Disusun Oleh :
19120022
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan bahwa mahasiswa program studi Teknik
Industri Sekolah Tinggi Teknologi Nusantara Lampung TA 2021/2022.
NPM : 19120022
Telah melaksanakan Kerja Praktek di PT. SUMBER INDAH PERKASA Lampung Selatan,
terhitung mulai tanggal 1 Februari s/d 31 Maret 2022 dengan laporan kerja praktek terlampir.
Demikian lembar pengesahan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Menyetujui,
Mengetahui,
Laporan Praktik Kerja Industri (Prakerin) pada PT. SUMBER INDAH PERKASA
Tbk atas nama:
telah disetujui dan disahkan pada hari Selasa tanggal 28 bulan Juni
tahun Dua Ribu Dua Puluh Dua
Disetujui oleh :
Disahkan Oleh :
Ketua Program Studi Teknik Industri
Puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas berkat dan karunia Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan dengan judul
“ Analisis Kualitas Mutu Crude Palm Oil dengan menggunakan Metode
Titrimetri pada PT. SUMBER INDAH PERKASA”.
Dalam penyusunan tugas ini, penulis mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini sebagai wujud rasa hormat, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara analisis kualitas grade CPO dengan
menggunakan titri metri di PT Sumber Indah Perkasa.
2. Untuk mengetahui kadar FFA CPO hasil produksi seluruh PKS di
lingkungan PT. Sumber Indah Perkasa
3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kandungan FFA
dari CPO PT. Sumber Indah Perkasa
1.3 Manfaat
1. Penulis dapat mengetahui proses penentuan kadar FFA dari CPO di PT.
Sumber Indah Perkasa
2. Sebagai sumber informasi baru bagi masyarakat.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5-7 jam/hari.
Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm, temperatur
optimal 24-28o C. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara 1-500 m dpl (di
atas permukaan laut). Kelembaban optimum yang ideal untuk tanaman sawit
sekitar 80-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses
penyerbukan. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol,
Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai
dan muara sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5,0-
5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase
(beririgasi) baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan
padas. Kemiringan lahanpertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15 o .
3
berkembang pula teknologi proses untuk membuat minyak goreng yang tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak berasa, sehingga pada proses pembuatan
minyak goreng, warna merah yang mengandung zat gizi mikro penangkal
penyakit kronik degeneratif yang terdapat pada minyak sawit justru sengaja
dibuang sebagian lagi terbuang dengan tidak sengaja. Dalam proses pengolahan
buah sawit menjadi CPO yang selanjutnya menjadi minyak goreng, selalu
diawali dengan pemanasan yang kemudian dilanjutkan dengan perontokan,
perebusan, pengadukan dan pengempaan, penyaringan dan pemurnian. Pada
proses pemurnian minyak terdiri dari
Titrimetri (Rusdiyono et al., 2013) adalah suatu cara analisis yang berdasarkan
pengukuran volume larutan yang diketahui konsentrasinya secara teliti
(titran/penitar/larutan baku) yang direaksikan dengan larutan sampel yang akan
ditetapkan kadarnya. Pelaksanaan pengukuran volume ini disebut juga titrasi,
yaitu larutan penitar diteteskan setetes demi setetes ke dalam larutan sampel
sampai tercapai titik akhir. Berdasarkan jenis reaksi yang terjadi pada pelaksanaan
titrasi, maka titrasi dapat dibagi sebagai berikut:
a. Reaksi metatetik, yaitu suatu reaksi berdasarkan pertukaran ion tanpa adanya
perubahan bilangan oksidasi. Jenis titrasi yang termasuk reaksi metatetik, yaitu:
1) Titrasi asam-basa
Reaksi dasar dalam titrasi asam-basa adalah netralisasi, yaitu reaksi asam dan basa
yang dapat dinyatakan:H++ OH- H2O
Bila larutan asam dengan kepekatan tertentu digunakan sebagai penitar maka
titrasi ini disebut asidimetri, sedangkan bila yang diketahui sebagai penitarnya
adalah basa, maka titrasi ini disebut alkalimetri.
4
Dasar penitaran pengendapan adalah reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan
yang sukar larut. Yang termasuk titrasi golongan ini antara lain argentometri, yaitu
penitaran dengan menggunakan AgNO3 sebagai penitar.
3) Titrasi kompleksometri
b. Reaksi redoks, dalam reaksi ini terjadi perpindahan elektron atau perubahan
bilangan oksidasi. Jenis titrasi yang termasuk dalam reaksi redoks, antara lain:
1) Titrasi Permanganatometri
2) Titrasi Iodo/Iodimetri
Yang dimaksud dengan golongan ini adalah penitaran dengan Iod (Iodimetri) atau
Iod dititar dengan Natriumtiosulfat (Iodometri). Zat-zat yang bersifat pereduksi
dapat langsung dititar dengan yod, sedangkan zat-zat yang bersifat pengoksidasi
dalam larutan asam akan membebaskan yod dari KI yang kemudian dititar dengan
Natriumtiosulfat. Pada cara titrasi ini digunakan larutan kanji sebagai penunjuk,
yang dengan yod akan menghasilkan warna biru.
3) Serimetri
4) Dikromatometri
5
Sebagai penitar digunakan larutan kaliumdikromat. Penggunaan utama adalah
titrasi besi dalam larutan asam. Senyawa Na/Ba-difenilaminasulfonat merupakan
indikator yang sesuai bila besi dititrasi dalam suasana asam sulfat-asam fosfat.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi pada penitaran:
Dengan demikian semua sampel bereaksi dengan penitar, tidak ada yang tersisa.
2) Reaksi berjalan cepat, reaksi yang cepat akan mempertajam perubahan warna
yang
6
1. Dura
Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut
pada bagian luar tempurung. Daging buah relative tipis dengan persentase daging
buah terhadap buah bervariasi antara 35-50 %. Karnel (daging biji) biasanya besar
dengan kandungan minyak yang rendah. Dari empat pohon induk yang tumbuh
di kebun raya bogor, varietas ini kemudian menyebar ketempat lain, anatara lain
ke Negara Timur Jauh. Dalam perilangan, varietas Dura dipakai sebagai pohon
induk betina.
2. Pisifera
Tipe pisifera berciri khas, tidak bercangkang, inti hanya diselaputi lapisan
sabut, ukuran inti sangat kecil. Rasio mesokarp terhadap ukuran buah menjadi
besar, karena mesokarp menjadi tebal, dan kandungan minyak kelapa sawit nya
juga tinggi. Tetapi tipe pisifera ini bunga betina nya steril (female sterile),
sehingga bunga- bunga betina ini gugur pada waktu perkembagan dini. Oleh
karena itu tipe ini kurang bernilai ekonomis untuk ditanam dalam kebun produksi.
Bunga jantan nya berguna untuk membuat persilangan dengan bunga betina tipe
dura. Hasil persilangan ini terbentuknya tipe tenera. (Mangoensoekarjo S, 2003)
3. Tinera
Tipe ini merupakan hasil silang antara tipe dura dengan pisifera. Sifat tipe
tinera merupakan kombinasi sifat khas dari kedua induknya. Tipe ini mempunyai
tebal cangakang 0,5- 4 mm, Mempunyai cincin serabut walapun tidak
sebanyak seperti pisifera, sedangkan intinya kecil. Perbandingan daging buah
terhadap buah 60% - 90%, rendemen minyak 22% - 24%. Jumlah daun yang
terbentuk tiap tahun lebih banyak dari pada tipe dura, tetapi ukuran nya lebih
kecil. (setyamidjaja D, 2006)
4. Macro Carya
Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging buah nya tipis
sekali.
5. Diwikka – Wakka
Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging. Diwikka-
wakka dapat dibedakan menjadi diwikka-wakkadura, diwikka-wakkapisifera,
dan diwikka-wakkatinera. Dua varietas kelapa sawit yang disebutkan terakhir ini
jarang di jumpai dan kurang dikenal di Indonesia. (Tim Penulis, 1997)
Ada tiga varietas kelapa sawit yang terkenal berdasarkan perbedaan warna
kulitnya. Varietas-varietas tersebut adalah:
1. Nigrescens
7
Buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu mudaan berubah menjadi
jingga kehitam-hitaman pada waktu masak. Varietas ini banyak ditanam di
perkebunan.
2. Virescens
Pada waktu muda buahnya berwarna hijau dan ketika masak warna
buah berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijauan. Varietas
ini jarang dijumpai di lapangan.
3. Albescens
c. Varietas Unggul
1. Penimbangan TBS
Tandan buah buah segar hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik
untuk diolah lebih lanjut untuk menghindari kadar asam lemak bebas (ALB) yang
8
meningkat. Tandan buah segar yang diangkut ke pabrik terlebih dahulu ditimbang
di jembatan timbang (weight bridge) sehingga diketahui berat brutonya. Jembatan
timbang merupakan alat ukur berat yang berfungsi untuk menimbang
dan mengetahui jembatan berat TBS yang diterima pabrik .
ramp. Pada kesempatan ini ±5% dari jumlah truk buah disortasi untuk
penilaian mutu. Selanjutnya buah dipindahkan ke keranjang lori rebusan yang
berkapasitas ±2,5 ton (Risza, 1994).
3. Perebusan
9
- Untuk mengkoagulasikan (mengendapkan) protein sehingga
memudahkan pemisahan minyak.
Setelah perebusan lori yang berisi TBS ditarik keluar dan diangkat dengan
alat Hoisting Crane yang digerakkan dan diangkat dengan alat Hoisting Crane
yang digerakkan dengan motor. Hoisting Crane akan membalikkan TBS ke atas
mesin perontok buah (thresher). Dari thresher, buah yang telah rontok dibawa ke
mesin pelumat (digester) untuk lebih memudahkan penghancuran daging buah. 5.
Proses Pengempaan (Pressing Process)
Untuk memisahkan biji sawit dari hasil lumatan TBS, maka perlu
dilakukan pengadukan selama 25 – 30 menit. Setelah lumatan buah bersih dari
biji sawit, langkah selanjutnya adalah pemerasan atau ekstraksi yang
bertujuan untuk mengambil minyak dari masa adukan. Proses ini terdiri dari :
• Digester
5. Jika kondisi ini tidak terpenuhi, maka adukan akan sulit diproses pada
saat pengempaan, akibatnya kehilangan minyak dalam ampas akan
meningkat.
Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih
berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel-
10
partikel dari tempurung dan serabut serta 40-45% air.Agar diperoleh minyak sawit
yang bermutu baik minyak sawit kasar tersebut mengalami pengolahan lebih
lanjut. Minyak sawit yang masih kasar kemudian dialirkan kedalam tangki minyak
kasar (Crude Oil Tank) dan setelah melalui pemurnian atau klarifikasi yang
bertahap, maka akan dihasilkan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil, CPO).
Proses penjernihan dilakukan untuk menurunkan kandungan air dalam minyak.
Minyak sawit ini dapat ditampung dalam tangki-tangki penampungan dan siap
dipasarkan atau mengalami pengolahan lebih lanjut sampai dihasilkan minyak
sawit murni (Proscessed Palm Oil PPO) dan hasil olahan lainnya. Sedangkan
sisa olahan yang berupa lumpur, masih dapat dimanfaatkan dengan
proses daur ulang untuk diambil minyak sawitnya.
11
BAB III
GAMBARAN UMUM
PT. Sumber Indah Perkasa Lampung (PT SIP) adalah suatu badan usaha
berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang bergerak dalam bidang
agrobisnis khususnya dalam pengolahan minyak sawit. PT Sumber Indah Perkasa
merupakan anak perusahaan Sinarmas Agribusiness and Food Group dan sudah
berdiri sejaktahun 1960.PT. Sumber Indahperkasa berlokasi di Jl. Raya
Bakauheni KM 17 Tarahan Lampung Selatan dengan menempati area seluas
10 hektar. PT SIP mulai beroperasi pada bulan Agustus 2010 yang awalnya
hanya merupakan bulking CPO (Crude Palm Oil) yang dikirim dari perkebunan
kelapa sawit di propinsi Lampung dan sekitarnya. CPO tersebut selanjutnya
dieksport melalui pelabuhan Panjang. Pada bulan Mei 2011 PT SIP mulai
mngoperasikan KCP (Kernel Crushing Plan)untuk mengolah Palm Kernel (biji
sawit). Dari proses KCP akan menghasilkanCPKO (Crude Palm Kernel Oil) dan
PKE (Palm Kernel Expeller) atau lebih dikenal dengan istilah bungkil.
12
penerimaan jasa manajemen, operasional, keuangan, asuransi dan pemasaran,
penyediaan dan pembelian bahan mentah, mesin serta perlengkapan untuk
menunjang kegiatan usaha utama, penyediaan dan penyewaan tangki
penyimpanan, pabrik kelapa sawit, fasilitas transportasi dan logistik, serta fasilitas
operasional lainnya.
13
menjadikannya anak perusahaan. Kemudian, hasil minyak sawit yang telah
dipanen akan dibeli oleh PT SMART Tbk. Sehingga, PT SMART Tbk juga
memproses pencatatan keuangan anak-anak perusahaannya itu. PT SMART Tbk
mempunyai andil besar dalam perkembangan anak perusahaannya, dan
perusahaan juga melakukan kontrol terhadap perkebunan yang dikelola oleh anak
perusahaannya agar kualitasnya selalu terjaga. Hingga pada akhir 2015, PT
SMART Tbk mengelola 49 perkebunan kelapa sawit, dengan jumlah area
tertanam seluas 139.305 hektar, terdiri dari perkebunan sendiri (disebut inti)
seluas 108.063 hektar dan perkebunan yang dimiliki para petani (disebut plasma)
seluas 31.242 hektar. Perkebunan sawit ini seluruhnya terletak di Sumatera dan
Kalimantan. Selama tahun 2015, jumlah area yang ditanam adalah 1.250 hektar,
terdiri dari peremajaan kebun tua seluas 1.177 hektar dan penanaman baru kebun
plasma seluas 73 hektar. PT SMART Tbk juga mengelola 346.300 hektar
perkebunan kelapa sawit milik perusahaan afiliasinya.
14
BAB IV
METODELOGI
5. Buret Digital
6. Neraca Analitik
7. Hot Plate
8. Spatula
11. Ethanol
13. Aquadest
15
- Dihomogenkan
- Dititrasi dengan larutan NaOH 0.25N sampai terbentuk larutan berwarna pink
seulas
16
BAB V
Minyak CPO yang diproduksi PT. Sumber Indah Perkasa telah disesuaikan
dengan standar yang ada. Kualitas dari CPO selain dilihat dari kandungan
kimiawinya, juga dapat dilihat dari kenampakan fisik atau karakteristik. Menurut
Fitriyono (2014), minyak goreng tidak boleh berbau dan sebaiknya beraroma
netral. Warna minyak goreng merah orange atau kuning biasanya dapat
disebabkan adanya pigmen karetonoid yang larut dalam minyak tersebut.
Pada PT. Sumber Indah Perkasa minyak goreng yang dihasilkan memiliki
karakteristik yang telah sesuai dengan literatur, dimana karakteristik tersebut
berupa bau, rasa dan warna. CPO yang diproduksi PT. Sumber Indah Perkasa
tidak berbau menyengat atau normal. Karena pada proses filtration pada Refining
Plant semua bahan tambahan dalam pengolahan CPO telah dibuang saat melalui
proses filter niagara sehingga minyak goreng yang dihasilkan sudah murni minyak
dan tidak mengandung bahan berbahaya. Karakteristik kedua yaitu rasa, dimana
sama seperti bau, rasa minyak goreng tidak berasa karena bahan-bahan
tambahannya sudahdipisahkan saat proses filtration.
17
lovibond tintometer yaitu merah, kuning, biru dan netral. Karakteristik CPO yang
diproduksi oleh PT. Sumber Indah Perkasa dapat dilihat pada Tabel 1.
Dari hasil analisa diperoleh data kadar FFA pada Crude Palm Oil
(CPO), data tersebut diambil dari sampel yang dikirim oleh PKS yang dilakukan
di Laboratorium PT. Sumber Indah Perkasa
Dilakukan perhitungan yang sama untuk kadar Free fatty acid(FFA) yang
lain. Penentuan kandungan FFA dalam CPO di PT. Sumber Indhah Perkasa
menggunakan titrasi volumetri. Dengan pengamatan di laboratorium PT. Sumber
Indah Perkasa diperoleh kadar asam lemak bebas dalam CPO yang berasal
dari beberapa PKS adalah tidak melewati 5% yaitu memiliki rata -rata free fatty
acid untuk CPO di Tabel 2 sebesar 3,51%, 4.2. sebesar 3,45%, dan 4.3. sebesar
3,24%. Hasil analisa menunjukkan bahwa FFA dalam CPO cukup tinggi,
menurut PT. Sumber Indah Perkasa ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kadar FFA dalam CPO yaitu :
1. Tingkat kematangan buah
Semakin matang buah dipanen, semakin cepat kenaikan asam lemak
bebasnya
18
2. Transportasi
Transportasi yang lambat merupakan penyebab kenaikan yang paling dominan.
Upaya pengangkutan dilakukan pada hari yang sama dengan hari panennya.
Brondolan yang jatuh tergilas kendaraan, khususnya pada lantai penerimaan buah
harus dihindari.
3. Proses Pengolahan
Untuk meminimalkan kenaikan free fatty acid, buah sawit harus diolah segera
setelah dipanen. Kebersihan instalasi pabrik sangat besar pengaruhnya terhadap
kenaikan free fatty acid, Minimalkan jumlah minyak yang dikirim dari bak fat-pit
dan kandungan air dalam minyak sawit. Meskipun kadar FFA rendah hal itu
belum menjamin mutu CPO. Kualitas minyak sawit harus diperhatikan kadar air
dan kadar kotorannya. Kadar kotoran yang tinggi dalam minyak CPO sangat
merugikan dalam perdagangan karena konsumen tidak menyukai minyak yang
kotor. Kadar kotoran yang tinggi dalam minyak disebabkan dari sisa
pemprosesan buah, dan kadar air yang tinggi dapat menyebabkan kadar
free fatty acid tinggi hal ini yang mempengaruhi mutu dan harga jual dari CPO.
Standart penerimaan mutu CPO di PT. Sumber Indah Perkasa untuk kadar
maksimal 4,5 %, sedangkan standart mutu penerimaan eksport kadar maksimal 5
%. Dengan demikian melalui analisa mutu CPO yang dilakukan di laboratorium
PT. Sumber Indah Perkasa dengan parameter free fatty acid yang menggunakan
titrasi volumetri diproleh kadar FFA yang terkandung dalam CPO yang berasal
dari beberapa PKS telah memenuhi standart penerimaan mutu minyak sawit di
PT. Sumber Indah Perkasa dan standart mutu penerimaan ekspor
19
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh rata-rata kadar FFA dalam CPO
yaitu 3,4%, kadar ini memenuhi standart norma penerimaan di PT.
Sumber Indah Perkasa dan standart penerimaan eksport karena kadar asam
lemaknya tidak diatas 5%.
2. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar FFA dalam CPO
yaitu:
6.2 Saran
Sebaiknya analisa kadar FFA dilakukan secara rutin sebagai dasar untuk
memberikan masukan kepada perbaikan proses pengolahan CPO sehingga
dihasilkan CPO dengan mutu yang sesuai dengan standart perusahaan di
lingkungan PT. Sumber Indah Perkasa
20
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A, Edwards, R.A, Wotton, M. 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan purnomo,H
Fauzi, Y. 2012. Kelapa Sawit Budidaya Pemanfaatan Hasil dan
Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hadi, M. M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa
Ismail, B. 1982. Kimia Organik Untuk Universitas. Bandung:
Penerbit Amico.
Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Lubis, R. E. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka
Mangoensoekarjo, S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa
Sawit. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Rusdiyono M. 2013. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan : Pusat Penelitian
Kelapa Sawit.
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis Dari Hulu
Hingga Hilir. Jakarta : Penebar Swadaya.
Mangoensoekarjo S, 2003. Dasar - Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia. Risza, S. 1994. Kelapa Sawit, Upaya Peningkatan
Produktivitas. Yogyakarta: Penerbit Kansius.
Rohman, A.2007. Analisis Makanan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Setyamidjaja, D.2006. Teknik Budi Daya Panen Pengolahan
Kelapa Sawit. Yogyakarta : Kanisius
Sibuea, P. 2014. Minyak Kelapa Sawit Teknologi & Manfaatnya Untuk Pangan
Nutrasetikal. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Sumarna, D. 2014. Studi metode pengolahan minyak kelapa sawit merah (red palm
oil) dari crude palm oil. Jurnal jurusan teknologi hasil pertanian
fakultas pertanian universitas mulawarman
21
LAMPIRAN
22