Anda di halaman 1dari 25

TITRASI BEBAS AIR (TBA)

Tim Dosen UHAMKA 2022


QS al-kahfi ayat 96-98
• Dapat memilih metode
untuk PK senyawa organic
yang sesuai
• Mengetahui prinsip dasar
TBA
Tujuan
• Mengetahui jenis metode
Pembelajaran TBA
• Dapat menentukan
indicator
• Dapat menentukkan kadar
senyawa sediaan farmasi
Definisi
Adalah suatu titrasi asam basa yang digunakan
untuk senyawa yang keasaman/kebasaannya
lemah sekali sehingga tidak dapat dititrasi
dalam lingkungan air.
Konsentrasi disosiasi < 10-5 tidak dapat dititrasi
dengan basa, sebab hasil titrasi yang
berbentuk garam akan terhidrolisis dengan
air.
Reaksi yang terjadi sesuai dengan teori Lowry
dan Bronsted, dimana asam sebagai donor
proton, dan basa adalah akseptor proton.
Asam akan melepaskan proton jika ada basa
yang menerimanya. Reaksi ini berlaku pada
lingkungan air/bebas air.

HA ↔ H+ + A-
H+ + B- ↔ HB
Zat – zat yang tidak dapat dititrasi di dalam
media berair, dapat ditentukan secara
titrasi netralisasi di dalam pelarut bukan
air.

Contoh zat – zat tersebut yaitu:


a. Asam atau basa yang mempunyai BM
tinggi dan mempunyai daya larut kecil
di dalam air.
b. Zat organik atau anorganik berupa
asam atau basa lemah ( Ka atau Kb 10-8
), yang tidak dapat mamberikan titik
akhir jelas di dalam larutan berair.
Contoh: amin aromatik, fenol, garam –
garam anorganik dan asan – asam
karboksilat.
Proton bebas tidak mungkin ada di dalam
larutan, jadi harus penerima proton
(basa), sebelum suatu asam melepaskan
protonnya, artinya, suatu zat tidak dapat
bertindak sebagai asam jika tidak ada
basa untuk menerima proton yang
dilepaskannya.
Suatu asam akan terionisasi di dalam
pelarut basa, misalnya air, amonia cair
atau etanol, tetapi di dalam pelarut
inert, ionisasi tidak akan terjadi.
Meskipun demikian, ionisasi suatu zat di
dalam pelarut bukanlah hal yang
diperlukan di dalam reaksi asam – basa,
karena beberapa zat dapat ditetapkan
dengan baik secara TBA di dalam pelarut
inert.
Asam:
Dapat berupa molekul netral seperti HCl, H2SO4, atau kation
bermuatan positif seperti C6H5NH3+, NH4+, atau anion yang
bermuatan negatif seperti H2SO4-.

Basa:
Dapat berupa molekul netral seperti C6H5NH2, NaOH atau
berupa anion.

HCl → H+ + Cl-
C6H5NH3+ → C6H5NH2
asam Basa

HSO4- ↔ H+ + SO42-
Asam basa

Suatu asam kuat hanya dapat berfungsi sebagai asam hanya jika
ada basa yang dapat menerima proton. Sebaliknya suatu
senyawa dapat bertindak sebagai basa jika ada asam yang
dapat memberi proton.
1. Aprotik (merupakan pelarut inert)
Contoh: benzene, nitrobenzene, kloroform,
klorobenzen.
Pelarut ❖ Tidak dapat menerima dan memberi
proton (netral)
yang ❖ Zat dalam pelarut ini terlarut secara
molekular, jadi tidak terionisasi sebab
dipakai tidak menerima ion H+
❖ Tetapan dielektriknya rendah
untuk ❖ Biasanya tidak digunakan sendiri tetapi
ditambahkan pada pelarut yang dapat
TBA terionisasi untuk mencegah solvolisis
(hidrolisis yang menyebabkan oleh
pelarut bukan air) karena akan
mengurangi ketajaman TA.
2. Protofilik
Contoh: DMF (Dimetil foramida), piridin, n–
Pelarut yang dipakai untuk TBA butilamin, etilendiamin, p – dioksan.
✓ Bersifat basa
✓ Akan bereaksi dengan asam menghasilkan proton
yang tersolvatasi.
✓ Digunakan untuk melarutkan :
a. Asam – asam barbiturat
b. Asam – asam organik lemah
c. Sulfonamida
HA + pelarut → H+ . Solven + A-
basa proton tersolvatasi basa
bersesuaian
HA + H2O → H3O+ +
A-
jika pakai air
Pelarut yang bersifat basa lemah dalam menerima
protonnya akan lebih kecil )afinitas terhadap
proton kecil ) dari basa kuat.
Pada basa lemah kecenderungan membebaskan proton < basa kuat.
Asam kuat seperti asam perklorat akan menunjukkan lebih bersifat
asam daripada asam lemah seperti asam asetat jika dilarutkan
dalam pelarut yang bersifat basa lemah.
Sebaiknya semua asam cenderung menjadi lebih kuat keasamannya
jika dilarutkan dalam pelarut yang bersifat basa kuat karena
afinitas untuk mendapatkan protonnya besar.
Basa kuat mempunyai “leveling effect” untuk asam (menaikan
keasaman).
Basa lemeh mempunyai “Defferentiating Effect”.
Contoh pelarut protofilik:
• Dimetil formamid
• Higroskopik
• Mudah terhidrolisis oleh air
• Basa lemah
• Dimurnikan dengan destilasi vakum
• Titik lebur 61oC
• 2. Piridin
• Dimurnikan dengan jalan prngocokan dengan butir KOH atau NaOH
• Biarkan beberapa hari
• Lapisan piridin dekantasi
• Basa lemah
3. N – butilamin
• Basa kuat
• Mudah mengabsorpsi CO2 dari
udara
• Dapat melarutkan zat – zat yang
lemah sekali

4. Etilendiamin
• Basa kuat
• CO2 makin banyak diabsorpsi
• Mengandung uap air 30%
• Dimurnikan denga butiran KOH
• Diamkan, dekantasi.
Contoh obat basa lemah yang dapat dititrasi dengan cara ini:
• Pirimidon
• Tur. Benzodiazepan
• Papaverin
• Kinin
• Kodein

❖ p – dioksan
▪ Murnikan dengan asbes → saring
▪ Sukar dimurnikan karena mengandung air
▪ Racun, merusak ginjal
3. Pelarut Protogenik
bersifat racun
Jika bersifat asam kuat merupakan “leveling effect” untuk basa.
Jika bersifat asam lemah merupakan : Differenting Effact” untuk
basa.

4. Pelarut Amphiprolitik
✓ Terionisasi lemah
✓ Bersifat asam/basa tergantung suasana
✓ Paling banyak dipakai: asam asetat.
CH3COOH ↔ CH3COO- + H+
Jika suatu asam kuat seperti asam perklorat
dilarutkan dalam asam asetat, maka asam
asetat dapat bertindak sebagai basa yang
menerima proton dari asam perklorat yang
akan membentuk ion Onium
HClO4 ↔ H+ + ClO4-
asam

CH3COO- + H+ ↔ CH3COOH2+
basa ion onium

Contoh lain: air.

H2O ↔ H+ + OH-
Asam

H2O + H+ ↔ H3O+
Ion onium dapat segera membebaskan H+ , maka asam perklorat
merupakan asam kuat. Jika suatu basa lemah seperti piridin dilarutkan
dalam asam asetat, asam asetat memberikan leveling effect dan akan
meningkatkan kebasaan piridin, sehingga basa lemah dapat dititrasi
dalam pelarut asam asetat dengan asam perklorat.
reaksi piridin dengan asam perklorat:

HClO4 + CH3COOH ↔ CH3COOH2+ + ClO4-


C6H5N + CH3COOH ↔ C6H5NH+ + CH3COO-
CH3COOH2+ + CH3COO- ↔ 2CH3COOH
------------------------------------------------------------
HClO4 + C6H5N ↔ C6H5NH+ + ClO4-
Contoh obat asam lemah yang dapat
dititrasi dengan cara ini:
• Golongan Barbital
• Fenilbutazon
Alkaloid dalam bentuk garam HCl jika akan
dititrasi secara TBA harus ditambahkan
Hg – asetat karena ion – ion Cl- sangat
lemah untuk bereaksi secara kuantitaif
dengan asam perklorat dalam asam
asetat.
Penambahan Hg – asetat yang tidak
terdisosiasi dalam larutan asam asetat
akan menyebabkan pergantiaan ion
halogrnida denga ion asetat yang
ekivalen membentuk HgCl2 yang tidak
terdisosiasi.
2 RNH3. HCl → 2 RNH3+ 2Cl-
(CH3COOH)2Hg + 2Cl- → HgCl2 + 2CH3COO-
2 CH3COOH2+ + 2 CH3COO- ↔ 2 CH3COOH
HClO4 + CH3COOH ↔ CH3COOH2+ + ClO4

Contoh pelarut amphiprolitik:


❖ Hac Glasial
• Basa lemah
• Mengandung 1 – 2% air
• Cara pemurnian:
a. Dengan pembekuan sampai suhu < 16oC, Hac
membeku, pisahkan, destilasi berulang – ulang
→ HAc bebas air
b. Dengan menentukkan kadar air, titrasi dengan
NaOH 0,1N dalam lingkungan air. Jumlah HAc,
kadar air selisihnya.
c. Titrasi KARL FISHER
Menggunakan I2 dan SO42-, pelarut piridin, metanol.
❖ Alkohol (isopropanol, etanol, metanol)
- Isopropanol dimurnikan dengan butir – butir NaOH, saring.
- Etanol/ Metanol, dimurnikan dengan : Mg + I2 (katalis)
Mg + 2 C2H5OH → Mg(C2H5O)2 + H2
Mg(C2H5O)2 + H2O → Mg(OH)2 + 2 C2H5OH
Saring dan destilasi.

❖ Pelarut campuran
Gunakan untuk :
- Melarutkan hasil reaksi selama titrasi
- Mencegah terjadinya solvolosis hasil titrasi sehingga TA
jelas.
- Mempertinggi daya hantar
Contoh:
- CHCl3 + HAc
- Propilenglikol + isopropanol
- Etilenglikol + isopropanol
- CHCl3 + acetonitril
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam TBA:
1. Memilih pelarut yang cocok.
Untuk asam, pelarutnya adalah suatu basa sedangkan untuk
basa pelarutnya adalah asam.
2. Zat – zat yang dititrasi harus larut dalam pelarut yang dipilih
dan hasil titrasi juga harus larut.
3. TA harus dapat dilihat dengan jelas.
4. Pelarut harus mempunyai tetapan dielektrik yang rendah
supaya TA jelas.

Syarat – syarat suatu pelarut TBA:


1. Mudah didapat
2. Murah harganya
3. Murni atau dapat dimurnikan
4. Melarutkan zat yang dititrasi dan zat yang terjadi.
5. Tidak boleh ada reaksi samping
6. Mudah dibebaskan dari air
7. Mempunyai tetapan dieleketrik yang rendah agar TA jelas.
Pentiter yang digunakan
1. Pentiter basa
Cara menghilangkan air dalam HClO4
- Kalau HClO4 diketahui kadarnya, tambahkan HAc anhidrat
yang ekivalen dengan jumlah air yang ada dalam HClO4
- Diamkan selama 24 jam supaya reaksi berjalan secara
kuantitatif
Indikator : Kristal violet, Malacit green, Metil red, α - naftol,
Benzein.
HClO4 + NaOH → ClO4+- + H2O
O
CH3 C
O
+ H2O → 2 CH3COOH
CH3 C
n O
HClO4 dan p – toloul sulfonat dibakukan dengan:
- Na2CO3
- K- Biftalat

COOH COOH
+ HClO4 + KClO4
COOK COOH

- Difenil guanidin
- Trifenilamin
- Hexamin

o Asam p – toluol sulfonat dalam etanol anhidrat –


CHCl3
Titrasi ½ TBA
Untuk menitrasi zat – zat yang tidak larut dalam
air atau terurai bila dilarutkan dalam air tapi
larut dalam pelarut organik sedangkan
keasaman/kebasaannya cukup kuat.
Syarat – syarat TBA
1. Titrasi benar – benar dilakukan dalam
suasana bebas air (pelarut dan pentiter).
2. Buret menggunakan CaCl2 tube agar bebas
dari pengaruh udara.
3. Larutan titer harus berupa asam/basa kuat,
karena yang akan dititrasi adalah
asam/basa lemah.
4. Pelarut atau indikator yang digunakan
harus cocok
5. Erlemeyer yang digunakan harus kecil,
karena tidak akan ada percikan yang harus
dibilas.
Keuntungan TBA
1. Dapat menitrasi asam – asam /
basa – basa (alkaloid, asam
organik)
2. Pemeriksaannnya cepat
3. Alat – alat yang digunakan sama
seperti titrasi asam – basa biasa
4. Dapat menentukkan kadar zat
dalam tablet, kapsul secara
langsung tanpa dikocok dengan
PAE.
5. Dapat untuk menentukkan garam
alkaloid dengan HgAc2 dalam HAc
glacial.

Anda mungkin juga menyukai