Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Agribisnis

Sering ditemukan bahwa agribisnis diartikan secara sempit, yaitu perdagangan

atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

konsep semula yang dimaksud. Konsep agribisnis adalah suatu konsep yang utuh,

mulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang

berkaitan dengan kegiatan pertanian. Pengertian agribisnis adalah “Suatu kesatuan

kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi,

pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti

luas. Pengertian pertanian dalam artian yang luas adalah kegiatan usaha yang

menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan

pertanian” (Soekartawi, 2005).

Keterkaitan antara industri hulu, industri hilir, kegiatan usahatani dan

subsistem pendukungnya digambarkan pada Gambar 2.1.

Universitas Sumatera Utara


Kegiatan usaha yang Agribisnis Kegiatan usaha yang
menghasilkan/menye- menggunakan hasil
diakan prasarana/ Kegiatan pertanian sebagai
sarana/input bagi input (industri
kegiatan pertanian
Pertanian
pengolahan hasil
(industri pupuk, alat-
alat pertanian, pertanian,
pestisida, dsb) perdagangan, dsb)

Sub Sistem
Pendukung

Gambar 2.1. Bagan Agribisnis

Dalam kegiatan agribisnis akan ada hubungan antara manusia dengan

lingkungan dan upaya memanfaatkan serta menata lingkungan tersebut sedapat

mungkin sesuai dengan tujuan kegunaan yang diinginkan. Maksud dari

memanfaatkan dalam hal ini adalah seperti memberi pupuk, unsur kimiawi yang

dibutuhkan, irigasi dan perlindungan lahan. Sedangkan yang dimaksud menata adalah

memanfaatkan atau menerima suatu keterbatasan seperti menanam dalam musim

hujan, memanen dalam musim kering atau menanam perennial crops pada tanah

miring/lereng dan sebagainya (Siagian, 2003).

Potensi pengembangan sektor agribisnis di Indonesia dapat dilihat dari sisi

penawaran (supply side) maupun sisi permintaan (demand side). Potensi sisi

penawaran antara lain:

a. Indonesia memiliki sumber daya agroklimat yang sangat besar dan terlengkap

di dunia, sehingga hampir semua komoditas agribisnis dapat dihasilkan dari

Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


b. Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya hayati (biodervisity) yang

terbesar di dunia namun belum dimanfaatkan secara optimal, misalnya

tanaman obat-obatan (bahan farmasi) dihasilkan dari seluruh bumi Indonesia.

c. Indonesia memiliki sumber tenaga kerja yang masing-masing terakomodasi

dalam agribisnis.

d. Terdapat lembaga penelitian dan pengembangan agribisnis dari departemen,

perguruan tinggi yang didukung oleh kwalitas sumber daya manusia, hanya

saja belum dimanfaatkan secara optimal.

e. Lembaga pemerintah atau lembaga masyarakat yang ada di setiap daerah telah

berpengalaman dan mempunyai akumulasi pengetahuan dalam membangun

agribisnis (Saragih, 1999).

Secara operasional, pembangunan agribisnis pada tingkat wilayah

dilaksanakan dengan mengoptimalkan pengembangan sentra-sentra produksi

komoditi unggulan. Prinsip dasar pelaksanaan sentra pengembangan agribisnis adalah

pendayagunaan secara optimal sumber daya yang ada melalui pengembangan

komoditas yang berorientasi pasar dalam dan luar negeri dengan memperhatikan

perwilayahan komoditas secara regional maupun nasional serta mempunyai

keterkaitan yang erat dengan industri hulu dan hilir.

Sektor agribisnis memberikan peran yang sangat besar dalam perekonomian

Indonesia dalam hal:

a. Sumber pertumbuhan ekonomi.

b. Penyedia lapangan pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara


c. Mengembangkan pembangunan daerah.

d. Sumber devisa negara.

Menurut Supardi (2001) bahwa akhir tahun 1998 sektor agribisnis

memperlihatkan pertumbuhan yang positif sebesar 0,26% sementara sektor lain

memperlihatkan pertumbuhan yang negatif. Sistem pertanian agribisnis merupakan

model pertanian yang paling cocok untuk dikembangkan saat ini, yang mana terdapat

keterkaitan antara sub sektor dan akan menimbulkan perubahan struktural.

2.2. Pendapatan Usahatani

Tujuan pembangunan pertanian sebagai salah satu pembangunan ekonomi

di Indonesia bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

di bidang usaha pertanian (petani, nelayan dan peternak) di pedesaan. Hal ini dapat

tercapai bila pendapatannya ditingkatkan dari sumber pendapatannya baik dari

pertanian maupun non pertanian.

Pendapatan merupakan fungsi dari jumlah yang terjual dan harga jual. Artinya

pendapatan perusahaan berasal dari penjualan. Sementara nilai penjualan ditentukan

oleh jumlah unit yang terjual dan harga jual. Dalam kenyataan bisnis, pendapatan dan

laba terbesar tidak dicapai pada produksi dan penjualan terbanyak. Dalam

memperoleh pendapatan atau keuntungan dari usaha taninya, petani harus

membandingkan antara hasil yang dicapai (total revenue) dengan biaya yang

dikeluarkan (total cost). Dengan demikian pengusaha perlu memutuskan untuk

menjual atau tidak produk pada tingkat harga tertentu (Noor, 2007).

Universitas Sumatera Utara


Pendapatan usaha tani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya

atau dengan kata lain pendapatan meliputi pendapatan kotor atau penerimaan total

dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor atau penerimaan total adalah nilai produksi

komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi.

Pendapatan usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut:

Pd = TR – TC

TR = Y. Py

TC = FC + VC

Di mana:

Pd = Pendapatan usahatani

TR = Total Penerimaan (total revenue)

TC = Total Biaya (total cost)

FC = Biaya Tetap (fixed cost)

VC = Biaya Variabel (variabel cost)

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani

Py = Harga Y (Rahim, 2007).

Prawirokusumo (1990), menggambarkan bagaimana dalam suatu usahatani

terjadi arus input yang pada akhirnya menjadi output dalam suatu usaha, bagan

tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut:

Universitas Sumatera Utara


Pengadaan
Pendapatan dari sektor lain

Material Pangan
Pinjaman

Rumah Tangga

Capital Tenaga Kerja Manajemen

Konsumsi
Usaha Tani

Cash Income

Tanaman - Ternak

Penjualan

Gambar 2.2. Alur Faktor Produksi-Pendapatan dalam Usaha Tani

Ada beberapa pembagian tentang pendapatan (income) yaitu:

1. Gross dan net income: Gross income adalah pendapatan usahatani yang belum

direduksi dengan biaya, sedang net income adalah pendapatan setelah dikurangi

biaya.

2. Gross income dapat pula dibagi ke dalam dua bentuk yaitu bentuk cash dan non

cash. Cash berdasar dari penjualan hasil produksinya, dapat dari tanaman maupun

Universitas Sumatera Utara


ternak. Sedang yang non-cash dapat berupa produk yang dikonsumsi langsung

oleh petani atau ditukar komoditi lain atau didonasikan, atau dapat berupa barang

dan service. Hasil usaha yang ditimbun (perubahan inventaris) juga termasuk non

cash.

3. Pendapatan pengelola (management income) adalah pendapatan bagi si pengelola.

Merupakan hasil pengurangan dari total output dengan total input. Sisa ini

merupakan jumlah tersisa setelah semua input untuk produksi, baik yang benar-

benar dibayar maupun yang hanya diperhitungkan telah dijumlahkan. Pendapatan

ini biasanya pendapatan negatif bagi usaha tani kecil ataupun keluarga. Pada

usaha komersial laba ini harus ada, malah setelah pendapatan pengelola masih

harus dibayarkan lagi kedalam:

3. Imbalan jasa manajemen (upah petani sebagai pengelola).

4. Net profit yang disebut pula pure profit yang merupakan imbalan bagi resiko

perusahaan.

4. Pendapatan tenaga kerja petani yaitu pendapatan pengelola ditambah upah tenaga

kerja petani. Pendapatan tenaga kerja keluarga petani adalah pendapatan

pengelola ditambah upah tenaga kerja petani dan anggota keluarga yang dihitung.

Pendapatan petani adalah pendapatan tenaga kerja petani ditambah bunga modal

milik sendiri, sewa tanah milik sendiri. Pendapatan keluarga petani merupakan

pendapatan tenaga kerja keluarga petani ditambah bunga modal milik sendiri.

Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual,

biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani

Universitas Sumatera Utara


dan pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran

(Soekartawi, 1995).

Simanjuntak (1986), menyatakan kita harus menentukan suatu saat (musim)

yang tepat untuk memilih harga tertentu yang akan digunakan dalam menentukan

analisa pasar yang menguntungkan. Harga tidak stabil karena pasar tidak sempurna,

antara lain lembaga pemasaran yang tidak fleksibel, pengawasan harga, informasi

yang tidak sempurna mengenai harga yang tidak ditawarkan oleh penjual dan pembeli

saingan, unsur-unsur monopoli, harga tradisionil dan sebagainya. Untuk menghindari

resiko ketidakpastian yaitu memperhitungkan pengeluaran biaya, penggunaan waktu

(musiman), selera konsumen serta perubahan tekhnologi baik sekarang maupun

dimasa yang akan datang.

2.3. Pengembangan Wilayah

Pada hakekatnya pengembangan (development) merupakan upaya untuk

memberi nilai tambah dari apa yang dimiliki untuk meningkatkan kualitas hidup.

Menurut Alkadri dalam buku Tiga Pilar Pengembangan Wilayah (1999)

pengembangan lebih merupakan motivasi dan pengetahuan daripada masalah

kekayaan. Tetapi bukan berarti bahwa kekayaan itu tidak relevan. Pengembangan

juga merupakan produk belajar, bukan hasil produksi, belajar memanfaatkan

kemampuan yang dimiliki bersandar pada lingkungan sekitar untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Pada dasarnya proses pengembangan itu juga merupakan proses

belajar (learning process). Hasil yang diperoleh dari proses tersebut, yaitu kualitas

Universitas Sumatera Utara


hidup meningkat, akan dipengaruhi oleh instrument yang digunakan. Mengacu pada

filosofi dasar tersebut maka pengembangan wilayah merupakan upaya

memberdayakan stakeholders (masyarakat, pemerintah, pengusaha) di suatu wilayah,

terutama dalam memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan di wilayah tersebut

dengan instrumen yang dimiliki atau dikuasai, yaitu teknologi. Pengembangan

wilayah merupakan upaya mengawinkan secara harmonis sumber daya alam, manusia

dan teknologi dengan memperhitungkan daya tampung lingkungan itu sendiri.

Wilayah merupakan unit geografis dengan batas-batas tertentu di mana

bagian-bagiannya saling bergantung satu sama lain secara fungsional. Secara umum

pusat/inti berfungsi antara lain: (a) tempat pemusatan pemukiman atau penduduk,

(b) pemusatan industri (c) tempat pemasaran bahan-bahan mansion dan (d) tempat

pemusatan sarana-sarana pelayanan. Daerah bagian belakang (hinterland) berfungsi

sebagai tempat proses bahan mentah dan sebagai tempat pemasaran produk-produk

industri (Sunyoto, 1998).

Pengembangan wilayah dapat diartikan pelaksanaan pembangunan nasional

di suatu wilayah yang disesuaikan dengan kemampuan fisik dan sosial wilayah serta

menghormati peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk wilayah pedesaan

yang selalu identik dengan petani dan kemiskinan maka dibutuhkan pembangunan

di sektor pertanian. Pembangunan pertanian yang berhasil adalah jika terjadi

pertumbuhan produksi pertanian yang tertinggi dan sekaligus terjadi perubahan

masyarakat tani dari yang kurang baik menjadi lebih baik (Soekartawi, 1994).

Universitas Sumatera Utara


Suryana (1998), menyatakan bahwa pengembangan agribisnis pada konsepsi

pembangunan pertanian yang modern dan kompetitif pada daerahnya berdasar pada

upaya untuk menumbuhkan sistem agribisnis yang terpadu dan utuh yaitu dengan

menghadirkan seluruh kegiatan dalam sistem agribisnis pada suatu wilayah

pengembangan. Menghadirkan di sini memiliki pengertian baik secara fisik ataupun

keterjangkauan untuk mengembangkan suatu usaha pertanian secara utuh.

Suatu pembangunan pertanian berhasil jika didukung oleh penyediaan sarana-

sarana produksi yang memadai, adanya sistem transportasi dan organisasi pemasaran

yang baik. Dengan tersedianya sarana produksi pertanian dan dialokasikan dengan

baik, maka produktivitas hasil pertanian menjadi tinggi sehingga pendapatan petani

meningkat di samping menyumbangkan devisa negara.

Pembangunan wilayah adalah usaha untuk mengembangkan dan

meningkatkan hubungan interdependensi dan interaksi antara sistem ekonomi

(economic system), manusia atau masyarakat (social system) dan lingkungan hidup

serta sumber-sumber daya alamnya (ecosystem). Konsepsi pembangunan regional

selain menjamin keserasian pembangunan antar daerah, akan menjembatani pula

hubungan rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah.

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang terkait dengan agribisnis tanaman hias antara lain

(i) Rahmat (2002) dalam penelitiannya yang berjudul Perspektif Pengembangan

Tanaman Hias mengatakan tanaman hias memiliki potensi sebagai sumber

Universitas Sumatera Utara


pertumbuhan baru sektor pertanian baik sebagai sumber devisa maupun sumber

pendapatan petani dan penyerapan tenaga kerja pertanian. Hal ini dapat dilihat dari

potensi pasar domestik maupun pasar ekspor (ii) dalam penelitiannya Analisis

Kelayakan Usaha Komoditi Tanaman Hias Bunga Potong Non Anggrek, Arini

Agustini (1999) menyatakan bahwa kuantitas penjualan berpengaruh positif terhadap

tingkat keuntungan yang diperoleh pedagang bunga potong non Anggrek.

2.5. Kerangka Pemikiran

Agribisnis adalah suatu konsep yang utuh terdiri dari proses produksi,

mengolah hasil dan pemasaran. Kegiatan agribisnis merupakan suatu rangkaian

kegiatan sub sistem berupa penyediaan sarana produksi, usaha tani, pengolahan serta

pemasaran. Di mana keseluruhan sub sistem dan pelaksanaannya ditunjang oleh

kegiatan jasa yang dapat berupa jasa transportasi ataupun jasa keuangan. Pengusaha

tanaman hias yang berlokasi di Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru

melakukan kegiatan agribisnis ini.

Kegiatan agribisnis yang dijalankan pengusaha terdiri dari serangkaian

perlakuan terhadap tanaman komoditi. Rangkaian kegiatan tersebut terdiri atas

penyediaan sarana produksi yaitu penyediaan modal, tenaga kerja, lahan komoditi

dan manajemen usaha. Pengusaha melakukan usahatani yang terdiri dari penanaman,

pembibitan serta perawatan tanaman. Pemasaran tanaman hias itu sendiri telah

mencakup daerah Medan, luar Sumatera bahkan telah ke luar negeri.

Universitas Sumatera Utara


Kegiatan agribisnis dapat berjalan dengan baik karena adanya jasa penunjang

yaitu berupa jasa transportasi. Seluruh rangkaian kegiatan agribisnis dilakukan

dengan harapan untuk dapat meningkatkan mutu ataupun kualitas tanaman sehingga

harga jual tanaman dapat terdongkrak naik yang pada akhirnya dapat mempengaruhi

pendapatan mereka.

Pendapatan usaha tani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya

atau dengan kata lain pendapatan meliputi pendapatan kotor atau penerimaan total

dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor atau penerimaan total adalah nilai produksi

komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi. Biaya

produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh

perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang

akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan

tersebut.

Apabila jumlah faktor produksi yang digunakan selalu berubah-ubah, maka

ongkos produksi yang dikeluarkan juga berubah-ubah nilainya. Jika jumlah suatu

faktor produksi yang digunakan adalah tetap, maka ongkos produksi yang

dikeluarkan untuk memperolehnya adalah tetap nilainya.

Pada dasarnya pengembangan wilayah adalah merupakan upaya untuk

memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah dan

menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Pengembangan wilayah

sangat diperlukan karena kondisi sosial, ekonomi, budaya dan geografis yang sangat

berbeda antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Pada dasarnya pengembangan

Universitas Sumatera Utara


wilayah harus disesuaikan dengan kondisi, potensi dan permasalahan wilayah yang

bersangkutan.

Apabila memandang suatu wilayah minimal ada tiga komponen wilayah yang

perlu diperhatikan, yaitu: sumber daya alam, sumber daya manusia, dan tekhnologi,

selanjutnya disebut tiga pilar pengembangan wilayah. Pengembangan wilayah

merupakan interaksi antara tiga pilar pengembangan wilayah. Suatu wilayah yang

mempunyai sumber daya yang cukup kaya dan sumber daya manusia yang mampu

memanfaatkan dan mengembangkan tekhnologi akan cepat berkembang

dibandingkan wilayah lainnya.

Untuk memudahkan dan mengarahkan penelitian ini maka disusun skema

kerangka pemikiran yang disajikan pada Gambar 2.3:

Universitas Sumatera Utara


Kegiatan agribisnis terdiri
dari: - PAD
- Penyediaan Saprodi - Infrastruktur
- Usahatani - Kesempatan
- Pengolahan kerja
- Pemasaran - Sektor-sektor
informal lain

Produksi dipengaruhi: Harga tanaman hias:


- Modal - Biaya
- Tenaga Kerja - Selera pasar
- Pengalaman

Pendapatan pengusaha

Pengembangan Wilayah

Gambar 2.3. Skema Kerangka Berpikir

Hipotesis:

1. Modal, tenaga kerja, pengalaman, dan kemampuan pengusaha untuk

melakukan ekspektasi selera pasar berpengaruh positif dan nyata terhadap

pendapatan pengusaha tanaman hias.

4. Kontribusi usaha agribisnis tanaman hias terhadap pengembangan wilayah

di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang terdiri atas

penambahan pemasukan pada Pendapatan Asli Daerah, perbaikan

Universitas Sumatera Utara


infrastruktur, membuka peluang kesempatan kerja serta peningkatan pada

sektor-sektor informal lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai