Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS KUALITAS MUTU CRUDE PALM OIL DENGAN MENGGUNAKAN

METODE TITRIMETRI PADA PT. SUMBER INDAH PERKASA, TARAHAN

Disusun Oleh :

Aldy Dian Satria

19120022

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUSANTARA LAMPUNG

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan bahwa mahasiswa program studi Teknik
Industri Sekolah Tinggi Teknologi Nusantara Lampung TA 2021/2022.

NAMA : Aldy Dian Satria

NPM : 19120022

Telah melaksanakan Kerja Praktek di PT. SUMBER INDAH PERKASA Lampung Selatan,
terhitung mulai tanggal 1 Februari s/d 31 Maret 2022 dengan laporan kerja praktek terlampir.
Demikian lembar pengesahan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandar Lampung, 14 Juni 2022

Aldy Dian Satria


PT. SUMBER INDAH PERKASA

Judul : Analisis Kualitas Mutu Crude Palm Oil dengan menggunakan


Metode Titrimetri pada PT. SUMBER INDAH PERKASA

Nama : Aldy Dian Satria

Nomor Pokok Mahasiswa : 19120022

Program Studi : Teknik Industri

Bandar Lampung, 14 Juni 2022

Menyetujui,

Pembimbing Lapangan Dosen Pembimbing

Restu Yulia Tribawati, S.Tp Zainal Arifin, S.T., M.M


NIK. 12000210 NIDN.

Mengetahui,

Ketua Program Studi Teknik Industri

Idris Asmuni, S.T., M.T


NIDN. 0223117601
PERSETUJUAN / PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Industri (Prakerin) pada PT. SUMBER INDAH PERKASA
Tbk atas nama:

Aldy Dian Satria


NPM. 19120022

telah disetujui dan disahkan pada hari Selasa tanggal 28 bulan Juni
tahun Dua Ribu Dua Puluh Dua

Disetujui oleh :

Pembimbing Lapangan Dosen Pembimbing

Restu Yulia Tribawati, S.TP Ir. Zae nal Arifin, M .T.A


NIK. 12000210 NIDN. 0223056301

Disahkan Oleh :
Ketua Program Studi Teknik Industri

Idris As muni, S.T. M .T


NIDN.0223117601
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas berkat dan karunia Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan dengan judul
“ Analisis Kualitas Mutu Crude Palm Oil dengan menggunakan Metode
Titrimetri pada PT. SUMBER INDAH PERKASA”.

Dalam penyusunan tugas ini, penulis mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini sebagai wujud rasa hormat, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT atas limpahan kasih yang selalu diberikan,


2. Mama yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis,
3. Cut Ade Malinda yang selalu ada dan mendukung penulis agar tugas ini dapat
diselesaikan dengan baik,
4. Bapak Zainal Arifin selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan tugas ini,
5. Bapak Idris Asmuni, S.T., M.T., selaku Ketua Program Teknik Industri,
6. Ibu Restu Yulia Tribawati selaku Pembimbing Praktik Kerja Lapangan di PT.
SUMBER INDAH PERKASA yang telah memberikan nasihat, arahan serta
kritik selama PKL,
7. Bapak Edward sebagai pengawas Laboratorium PT. Sumber Indah Perkasa.

Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bandar Lampung, 28 Juni 2022

Aldy Dian Satria

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang


memberikan kontribusi paling besar untuk devisa Indonesia, karena tanaman
perkebunan ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan merupakan salah
satu tanaman penghasil minyak nabati (Hadi, M. M. 2004). PT Sumber Indah
Perkasa (PT SIP) unit Lampung, merupakan perusahaan di bawah koordinasi PT
Sinar Mas Agro Resources Tecnology Tbk yang bergerak dalam bidang industri
pengolahan minyak sawit. PT SIP memiliki 14 departemen dan 388 orang
karyawan. Salah satu departemen Departemen Quality Food and Safety (QFS)
yang bertugas sebagai pelaksana kegiatan qualityccontrol . Fungsi penerapan
quality control tersebut adalah untuk melakukan pengendalian terhadap mutu
dari input awal berupa penyelesaian bahan baku, proses produksi , sampai kepada
proses output barang jadi ( finished goods). Dengan adanya penerapan quality
control maka perusahaan dapat melakukan efesiensi proses produk, khususnya
dalam industri pengolahan CPO kelapa sawit.

Pengendalian kualitas merupakan taktik dan strategi perusahaan dalam


persaingan global dengan produk perusahaan lain. Kualitas menjadi faktor dasar
keputusan konsumen dalam memilih produk.Bila konsumen merasa produk
tertentu jauh lebih baik kualitasnya dari produk pesaing, maka konsumen
memutuskan untuk membeli produk tersebut.Tuntutan konsumen yang senantiasa
berubah inilah yang perlu direspon perusahaan.Oleh karena itu perusahaan
haruslah menerapkan pengendalian kualitas dalam pembuatan produk. Pada PT.
Sumber Indah Perkasa harus dapat meningkatkan kinerja yang baik dengan jalan
mengevaluasi segala kegiatan produksi yang berhubungan dengan proses produksi
CPO (Crude Palm Oil). Oleh karena itu kegiatan PKL ini dilakukan di
Departemen QFS untuk mengetahui kualitas grade CPO dengan metode titrimetri
agar diketahui kadar Free fatty acid (ALB) yang memenuhi standar PT. Sumber
Indah Perkasa.

1
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara analisis kualitas grade CPO dengan
menggunakan titri metri di PT Sumber Indah Perkasa.
2. Untuk mengetahui kadar FFA CPO hasil produksi seluruh PKS di
lingkungan PT. Sumber Indah Perkasa
3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kandungan FFA
dari CPO PT. Sumber Indah Perkasa
1.3 Manfaat
1. Penulis dapat mengetahui proses penentuan kadar FFA dari CPO di PT.
Sumber Indah Perkasa
2. Sebagai sumber informasi baru bagi masyarakat.

1.4 Waktu dan Tempat

Praktik Kerja Lapangan di laksanakan pada 1 Februari 2022 hingga 22


Maret 2022 yang berlokasi di PT. Sumber Indah Perkasa, Tarahan, Kabupaten
Lampung Selatan.

1.5 Ruang Lingkup

Kegiatan analisis kualitas CPO dilakukan dengan menggunakan metode


titimetri untuk mengettahui kadar FFA sehingga diketahui kualitas grade CPO
yang ada di PT. Sumber Indah Perkasa.

2
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tanaman perkebunan penting penghasil minyak


makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Indonesia
adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Diperkirakan
pada tahun 2009, Indonesia akan menempati posisi pertama produsen sawit dunia.
Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan kegiatan perluasan areal
pertanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada dan intensifikasi (Buckle, K.A,
Edwards, R.A, Wotton, M. 1987)

Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5-7 jam/hari.
Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm, temperatur
optimal 24-28o C. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara 1-500 m dpl (di
atas permukaan laut). Kelembaban optimum yang ideal untuk tanaman sawit
sekitar 80-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses
penyerbukan. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol,
Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai
dan muara sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5,0-
5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase
(beririgasi) baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan
padas. Kemiringan lahanpertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15 o .

2.2 Crude Palm Oil

Indonesia sebagai negara produsen CPO terbesar di dunia seharusnya


mampu mengatasi permasalahan di Indonesia yaitu kurang vitamin A (KVA).
KVA merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia yang dapat menyebabkan
masalah kebutaan, terutama bagi balita dan anak-anak. Oleh karena itu, minyak
sawit kasar (CPO) memiliki prospek yang sangat besar untuk dikembangkan guna
mengatasi masalah KVA tersebut, terlebih mengingat kapsul vit A yang
tersedia saat ini umumnya diolah dari minyak ikan dan masih merupakan produk
impor. Minyak sawit mentah atau CPO berwarna merah-kekuningan
menandakan kandungan karotenoid yang tinggi. Minyak sawit memiliki
kandungan gizi yang lebih unggul dibandingkan dengan minyak zaitun,
kedelai dan jagung. Selain mengandung provitamin A yaitu α-karoten, β-
karoten dan vitamin E (tokoferol dan tokotrienol), minyak sawit
mengandung berbagai jenis zat bioaktif lain seperti riboflavin, niasin, likopen,
mineral yang terdiri dari fosfor, potassium, kalsium, dan magnesium (Sibuea,
2011). Pada masa perkembangan dimana masayarakat dengan kecerdasan dan
seleranya menghendaki tampilan produk-produk yang lebih baik, maka

3
berkembang pula teknologi proses untuk membuat minyak goreng yang tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak berasa, sehingga pada proses pembuatan
minyak goreng, warna merah yang mengandung zat gizi mikro penangkal
penyakit kronik degeneratif yang terdapat pada minyak sawit justru sengaja
dibuang sebagian lagi terbuang dengan tidak sengaja. Dalam proses pengolahan
buah sawit menjadi CPO yang selanjutnya menjadi minyak goreng, selalu
diawali dengan pemanasan yang kemudian dilanjutkan dengan perontokan,
perebusan, pengadukan dan pengempaan, penyaringan dan pemurnian. Pada
proses pemurnian minyak terdiri dari

beberapa tahap yaitu pemisahan gum (degumming), netralisasi


(deasidifikasi), pemucatan (bleaching) dan deodorisasi. Pada proses bleaching
inilah komponen minor terutama karoten dari minyak sawit banya terbuang dan
memang sengaja untuk mendapatkan minyak goreng yang berwarna jernih.
Mengonversi CPO secara lebih inovatif erat kaitannya dengan
penanggulangan masalah defisiensi vitamin A di Indonesia untuk kemajuan
bangsa dan meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM) pada masa datang.
Dengan melakukan modifikasi proses pemurnian, tanpa bleaching, kandungan
betakaroten dalam MSM dapat dipertahankan. Proses pengolahan ini tidak
menambah biaya lagi untuk melakukan fortikasi vitamin A dalam minyak goreng
(cooking oil).

2.3 Metode Titrimetri

Titrimetri (Rusdiyono et al., 2013) adalah suatu cara analisis yang berdasarkan
pengukuran volume larutan yang diketahui konsentrasinya secara teliti
(titran/penitar/larutan baku) yang direaksikan dengan larutan sampel yang akan
ditetapkan kadarnya. Pelaksanaan pengukuran volume ini disebut juga titrasi,
yaitu larutan penitar diteteskan setetes demi setetes ke dalam larutan sampel
sampai tercapai titik akhir. Berdasarkan jenis reaksi yang terjadi pada pelaksanaan
titrasi, maka titrasi dapat dibagi sebagai berikut:

a. Reaksi metatetik, yaitu suatu reaksi berdasarkan pertukaran ion tanpa adanya
perubahan bilangan oksidasi. Jenis titrasi yang termasuk reaksi metatetik, yaitu:

1) Titrasi asam-basa

Reaksi dasar dalam titrasi asam-basa adalah netralisasi, yaitu reaksi asam dan basa
yang dapat dinyatakan:H++ OH- H2O

Bila larutan asam dengan kepekatan tertentu digunakan sebagai penitar maka
titrasi ini disebut asidimetri, sedangkan bila yang diketahui sebagai penitarnya
adalah basa, maka titrasi ini disebut alkalimetri.

2) Titrasi pengendapan (presipitimetri)

4
Dasar penitaran pengendapan adalah reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan
yang sukar larut. Yang termasuk titrasi golongan ini antara lain argentometri, yaitu
penitaran dengan menggunakan AgNO3 sebagai penitar.

3) Titrasi kompleksometri

Titrasi kompleksometri disebut juga khelatometri, yaitu pembentukan senyawa


rangkai (kompleks) yang mantap dan larut dalam air, bila larutan baku bereaksi
dengan kation-kation yang ditetapkan kadarnya. Sampel pereaksi pengkomplek
yang banyak digunakan adalah Na-EDTA (Natrium Etilena Diamina Tetra
Asetat).

b. Reaksi redoks, dalam reaksi ini terjadi perpindahan elektron atau perubahan
bilangan oksidasi. Jenis titrasi yang termasuk dalam reaksi redoks, antara lain:

1) Titrasi Permanganatometri

Sebagai penitar dipakai larutan kaliumpermanganat. Dalam lingkungan asam dua


molekul permanganat dapat melepaskan lima atom oksigen (bila ada zat yang
dapat dioksidasikan oleh oksigen itu.

2 KMnO4 + 3 H2SO4 K2SO4 + 2 MnSO4 + 3 H2O + 5 O

Karena larutan KMnO4 mempunyai warna tersendiri, maka tidak diperlukan


penunjuk (indikator). Titik akhir ditunjukkan dengan terbentuknya larutan
berwarna merah muda seulas.

2) Titrasi Iodo/Iodimetri

Yang dimaksud dengan golongan ini adalah penitaran dengan Iod (Iodimetri) atau
Iod dititar dengan Natriumtiosulfat (Iodometri). Zat-zat yang bersifat pereduksi
dapat langsung dititar dengan yod, sedangkan zat-zat yang bersifat pengoksidasi
dalam larutan asam akan membebaskan yod dari KI yang kemudian dititar dengan
Natriumtiosulfat. Pada cara titrasi ini digunakan larutan kanji sebagai penunjuk,
yang dengan yod akan menghasilkan warna biru.

3) Serimetri

Sebagai pengoksidasi dipakai larutan Ce(SO4)2. Serium merupakan zat


pengoksidasi yang kuat, yang mengalami reaksi tunggal. Ion serium dipakai dalam
larutan yang berkeasaman tinggi karena dalam larutan yang berkonsentrasi
hidrogennya rendah terjadi pengendapan akibat hidrolisis. Titrasi ini jarang
dipakai karena selain kurang ekonomis juga memerlukan indikator redoks.

4) Dikromatometri

5
Sebagai penitar digunakan larutan kaliumdikromat. Penggunaan utama adalah
titrasi besi dalam larutan asam. Senyawa Na/Ba-difenilaminasulfonat merupakan
indikator yang sesuai bila besi dititrasi dalam suasana asam sulfat-asam fosfat.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi pada penitaran:

1) Reaksi berlangsung sempurna, tunggal, dan menurut persamaan reaksi yang


jelas.

Dengan demikian semua sampel bereaksi dengan penitar, tidak ada yang tersisa.

2) Reaksi berjalan cepat, reaksi yang cepat akan mempertajam perubahan warna
yang

terjadi pada titik akhir.

3) Ada indikator yang sesuai.

4) Ada larutan baku

2.4 Free fatty acid

Free fatty acid merupakan asam lemak yang terpisahkan dari


monogliserida, digliserida, trigliserida dan gliserin bebas. Free fatty acid sangat
jarang ditemukan di alam, apabila ada, kemungkinan terjadi karena pemanasan
dan terdapatnya air sehingga terjadi proses hidrolisi, selain itu oksidasi juga dapat
meningkatkan kadar free fatty acid (Ketaren, 2005). Free fatty acid adalah nilai
yang menunjukan jumlah free fatty acid yang ada di dalam lemak setelah lemak
tersebut dihidrolisa. Free fatty acid merupakan hasil degradasi dari trigliserida
sebagai akibat dari kerusakan minyak. Selain itu free fatty acid juga merupakan
asam yang dibebaskan dari proses.hidrolisis lemak. Penentuan free fatty acid
dapat dipergunakan untuk mengetahui kualitas dari minyak (Fauziah, 2013). Free
fatty acid terbentuk karna proses oksidasi, dan hidrolisa enzim selama pengolahan
dan penyimpanan. Dalam bahan pangan, asam lemak dengan kadar lebih besar
dari 0,2 persen dari berat lemak akan mengakibatkan flavor yang tidak diinginkan
dan kadang-kadang dapat meracuni tubuh. Peningkatan free fatty acid pada tubuh
dapat mengakibatkan inflamation systemic yang ditandai dengan munculnya
interleukin-6 dan protein C-reaktif yang berdampak pada gagal jantung dan
kematian mendadak (Mozzaffrian et al., 2004).

2.5 Varietas Kelapa Sawit

a. Pembagian Varietas Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah.


Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah dikenal 5 varietas kelapa
sawit, yaitu:

6
1. Dura
Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut
pada bagian luar tempurung. Daging buah relative tipis dengan persentase daging
buah terhadap buah bervariasi antara 35-50 %. Karnel (daging biji) biasanya besar
dengan kandungan minyak yang rendah. Dari empat pohon induk yang tumbuh
di kebun raya bogor, varietas ini kemudian menyebar ketempat lain, anatara lain
ke Negara Timur Jauh. Dalam perilangan, varietas Dura dipakai sebagai pohon
induk betina.
2. Pisifera
Tipe pisifera berciri khas, tidak bercangkang, inti hanya diselaputi lapisan
sabut, ukuran inti sangat kecil. Rasio mesokarp terhadap ukuran buah menjadi
besar, karena mesokarp menjadi tebal, dan kandungan minyak kelapa sawit nya
juga tinggi. Tetapi tipe pisifera ini bunga betina nya steril (female sterile),
sehingga bunga- bunga betina ini gugur pada waktu perkembagan dini. Oleh
karena itu tipe ini kurang bernilai ekonomis untuk ditanam dalam kebun produksi.
Bunga jantan nya berguna untuk membuat persilangan dengan bunga betina tipe
dura. Hasil persilangan ini terbentuknya tipe tenera. (Mangoensoekarjo S, 2003)
3. Tinera
Tipe ini merupakan hasil silang antara tipe dura dengan pisifera. Sifat tipe
tinera merupakan kombinasi sifat khas dari kedua induknya. Tipe ini mempunyai
tebal cangakang 0,5- 4 mm, Mempunyai cincin serabut walapun tidak
sebanyak seperti pisifera, sedangkan intinya kecil. Perbandingan daging buah
terhadap buah 60% - 90%, rendemen minyak 22% - 24%. Jumlah daun yang
terbentuk tiap tahun lebih banyak dari pada tipe dura, tetapi ukuran nya lebih
kecil. (setyamidjaja D, 2006)
4. Macro Carya

Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging buah nya tipis
sekali.

5. Diwikka – Wakka

Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging. Diwikka-
wakka dapat dibedakan menjadi diwikka-wakkadura, diwikka-wakkapisifera,
dan diwikka-wakkatinera. Dua varietas kelapa sawit yang disebutkan terakhir ini
jarang di jumpai dan kurang dikenal di Indonesia. (Tim Penulis, 1997)

b. Penbagian Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah

Ada tiga varietas kelapa sawit yang terkenal berdasarkan perbedaan warna
kulitnya. Varietas-varietas tersebut adalah:

1. Nigrescens

7
Buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu mudaan berubah menjadi
jingga kehitam-hitaman pada waktu masak. Varietas ini banyak ditanam di
perkebunan.

2. Virescens

Pada waktu muda buahnya berwarna hijau dan ketika masak warna
buah berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijauan. Varietas
ini jarang dijumpai di lapangan.

3. Albescens

Pada waktu muda buah berwarna keputih-putihan, sedangkan setelah


masak menjadi kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitaman.
Varietas ini juga jarang dijumpai. (Tim Penulis, 1997)

c. Varietas Unggul

Varietas unggul kelapa sawit dihasilkan melalui prinsip reproduksi


sebenarnya dari hibrida terbaik dengan melakukan persilangan antara tanaman
indukan yang diketahui mempunyai daya gabung berdasarkan hasil pengujian
progeni dengan mengikuti prosedur seleksi Reciprocal Recurrent Selection (RSS).
Bahan tanaman yang umum digunakan di perkebunan kelapa sawit komersial
adalah tenera, yang merupakan hasil persilangan antara dura dan pisifera .
Varietas dura sebagai induk betina dan pisifera sebagai induk jantan. Hasil
persilangan tersebut telah terbukti memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih baik
dibandingkan dengan varietas lain. (Lubis, R. E. 2011)

2.6 Proses Pengolahan Kelapa Sawit

Pengolahan TBS di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit


yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan
memerlukan control yang cermat, dimulai dari pengangkutan TBS atau brondolan
dari TPH ke pabrik sampai dihasilkannya minyak sawit dan hasil-hasil
sampingnya.

Pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang menentukan


keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh
ialah minyak sawit, inti sawit, sabut, cangkang, dan tandan kosong (Sibuea, 2014)

Tahap-tahap pengolahan buah kelapa sawit adalah sebagai berikut:

1. Penimbangan TBS

Tandan buah buah segar hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik
untuk diolah lebih lanjut untuk menghindari kadar asam lemak bebas (ALB) yang

8
meningkat. Tandan buah segar yang diangkut ke pabrik terlebih dahulu ditimbang
di jembatan timbang (weight bridge) sehingga diketahui berat brutonya. Jembatan
timbang merupakan alat ukur berat yang berfungsi untuk menimbang
dan mengetahui jembatan berat TBS yang diterima pabrik .

Penimbangan yang akurat dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal


berikut:

• Pada awal penimbangan jarum harus berada pada titik nol.

• Saat menimbang, timbangan dibaca pada posisi jarum maksimum.

• Keluar masuk kendaraan harus perlahan-lahan sehingga


terhindar dari goncangan atau benturan.

• Kebersihan timbangan harus diperiksa setiap hari.

• Timbangan harus terhindar dari genangan air untuk mengontrol


penyimpanan timbangan dan kerusakan pada alat (Sibuea, 2014).

2. Bongkaran Buah (Loading ramp)

Loading Ramp adalah tempat penimbunan sementara dan pemindahan


tandan buah ke dalam lori rebusan. Setelah truk buah ditimbang, kemudian
dibongkar di loading.

ramp. Pada kesempatan ini ±5% dari jumlah truk buah disortasi untuk
penilaian mutu. Selanjutnya buah dipindahkan ke keranjang lori rebusan yang
berkapasitas ±2,5 ton (Risza, 1994).

3. Perebusan

Selanjutnya setelah TBS yang telah ditimbang dan dimasukkan ke dalam


lori adalah tahap perebusan. Kapasitas satu unit rebusan adalah 10 lori. Buah
beserta lorinya kemudian direbus dalam sebuah tempat rebusan (sterilizer)
atau ketel rebus. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 1
jam atau tergantung pada besarnya tekanan uap. Pada umumnya, besarnya tekanan
uap yang digunakan adalah 2,5 atmosfer dengan suhu 125°C. Perebusan yang
terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel.
Sebaliknya, perebusan dalam waktu yang terlalu pendek menyebabkan semakin
banyak buah yang tidak rontok dari tandannya: Tujuan perebusan adalah:

- Merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB,

- Mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang

- Memperlunak daging buah sehingga memudahkan pemerasan, serta

9
- Untuk mengkoagulasikan (mengendapkan) protein sehingga
memudahkan pemisahan minyak.

4. Proses Penebah (Thereser Process)

Setelah perebusan lori yang berisi TBS ditarik keluar dan diangkat dengan
alat Hoisting Crane yang digerakkan dan diangkat dengan alat Hoisting Crane
yang digerakkan dengan motor. Hoisting Crane akan membalikkan TBS ke atas
mesin perontok buah (thresher). Dari thresher, buah yang telah rontok dibawa ke
mesin pelumat (digester) untuk lebih memudahkan penghancuran daging buah. 5.
Proses Pengempaan (Pressing Process)

Untuk memisahkan biji sawit dari hasil lumatan TBS, maka perlu
dilakukan pengadukan selama 25 – 30 menit. Setelah lumatan buah bersih dari
biji sawit, langkah selanjutnya adalah pemerasan atau ekstraksi yang
bertujuan untuk mengambil minyak dari masa adukan. Proses ini terdiri dari :

• Digester

Bejana Pengaduk (Digester) berfungsi untuk melumatkan brondolan,


sehingga dari daging buah terpisah dari biji. Bejana pengaduk ini terdiri dari
tabung silinder yang berdiri tegak didalamnya dipasang pisau-pisau pengaduk
(strring arms) sebanyak 5 tingkat yang diikat pada proses dan digerakkan oleh
motor listrik. Didalam digester tersebut buah atau berondolan yang sudah terisi
penuh diputar atau diaduk dengan menggunakan pisau pengaduk yang terpasang
pada bagian poros 2, sedangkan pisau bagian dasar sebagai pelempar atau
mengeluarkan buah dari digester ke screw press.

Pengadukan dilakukan dengan kondisi proses sebagai berikut :

1. Bejana pengaduk selalu dalam keadaan penuh atau ¾ dari volumenya

2. Temperatur pemanasan (uap) 95-98˚C

3. Waktu pengadukan 20-25 menit

4. Tekanan uap (steam) 2-3 kg/cm2

5. Jika kondisi ini tidak terpenuhi, maka adukan akan sulit diproses pada
saat pengempaan, akibatnya kehilangan minyak dalam ampas akan

meningkat.

6.Proses Pemurnian Minyak ( Clarification Station )

Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih
berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel-

10
partikel dari tempurung dan serabut serta 40-45% air.Agar diperoleh minyak sawit
yang bermutu baik minyak sawit kasar tersebut mengalami pengolahan lebih
lanjut. Minyak sawit yang masih kasar kemudian dialirkan kedalam tangki minyak
kasar (Crude Oil Tank) dan setelah melalui pemurnian atau klarifikasi yang
bertahap, maka akan dihasilkan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil, CPO).
Proses penjernihan dilakukan untuk menurunkan kandungan air dalam minyak.
Minyak sawit ini dapat ditampung dalam tangki-tangki penampungan dan siap
dipasarkan atau mengalami pengolahan lebih lanjut sampai dihasilkan minyak
sawit murni (Proscessed Palm Oil PPO) dan hasil olahan lainnya. Sedangkan
sisa olahan yang berupa lumpur, masih dapat dimanfaatkan dengan
proses daur ulang untuk diambil minyak sawitnya.

Minyak hasil pengempaan dialirkan (masuk) ke stand trap tank


(penangkap pasir) lalu menuju vibro separator untuk disaring agar kotoran berupa
serabut kasar tersebut dialirkan ketangki penampungan minyak kasar (crude oil
tank). Selanjutnya dikirim ke Vertical Continue Tank (VCT), di VCT proses
pemisahan dilakukan berdasarkan berat jenis antara minyak, air dan sludge,
dimana minyak yang ringan akan keatas, lalu dikirim ke oil tank, sedangkan
sludge dikirim ke sludge tank. Sludge merupakan fasa campuran yang masih
mengandung minyak (Pahan, 2006).

11
BAB III

GAMBARAN UMUM

3.1 Sejarah Perusahaan

Gambar 1. Peta Lokasi PT. Sumber Indah Perkasa

PT. Sumber Indah Perkasa Lampung (PT SIP) adalah suatu badan usaha
berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang bergerak dalam bidang
agrobisnis khususnya dalam pengolahan minyak sawit. PT Sumber Indah Perkasa
merupakan anak perusahaan Sinarmas Agribusiness and Food Group dan sudah
berdiri sejaktahun 1960.PT. Sumber Indahperkasa berlokasi di Jl. Raya
Bakauheni KM 17 Tarahan Lampung Selatan dengan menempati area seluas
10 hektar. PT SIP mulai beroperasi pada bulan Agustus 2010 yang awalnya
hanya merupakan bulking CPO (Crude Palm Oil) yang dikirim dari perkebunan
kelapa sawit di propinsi Lampung dan sekitarnya. CPO tersebut selanjutnya
dieksport melalui pelabuhan Panjang. Pada bulan Mei 2011 PT SIP mulai
mngoperasikan KCP (Kernel Crushing Plan)untuk mengolah Palm Kernel (biji
sawit). Dari proses KCP akan menghasilkanCPKO (Crude Palm Kernel Oil) dan
PKE (Palm Kernel Expeller) atau lebih dikenal dengan istilah bungkil.

3.2 Kegiatan Perusahaan

Kegiatan umum PT Sumber Indah Perkasa, yaitu memproses administrasi


untuk penjualan dan pembelian produk tandan buah segar (TBS), minyak sawit
atau Crude Palm Oil (CPO), inti sawit atau Palm Karnel (PK), dan produk
turunannya dari perusahaan induk ke perusahaan anak atau pihak ketiga. PT
Sumber Indah Perkasa juga mengelola administrasi atas penyediaan dan

12
penerimaan jasa manajemen, operasional, keuangan, asuransi dan pemasaran,
penyediaan dan pembelian bahan mentah, mesin serta perlengkapan untuk
menunjang kegiatan usaha utama, penyediaan dan penyewaan tangki
penyimpanan, pabrik kelapa sawit, fasilitas transportasi dan logistik, serta fasilitas
operasional lainnya.

Gambar 2. Alur kegiatan di PT. Sumber Indah Perkasa

3.3 Struktur Organisasi


Struktur Organisasi perusahaan merupakan wadah untuk mencapai tujuan
perusahaan dan di anggap sebagai kerangka dasar yang menyeluruh untuk
mempersatukan fungsi-fungsi dalam perusahaan. Struktur organisasi perusahaan
tergantung pada besar kecilnya perusahaan dan bidang usaha perusahaan tersebut.
Struktur Organisasi di gunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan
kegiatankegiatan dalam suatu organisasi, karena dalam struktur organisasi akan
terlihat jabatan dalam perusahaan tersebut, dan menunjukan hubungan antar
fungsi-fungsi wewenang serta tanggung jawab dari masing- masing bagian dalam
perusahaan.

3.4 Tujuan dan Fungsi Perusahaan

Aktivitas utama PT SMART Tbk dimulai dari penanaman dan pemanenan


pohon kelapa sawit, pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi Crude Palm
Oil (CPO) atau yang biasa disebut minyak kelapa sawit, dan Palm Kernel (PK)
atau yang biasa disebut inti sawit. Selain itu, PT SMART Tbk juga melakukan
pemrosesan CPO menjadi produk industri dan konsumen seperti minyak goreng,
margarin dan shortening, serta perdagangan produk berbasis kelapa sawit ke
seluruh dunia. Perusahaan berfokus pada produksi minyak sawit yang lestari. PT
SMART Tbk mengelola perkebunan sawit yang dimilikinya dengan

13
menjadikannya anak perusahaan. Kemudian, hasil minyak sawit yang telah
dipanen akan dibeli oleh PT SMART Tbk. Sehingga, PT SMART Tbk juga
memproses pencatatan keuangan anak-anak perusahaannya itu. PT SMART Tbk
mempunyai andil besar dalam perkembangan anak perusahaannya, dan
perusahaan juga melakukan kontrol terhadap perkebunan yang dikelola oleh anak
perusahaannya agar kualitasnya selalu terjaga. Hingga pada akhir 2015, PT
SMART Tbk mengelola 49 perkebunan kelapa sawit, dengan jumlah area
tertanam seluas 139.305 hektar, terdiri dari perkebunan sendiri (disebut inti)
seluas 108.063 hektar dan perkebunan yang dimiliki para petani (disebut plasma)
seluas 31.242 hektar. Perkebunan sawit ini seluruhnya terletak di Sumatera dan
Kalimantan. Selama tahun 2015, jumlah area yang ditanam adalah 1.250 hektar,
terdiri dari peremajaan kebun tua seluas 1.177 hektar dan penanaman baru kebun
plasma seluas 73 hektar. PT SMART Tbk juga mengelola 346.300 hektar
perkebunan kelapa sawit milik perusahaan afiliasinya.

14
BAB IV

METODELOGI

4.1 Alat dan Bahan

1. Glass Erlenmeyer 250 ml

2. Gelas Ukur 100 ml

3. Beaker Glass 250 ml

4. Labu Ukur 1000 ml

5. Buret Digital

6. Neraca Analitik

7. Hot Plate

8. Spatula

9. CPO (Crude Palm Oil)

11. Ethanol

12. Indikator Phenolftalein 1%

13. Aquadest

14. Natrium hydroxid

15. Campuran Isopropyl Alkohol

4.2 Prosedur Kerja


a. Pengambilan Sample
Pengambilan sempel pada tangki dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu: Jika ini tangki penuh, maka sampel diambil secara komposit dari tiga
bagian pada zona sampel yaitu top sample, middle simple, dan bottom sampel
dengan menggunakan alat pengambil sampel.

b. Pembuatan NaOH 0,25 N

- Ditimbang 10 gram kristal NaOH dalam beaker glass

- Dilarutkan dengan aquadest dalam labu takar 1000 ml

- Diencerkan dengan aquadest sampai garis batas

15
- Dihomogenkan

c. Standarisasi NaOH 0.25N

- Ditimbang 1 gram kristal Kalium Hydrogen Phthalate kemudian dimasukkan


kedalam erlenmeyer 250 ml

- Dilarutkan dengan 135 ml aquadest hingga larut

- Ditambahkan 3 tetes indikator phenolftalein 1 %

- Dititrasi dengan larutan NaOH 0.25N sampai terbentuk larutan berwarna pink
seulas

- Dicacat volume NaOH yang terpakai

d. Pembuatan Indikator phenolftalein 1 %

- Ditimbang 1 gram kristal phenolftalein dalam erlenmeyer

- Ditambahkan 100 ml Ethanol

- Dilarutkan hingga homogen

e. Analisa FFA Pada CPO ( Crude Palm Oil )

- Ditimbang erlenmeyer kosong, kemudian catat beratnya

- Diaduk sampel kemudian masukan minyak CPO ± 7 gram kedalam erlenmeyer

- Ditambahkan 75 ml campuran Isopropyl Alkohol

- Dipanaskan diatas hot plate

- Ditambahkan 3 tetes indikator phenolftalein

- Dititrasi sampai terjadi perubahan warna menjadi pink seulas

- Dicatat hasil titik akhir titrasi tersebut

16
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Minyak CPO yang diproduksi PT. Sumber Indah Perkasa telah disesuaikan
dengan standar yang ada. Kualitas dari CPO selain dilihat dari kandungan
kimiawinya, juga dapat dilihat dari kenampakan fisik atau karakteristik. Menurut
Fitriyono (2014), minyak goreng tidak boleh berbau dan sebaiknya beraroma
netral. Warna minyak goreng merah orange atau kuning biasanya dapat
disebabkan adanya pigmen karetonoid yang larut dalam minyak tersebut.

Pada PT. Sumber Indah Perkasa minyak goreng yang dihasilkan memiliki
karakteristik yang telah sesuai dengan literatur, dimana karakteristik tersebut
berupa bau, rasa dan warna. CPO yang diproduksi PT. Sumber Indah Perkasa
tidak berbau menyengat atau normal. Karena pada proses filtration pada Refining
Plant semua bahan tambahan dalam pengolahan CPO telah dibuang saat melalui
proses filter niagara sehingga minyak goreng yang dihasilkan sudah murni minyak
dan tidak mengandung bahan berbahaya. Karakteristik kedua yaitu rasa, dimana
sama seperti bau, rasa minyak goreng tidak berasa karena bahan-bahan
tambahannya sudahdipisahkan saat proses filtration.

Gambar 3. Minyak CPO

Karakteristik terakhir yaitu warna yang merupakan indikasi seberapa besar


kandungan karoten yang terdapat dalam bahan bakunya yaitu CPO. Oleh karena
itu, warna dari setiap minyak yang keluar berbeda-beda dikarenakan berbeda pula
kandungan karoten setiap CPO yang diproses seperti pada Gambar 3. Warna CPO
yang dihasilkan dapat diuji menggunakan alat lovibond tintometer. Alat ini
digunakan untuk mengetahui warna minyak goreng dengan cara pengamatan
melalui lubang seperti mikroskop. Terdapat 4 pengukur warna dalam alat

17
lovibond tintometer yaitu merah, kuning, biru dan netral. Karakteristik CPO yang
diproduksi oleh PT. Sumber Indah Perkasa dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik CPO PT. Sumber Indah Perkasa


Parameter Standar
Bau Tidak berbau (normal)
Rasa Tidak berasa (normal)
Warna Merah

Dari hasil analisa diperoleh data kadar FFA pada Crude Palm Oil
(CPO), data tersebut diambil dari sampel yang dikirim oleh PKS yang dilakukan
di Laboratorium PT. Sumber Indah Perkasa

Tabel 2. Hasil Analisa FFA dari Crude Palm Oil (CPO)

Tanggal Berat Normalitas Volume Kadar

Analisa Sampel NAOH (N) NAOH(ml ) FFA (%)


15-01-2022 7,0074 0,2508 5,02 4,60
28-01-2022 7,0099 0,2508 3,49 3,20
30-01-2022 7,0061 0,2508 3,86 3,54
21-01-2022 7,0087 0,2508 3,95 3,62
29-01-2022 7,0052 0,2508 3,27 3,00
29-01-2022 7,0078 0,2508 4,58 4,20
21-01-2022 7,0082 0,2508 3,13 2,87
24-01-2022 7,0044 0,2508 3,35 3,07
28-01-2022 7,0052 0,2508 3,27 3,00
17-01-2022 7,0020 0,2508 3,40 3,12
17-10-2022 7,0073 0,2508 3,34 3,06
29-01-2022 7,0064 0,2508 4,09 3,75
16-01-2022 7,0019 0,2508 4,61 4,23
24-01-2022 7,0036 0,2508 3,67 3,36

Dilakukan perhitungan yang sama untuk kadar Free fatty acid(FFA) yang
lain. Penentuan kandungan FFA dalam CPO di PT. Sumber Indhah Perkasa
menggunakan titrasi volumetri. Dengan pengamatan di laboratorium PT. Sumber
Indah Perkasa diperoleh kadar asam lemak bebas dalam CPO yang berasal
dari beberapa PKS adalah tidak melewati 5% yaitu memiliki rata -rata free fatty
acid untuk CPO di Tabel 2 sebesar 3,51%, 4.2. sebesar 3,45%, dan 4.3. sebesar
3,24%. Hasil analisa menunjukkan bahwa FFA dalam CPO cukup tinggi,
menurut PT. Sumber Indah Perkasa ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kadar FFA dalam CPO yaitu :
1. Tingkat kematangan buah
Semakin matang buah dipanen, semakin cepat kenaikan asam lemak
bebasnya

18
2. Transportasi
Transportasi yang lambat merupakan penyebab kenaikan yang paling dominan.
Upaya pengangkutan dilakukan pada hari yang sama dengan hari panennya.
Brondolan yang jatuh tergilas kendaraan, khususnya pada lantai penerimaan buah
harus dihindari.
3. Proses Pengolahan
Untuk meminimalkan kenaikan free fatty acid, buah sawit harus diolah segera
setelah dipanen. Kebersihan instalasi pabrik sangat besar pengaruhnya terhadap
kenaikan free fatty acid, Minimalkan jumlah minyak yang dikirim dari bak fat-pit
dan kandungan air dalam minyak sawit. Meskipun kadar FFA rendah hal itu
belum menjamin mutu CPO. Kualitas minyak sawit harus diperhatikan kadar air
dan kadar kotorannya. Kadar kotoran yang tinggi dalam minyak CPO sangat
merugikan dalam perdagangan karena konsumen tidak menyukai minyak yang
kotor. Kadar kotoran yang tinggi dalam minyak disebabkan dari sisa
pemprosesan buah, dan kadar air yang tinggi dapat menyebabkan kadar
free fatty acid tinggi hal ini yang mempengaruhi mutu dan harga jual dari CPO.

Standart penerimaan mutu CPO di PT. Sumber Indah Perkasa untuk kadar
maksimal 4,5 %, sedangkan standart mutu penerimaan eksport kadar maksimal 5
%. Dengan demikian melalui analisa mutu CPO yang dilakukan di laboratorium
PT. Sumber Indah Perkasa dengan parameter free fatty acid yang menggunakan
titrasi volumetri diproleh kadar FFA yang terkandung dalam CPO yang berasal
dari beberapa PKS telah memenuhi standart penerimaan mutu minyak sawit di
PT. Sumber Indah Perkasa dan standart mutu penerimaan ekspor

19
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh rata-rata kadar FFA dalam CPO
yaitu 3,4%, kadar ini memenuhi standart norma penerimaan di PT.
Sumber Indah Perkasa dan standart penerimaan eksport karena kadar asam
lemaknya tidak diatas 5%.

2. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar FFA dalam CPO
yaitu:

a. Tingkat kematangan buah


Semakin matang buah dipanen, semakin cepat kenaikan FFA-nya
b. Transportasi
Transportasi yang lambat merupakan penyebab kenaikan yang paling dominan.
Upaya pengangkutan dilakukan pada hari yang sama dengan hari panennya.
Brondolan yang jatuh tergilas kendaraan, khususnya pada lantai penerimaan buah
harus dihindari.
c. Proses Pengolahan
- Untuk meminimalkan kenaikan asam lemak bebas,buah sawit harus diolah
segera setelah dipanen.
- Kebersihan instalasi pabrik,sangat besar pengaruhnya terhadap kenaikan asam
lemak bebas.
- Minimalkan jumlah minyak yang dikirim dari bak fat-pit.
- Minimalkan kandungan air dalam minyak sawit.

6.2 Saran

Sebaiknya analisa kadar FFA dilakukan secara rutin sebagai dasar untuk
memberikan masukan kepada perbaikan proses pengolahan CPO sehingga
dihasilkan CPO dengan mutu yang sesuai dengan standart perusahaan di
lingkungan PT. Sumber Indah Perkasa

20
DAFTAR PUSTAKA

Buckle, K.A, Edwards, R.A, Wotton, M. 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan purnomo,H
Fauzi, Y. 2012. Kelapa Sawit Budidaya Pemanfaatan Hasil dan
Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hadi, M. M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa
Ismail, B. 1982. Kimia Organik Untuk Universitas. Bandung:
Penerbit Amico.
Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Lubis, R. E. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka
Mangoensoekarjo, S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa
Sawit. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Rusdiyono M. 2013. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan : Pusat Penelitian
Kelapa Sawit.
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis Dari Hulu
Hingga Hilir. Jakarta : Penebar Swadaya.
Mangoensoekarjo S, 2003. Dasar - Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia. Risza, S. 1994. Kelapa Sawit, Upaya Peningkatan
Produktivitas. Yogyakarta: Penerbit Kansius.
Rohman, A.2007. Analisis Makanan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Setyamidjaja, D.2006. Teknik Budi Daya Panen Pengolahan
Kelapa Sawit. Yogyakarta : Kanisius
Sibuea, P. 2014. Minyak Kelapa Sawit Teknologi & Manfaatnya Untuk Pangan
Nutrasetikal. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Sumarna, D. 2014. Studi metode pengolahan minyak kelapa sawit merah (red palm
oil) dari crude palm oil. Jurnal jurusan teknologi hasil pertanian
fakultas pertanian universitas mulawarman

21
LAMPIRAN

Gambar 1. Erlenmeyer Gambar 2. Labu ukur

22

Anda mungkin juga menyukai