digital.

Gambar 2. Konten di media sosial Instagram [sumber: data pribadi]

Media digital kini memegang peranan penting dalam berbagai kegiatan seperti
edukasi. Zaenal (dikutip oleh Muhammad, Erik dan Bayyinah, 2020) menyatakan bahwa
Instagram merupakan media yang dapat digunakan sebagai tempat publikasi. Pengguna dapat
menggunakan Instagram sebagai sarana membuat microblogging. Microblog adalah aktivitas
menulis blog yang lebih pendek dan sederhana sehingga hanya menampilkan poin penting
saja.

Salah satu media penyampaian konten adalah media sosial seperti Instagram. Salah
satu yang dapat dilakukan pada instagram adalah microblogging. Microblog adalah kegiatan
penulisan blog namun dituangkan dalam versi yang sederhana dan menampilkan pesan yang
penting. Tren microblog ini semakin berkembang dan dimanfaatkan sejumlah pengguna
untuk menggaet perhatian dari pengguna lainnya.
Dilain sisi, peneliti melihat bahwa microblog hanya berfokus pada pengetahuan
modern saja. Minimnya konten seputar peninggalan tradisional menjadi hal yang menarik
untuk dibahas sehingga penelitian ini menggunakan Instagram sebagai media edukasi
terhadap warisan budaya utamanya piso suhul gading sehingga semakin dikenal oleh
masyarakat.

Media Sosial 
Hampir semua masyarakat Indonesia menggunakan internet dan telah memiliki media sosial.
Media sosial adalah media yang dapat digunakan sebagai sarana pergaulan sosial secara
daring (Muhammad Naufal Ishmat Aziiz, 2020). Awalnya media sosial hanya digunakan
untuk kebutuhan internal. Namun seiring perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat
modern, media sosial kini beralih fungsi sebagai sarana hiburan, pameran, penyebaran
informasi, hingga pemasaran (Komang, Kadek, 2019). Dian Prajarini (2020:3) membagi
media sosial sesuai kategori, yaitu:
a. Social networking

26
Media sosial ini berfungsi sebagai media untuk berkomunikasi secara santai atau
bahkan membentuk sebuah jaringan. Media sosial yang populer adalah Facebook.
b. Microblog
Hampir sama dengan blog, namun microblog memiliki keterbatasan dalam jumlah
teks yang dapat dibagikan. Media sosial yang populer adalah Twitter dan Tumblr,
namun kini microblog juga dapat ditemui di Instagram.
c. Berbagi video
Pengguna dapat menggunakan sosial media sebagai media untuk mengunggah video
atau melakukan live streaming. Youtube, Vimeo, Dailymotion merupakan media
sosial yang populer untuk berbagi video. Namun kini juga telah dikenal Tiktok dan
Instagram sebagai media yang dapat digunakan untuk berbagi video.
d. Berbagi jaringan profesional
Platform ini digunakan untuk kepentingan profesional seperti menemukan pekerjaan,
magang, atau keterampilan lainnya yang berhubungan dengan karir. Platform yang
terkenal adalah LinkedIn.
e. Berbagi foto
Platform ini dapat digunakan untuk mengunggah foto. Selain itu, pengguna juga dapat
menangkap foto serta melakukan penyuntingan secara langsung dengan berbagai fitur
yang disediakan seperti efek atau filter.
f. Cooking
Platform ini dapat digunakan untuk mencari atau mengunggah resep masakan.
Cookpad dan Yummy merupakan platform yang sesuai dengan jenis ini.

Jefferly Helianthusonfri (2019) menyatakan bahwa ada beberapa alasan menggunakan sosial
media, yaitu:
a. Praktis, pengguna dapat mengakses sosial media melalui laptop/handphone.
b. Murah, karena pengguna dapat mengunggah konten atau melakukan promosi dengan
modal yang minim.
c. Jumlah pengguna yang besar sehingga konten yang disajikan dapat dinikmati oleh
banyak pengguna.

Instagram
Instagram merupakan platform yang digunakan untuk berbagi serta mengunggah foto
maupun video. Pada menu home terdapat fitur feed yang berfungsi untuk mengunggah atau
melihat foto maupun video yang telah diunggah oleh orang lain. Pengguna dapat melakukan
like, comment atau share pada postingan yang mereka minati. Fitur like dapat dilakukan
apabila pengguna menyukai konten tersebut. Pengguna juga dapat mengomentari sebuah
postingan dengan fitur comment dan membagikannya pada temannya melalui fitur share.
Pada fitur ini juga telah disediakan fitur untuk melakukan penyuntingan terhadap konten yang
ingin diunggah, seperti filter atau efek lainnya.
Instagram juga memiliki fitur lain seperti story. Hampir sama dengan feeds, pengguna
juga dapat melihat unggahan orang atau mengunggah sesuatu yang menarik. Feeds juga
memiliki fitur yang memungkinkan kita melakukan pembidikan serta penyuntingan dengan
berbagai fitur seperti filter atau efek lainnya. Kelemahan dari fitur ini adalah konten yang
hanya dapat bertahan maksimal 24 jam setelah pengunggahan. Namun pengguna dapat
membuat konten ini bertahan lebih lama dengan menggunakan fitur highlight. Pengguna
dapat mengelompokkan story sesuai dengan keinginan. Fitur ini juga baik digunakan pada
akun penjualan karena memudahkan pelanggan untuk mencari informasi penting. 
Fitur lain yang tak kalah menarik adalah Direct Message (DM) yang dapat digunakan
sebagai media pengiriman pesan. Pada fitur ini pelanggan juga dapat mengunggah foto,

27
video, atau konten yang mereka sukai. Sama halnya dengan sosial media lainnya, direct
message juga dapat menampilkan informasi mengenai status pesan kita seperti diterima,
dibaca, atau belum terbaca. 
Menurut Komang dan Kadek (2019:114) Instagram menyajikan visual dengan sistem
single post atau multiple post. Single post menampilkan sebuah informasi yang singkat dan
padat. Konten dengan tipe single post dapat membuat audiens penasaran dengan lanjutan dari
seri selanjutnya. Multiple post menciptakan pesan berantai yang saling tersambung antara
satu konten dengan konten berikutnya. Konten dengan tipe multiple post sangat cocok untuk
konten berupa informasi pengalaman, pengetahuan maupun tips. Dengan adanya multiple
post, informasi dapat ditulis lebih lengkap. Namun sayangnya, Instagram hanya menyediakan
maksimal sepuluh konten dalam sekali pengunduhan.

Gambar 2. Contoh single post


[sumber: dokumen pribadi]

Gambar 3. Contoh multiple post


[sumber: dokumen pribadi]

Hubungan Media Sosial dengan Budaya


Media sosial merupakan sebuah media yang dapat memberikan informasi mengenai
apapun kepada siapapun, seperti edukasi, hiburan, atau lainnya. Kebebasan mengakses media

28
ini kemudian membawa berbagai dampak, salah satunya masuknya budaya asing. Tidak
sedikit pula pengguna yang terpengaruh dan bahkan mengagungkan budaya asing tersebut
hingga melupakan kebudayaannya sendiri. Hal ini mengakibatkan punahnya kebudayaan
Indonesia. Jumlah informasi kebudayaan asing yang semakin banyak membuat informasi
kebudayaan Indonesia kalah saing. Bahkan kini sangat sedikit yang membahas kebudayaan
tradisional sehingga pada akhirnya pemuda Indonesia tidak mengenali warisan yang mereka
miliki. 
Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk melakukan edukasi
terhadap kebudayaan, utamanya piso suhul gading sebagai warisan kebudayaan khas suku
batak simalungun melalui sosial media Instagram. Instagram digunakan karena kemudahan
mengakses, mengunggah, modal yang sedikit serta dapat tersebar dengan cepat dan luas.
Instagram juga dipilih karena merupakan media yang populer dikalangan pemuda sehingga
diharapkan dengan adanya kegiatan ini para pemuda lebih mengenali serta memahami
mengenai warisan budaya serta melesarikan dan meneruskannya kepada generasi selanjutnya.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif melalui kajian pustaka dan
wawancara terhadap seniman piso suhul yang bertujuan untuk mendapat pemahaman yang
mendalam dan menyeluruh mengenai piso suhul gading sehingga peneliti dapat
menyampaikan informasi yang tepat melalui produk digitalisasi. Wawancara dilakukan pada
Selasa, 24 Agustus 2021 melalui video call Whatsapp. Sugiono (dikutip oleh Ditha Prasanti,
2018) menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan secara kualitatif dapat lebih menekankan
makna daripada generalisasi dikarenakan analisis data bersifat induktif dan teknik
pengumpulan data dilakukan dengan menggabungkan beberapa data.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan wawancara pada Selasa, 24 Agustus 2021
dengan bapak Rasullyn selaku seniman piso suhul gading melalui video call Whatsapp.
Berikut penuturan hasil wawancaranya.
Saya membuat piso suhul gading ini selama lima tahun terakhir. Piso suhul gading
memiliki gagang yang berasal dari gading jadi namanya piso suhul gading. Piso
bergagang gading. Tapi sekarang karena gading langka, jadi diganti tulang kerbau.
Tapi bisa aja dari gading, tergantung pesanan. Dulu dipakai sama raja, tapi
sekarang ya bisa dipakai masyarakat umum. Tapi biasanya untuk acara adat aja,
kayak pernikahan atau bisa juga dibuat koleksi.

Keunikan lain piso ini ada di doramanya. Dorama ini seperti pengenal derajat
pemiliknya. Dorama itu yang bulet-bulet disini, nah itu ada maknanya dan biasanya
jumlahnya ganjil. Kalau satu, berarti masyarakat umum dia, kalau tiga juga
masyarakat umum, kalau lima itu partuanon seperti tokoh adat, kalau tujuh itu raja.
Kalauu untuk dorama memang untuk menunjukkan status sosial yg menggunakannya
dek. Sama seperti dorama yg disematkan digotong yg dipakainya. Tapi sekarang
seringnya lima doraman lah. Doraman ini dibuat dari alumunium baja atau perak.
Kalau sarung pisonya dari kayu yang direkatkan dengan gulungan kuningan atau
tembaga, tergantung pesanan. Besarnya juga nggak sama. Tapi ya sekitar satu
jengkal dua jari lah. Lebarnya juga macam-macam, kurang lebih dua sentimeter lah.
Orang jaman dulu mana kenal penggaris? Ini juga ada bagian namanya assing.
Assing ini hanya hiasan saja, ga wajib. Kadang ada yang request ditambahkan
assing, kita buatkanlah sebagai pemanis.

29
Nah biasanya yang pesan kalo nggak orang yang biasanya menyewakan ya kolektor.
Kan biasanya disewakan bareng baju adat. Nah, cara pakainya gini, ditaro dia
didepan. Kalau duduk ya tetap nyaman. Kenapa di depan? Dulu kan dipake raja, nah
ini lambang kegagahan. Seperti kata orang tuh kalau ada masalah, selesaikan
didepan. Jangan ada lagi masalah lain dibelakang. Langsung selesaikan, begitu. Apa
adanya lah.

Piso suhul gading biasanya dibuat sekitar dua minggu. Bisa lebih cepat dari itu, tapi
tidak detail hasilnya.

Gambar 2. Contoh pakaian adat suku batak simalungun


[sumber: id.pinterest.com]

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, informan sebagai seniman piso suhul gading
menyatakan bahwa piso tersebut kini hanya digunakan sebagai pelengkap berbusana dalam
acara adat. Piso ini diletakkan didepan pinggang sebagai bentuk kegagahan dari seorang raja
simalungun. Tidak hanya sebagai penunjuk kegagahan, tetapi juga sebagai penunjuk sebagai
apa seseorang tersebut di dalam strata sosial masyarakat Simalungun. Apabila seseorang
memiliki namun pemahaman terhadap piso suhul gading masih minim sehingga peneliti
melihat adanya sebuah potensi untuk melakukan kegiatan edukasi sehingga masyarakat lebih
memahami mengenai hasil kebudayaan ini sama pentingnya dengan hasil kebudayaan
lainnya.

Piso suhul gading merupakan sebuah senjata tradisional khas suku batak simalungun.
Pada zaman dahulu pisau ini digunakan oleh keluarga kerajaan sebagai senjata untuk
melindungi diri dan sebagai simbol keagungan dan kebesaran raja. Di era modern seperti
sekarang, piso suhul gading dapat digunakan dalam berbagai kegiatan upacara adat seperti
pernikahan atau upacara lainnya.

30
Gambar 2. Contoh piso suhul gading
[sumber: koleksi pribadi bapak Sully]

Keunikan piso suhul gading terletak pada sarungnya yang memiliki dorama sebagai
tanda pengenal derajat pemiliknya dan ukurannya yang beragam dikarenakan dalam proses
pembuatannya dilakukan tanpa ukuran yang baku. Keunikan lain dari piso suhul gading
modern yaitu terletak pada sassing, yaitu hiasan kecil pada piso.

Gambar 2. Pencarian Piso Suhul Gading melalui Instagram [sumber: data pribadi]

Penggunaan instagram sebagai media edukasi hanya memuat pengetahuan modern.


Pengenalan kebudayaan utamanya piso suhul gading masih belum dapat ditemukan. Padahal,
Instagram merupakan media yang mudah digunakan dan dapat menjangkau banyak audiens.
Sebuah laporan berjudul Digital 2021: The Latest Insight Into The State of Digital itu
menyebutkan bahwa dari 274,9 juta penduduk Indonesia, 170 juta diantaranya merupakan
pengguna media sosial. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada sekitar 61,8 persen
penduduk Indonesia menggunakan media sosial (Conney Stephanie, 2021).
Penulis melihat fenomena ini sebagai sebuah peluang untuk menggunakan media
sosial Instagram untuk memperkenalkan kebudayaan utamanya piso suhul gading sehingga
diharapkan kedepannya masyarakat tidak hanya menggunakan namun memiliki pemahaman
mendalam terhadap makna dan penggunannya sehingga kemudian dapat menjadi
pengetahuan yang dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya.

KESIMPULAN
Kebudayaan memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia. Dalam praktiknya,
kehidupan manusia modern masih menggunakan kebudayaan dalam berbagai upacara adat
seperti kematian, pernikahan dan lainnya sehingga produk kebudayaan masih digunakan

31
hingga kini. Namun masyarakat modern hanya menggunakannya sebagai pelengkap upacara
adat tanpa mengetahui makna mendalam dibaliknya. Adapun metode yang digunakan yaitu
berupa pengenalan melalui Instagram yang mana merupakan media yang sering digunakan
oleh masyarakat modern utamanya pemuda. Dengan adanya penelitian ini diharapkan
masyarakat dapat mengenal kebudayaan lebih dalam lagi sehingga meningkatkan minat untuk
memelihara dan melestarikan kebudayaan sebagai warisan untuk generasi selanjutnya.

PROJECT
PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA PROJECT
Pend. BAHASA INDONESIA
PRODI S1 PENDIDIKAN
BAHASA JERMAN

Skor Nilai:

Mahasiswa

KELOMPOK :2
NAMA MAHASISWA : Aurel Goklas Christian Sena Sibuea
(2203132013)
Priskila Herlia S (2203132032)
Sonia Nevrina Hutabarat (2202432004)
KELAS : A20
DOSEN PENGAMPU : Dr. Malan Lubis, M.Hum.
MATA KULIAH : Pendidikan Bahasa Indonesia

32
PROGRAM STUDI : Pendidikan Bahasa Jerman
FAKULTAS : Fakultas Bahasa dan Seni ( FBS )

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


MEI 2022
ANALISIS MORFEM NOMINA BAHASA JERMAN

PADA DONGENG DORNRÖSCHEN

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman

ABSTRAK

Artikel ini mendeskripsikan morfologi nomina, yang membahas tentang kategori nomina bahasa
Jerman. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan data yang diperoleh dari
dongeng Dornröschen oleh Bruder Grimm. Dari hasil analisis data, diperoleh bahwa kategori nomina
bahasa Jerman terdiri dari nomina pokok dan nomina turunan. Dan proses morfologis yang terjadi
adalah proses afiksasi. Diantara proses morfologis, afiksasi dalam hal ini sufiks sangat banyak
ditemukan dalam proses pembentukan nomina bahasa Jerman. Sedangkan prefiks tidak.

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan suatu hal yang sangat vital bagi manusia. Tidak hanya sebagai alat komunikasi,
tetapi bahasa merupakan suatu anugerah yang diberikan kepada manusia sebagai mahluk yang
berakal. Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa yang memiliki pengguna terbanyak di dunia.
Terdapat sebuah ilmu yang mengkaji bahasa yakni linguistik. Secara etimologi, linguistik berasal dari
bahasa latin yaitu lingua yang berarti bahasa. Menurut Abdul Chaer (2009) secara umum linguistik
lazim diartikan sebagai ilmu bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya.
Menurut Siminto (2013) Linguistik adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk bahasa atau ilmu
bahasa. Maka dapat disimpulkan, linguistik adalah suatu ilmu yang mendalami bahasa.

Terdapat 4 subdisiplin linguistik, yakni fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Morfologi
adalah salah satu subdisiplin linguistik. Morfologi secara etimologi berasal dari kata morf yang berarti
‘bentuk’ dan kata logi yang berarti ‘ilmu’. Jadi secara harfiah kata morfologi dapat diartikan ‘ilmu
mengenai bentuk’. Berdasarkan definisi dari webster, Morphologie is a study and description of word
formation in language. (Morfologi adalah sebuah studi dan pendeskripsian dari pembentukan kata
suatu bahasa). Menurut Abdul Chaer (2009) Morfologi adalah salah satu cabang linguistik yang

33
mempelajari seluk beluk proses pembentukan tata dan perubahan makna kata. Morfologi tidak lepas
dari yang namanya morfem dan kata. Menurut Siahaan (2007) morfologi adalah bagian dari ilmu
bahasa yang membahas bagaimana caranya kata itu terstruktur dan bagaimana disusun dari bagian
yang lebih kecil. Bisa disimpulkan bahwa morfologi adalah ilmu bahasa yang mengkaji tentang
pembentukan kata.

Menurut Abdul Chaer (2009) Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang memiliki makna.
Menurut Siahaan (2007) yang menjadi kajian morfologi adalah menelaah asal-usul kata dan morfem
beserta maknanya. Kata benda merupakan salah satu jenis kata yang perlu dianalisis khususnya
nomina bahasa Jerman berdasarkan segi bentuknya.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang kami lakukan adalah penelitian Kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah Jenis penelitian
yang digunakan dalam menyusun suatu rancangan harus dirancang menurut prinsip-prinsip metode
kualitatif, yaitu mengumpulkan, mengolah, mereduksi, menganalisis, dan menyajikan data secara
objektif atau berdasarkan fakta-fakta yang ada, untuk memperoleh data. Data yang digunakan adalah
sebuah dongeng berjudul Dornröschen karangan Bruder Grimm. Berikut saya paparkan sebagian dari
ceritanya.

Vor langer Zeit waren ein König und eine Königin, die sprachen jeden Tag: „Ach, wenn wir doch ein
Kind hätten!“, und kriegten immer keins. Da passierte es, als die Königin einmal im Bade saß, dass
ein Frosch aus dem Wasser ans Land kroch und zu ihr sprach: „Dein Wunsch wird erfüllt werden, ehe
ein Jahr vergeht, wirst du eine Tochter zur Welt bringen.“

Was der Frosch gesagt hatte, das geschah, und die Königin gebar ein Mädchen, das war so schön, dass
der König vor Freude ein großes Fest feiern wollte. Er lud nicht bloß seine Verwandten, Freunde und
Bekannten, sondern auch die weisen Frauen dazu ein, damit sie dem Kind gute Wünsche bringen
würden. Es gab dreizehn in seinem Reich, weil er aber nur zwölf goldene Teller hatte, von welchen
sie essen sollten, so musste eine von ihnen daheim bleiben. Das Fest wurde mit aller Pracht gefeiert,
und als es zu Ende war, beschenkten die weisen Frauen das Kind mit ihren Wundergaben: Die eine
mit Tugend, die andere mit Schönheit, die dritte mit Reichtum, und so mit allem, was auf der Welt zu
wünschen ist.

Dst…

PEMBAHASAN

Berikut merupakan pengkategorian nomina-nomina yang terdapat pada cerita Dornröschen


berdasarkan kategori Siahaan (2007).

1. Nomina Berbentuk Kata Dasar

Nomina pokok berbentuk kata dasar yang hanya terdiri atas satu morfem.

a. Nomina pokok bersilabi Satu

der tag = hari

34
das kind = anak

das land = negara

die welt = dunia

b. Nomina pokok bersilabi dua

der Kö-nig = raja

das Wa-sser = air

das Mä-chen = gadis

die Spin-del = poros

2. Nomina Turunan

a. Afiksasi

Proses morfologis yang biasa terjadi ialah afiksasi, yaitu terjadinya peristiwa penambahan afiks
(imbuhan) pada bentuk asal(stem). Atau afiks adalah bentuk atau morfem terikat yang dipakai untuk
menurunkan kata. Dari antara proses afiksasi yang terjadi dalam proses pembentukan nomina adalah
sufiks dan interfiks. Sedangkan proses prefiks dan konfiks terjadi pada proses pembentukan verba.

• Prefiks

sebelum sebuah kata atau akar kata; morfem pembentukan kata yang tidak berdiri

sendiri yang dilekatkan; awalan). Prefiks yang terdapat pada nomina adaalah: un-,

miβ- dan erz-.

Un-

Un+ das Glück (keberuntungan) das Unglück (Nasib buruk)

• Sufiks

Sufiks adalah morfem terikat yang melekat di akhir bentuk dasar.Atau sufiks

merupakan bahagian dari afiks yang diimbuhkan pada posisi akhir bentuk dasar.

Bentuk-bentuk sufiks nomina bahasa Jerman terdiri dari: -keit/-heit, -e, -ität, -ung, - (er)ei, -ist, -ion, -
nis, -er, -ie, -at, -in, -or dan- chen.

-keit/heit

Selain berfungsi untuk mengubah kelas adjektiva, kelas adverbia dan numeralia

menjadi kelas nomina, sufiks ini juga mempertahankan kategori kelas kata benda.

= Schön (cantik) + heit = die Schönheit (kecantikan)

35
-e

Makna dari sufiks ini menyatakan sifat, peristiwa dan tindakan dari seseorang, sesuatu (alat).

= Bekannt (terkenal) + e = der Bekannte (kenalan)

-ung

Sufiks –ung mengungkapkan hubungan dengan peristiwa, tindakan, keadaan dan

pribadi. Pada umumnya nomina dengan sufiks ini berjenis kelamin feminin dengan

artikel “die”.

= Erfüllen (memenuhi) + ung = die Erfüllung (pemenuhan)

-in

Dasar pembentukan nomina dengan sufiks ini adalah kelas kata benda. Sufiks – in

menyatakan hubungan dengan seseorang dan tidak mengubah kategori kelas dasar

klata yang mengikutinya.

= Der König (raja) + in = die Königin (permaisuri/ratu)

-chen

Sufiks ini tidak hanya memiliki arti dari maksud “kecil” yang menyarankan “ pembentukan diminutif”
( pembentukan pengecilan ), melainkan sekaligus mengungkapkan sikap atau pribadi seseorang.

= die Mütter (ibu) + chen = ibu kecil

Die Köpfen (kepala-kepala) + chen = kepala-kepala kecil

• Interfiks

Interfiks adalah sejenis infiks atau elemen penyambung yang muncul dalam proses penggabungan dua
buah unsur (Chaer,2009). Infiks yang terjadi dalam nomina bahasa Jerman terdsiri dari: -es-, -s-, -n-, -
er-, -e- dan –en-. Masing-masing infiks ini mengandung arti “milik”. Dalam bahasa Jerman hal
kepemilikan disebut dengan “objek genitif” yang berfungsi untuk menunjukkan kepunyaan atau
hubungan antara dua nomina.

-s-

Der König + der Sohn = der Königssohn (anak raja/pangeran)

Der König + die Tochter = die Königstochter (putri)

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis morfem terhadap cerita dongen Dornröschen, dapat disimpulkan bahwa:

1. Kategori nomina bahasa Jerman terdiri atas:

36
a. Nomina pokok, dimana dalam cerita ini hanya terdapat bersilabi satu dan dua.

b. Nomina turunan, yaitu nomina yang diturunkan dari kelas nomina, adjektiva, adverbia, verba,
dan numeralia.

2. Proses pembentukan nomina dalam bahasa Jerman dilakukan dengan afiksasi

3. Dalam proses morfologis afiksasi, sufiks dan interfiks sangatlah produktif a.l : a) Sufiks : -er,
-keit / -heit, -ung, -e, dan -(er)ei, b) Interfiks : -s-, -n-, dan -en-.

4. Setiap nomina memiliki jenis kelamin maskulin, neutral atau feminine

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Siahaan, Jujur. 2007. ANALISIS MORFOLOGIS NOMINA BAHASA JERMAN. Medan: Fakultas
Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan.

Siminto. 2013. Pengantar Linguistik. Semarang: Cipta Prima Nusantara Semarang, CV.

37
NASKAH SOAL

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP TA 2021/2022

BAHASA INDONESIA

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

Bobot : 2 SKS

Sifat Ujian : Terbuka

Waktu : 60 Menit

Nama : Aurel Goklas Christian Sena Sibuea

NIM : 2203132013

Petunjuk:

1. Jawablah soal-soal di bawah ini dengan singkat dan jelas!


2. Bila ada masalah silakan sampaikan melalui grup WA Mata Kuliah Bahasa Indonesia.

1. Bahasa Indonesia memiliki kedudukan dan fungsinya sebagai bahasa negara dan bahasa
nasional. Jelaskan (sertakan contoh) kedudukan dan fungsi bahasa tersebut!
2. Bacalah berita pada tautan berikut
https://www.kompas.com/sains/read/2020/11/04/203000323/anjing-sahabat-manusia-tertua-
ini-buktinya. Selanjutnya, temukanlah kata tidak baku dari berita di atas!
3. Perbaikilah paragraf di bawah ini berdasarkan PUEBI!
a. Si terdakwa tidak mau mengakui bahwa dialah sangpelaku. Apapun alasan dari
siterdakwa tidak di tanggapi oleh hakim Budi Jaya, M.S.c. Akhirnya, Hakim
menjatuhkan hukuman berdasarkan kesepakatan Hakim. Keputusan tersebut di
sepakati pada hari minggu tanggal 2 desember 2015.
b. Satu Minggu yang lalu aku diajak ayahku pergi ke Kebun Binatang. Tempat wisata itu
bernama Taman Satu Jurug yang berada di kota solo. Aku di sana bisa melihat beberapa
hewan, seperti Harimau, Singa, Gajah, dan lain-lain. 

38
4. Jelaskan mengenai teks akademik secara komprehensif!

Jawaban

1. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara:


a. Bahasa resmi kenegaraan
Bahasa Indonesia dipakai dalam kegiatan-kegiatan kenegaraan seperti upacara, peristiwa
dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan.
b. Bahasa pengantar dalam pendidikan
Dalam setiap tingkatan pendidikan dari SD sampai PT, bahasa yang digunakan dalam
kegiatan pendidikan adalah bahasa Indonesia.
c. Alat perhubungan pada tingkat nasional
Bahasa Indonesia digunakan sebagai alat penghubung di dalam masyarakat antar daerah
dan antar budaya.
d. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi
Bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita membina dan
mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga bahasa Indonesia
memiliki ciri-ciri identitasnya sendiri yang membedakannya dengan kebudayaan daerah.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
a. Sebagai lambang identitas nasional
b. Alat penghubung antarwarga, daerah, dan budaya
c. Alat pemersatu suku budaya dan bahasa
2. Kata tidak baku:
a. Sekitaran
b. Kesemuanya
c. Cina
d. Menjinakkan
e. Cukup
f. Sempit
g. Mengendus
h. Hampir
3. Perbaikan
a. Si terdakwa tidak mengakui bahwa dia lah pelaku. Apapun alasan dari si terdakwa tidak
ditanggapi oleh Hakim Budi Jaya, M.S.c. Akhirnya, hakim menjatuhkan hukuman
berdasarkan kesepakatan hakim. Keputusan tersebut disepakati pada hari minggu 2
desember 2015.
b. Seminggu yang lalu aku diajak ayahku pergi ke kebun binatang. Tempat wisata itu
bernama Taman Satu Jurug yang berada di kota Solo. Aku di sana melihat beberapa
hewan seperti harimau, singa, gajah, dan lain-lain.
4. teks akademik diartikan sebagai satuan bahasa yang dimediakan atau cara seseorang untuk
mengungkapkan sebuah ide dalam bentuk tulis dan lisan untuk mengungkapkan makna secara
kontekstual yang bersifat ilmiah. Wujud teks akademik antara lain, seperti: buku, ulasan buku,
proposal penelitian, laporan penelitian, dan artikel ilmiah. Kelima jenis teks tersebut genre
makro yang didalamnya masing-masing terdiri atas beberapa genre mikro, seperti deskripsi,
laporan, prosedur, eksplanasi, eksposisi, dan diskusi. teks akademik memiliki ciri-ciri antara lain
sederhana, padat, objektif, dan logis

39
40

Anda mungkin juga menyukai