Laporan
Pendahuluan
PBL GERONTIK
Bella Andriyani
1016031023
Masalah Keperawatan
INKONTINENSIA URINE
Di Balai Perlindungan Sosial
Cipocok Jaya - Serang Banten
KOREKSI I KOREKSI II
(………………………………………)
(……...………………………….)
FORMULIR SISTEMATIKA LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN
GERONTIK UNIVERSITAS FALETEHAN
1. Proses Penuaan
Aging process atau proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang
tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Proses penuaan sudah
mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya dengan
terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf dan jaringan lain
sehingga tubuh ‘mati’ sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batasan yang
tegas, pada usia berapa kondisi kesehatan seseorang mulai menurun. Setiap
orang memiliki fungsi fisiologis alat tubuh yang sangat berbeda, baik dalam hal
pencapaian puncak fungsi tersebut maupun saat menurunnya. Setelah mencapai
puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat,
kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai dengan bertambahnya usia
(Mubarak,et al, 2011).
2. Definisi Lansia
Pengertian lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai
kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan
kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia
kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun.
WHO (World Health Organization) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang
menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang
telah disebut lanjut usia. Secara umum perubahan fisik pada masa lanjut usia
adalah menurunnya fungsi pancaindra, minat dan fungsi organ seksual dan
kemampuan motorik (Pieter, 2010).
Menurut UU RI No.4 tahun 1965 usia lanjut adalah mereka yang berusia
55 tahun keatas. Sedangkan menurut dokumen pelembagaan lanjut usia
dalam kehidupan bangsa yang diterbitkan oleh Departemen Sosial dalam
rangka perencanaan Hari Lanjut Usia Nasional tanggal 29 Mei 1996 oleh
presiden RI, batas usia lanjut adalah 60 tahun atau lebih (Fatimah, 2010).
Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami
perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial, serta perubahan ini akan
memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk
kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan manusia lanjut perlu mendapatkan
perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama
mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuannya
sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan (UU Kesehatan
No. 23 tahun 1992 pasal 19 ayat 1 dalam Fatimah, 2010).
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjutusia (elderly) antara 60 - 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
Pada pria pembesaran kelenjar prostat adalah penyabab yang paling umum
terjadinya obstruksi aliran urine dari kandung kemih. Kondisi ini menyebabkan
inkontinensia karena adanya mekanisme overflow. Namun, inkontinensia ini dapat
juga disebabkan oleh adanya obstruksi yang berakibat konstipasi dan juga adanya
massa maligna (cancer) dalam pelvis yang dialami oleh pria dan wanita. Akibat dari
obstruksi, tonus kandung kemih akan menghilang sehingga disebut kandung kemih
atonik. Kandung kemih yang kondisinya penuh gagal berkontraksi, akan tetapi
kemudian menyebabkan overflow, sehingga terjadi inkontinensia.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Hariati (2000) dalam Sinaga (2011) tanda dan gejala yag ditemukan pada
pasien dengan retensi urin yaitu:
a. Ketidaknyamanan daerah pubis
b. Distensi vesika urinaria
c. Ketidak sanggupan untuk berkemih
d. Sering berkemih, saat vesika urinaria berisi sedikit urine. ( 25-50 ml)
e. Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya
f. Meningkatkan keresahan dan keinginan berkemih
g. Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih.
h. Tidak merasakan urine keluar.
distensi kandung kemih tanpa adanya aktifitas detrusor. Terjadi pada keadaan
kandung kemih yang lumpuh akut atau kronik yang terisi terlalu penuh, sehingga
tekanan kandung kemih dapat naik tinggi sekali tanpa disertai kontraksi sehingga
akhirnya urine menetes lewat uretra secara intermitten atau keluar tetes demi
tetes.
Penyebab kelainan ini berasal dari penyakit neurogen, seperti akibat
cedera vertebra, sklerosis multipel, penyakit serebrovaskular, meningomyelokel,
trauma kapitis, serta tumor otak dan medula spinalis. Corak atau sifat gangguan
fungsi kandung kemih neurogen dapat berbeda, tergantung pada tempat dan
luasnya luka, koordinasi normal antara kandung kemih dan uretra berdasarkan
refleks miksi, yang berjalan melalui pusat miksi pada segmen sakral medula
spinalis. Baik otot kandung kemih maupun otot polos dan otot lurik pada uretra
dihubungkan dengan pusat miksi.
d. Fistula urine
Fistula urine sebagian besar akibat persalinan, dapat terjadi langsung
pada waktu tindakan operatif seperti seksio sesar, perforasi dan kranioklasi,
dekapitasi, atau ekstraksi dengan cunam. Dapat juga timbul beberapa hari
sesudah partus lama, yang disebabkan karena tekanan kepala janin terlalu lama
pada jaringan jalan lahir di tulang pubis dan simfisis, sehingga menimbulkan
iskemia dan kematian jaringan di jalan lahir.
Operasi ginekologis seperti histerektomi abdominal dan vaginal, operasi
plastik pervaginam, operasi radikal untuk karsinoma serviks uteri, semuanya
dapat menimbulkan fistula traumatik. Tes sederhana untuk membantu diagnosis
ialah dengan memasukan metilen biru 30 ml kedalam rongga vesika. Akan
tampak metilen biru keluar dari fistula ke dalam vagina.
Untuk memperbaiki fistula vesikovaginalis umumnya dilakukan operasi
melalui vagina (transvaginal), karena lebih mudah dan komplikasi kecil. Bila
ditemukan fistula yang terjadi pasca persalinan atau beberapa hari pascah
bedah, maka penanganannya harus ditunda tiga bulan. Bila jaringan sekitar
fistula sudah tenang dan normal kembali operasi baru dapat dilakukan.
G. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang
kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat. Inkontinensia pada
umumnya biasanya sering atau cenderung terjadi pada lansia (usia ke atas 65
tahun), dengan jenis kelamin perempuan, tetapi tidak menutup kemungkinan
lansia laki-laki juga beresiko mengalaminya.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi gangguan yang berhubungan dengan gangguan yang dirasakan saat ini.
Berapakah frekuensi inkonteninsianya, apakah ada sesuatu yang mendahului
inkonteninsia (stres, ketakutan, tertawa, gerakan), masukan cairan, usia/kondisi
fisik,kekuatan dorongan/aliran jumlah cairan berkenaan dengan waktu miksi.
Apakah ada penggunaan diuretik, terasa ingin berkemih sebelum terjadi
inkontenin, apakah terjadi ketidakmampuan.
c. Riwayat kesehatan klien
Tanyakan pada klien apakah klien pernah mengalami penyakit serupa
sebelumnya, riwayat urinasi dan catatan eliminasi klien, apakah pernah terjadi
trauma/cedera genitourinarius, pembedahan ginjal, infeksi saluran kemih dan
apakah dirawat dirumah sakit.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit serupa
dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau keturunan, penyakit
ginjal bawaan/bukan bawaan.
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: Klien tampak lemas dan tanda tanda vital terjadi peningkatan
karena respon dari terjadinya inkontinensia
2) Pemeriksaan Sistem :
B1 (breathing)
Kaji pernapasan adanya gangguan pada pola nafas, sianosis karena suplai
oksigen menurun. kaji ekspansi dada, adakah kelainan pada perkusi.
B2 (blood)
Peningkatan tekanan darah, biasanya pasien bingung dan gelisah
B3 (brain)
Kesadaran biasanya sadar penuh
B4 (bladder)
Inspeksi :periksa warna, bau, banyaknya urine biasanya bau menyengat
karena adanya aktivitas mikroorganisme (bakteri) dalam kandung kemih serta
disertai keluarnya darah apabila ada lesi pada bladder, pembesaran daerah
supra pubik lesi pada meatus uretra,banyak kencing dan nyeri saat berkemih
menandakan disuria akibat dari infeksi, apakah klien terpasang kateter
sebelumnya.
Palpasi : Rasa nyeri di dapat pada daerah supra pubik / pelvis, seperti rasa
terbakar di urera luar sewaktu kencing / dapat juga di luar waktu kencing.
B5 (bowel)
Bising usus adakah peningkatan atau penurunan, Adanya nyeri tekan
abdomen, adanya ketidaknormalan perkusi, adanya ketidaknormalan palpasi
pada ginjal.
B6 (bone)
Pemeriksaan kekuatan otot dan membandingkannya dengan ekstremitas yang
lain, adakah nyeri pada persendian.
f. Spiritual
Keyakinan klien terhadap agaman dan keyakinan
g. Status mental
Penampilan klien tidak rapi dan tidak mampu untuk merawat dirinya sendiri
H. Patoflow
Proses menua
Gangguan Gangguan
INKONTINENSIA URIN
Eliminasi Urin Rasa Nyaman
Bersifat bau
Urine yang asam
dapat mengiritasi kulit
Malu saat
bersosialisasi
Gangguan
Integritas Kulit
Isolasi Sosial
I. Analisa Data
(SDKI, 166)
(SDKI, 266)
(NOC, 236)
2 Gangguan integritas kulit b.d proses penuaan Setelah dilakukan asuhan Menejemen tekanan
keperawatan selama 2x24 - Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
ditandai oleh: jam maka didapat integritas longgar
Tanda Mayor jaringan: kulit dan membran - Hindari kerutan padaa tempat tidur
DS mukosa dengan kriteria
- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
(tidak tersedia) hasil :
- Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua
DO - Integritas kulit yang baik
jam sekali
- Kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit bisa dipertahankan
- Monitor kulit akan adanya kemerahan
(sensasi, elastisitas,
Tanda Minor temperatur, hidrasi, - Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah
(tidak tersedia) - Tidak ada luka/lesi pada - Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
DO kulit - Monitor status nutrisi pasien
- Nyeri - Perfusi jaringan baik
- Perdarahan - Menunjukkan
- Kemerahan pemahaman dalam
- Hematoma proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya
(SDKI, 280) sedera berulang
- Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
3 Gangguan rasa nyaman b.d gangguan stimulus Setelah dilakukan asuhan Menejemen lingkungan: kenyamanan
ditandai oleh: keperawatan selama 2x24 - Tentukan tujuan dalam mengelola kenyamanan
jam maka didapat status
Tanda Mayor kenyamanan: fisik dengan yang optimal
DS kriteria hasil : - Hindari gangguan yang tidak perlu dan berikan
- Mengeluh tidak nyaman - Menggunakan baju yang waktu untuk istirahat
DO nyaman - Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung
- Gelisah - Tidak ada gatal - Sediakan lingkungan yang aman dan bersih
- Tidak ada nyeri - Pertimbangkan sumber-sumber ketidaknyamanan,
Tanda Minor - Tidak inkontinensia urine seperti balutan lelbab, lingkungan yang
DS mengganguu, dan bagian tubuh merasakan nyeri
- Sulit tidur (NOC, 529) - Berikan selimut untuk meningkatkan kenyamanan
- Tidak mampu rileks - Fasilitasi tindakan-tindakan kebersihan untuk
- Mengeluh mnejaga rasa nyaman, seperti membersihkan
- Merasa gatal badan dan anggota tubuh
- Iritabilitas - Monitor kulit terutama pada anggota tubuh yang
- Kelelahan mengalami iritasi
DO
- Menunjukan gejala distres (NIC, 192)
- Tampak merintih/menangis
- Perunahan pola eliminasi
- Perubahan postur tubuh
(SDKI, 166)
4 Isolasi sosial b.d ketidakmampuan menjalin Setelah dilakukan asuhan Bantaun perawatan diri
hubungan yang memuaskan ditandai oleh: keperawatan selama 2x24 - monitor kemampuan perawatan diri secara mandiri
jam maka didapat
Tanda Mayor keterlibatan sosial dengan - bantu pasien menerima kebutuhan terkait dengan
DS kriteria hasil : kondisi ketergantungan nya
- Ingin sendirian - berinteraksi dengan - dorong krmandirian pasien, tapi bantu jika pasien
- Merasa tidak aman di tempat umum teman dekat tidak mampu melakukannya
DO - berinteraksi dengan - ciptakan rutinitas aktivitas perawatan diri
- Menarik diri tetangga
- Tidak berminat/menolak melakukan kegiatan atau - berinteraksi dengan (NIC, 79)
interaksi dengan orang lain atau lingkungan anggota kelompok
- berpartisipasi dalam
Tanda Minor aktivitas
DS - berpartisipasi dalam
- Merasa berbeda dengan orang lain aktivitas diwaktu luang
DO dengan orang lain
- afek sedih
- tidak mampu memenuhi harapan orang lain (NOC, 205)
- tidak ada kontak mata
- tidak bergairah/lesu
(SDKI, 266)