Bab ini akan menyajikan hasil dari pembahasan penelitian tentang “Asuhan
4.1 Hasil
Rumah Sakit Tk. II dr. Sopraoen Malang adalah rumah sakit jajaran
Malang. Rumah sakit ini terdiri dari 13 Poliklinik, 17 ruang Rawat Inap, 1 Unit
ruang Radiologi, dan 3 Apotek. 16 ruang rawat inap terdiri dari ICU, Ruang Interne
(Teratai dan Flamboyan), Ruang Bedah (Dahlia dan Bougenfil), Ruang Anak (Nusa
Indah), Ruang NICU PICU, Ruang Kebidanan (Tulip 1,Tulip 2,Kamar bersalin),
Paviliun Anggrek, Unit Stroke. 13 poliklinik terdiri dari Poli Bedah, Poli Penyakit
Dalam, Poli Anak, Poli Kandungan dan Ginekologi, Poli Hamil, Poli Gizi, Poli
Mata, Poli Gigi, Poli THT, Poli Jiwa, Poli Kulit. Penelitian ini dilaksanakan pada
Malang. Ruang Dahlia terdapat 15 perawat dan 2 tenaga non medis, kapasitas
1) Identitas Klien
2) Riwayat Penyakit
batuk juga”
sejak MRS.
Hanya pernah sakit flu dan batuk, RS. Hanya pernah sakit flu dan
Hepatitis.
Riwayat Psikososial
Spiritual :
2.Harga Diri
3.Ideal diri
3.Ideal diri
klien berharap ingin segera Keluarga klien berharap ingin
4.Peran 4.Peran
5.Identitas diri:
5.Identitas diri:
sonde.
putih.
siang.
care) care)
N : 88 X/mnt N: 95x/mnt
S :36,5ºC S :37,2ºC
RR : 26x/mnt RR : 28 x/mnt
3.Wajah Wajah tampak lebam terutama Wajah simetris, tidak ada lesi
bagian pipi, terdapat darah yang pada kulit wajah, tidak ada
dibagian hidung,
ikterik,
canul 3 lpm.
lesi, tidak ada nyeri tekan pada ada lesi, tidak ada nyeri
B.Integumen (Kulit dan Kulit berwarna sawo matang, Kulit berwarna sawo matang,
Kuku) terdapat lesi pada kulit kepala terdapat lesi pada kulit
D.Pemeriksaan
Thorax/Dada
1.Paru Bentuk dada simetris, tidak ada Bentuk dada simetris, tidak
pada lobus kanan dan kiri atas. tambahan ronchi pada lobus
bawah.
mmHg.
E.Pemeriksaan Bentuk abdomen datar, tidak ada Bentuk abdomen datar, tidak
Abdomen lesi pada abdomen, bising usus ada lesi pada abdomen,
pada titik mc burney, tidak ada ada nyeri tekan pada titik mc
nyeri tekan pada hepar, perkusi burney, tidak ada nyeri tekan
tympani.
pembengkakan
G.Muskuloskeletal Terdapat luka bekas operasi di Ekstremitas superior dekstra
gravitasi,sedangkan ektremitas
Kekuatan otot 5 5
5 3
mg/dl)
Leukosit 13.300 (4-10 Lekosit 24.160 (4-
ribu/cmm) 10rb/cmm)
mg/dl) rb/cmm)
450rb)
PRC 1 labu
Hb 11,3 ( 12-17
mg/dl)
Leukosit 11.300 (4-10
ribu/cmm)
450 ribu)
cruris sinistra.
4.1.3 Analisa Data
Klien 1
dilepas. TIK
Data Obyektif :
- RH + + WH - -
- - - - Hipoksia jaringan
- -
-TTV
TD : 130/70 mmHg
N : 90x/menit
RR : 26x/menit
S: 37ºC
Data subyektif :
tampak meringis/grimace,
deformitas
TTV :
TD : 130/80
N : 88 X/mnt
S :36,5ºC
RR : 26x/mnt
perdarahan.
luka
-jahitan menyatu
ribu/cmm)
Klien 2
Data Obyektif :
+ - - - serebral (disfungsi
+ - - neuromuskular)
- pernafasan dangkal
mengatakan selama di RS
kebutuhannya dibantu
tidur
kanan-kiri
hipoksia jaringan
Data Obyektif :
trakestomi
luka invasif/trakeostomi
ribu/cmm)
dan gejala)
Klien 1
dilepas.
Data Obyektif :
-RR : 26x/mnt
-pernapasan dangkal
canul 3lpm)
-RH + + WH - -
- - - -
- -
Data Obyektif :
TTV :
TD : 130/70 mmHg
N : 90x/menit
RR : 26x/menit
S: 37ºC
infeksi
Data Obyektif :
kaki kiri
perdarahan
-lekosit : 13.300
Klien 2
Data Obyektif :
-RH + -
+ -
WH - -
- -
- RR = 28x/mnt
-dispnea
canul 3 lpm
Data Obyektif :
Data Obyektif :
ribu/cmm)
4.1.5 Intervensi
(Tujuan,Kriteria Hasil)
Klien 1
v 1.Memelihara kebersihan paru catat adanya suara tambahan tambahan seperti wheezing
V3..Mendemonstrasikan batuk oksigen dan nebulizer bila dan TTV dalam batas
rentang normal
nyeri) 6. Mengurangi
normal
1.Klien bebas dari tanda dan seperti infus, kateter, dll organisme patogen.
v 4.Menunjukkan perilaku hidup 6. Bila ada tanda infeksi tonus oto rahang
terjadinya proses
infeksi.
7. Antibiotik mencegah
perkembangan mikro
organisme patogen.
Klien 2
paru dan bebas dari tanda tanda batuk atau suction atau ronchi
dyspneu (mampu
12. 5.membantu memenuhi
rentang normal
3x24 jam Hambatan mobilitas yang dihasilkan oleh dibatasi oleh persepsi
periodik 5. Mempertahankan
posisi fungsional
ektremitas dan
mencegah komplikasi
6. Hipotensi postural
baring
7. Mencegah komplikasi
pernapasan/ kulit
seperti
dekubitus,pneumonia
1.Klien bebas dari tanda dan 4. Intruksikan klien untuk penyebaran mikro
hematologi.
7. Kolaborasi untuk menunjukkan terjadinya
6. Penurunan HB dan
peninggkatan leokosit
terjadinya proses
infeksi.
7. Antibiotik mencegah
perkembangan mikro
organisme patogen.
4.1.6 Implementasi
Klien 2 Dx 1 Dx 1 Dx 1
08.00 -Melakukan inform consent 07.40 Kolaborasi dengan tim 07.30 - Kolaborasi dengan tim medis dalam
serta menjelaskan tujuan medis dalam pemberian pemberian terapi :
perawatan terapi : -levofloxacine 1x175 mg
-levofloxacine 1x175 mg -antrain 3x1 gr
09.00 - Melakukan auskultasi -antrain 3x1 gr -ranitidine 2x1 gr
suara napas : terdengar -ranitidine 2x1 gr
suara tambahan ronchi pada 08.30 Melakukan suction pada trakeostomi
lobus kanan dan kiri atas. 08.00 - melakukan suction pada
RR = 28x/mnt trakeostomi -Mengevaluasi pernapasan :
- pernafasan dangkal Ronchi terdengar pada lobus kanan
-dispnea (+) 08.10 -Mengkaji pernapasan tengah dan bawah
-melakukan suction pada pasien (RR,suara napas, RR : 26x/mnt (pernapasan dangkal)
trakeostomi dan sekret kedalaman pernapasan) : -dispnea (+)
dapat keluar ronchi terdengar pada - mempertahankan O2 3lpm dan head
11.00 - mengganti kasa balutan lobus kanan atas,tengah up 30º (1bantal kepala)
pada trakeostomi. dan bawah.
-Mempertahankan O2 nasal -RR : 26x/mnt Dx 2
canul 3 lpm dan head up -dispnea (+) 11.00 Mengevaluasi tingkat mobilitas (klien
30º -mempertahankan O2 belum mampu miring kiri dan miring
Dx 2 3lpm dan head up 30º kanan secara mandiri, butuh bantuan
15.00 -Mengkaji tingkat (1bantal kepala) perawat atau keluarga)
imobilisasi(klien tidak Dx 2
mampu duduk sendiri 10.00 -Mengevaluasi tingkat 11.30 -KIE kepada keluarga untuk tetap
15.30 semua aktivitas di bantu) mobilitas (klien belum melakukan ROM pasif untuk
-Mengajarkan latihan otot mampu miring kiri dan mencegah terjadinya decubitus
isometrik dan ROM miring kanan secara Dx 3
aktif/pasif (klien mandiri, butuh bantuan 14.00 -mengobservasi balutan pada
kooperatif) perawat atau keluarga) trakeostomi
16.00 -Mengubah posisi klien
miring ke kiri/kanan (klien 10.30 14.30 Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian terapi :
belum mampu untuk miring -Mengukur TTV sebelum -levofloxacine 1x175 mg
sendiri) latihan aktivitas -antrain 3x1 gr
-Mengukur TTV (TD:120/80) -ranitidine 2x1 gr
(TD:120/80 N:88 RR:28 Mengukur 15.00 TTV(TD:120/80 N:88 RR:26 S:37)
Dx 3 S:37) TTV(TD:120/80 N:88
16.30 Dx 3 RR:26 S:37)
-Menjelaskan kepada 14.00
keluarga tentang proses
penyembuhan bertahap -mengobservasi kondisi
pasien cedera kepala 14.30 balutan luka trakeostomi
17.00
-Rawat luka trakeostomi - Mengukur
-Menjelaskan kepada TTV(TD:120/80 N:88
keluarga cara perawatan 21.30 RR:26 S:37)
pasien cedera kepala
Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
terapi :
-levofloxacine 1x175 mg
-antrain 3x1 gr
-ranitidine 2x1 gr
4.1.7 Evaluasi
Dx 2 S: S: S:
Klien mengatakan nyeri pada kaki Klien mengatakan masih terasa nyeri pada Klien mengatakan nyeri sudah agak berkurang,
kirinya yang patah bila digerakkan,nyeri kakinya yang patah,nyeri skala 5-6 klien sudah bisa mengerakkan kakinya yang
skala 6-7 O: patah
O: Terdapat luka Post op ORIF pada kaki O:
Terdapat luka Post op ORIF pada kaki sebelah kiri (karakteristik luka : luka insisi, Terdapat luka Post op ORIF pada kaki sebelah
sebelah kiri (karakteristik luka : luka panjang 20cm, bengkak di sekitar luka), kiri (karakteristik luka : luka insisi, panjang
insisi, panjang 20cm, bengkak di sekitar luka dibalut softband dengan tensocrap, 20cm, bengkak sudah berkurang), luka dibalut
luka), luka dibalut softband dengan klien tampak meringis/grimace, deformitas softband dengan tensocrap, klien tidak tampak
tensocrap, klien tampak TTV meringis/grimace, deformitas
meringis/grimace, deformitas TD : 130/80 mmHg TTV
TTV N : 86x/menit TD : 120/70 mmHg
TD : 130/70 mmHg RR : 20x/menit N : 88x/menit
N : 90x/menit S: 37ºC RR : 20x/menit
RR : 20x/menit A : masalah belum teratasi S: 36,5ºC
S: 37ºC P : lanjutkan intervensi A : masalah teratasi sebagian
A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi
P : lanjutkan intervensi
Dx 3 S: S: S:
- - -
O: O: O:
Terdapat luka post op ORIF pada kaki Terdapat luka post op ORIF pada kaki Terdapat luka post op ORIF pada kaki kirinya
kirinya (karakteristik luka : tampak kirinya (karakteristik luka : tampak (karakteristik luka : tampak merah,luka insisi,
merah,luka insisi, bengkak), panjang merah,luka insisi, bengkak), panjang luka bengkak), panjang luka 18cm, tidak ada tanda
luka 18cm, luka dibalut dengan Kassa 18cm, luka dibalut dengan Kassa dan infeksi,jahitan sudah menutup,luka dibalut
dan tensocrap,terdapat bekas rembesan tensocrap,terdapat bekas rembesan darah dengan Kassa dan tensocrap,balutan sudah di
darah pada balutan,balutan tampak kotor pada balutan,balutan tampak kotor ganti baru
Lekosit : 24.160 cmm Lekosit : 15.700 cmm Lekosit : 11.300 cmm
TTV TTV TTV
TD : 140/70 mmHg TD : 130/70 mmHg TD : 120/70 mmHg
Nd : 88x/menit Nd : 88x/menit Nd : 88x/menit
RR: 20x/menit RR: 20x/menit RR: 20x/menit
Sh : 36,5ºC Sh : 36,5ºC Sh : 36,5ºC
A : masalah belum teratasi A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi P : lanjutkan intervensi A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
Klien 2 Hari 1 Hari 2 Hari 3
Dx 1 S: S: S:
Keluarga mengatakan bahwa anaknya Keluarga mengatakan anaknya masih Keluarga mengatakan anaknya masih terlihat
nafas anaknya sudah tidak terlalu cepat terlihat sesak dan batuknya sudah sesak dan batuknya sudah berkurang
dan batuk sudah berkurang. berkurang
+ - - - + - - -
-RH + - WH - -
+ - + -
+ - - -
- RR = 28x/mnt + - - RR = 26x/mnt
-sekret dapat keluar memlalui suction -dispnea (+) -sekret dapat keluar melalui suction
A: masalah teratasi sebagian -sekret keluar sedikit melalui suction A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Dx 2 S: S: S:
Keluarga pasien mengatakan selama di Keluarga mengatakan pasien tidak Keluarga mengatakan sudah membantu
RS pasien hanya terbaring ditempat mampu miring kanan dan kiri secara melakukan ROM pasif kepada pasien sehari
tidur dan semua kebutuhannya dibantu mandiri. sekali.
perawat dan keluarga O:
O: O : kaki dan tangan klien dapat fleksi Tidak terdapat luka decubitus pada pasien, dan
Pasien tidak mampu miring kanan dan abnormal, bergerak diluar kendali namun keluarga kooperatif untuk membantu
kiri secara mandiri. Semua aktivitasnya tidak dapat melakukan ROM, sehingga melakukan ROM
dibantu oleh perawat dan keluarga. ROM dibantu perawat dan keluarga. A : masalah teratasi sebagian
A : masalah belum teratasi
A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi
P : lanjutkan intervensi
P : lanjutkan intervensi
Dx 3 S: S: S:
O: O:
-balutan sekitar trakeostomi kotor O: - balutan trakeostomi bersih, tidak ada tanda-
-lekosit 9,5 -balutan trakeostomi bersih, tidak ada tanda infeksi
tanda-tanda infeksi -lekosit 11,3
A : masalah belum teratasi -Lekosit 9,7 A : masalah teratasi sebagian
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi P : lanjutkan intervensi
P : lanjutkan intervensi
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengkajian
dalam keluhan utama yaitu klien mengalami sesak napas. Pasien 1 mengatakan
“saya masih sesak napas mbak”, sedangkan pasien 2 mengatakan “mbak anak saya
kok napasnya cepet ya, sering batuk batuk juga”. Untuk klien 1 dan 2 juga sama
sama mengalami kecelakaan lalu lintas. Perbedaan terletak pada perdarahan bagian
diantara lapisan dalam (pia meter) dan lapisan tengah (arachnoid meter) pada
Pada pasien 1 dan 2 sama-sama mengalami sesak napas dan pernapasan dangkal.
RR pada pasien adalah 26x/mnt, dan pada pasien 2 28x/mnt, pernapasan cenderung
dangkal dan cepat. Pada pasien 1 dan 2 sama-sama menggunakan alat bantu napas
nasal canul 3 lpm. Letak perbedaan dari kedua pasien tersebut adalah, pasien 2
diagnosa epidurah hematom tidak dilakukan trakeostomi karena masih bisa dibantu
ketidakefektifan pola napas, biasanya pasien yang mengalami hal demikian terdapat
tanda-tanda seperti pernafasan dangkal dan sesak napas. Epidurah hematom (EDH)
karena terjadi penekanan pusat pernafasan akibat perdarahan pada otak. Ini
dibuktikan dengan keluhan pada kedua pasien yaitu mengeluh sesak napas. Selain
itu pada pasien ke 2 hasil foto thorak menunjukkan hasil bahwa ada suspect efusi
pleura, maka dapat disimpulkan pasien yang mengalami cedera kepala sedang
terjadi ketidakefektifan pola napas apalagi jika ditambah dengan penyakit paru
pola napas yang berhubungan dengan disfungsi neurologis. Diagnosa ini muncul
pada klien 1 dan 2 yang ditandai dengan pasien mengeluh sesak napas, pernapasan
jumlahnya dibawah normal (pasien 1 hb sebesar 9,7 dan pasien 2 jumlah hb sebesar
9,5). Menurut (Asmadi : 2008) ketidakefektifan pola napas adalah suatu kondisi
dimana pola napas, yaitu inspirasi & ekspirasi menunjukkan tidak normal (RR cepat
napas dangkal. Faktor ini akhirnya dapat menimbulkan gagal pernapasan, yang
Pada kedua pasien sama sama mengeluh sesak dan ditemukan RR melebihi
terdapat alat bantu napas NC 3 lpm. Sehingga dari data subyektif dan data obyektif
4.2.3 Perencanaan
dengan teori yang telah ada. Perencanaan yang diambil yaitu posisi head up 30º (1
bantal), oksigenasi, Suction untuk membersihkan sputum saat pasien tidak mampu
mempertahankan jalan napas yang adekuat. Otak sangat sensitif terhadap hipoksia
dan penurunan neurologik yang dapat buruk jika pasien hipoksia. Intervensi
tersebut meliputi, posisikan pasien head up 30º yang berguna untuk menurunkan
TIK,oksigenasi untuk membantu memenuhi kebutuhan O2 didalam tubuh, suction
jika dibutuhkan untuk mengeluarkan sputum, kolaborasi dengan tim medis dalam
kepala sedang adalah head up 30º, oksigenasi, suction dan intervensi kolaborasi
dengan tim medis dalam memantau BGA,SPO2,Ct-scan dan pemberian terapi yang
4.2.4 Pelaksanaan
tindakan keperawatan yang telah dibuat, pada pasien 1 dan 2 sama sama dilakukan
head up 30º, oksigenasi, dan suction pada pasien ke 2 saja. Tindakan kolaborasi
dengan tim medis adalah pemberian terapi pada pasien 1 kolaborasi dengan tim
antrain 3x1 gr, ranitidine 2x1 gr. Ada beberapa pelaksanaan tindakan keperawatan
diruangan yang tidak sesuai atau tidak dilakukan karena keterbatasan fasilitas,
misalnya pada pasien cedera kepala baik itu ringan,sedang bahkan berat harus
trakeostomi.
Darah Arteri bertujuan untuk menentukan adanya asidosis respiratorik dan alkolosis
mengalami gangguan pertukaran gas. Selain itu, pemeriksaan ini juga sangat
Pada pasien cedera kepala yang mengalami sesak napas, tindakan yang
utama adalah mempertahankan jalan napas dengan head up 30º, oksigenasi, suction
dan kolaborasi dengan tim medis dalam memantau GDA, SPO2, dan pemberian
terapi yang tepat, karena otak sangat sensitif terhadap hipoksia dan penurunan
4.2.5 Evaluasi
teratasi pada hari ke ketiga dimana klien mengatakan sudah tidak sesak napas dan
ronchi pada lobus tengah dan bawah, RR 26x/mnt dan masih menggunakan alat
keperawatan yang mengacu pada tujuan dengan kriteria dan standar yang telah
x/mnt, masih terdengar suara tambahan ronchi pada lobus kanan tengah dan bawah.
Ini bisa terjadi karena pasien 2 menggunakan trakeostomi tapi hanya bibantu nasal
canul 3 lpm, sedangkan kebutuhan oksigen didalam tubuhnya jauh lebih besar.
fasilitas, dan tidak dilakukan cek BGA. Hal ini mempengaruhi pada evaluasi
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Berdasarkan analisa isi dalam penelitian yang telah dilakukan maka dapat
Pengkajian didapatkan data fokus pada klien pertama Tn.C yaitu data
subyektif : pasien mengeluh sesak napas. Data Obyektif yang ditemukan adalah RR
26x/mnt, pernpasan dangkal, terdengar ronchi pada lobus kanan dan kiri atas, GCS
S: 37ºC. Pada klien kedua Sdr.S didapatkan data subyektif yaitu keluarga
mengatakan bahwa napas anaknya cenderung cepat dan sering batuk-batuk tapi
tidak keluar dahak. Data Obyektif yang ditemukan adalah ronchi terdengar pada
oksigenasi, head up 30º, suction, dan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
terapi.
kedalaman pernapasan, dan suara napas untuk mengetahui adanya suara tambahan
dengan tim medis dalam pemberian terapi. Pada kedua pasien terdapat suara
tambahan ronchi namun tidak dapat dilakukan clapping atau vibrasi karena kedua
pasien post op craniotomi dan belum diijinkan duduk, hanya bedrest 30º untuk
menurunkan TIK, sehingga peneliti hanya melakukan tindakan suction. Akan tetapi
pada pelaksanaan dilapangan ada beberapa intervensi yang tidak dilakukan karena
keterbatasan fasilitas, misalnya cek BGA dan mengukur SPO2 diruang perawatan.
Kedua pasien diruang perawatan tidak dilakukan pengecekan BGA dan pengukuran
dengan teori yang ada, dimana seharusnya pada pasien trakeostomi diberikan
pasien 1 yang mana pada hari ke 3 penelitian pasien sudah tidak mengeluh sesak
napas, RR 20x/mnt, tidak ada suara tambahan, dan pasien dapat bernapas spontan
sebagian karena masih ada suara tambahan ronchi pada lobus kanan tengah dan
karena alat bantu napas NC 3lpm tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen didalam
tubuh.
5.2 Saran
Saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan hasil penelitian yang
1. Bagi Responden
SPO2. Diharapkan juga setiap perawat ruangan mematuhi setiap prosedur yang
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan baru ilmu
darurat, peneliti memberikan saran alat nursing kit dapat ditambah alat
pengecekan SPO2 dan sertifikat gadar minimal 1 lembar bagi mahasiswa untuk