Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH AL QURAN HADIS KELAS 10

“ HADIS SEBAGAI DASAR HUKUM “

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:

ALBA FARRAH PUTRI UTAMI

HANIFATUSSALMA FAHLI

MUMTAZA HAREZ

NAJWA SABINA

( X IPA 3)

PEMBIMBING : FAKHRUDDIN, S.Ag.

MADRASAH ALIYAH NEGRI INSAN CENDEKIA PADANG


PARIAMAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
HADIS DI TINJAU DARI SEGI KUANTITASNYA

Tinjauan hadis dengan menelusuri jumlah perawi yang menjadi sumber adanya suatu
hadis.

A. HADIS MUTAWATIR

Mutawatir berasal dari bahasa arab tawatara "‫ "تَ َواتَ َر‬yang berarti berturut-turut, atau
sesuatu yang datang secara beriringan tanpa disela antara satu dengan lainnya.Sedang
menurut istilah, Hadits Mutawatir ialah:

ْ‫اع ِه ْم َو تَ َواطٌِئ ِه ْم َعلَى ْال َك ِذب‬


ِ ‫س ا ل ِّذ ْي َر َواهُ َع َد ٌد َج ٌّم فِ ْي ْال َعا َد ِةا َحالَةٌاجْ تِ َم‬ ُ ‫ْث ْا ل ُمت ََواتِرُاهُ َو ْال َح ِدي‬
ٍ ْ‫ْث ع َْن َمحْ سُو‬ ُ ‫اَ ْل َح ِد ي‬

Artinya:’’Hadits mutawatir adalah hadits tentang sesuatu yang mahsus(yang dapat


ditangkap oleh panca indra),yang di sampaikan oleh sejumlah besar rawi yang
menurut kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan bersepakat untuk berdusta.’’

Syarat-Syarat Hadits Mutawatir


Berdasarkan definisi tersebut, sebuah hadits dapat disebut hadits mutawatir jika telah
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut, yaitu:
1. Harus diriwayatkan oleh banyak jalur perawi yakni adanya konsistensi jumlah perawi pada
setiap thabaqat, artinya jika salah satu dari tingkatan sanad tersebut ada yang tidak mencapai
jumlah minimal yang telah disepakati, maka sanad tersebut tidak dikategorikan sebagai sanad
yang mutawatir, tetapi disebut sebagai sanad yang ahad.
2. Menurut pertimbangan rasio, mereka mustahil melakukan konspirasi kebohongan, atau
mengadakan suatu perkumpulan untuk berdusta, atau dipaksa oleh penguasa untuk berdusta
karena rawi-rawi itu orang banyak yang berbeda-beda dari berbagai kalangan dan profesi.
3. Rawi banyak yang meriwayatkan dari rawi yang banyak pula, mulai dari permulaan
sampai pada akhir sanadnya.
4. Sandaran akhir (hadits yang diriwayat) dari rawi-rawi itu  harus berdasarkan sesuatu yang
indrawi (diterima mulai dari indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan
perasa).
Dan jika keempat syarat tersebut terpenuhi, maka sudah tentu akan diperoleh pengetahuan
akan adanya kepastian kebenaran hadits tersebut.

B. HADIS AHAD
Kata ahad atau wahid berdasarkan segi bahasa berarti satu, maka khabar ahad atau
khabar wahid berarti suatu berita yang disampaikan oleh satu orang. 
Syarat – syarat hadis ahad :
a. Perawi hadis ahad tidak mencapai jumlah banyak yang meyakinkan bahwa
mereka tidak mungkin sepakat bohong sebagaimana dalam hadis mutawatir.
b. Ia hanya diriwayatkan satu, dua, tiga, empat dan atau lima yang tidak mencapai
mutawatir.

HADIS DITINJAU DARI SEGI KUALITAS


A. HADIS SHAHIH
Secara etimologi, kata shahih (Arab: ‫ )صحيح‬artinya: sehat. Kata ini merupakan antonim
dari kata saqim (Arab: ‫ )سقيم‬yang artinya: sakit. Bila digunakan untuk menyifati badan, maka
makna yang digunakan adalah makna hakiki (yang sebenarnya), tetapi bila diungkapkan di
dalam hadis dan pengertian-pengertian lainnya, maka maknanya hanya bersifat kiasan
(majaz). Secara bahasa, hasan artinya baik. Sehingga terkadang hadis kategori kedua ini
masih kerap dianggap boleh menjadi dasar hukum.

B. HADIS HASAN
Secara bahasa hasan berarti baik, sehingga terkadang hadis hasan ini dapat dijadikan
dasar hukum.
Syarat hadis hasan:
1. Perawinya adil
2. Ke dabitan perawi ada dibawah hadis shahih
3. Sanandnya bersambung
4. Tidak ada illat
5. Tidak syaz

C. HADIS DHOIF
Kategori hadis yang terakhir ialah hadis dhaif atau lemah. Hadis yang tidak memenuhi
persyaratan hadis shahih dan hadis hasan. Disebutkan dalam Mandzumah Bayquni, hadis
dhaif ialah: "Setiap hadis yang kualitasnya lebih rendah dari hadis hasan adalah dhaif dan
hadis dhaif memiliki banyak ragam." Sehingga hadis dhaif tidak bisa dijadikan sebagai
sumber hukum. Sebaiknya, saat menyelesaikan masalah baru, berurutan dasar hukum dari
AlQuran, lalu hadis, baru ke ijma' atau kesepakatan para ulama, dan baru qiyas. Selanjutnya
bila masih belum ada titik terang dengan mempertimbangkan melalui Istihsan, Ijtihad, lalu
Urf.

Anda mungkin juga menyukai