Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

TEKNIK DOKUMETASI DAN PELAPORAN DALAM TATANAN KLINIK

Dosen Pengajar:
Ns. Mercy Nafratilova,M.Kep.,Sp.Kep.An
Kelompok 5 A :
Azza Tria Maharani P05120321004
Berliana Maury P05120321005
David Samsuri P05120321007
Muhammad Zachri P05120321030
Nova Andriani P05120321031
Putri Amelia N P05120321033

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga
makalah dengan berjudul “Teknik Dokumentasi Dan Pelaporan Dalam Tatanan
Klinik” dapat selesai. Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah
Sistem Informasi Keperawatan dari Bapak Sarkawi. Selain itu, penyusunan makalah
ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang Konsep Teori Teknologi
Informasi Dalam Keperawatan. kelompok mengucapkan terima kasih yang
sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah
ini. kelompok menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan
banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan
ketaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap
adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah
ini.

Bengkulu, 8 September 2022

Kelompok V
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masala.................................................................................................5
C. Tujuan.................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................6
A. Sejarah Perkembangan Komputer Keperawatan................................................6
B. Peran Komputer Dalam Dunia Kesehatan........................................................12
C. Implementasi Sistem Informasi Keperawatan..................................................15
BAB III PENUTUP...................................................................................................21
A. Kesimpulan.......................................................................................................21
B. Saran.................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia kesehatan informasi kesehatan dan teknologi kesehatan
sudah tidak asing lagi dan dijadikan sebagai sarana penunjang dalam
penerapannya. Era globalisasi dan informasi telah dijadikan penunjang di
segala sektor dalam Negara kita. Salah satunya dalam dunia kesehatan, era
globalisasi dan informasi seakan telah membuat standar baru yang harus
dipenuhi oleh seluruh pemain di sektor ini. Hal tersebut telah membuat dunia
keperawatan di Indonesia membuat dunia keperawatan di Indonesia menjadi
menjadi tertantang untuk mengembangkan kualitas pelayanan keperawatan
yang berbasis teknologi informasi. Namun tentunya tidak luput dari
hambatan-hambatan yang dihadapi oleh keperawatan di Indonesia,
diantaranya adalah keterbatasan SDM yang menguasai bidang keperawatan
dan teknologi informasi, masih minimnya infrastruktur untuk menerapkan
system informasi di dunia pelayanan, dan masih rendahnya minat para
perawat di bidang teknologi informasi kesehatan. Kualitas atau mutu
pelayanan keperawatan di rumah sakit bergantung kepada kecepatan,
kemudahan, dan ketepatan dalam melakukan tindakan keperawatan yang
berarti dalam melakukan tindakan keperawatan yang berarti juga pelayanan
uga pelayanan keperawatan. Pelayanan yang bersifat medis khususnya di
pelayanan keperawatan mengalami perkembangan teknologi informasi yang
sangat membantu dalam proses keperawatan dimulai dari pemasukan data
secara digital ke dalam computer.
Tenaga keperawatan merupakan ujung tombak dalam pelayanan
kesehatan, karena memiliki proporsi yang paling besar dan melakukan asuhan
secara komperhensif kepada pasien selama 24 jam, karenanya seorang
perawat harus dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai
dengan standar asuhan keperawatan, mulai dari pengkajian sampai dengan
evaluasi.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah
1. Bagaimana Sejarah perkembangan komputer keperawatan
2. Bagaimana Implementasi sistem keperawatan

C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan bagaimana sejarah dari perkembangan komputer
keperawatan
2. Untuk menjelaskan bagaimana implementasi sistem keperawatan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Komputer Keperawatan


Komunikasi adalah hal yang sangat penting bagi sebuah institusi
perawatan kesehatan karena banyaknya bagian departemen yang terlibat
dalam proses perawatan pasien. Pelayanan dan manajer keperawatan harus
memasukkan banyak data/informasi mengenai pasien mulai dari saat masuk
hingga pasien pulang.
Saat ini komputer secara absolut penting untuk mengatur:
1. Makin kompleksnya masalah keuangan
2. Melaporkan permintaan beberapa bagian/departemen
3. Kebutuhan komunikasi dari tim perawatan kesehatan yang berbeda.
4. Pengetahuan yang relevan untuk perawatan pasien
Komputer mempengaruhi praktek, administrasi, pendidikan serta
penelitian, dan dampaknya akan terus meluas. Abad informasi bagi
masyarakat yang besas merupakan sejarah baru dalam perubahan teknologi,
dan akan terus berkembang mempengaruhi kehidupan dan pekerjaan selama
beberapa dekade.
a). Perspektif Sejarah
Komputer telah dikenal sekitar lima puluh tahun yang lalu, tetapi
rumah sakit lambat dalam menangkap revolusi komputer. Saat ini hampir
setiap rumah sakit menggunakan jasa komputer, setidaknya untuk manajemen
keuangan. Perawat terlambat mendapatkan manfaat dari komputer, usaha
pertama dalam menggunakan komputer oleh perawat pada akhir tahun 1960-
an dan 1970-an mencakup:
1. Automatisasi catatan perawat untuk menjelaskan status dan perawatan
pasien.
2. Penyimpanan hasil sensus dan gambaran staf keperawatan untuk analisa
kecenderungan masa depan staf.
Pada pertengahan tahun 1970-an, ide dari sistem informasi rumah sakit
(SIR) diterapkan, dan perawat mulai merasakan manfaat dari sistem informasi
manajemen. Pada akhir tahun 1980 an memunculkan mikro-komputer yang
berkekuatan besar sekali dan perangkat lunak untuk pengetahuan keperawatan
seperti sistem informasi manajemen keperawatan (SIMK).
b). Sistem Informasi Rumah Sakit (SIR)
Sistem informasi rumah sakit (SIR) sangat luas, desain sistem
komputer yang komplek untuk menolong komunikasi dan mengatur informasi
yang dibutuhkan dari sebuah rumah sakit. Sebuah SIR akan diaplikasikan
untuk perijinan, catatan medis, akuntansi, kantor, perawatan, laboratorium,
radiologi, farmasi, pusat supali, mutrisi pelayanan makan, personel dan gaji.
Jumlah aplikasi-aplikasi lain dapat dimasukkan bagi beberapa
bagian/departemen dan untuk beberapa tujuan yang praktikal. Manajer-
manajer perawat perlu mengenal komputer, yang mencakup mengenal istilah
umumyang digunakan komputer. Pada masa depan dapat diharapkan bahwa
semua pekerjaan perawat akan dipengaruhi oleh komputer, dan beberapa
posisi baru akan dikembangkan bagi perawat-perawat di bidang komputer.
c). Penggunaan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK)
Sistem informasi manajemen keperawatan (SIMK) merupakan paket
perangkat lunak yang dikembangkan secara khusus untuk divisi pelayanan
keperawatan. Paket perangkat lunak ini mempunyai program-program atau
modul-modul yang dapat membentuk berbagai fungsi manajemen
keperawatan. Kebanyakan SIMK mempunyai modul-modul untuk:
1. Mengklasifikasikan pasien
2. Pambentukan saraf
3. Penjadwalan
4. Catatan personal
5. Laporan bertahap
6. Pengembangan anggaran
7. Alokasi sumber dan pengendalian biaya
8. Analisa kelompok diagnosa yang berhubungan
9. Pengendalian mutu
10. Catatan pengembangan staf
11. Model dan simulasi untuk pengembilan keputusan
12. Rencana strategi
13. Rencana permintaan jangka pendek dan rencana kerja
14. Evolusi program
Modul SIMK untuk klasifikasi pasien, pengaturan staf, catatan
personal, dan laporan bertahap sering berhubungan. Pasien diklasifikasikan
menurut kriterianya. Informasi klasifikasi pasien dihitung berdasarkan
formula beban kerja. Juga susunan pegawai yang dibutuhkan dan susunan
pegawai yang sebenarnya dapat dibuat. SIMK dan komputer dapat membuat
perawatan pasien lebih efektif dan ekonomis. Perawat perawat klinis
menggunakannya untuk mengatur perawatan pasien, termasuk di dalamnya
sejarah pasien, rencana perawatan, pemantauan psikologis dan tidak langsung,
catatan kemajuan perawatan dan peta kemajuan. Hal ini dapat dilakukan di
semua kantor/ruang perawat.
Perawat-perawat klinis dapat menggunakan SIMK untuk mengganti
sistem manual pada pencatatan data. Hal ini dapat mengurangi biaya sekaligus
memungkinkan peningkatan kualitas dari perawatan. Dengan sistem informasi
usia, manajer perawat dapat merencanakan. karier untuk mereka sendiri dan
perawat klinis mereka. Karier baru di SIMK mungkin satu jawaban untuk
perawat.
d). Manajemen Asuhan Keperawatan
1. Model dalam Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan
1) Metode Kasus
2) Metode Fungsional
3) Metode Perawatan Tim
4) Metode Perawatan Primer
5) Metode Keperawatan Modular
6) Metode Manajemen Kasus
2. Issue-issue dalam Manajemen Asuhan Keperawatan
Ada banyak issue-issue yang berkembang dalam manajemen asuhan
keperawatan dimasa yang akan datang, beberapa diantaranya adalah:
1) Robotik
Robot akan membnatu perawat dalam menjelaskan beberapa tugas.
Hal yang paling praktis dengan menggunakan robot yaitu penggunaan kartu
elektronik, dimana digunakan untuk penyimpanan dan transpor obat-obatan,
kain-kain dan persediaan-persediaan lain. Contoh lain yaitu tangan robot yang
dapat digunakan untuk mengangkat yang berat. Kemungkinan aplikasi dimasa
yang akan datang termasuk prosedur-prosedur yang tidak dapat untuk
dibentuk seperti mata, otak, atau perbedaan tulang belakang atau prosedur
dimana kontak secara langsung merupakan kontra indikasi untuk bahaya
kesehatan. Seperti seorang pasien dengan tidak ada sistem kekebalan.
2) Komunikasi Suara
Komunikasi suara akan membantu perawat untuk berbicara dengan
komputer mereka. Keyboard dan pembaca bar code tidak akan dibutuhkan
untuk memasukkan atau mendapatkan kembali informasi komputer akan
diminta untuk menampilkan informasi atau untuk mencatatnya dengan
perintah suara.
3) Sistem Ahli dan Inteligensia Buatan
Kecenderungan masa depan lainnya adalah sistem ahli dan
inteligensia buatan. Manajer perawat mempunyai akses ke kuantitas informasi
yang besar yang memungkinkan mebantu mereka dalam membuat keputusan
setiap hari. Dengan sistem ahli, manajer perawat dapat mengidentifikasi
situasi manajemen, kriteria pendefinisian masalah, dan tujuan dari
penanganan situasi. Manajer perawat kemudian mengevaluasi alternatif dan
membuat keputusan.
Sistem ahli membuat kode pengetahuan yang relevan dan pengalaman
dari ahli-ahli dan untuk memungkinkannya ada pada orang yang kurang
berpengetahuan dan kurang berpengalaman. Suatu contoh dimana
diperlukannya pengetahuan dan pengalaman total dari spesialis perawat klinis
dibidang keperawatan ilmu neurologi, hal ini kemudian dikodekan dalam
program komputer, dan dimungkinkannya ada untuk perawat melaksanakan
klinis di area ilmu neurologi. Mereka akan mengkonsultasikannya untuk
memecahkan masalah asuhan keperawatan.
3. Sistem Klasifikasi Pasien
Dalam menentukan kebutuhan tenaga di ruang rawat, perawat perlu
memantau klasifikasi klien. Sistem klasifikasi pasien adalah pengelompokan
pasien berdasarkan kebutuhan perawatan yang secara klinis dapat
diobservasikan oleh perawat. Pada dasarnya sistem klasifikasi pasien ini
mengelompokkan pasien sesuai dengan ketergantungannya dengan perawat
atau waktu dan kemampuan yang dibutuhkan untuk memberi asuhan
keperawatan yang dibutuhkan.
Tujuan klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien dan pemberian
nilai untuk mengukur jumlah usaha yang diperlukan untuk memenuhi
perawatan yang dibutuhkan pasien (Gillies,1994). Menurut Swanburg, tujuan
klasifikasi pasien adalah untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga yang
dibutuhkan dan menentukan nilai produktivitas. Sistem klasifikasi pasien oleh
Swanburg (1999) adalah sebagai berikut:
1) Kategori I: Self care
Biasanya membutuhkan waktu : 2 jam dengan waktu rata-rata efektif 1,5
jam/24 jam.
2). Kategori 11: Minimal care
Biasanya membutuhkan 3-4 jam dengan waktu rata-rata efektif 3,5jam/24
jam.
3) Kategori III: Moderate care atau Intermediate care
Biasanya membutuhkan 5-6 jam dengan waktu rata-rata efektif 5,5 jam/24
jam.
4) Kategori IV: Extensive care atau Modified Intensive care
Biasanya membutuhkan 7-8 jam dengan waktu rata-rata efektif 7,5 jam/24
jam.
5) Kategori V: Intensive care
Biasanya membutuhkan 10-14 jam dengan waktu rata-rata efektif 12
jam/24 jam.
4. Jenis kegiatan dalam asuhan keperawatan
Beban kerja seorang perawat pelaksana juga ditentukan oleh jenis
kegiatan yang harus dilakukannya. Dalam memberikan pelayanan
keperawatan Gillies (1994) ada tiga jenis bentuk kegiatan yaitu:
1) Kegiatan perawatan langsung
Adalah aktivitas perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada
hubungan secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologis dan spiritual
pasien. Kebutuhan ini meliputi: komunikasi, pemberian obat, pemberian
makan dan minum, kebersihan diri, serah terima pasien dan prosedur
tindakan, seperti: mengukur tanda vital merawat luka, persiapan operasi,
melaksanakan observasi, memasang dan observasi infus, memberikan dan
mengontrol pemasangan oksigen.
2) Kegiatan perawatan tidak langsung
Adalah kegiatan tidak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan untuk
menyusun rencana perawatan, menyiapkan memasang alat, melakukan
konsultasi dengan anggota tim, menulis dan membaca catatan
kesehatan/perawatan, melaporkan kondisi pasien, melaksanakan tindak lanjut
dan melakukan koordinasi.
3) Kegiatan pengajaran/penyuluhan
Adalah kegiatan penyuluhan kesehatan yang diberikan pada pasien
dan bersifat individual. Hal ini dimaksud kan agar materi
pengajaran/penyuluhan sesuai dengan diagnosa, pengobatan yang ditetapkan,
dan keadaan pola hidup pasien. Umumnya pasien memerlukan arahan yang
meliputi tingkat aktivitas, pengobatan serta tindak lanjut perawatan dan
dukungan masyarakat/keluarga.

B. Peran Komputer Dalam Dunia Kesehatan


Peran komputer pada zaman sekarang sangat penting, dengan adanya
komputer manfaat yang dirasakan tidak hanya oleh user atau penggunanya
tetapi juga oleh instansi yang terkait, seperti klinik, puskesmas dan rumah
sakit. Peran komputer juga seharusnya dirasakan oleh pasien, karena
pelayanan utama untuk setiap institusi kesehatan adalah kepada pasien, jadi
yang utama adalah yang dirasakan secara langsung oleh pasien, diantaranya:
1. Patient Safety
Setiap instansi pelayanan kesehatan harus mengarah kepada patient
safety. Begitu juga keberadaan teknologi komputer harapannya dapat
mendukung keselamatan pasien. Sebuah perangkat komputer yang digunakan
di rumah sakit untuk memasukkan data pasien ke dalam komputer, secara
tidak langsung dapat menolong jiwa pasien. Coba kita bayangkan jika seorang
petugas kesehatan lupa bagian tangan mana yang harus diamputasi, mungkin
seharusnya tangan kanan tetapi ternyata yang diamputasi tangan kiri, kejadian
tersebut sangat fatal. Salah satu penyebabnya karena tidak ada data yang
tersimpan tentang bagian tubuh pasien mana yang harus diamputasi
(Organisasi Kesehatan Dunia (WHO 2005)
Keberadaan teknologi komputer bisa seperti mata pisau. Jika
pengguanaannya sesuai dengan prosedur yang telah ditatapkan, maka akan
sangat membantu. Jika tidak sesuai maka yang menjadi korban adalah pasien
nya sendiri.
2. Administrasi Kesehatan
Setiap orang dari kita pasti pernah ke rumah sakit ataupun ke
puskesmas. Hal yang pertama dilakakukan pasti pendaftaran / mendaftarkan
diri sebelum nantinya diperiksa oleh dokter. Kegiatan pendaftaran mungkin
bisa dibilang kegiatan yang mudah, bahkan begitu mudahnya terkadang
disepelekan. Mungkin lima atau sepuluh pasien bisa di lakukan manual /
mendaftarkannya dengan secarik kertas karena untuk melaporkan kegiatan
hanya 10 pasien tidaklah sulit. Adanya komputer di area pendaftaran sangat
penting untuk kegiatan menghimpun data, agar dapat dikeluarkan menjadi
sebuah laporan kunjungan pasien, mengetahui data demografi pasien yang
sudah diolah misalnya menurut alamat pasien, jenis kelamin, umur pasien dan
lain-lain, tentunya sesuai kebutuhan pelaporan.
3. Apotik / Farmasi
Apotik atau farmasi tentunya mengurus tentang obat-obatan. Mulai
dari pengadaan obat, mengatur obat masuk dan keluar, mengatur keberadaan
obat jika ada item obat yang kurang maka harus pengadaan lagi. Manajemen
obat tersebut harus ada di dalam setiap instansi kesehatan. Belum lagi jika
mengenai hubungan obat dengan diagnosis, berapa obat yang harus keluar jika
diagnosisnya A. Keadaan tersebut tidak bisa kita menghitung manual dengan
kondisi pekerjaan yang banyak. Maka dari itu peran teknologi komputer yang
tertuang dalam sistem informasi dapat diaplikasikan.
4. Penyimpanan Data Pasien
Pada pembahasan kedepan (matakuliah konsep dasar RMIK atau
sejenisnya) kita akan mengetahui tentang penyimpanan berkas rekam medis.
Biasanya DRM (Dokumen Rekam Medis) disimpan di dalam rak
penyimpanan, diurutkan sesuai penomoran rekam medis yang benar serta
diberikan tanda warna agar apabila DRM tersebut dibutuhkan dapat mudah
ditemukan. Konsep penyimpanan berkas dan manajemen berkas tersebut
sudah ada sebelum jurusan RMIK muncul. Hanya saja jika data pasien
mengandalkan satu cara penyimpanan akan riskan jika terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan, seperti kebakaran, atau hilang oleh sebab sebab lain. Maka
dari itu teknologi komputer untuk penyimpanan dokumen pasien dapat
disimpan ke dalam sebuah komputer dengan ditambahkan Sistem Informasi di
dalamnya maka pemanggilan data seorang pasien dapat dilakukan dengan
mudah.
Adanya teknologi komputer di rumah sakit misalnya, data Rekam
Medis pasien itu sendiri diharapkan dapat dimiliki oleh pasien. Karena pada
prinsipnya data riwayat pasien itu milik pasin itu sendiri. Salah satu teknologi
yang sedang berkembang adalah adanya smart card. Alat tersebut dapat
menyimpan semua rekaman riwayat pasien. Kartu tersebut ditanam sebuh
chip untuk menyimpan data dan menginterpretasikannya jika pasien tersebut
datang lagi ke rumah sakit.
5. Penelitian
Salah satu tujuan dari adanya rekam medis adalah untuk penelitian.
Sekarang kita mau penelitian dengan berkas rekam medis nya langsung;
mungkin saja bisa, tetapi itu juga terbatas pada jenis penitiannya. Mungkin
cakupannya hanya dalam lingkup yang berhubungan dengan Dokumen
Rekam Medis saja. Apabila ingin meneliti dengan variabel yang sangat
banyak, mungkin kita akan kewalahan, karena waktu habisa dalam
pengambilan data. Dengan adanya teknologi komputer kita bisa membuat
query (pembahasan query akan dibahas di mata kuliah basis data atau
sejenisnya) atau sejenis filter yang akan mencari variabel-variabel yang
dibutuhkan sehingga sesuai dengan apa yang diinginkan.
6. Alat Pengambil Keputusan
Teknologi komputer di dunia kesehatan sangat penting dalam
pengambilan sebuah keputusan. Apalagi untuk kebutuhan dokter yang harus
memutuskan diagnosis, tindakan dan terapi apa yang harus diberikan. Proses
dari pengambilan keputusan tentu saja harus ada alat yang membantu untuk
melihat dan menganalisa organ tubuh, diantara contoh alatnya:
a. System Computerized Axial Tomography (CAT) berguna untuk
menggambar struktur otak dan mengambil gambar seluruh organ tubuh yang
tidak bergerak dengan menggunakan sinar-X.
C. Implementasi Sistem Informasi Keperawatan
Saat ini perkembangan teknologi kesehatan di dunia kesehatan
berpengaruh terhadap teknologi digital dan internet, dengan begitu pesatnya
kemajuan teknologi akan berdampak juga pada bidang kesehatan.
Perkembangan teknologi ini perannya dapat membangun mutu perawatan
kesehatan yang lebih baik karena dapat membantu para dokter dan praktisi
kesehatan (Sutoto, 2019). Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit adalah
sebuah sistem komputer yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur
proses bisnis layanan kesehatan dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan
dan prosedur administrasi untuk memperoleh informasi secara cepat, tepat dan
akurat. Saat ini Sistem Informasi Manajemen (SIM) berbasis komputer rumah
sakit (SIMRS) merupakan sarana pendukung yang sangat penting, bahkan
bisa dikatakan mutlak untuk mendukung pengelolaan operasional rumah sakit
(Ammenwerth, at al, 2011) Sistem informasi keperawatan adalah kombinasi
dari ilmu komputer, ilmu informasi, dan ilmu keperawatan yang dirancang
untuk membantu manajemen dan proses data keperawatan, informasi, dan
pengetahuan untuk mendukung praktik keperawatan dan pemberian perawatan
(Hariyati, Kobayashi, & Sahar, 2018).

Sistem informasi yang tepat akan meningkatkan kontinuitas asuhan


dan kualitas asuhan keperawatan (Hariyati et al., 2018). Nursing Management
Information Systems efektif dalam menghemat waktu dan berguna dalam
asuhan keperawatan (Choi, Yang, & Lee, 2014). Dokumentasi berbasis
komputer diperlukan untuk secara tepat menangkap data tentang praktik
keperawatan, dan berbagai pertimbangan desain untuk mendukung
dokumentasi keperawatan yang lebih lengkap dan akurat (Kim, Dykes,
Thomas, Winfield, & Rocha, 2011). Tujuan dari literatur riview ini adalah
untuk untuk membantu para praktisi kesehatan membangun mutu perawatan
kesehatan yang lebih baik. Dokumentasi keperawatan berbasis komputerisasi
dibuat untuk membantu manajemen dan proses data keperawatan, informasi,
dan pengetahuan untuk mendukung praktik keperawatan dan pemberian
perawatan.
Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat
melalui pelayanan keperawatan professional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan (DPP PPNI,
2019). Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien
dan lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan
kemandirian Klien dalam merawat dirinya (Undang-Undang Keperawatan No.
38, 2014). Dokumentasi asuhan keperawatan berbasis komputer adalah
pencatatan yang dilakukan dengan menggunakan perangkat computer yang
telah disediakan perangkat lunak sesuai dengan kebutuhan. Pemasukan data
dilakukan setiap saat sehingga perkembangan pasien dapat terekam secara
kontinyu dan komprehensif.
Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit (Permenkes RI No. 26,
2019). Sistem Informasi Keperawatan (NIS) adalah bagian dari sistem
informasi perawatan kesehatan yang berhubungan dengan aspek keperawatan,
terutama pemeliharaan catatan keperawatan. Beberapa tujuan yang harus
dipenuhi oleh sistem informasi keperawatan untuk mencapai tujuannya,
memenuhi kebutuhan pengguna dan beroperasi dengan baik dijelaskan.
Fungsi sistem tersebut, yang dikombinasikan dengan tugas-tugas dasar proses
asuhan keperawatan. Sistem Informasi Keperawatan adalah dari bagian sistem
informasi perawatan kesehatan dan rumah sakit, berbagai strategi dan
pendekatan untuk. merancang dan mengembangkan Sistem Informasi Rumah
Sakit diikuti sejak dekade 1970 hingga dekade 1990 baru-baru ini. Tiga
pendekatan utama yang diikuti adalah "pendekatan terpusat", "pendekatan
departemen", dan "pendekatan terdistribusi".
Adapun Kelebihan dan kekurangannya dari masing-masing
pendekatan berbeda yang telah diperiksa. Dalam implementasi atau
peningkatan Sistem Informasi Keperawatan, pengelolanya terdiri dari para
professional keperawatan tenaga kesehatan lainnya. Implementasi dan
peningkatan Sistem Informasi Keperawatan mengikuti beberapa fase tertentu.
Langkah-langkah ini, termasuk fase perencanaan, analisis, desain,
pengembangan,, implementasi, dan peningkatan (Liaskos J1, Mantas J.,
2002). Kelebihan dan Kekurangan Dokumentasi keperawatan yang dilakukan
pada kertas merupakan catatan yang memerlukan waktu dalam hal menulis.
Kegiatan ini mulai dari hal penegakan diagnosis keperawatan,
penentuan intervensi dan tindakan keperawatan ini disebabkan karena
kurangnya kemampuan perawat dalam hal melakukan analisa. Hal ini juga
sulit dianalisis untuk. keperluan penelitian dan mendukung proses
pengambilan keputusan klinis. Namun pada dokumentasi berbasis
komputerisasi dapat membantu perawat untuk mengurangi waktu yang
diperlukan dalam proses pendokumentasian sehingga waktu perawat dapat
lebih lama kontak dengan pasien dalam memberikan asuhan, dapat
mengurangi kesalahan dalam melakukan dokumentasi dan evaluasi hasil
tindakan keperawatan yang telah diberikan.
Kelebihan dokumentasi berbasis komputerisasi ini adalah kerja
perawat lebih efektif, efisien, dan optimal dalam melakukan asuhan
keperawatan. Terdapat akurasi, real time, paperless, memudahkan audit
tenaga keperawatan. Selain itu asuhan keperawatan lebih terintegrasi,
meningkatkan kualitas pelayanan, dan memperluas akses keperawatan
(Stubenrauch, 2009). Penggunaan sistem komputerisasi adalah dapat
meningkatkan keselamatan pasien dan kualitas perawatan, meningkatkan
penggunaan perencanaan keperawatan sesuai standar, cara anggota tim
multidisiplin berinteraksi sesuai dengan standar kualitas hasil dari
implementasi EHRs satu sama lain dan klien yang menjadi tanggung
jawabnya. Perawat melihat ini sebagai perubahan yang positif, dan perawat
merupakan jumlah tenaga terbanyak yang memungkinkan mereka untuk terus
memberikan sistem pemberian layanan kesehatan dan harus berada disamping
klien setiap saat untuk memberikan perawatan (Mcbride, Delaney, & Tietze,
2018).
Kelebihan lainnya adalah dapat meningkatkan keamanan sistem
perawatan, memungkinkan pertukaran informasi yang lebih dapat diandalkan
antara praktisi dan klien dan peningkatan yang signifikan dalam cara
perawatan yang akan disampaikan, meningkatkan inisiatif perawat,
memasukkan dan mengirimkan implementasi keperawatan yang telah
dilaksanakan lebih cepat, dan menciptakan pelayanan yang berpusat kepada
pasien (Mcbride et al., 2018).
Kekurangannya adalah butuh anggaran yang besar pada permulaan,
akan sangat bergantung pada teknologi, membutuhkan tempat penyimpanan
data yang sangat besar, risiko terbukanya kerahasiaan data privacy pasien
(Permenkes RI No 82, 2013). Kekurangan lain adalah risiko kemampuan
perawat dalam berpikir kritis kurang terasah rumit dengan penggunaan
teknologi untuk perawatan pasien, membutuhkan waktu jauh dari perawatan
pasien langsung (Mcbride et al., 2018). Dari beberapa jurnal yang telah di
telaah ditemukan sistem dokumentasi berbasis komputerisasi ini memberikan
lebih banyak manfaat dari pada kekurangannya. Dengan penerapan sistem
dokumentasi berbasis komputerisasi ini rumah sakit telah mendukung
perubahan paradigma pelayanan kesahatan saat ini yaitu pelayanan berfokus
pada pasien (Centered Care) dan hal ini juga analog dengan filosofi Standar
Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) yaitu Quality dan Safety Patient
karena rumah sakit saat ini di tuntut untuk selalu menjaga kualitas dan
keselamatan pasien serta berorientasi pada pasien, sesuai yang tertera pada
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit. Permasalahan penggunaan Hospital Information System (HIS) Rumah
Sakit di Indonesia adalah Software HIS harganya mahal, informasi di
masingmasing unit belum terintegrasi, resistensi dari staf medis : electronic
medical record menyita banyak waktu dokter untuk mengetik, ribed
membawa laptop saat visite, EMR belum sesuai standar SNARS, asuhan
keperawatan belum sesuai Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Sutoto, 2019). Pelaksanaan di
Indonesia tidak diketahui mengenai berapa rumah sakit yang telah
menerapkan sistem dokumentasi komputerisasi ini. namun di beberapa rumah
sakit seperti RSUPN Cipto Mangunkusumo, RSUP Fatmawati, RSUP
Banyumas, RSIA Bunda Aliyah, dan RS RST Dompet Dhuafa telah
menerapkan sistem tersebut. Sistem informasi manajemen keperawatan yang
digunakan di RSIA Bunda Aliyah dan RS RST Dompet Dhuafa adalah
SIMPRO (Hariati, R.T.S, 2012).
Sistem informasi manajemen berbasis komputer sudah mulai banyak
digunakan di lingkungan kesehatan, terutama di bidang keperawatan. Strategi
pengembangan teknologi komputer untuk pendidikan keperawatan adalah
penggunaan simultan keperawatan virtual. Sistem informasi manajemen di
Indonesia masih mengalami banyak kendala. Di luar Indonesia, teknologi
telah banyak membantu manajemen pendidikan keperawatan, khususnya
penggunaan komputer dalam asuhan keperawatan. Komputer ini didasarkan
pada tiga dimensi, dengan bekerja untuk mensimulasikan pengalaman pasien
seolah-olah itu nyata dan dalam lingkungan yang bebas risiko, di mana ada
sesi pelatihan hingga pengambilan keputusan klinis dengan beragam kondisi
pasien, dan segera memberikan umpan balik. Di Indonesia, proses
menggunakan komputer dalam dokumentasi keperawatan sangat lambat,
sehingga perlu menyegarkan aplikasi sistem informasi keperawatan untuk
pengembangan pendidikan keperawatan. (Prasetyanto, D.,Sukihananto, 2019).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Teknologi dalam kesehatan mempunyai peran yang sangat penting,
terutama dalam memberikan kualitas atau mutu pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit.Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi seakan
telah membuat standar baru yang harus di penuhi. Hal tersebut membuat
keperawatan di Indonesia menjadi tertantang untuk terus mengembangkan
kualitas pelayanan keperawatan yang berbasis teknologi informasi.
Dampak dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini, akan
sangat dimungkinkan bagi perawat untuk memiliki sistem pendokumentasian
asuhan yang lebih canggih dengan memanfaatkan perkembangan teknologi
informasi. Pendokumentasian asuhan keperawatan berbasis komputerisasi
dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien.
B. Saran
Teknologi dan Sistem Informasi sangat membantu dalam melakukan
pekerjaan, tetapi sebaiknya teknologi tersebut tidak disalah gunakan, sehingga
tidak ada pihak yang dirugikan.
DAFTAR PUSTAKA

Ammenwerth, E., Rauchegger, F., Ehlers, F., Hirsch, B., &Schaubmayr, C. (2011).
Effect of a nursing information system on the quality of information processing in
nursing: An evaluation study using the HIS-monitor instrument. International Journal
of Medical Informatics, 80(1), 25–38. https://doi.org/10.1016/j.ijmedinf.2010.10.010

Choi, M., Yang, Y. L., & Lee, S. M. (2014). Effectiveness of nursing management
information systems: A systematic review. Healthcare Informatics Research, 20(4),
249–257. https://doi.org/10.4258/hir.2014.20.4.249

Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2019). Pedoman


Penelitian Keperawatan Indonesia

Kim, H., Dykes, P. C., Thomas, D., Winfield, L. A., & Rocha, R. A. (2011). A closer
look at nursing documentation on paper forms: Preparation for computerizing a
nursing documentation system. Computers in Biology and Medicine, 41(4), 182–189.
https://doi.org/10.1016/j.compbiomed.2010.08.006

Prasetyanto, D., & Sukihananto (2019). Penerapan Sistem Informasi Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai