PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RUPIT
NOMOR: 034/KPTS/RSUD.RPT/V/2017
TENTANG
Menimbang :
a. bahwa pola ketenagaan unit rekam medis merupakan upaya efisien di Rumah Sakit
Umum Daerah Rupit, terkait pelayanan Rumah Sakit;
b. bahwa pola ketenagaan unit rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Rupit terlaksana
dengan baik, perlu kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Rupit, sebagai dasar
pola ketenagaan unit rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Rupit;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan
dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Rupit.
Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2009, tentang Praktek Kedokteran.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009, tentang Rumah Sakit.
3. Kepmenkes Nomor: 81/MENKES/SK/I/2004, tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan
4. Permenkes Nomor: 1796/MENKES/Per/VIII/2011, tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
5. Permenkes Nomor: 1438/MENKES/Per/IX/2010, tentang Standar Pelayanan Kedokteran
6. Peraturan Bupati Musi Rawas Utara No: 44 Tahun 20 tentang Struktur Organisasi Rumah
Rumah Sakit Umum Daerah Rupit.
7. Keputusan Nomor: 002/KPTS/BKPSDM/2017 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan
Pejabat Struktural Esselon II dan III Di lingkungan Pemerintah Kabupaten Musi Rawas
Utara.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan pola ketenagaan unit rekam medis di Rumah Sakit
Umum Daerah Rupit dilaksanakan oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Rupit.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
1. PENDAHULUAN
Kita ketahui bahwa pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan yang diselenggarakan di rumah sakit. Pelayanan keperawatan mempunyai peran yang
besar dalam pencapaian mutu citra dan efisiensi pelayanan kesehatan di RSUD Rupit, karena selain
merupakan tenaga profesi yang terbanyak jumlahnya di setiap rumah sakit, juga sebagai tenaga profesi
yang memberi pelayanan selama 24 jam terus menerus di sisi pasien, sehingga pengelolaan tenaga
keperawatan mutlak perlu dilaksanakan dengan baik.
Mengingat kegiatan pelayanan keperawatan tergantung pada kualitas dan kuantitas tenaga
keperawatan yang memberikan asuhan kepada pasien/keluarga di ruang perawatan, maka peningkatkan
mutu pelayanan keperawatan diperlukan dukungan sumber daya manusia keperawatan yang mampu
mengemban tugas untuk mempertahankan kualitas pelayanan dan asuhan keperawatan selama 24 jam
terus menerus, serta mampu mengadakan perubahan.
Untuk dapat melaksanakan pernyataan ini, perlu adanya rekrut, seleksi, orientasi,pengembangan,
penjadwalan serta klasifikasi dan perencanaan tenaga keperawatan yang diatur dengan baik sesuai dengan
prinsip-prinsip dalam sistem pengelolaan dan pendayagunaan tenaga keperawatan.
2. HAKEKAT KETENAGAAN
Adalah pengaturan proses mobilisasi potensi, proses motivasi dan pengembangan sumber
daya manusia dalam memenuhi kepuasan melalui karyanya untuk tercapainya tujuan individu,
organisasi maupun komunitas dimana ia berkarya.
Keputusan yang diambil tentang ketenagaan sangat dipengaruhi oleh falsafah yang dianut
oleh pimpinan keperawatan tentang pendayagunaan tenaga. Misalnya: Pandangannya tentang
motivasi kerja, konsep tentang tenaga keperawatan, dsb. Dari pandangan dasar tersebut terbentuk
pola ketenagaan yang sesuai dengan gambaran pimpinan.
Orientasi institusi :
Orientasi pekerjaan :
2). Pengembangan :
Pengembangan tenaga baru berlaku sesudah orientasi untuk melanjutkan edukasi secara
bebas untuk mengembangkan potensi secara penuh dari seseorang. Hal ini berhubungan dengan
esthetika, teknis dan pendidikan profesional.
3). Penghargaan :
a. Promosi : Kenaikan Pangkat
- Suatu reward individu yang berprestasi atau kesempatan pengembangan.
- Senioritas
Manfaat :
- Mempertinggi semangat kerja bagi yang berprestasi
- Menciptakan keseimbangan
- Memotivasi
b. Mutasi : Pemindahan dari pekerjaan / jabatan satu ke pekerjaan/ jabatan lain.
Tujuan:
- Pengembangan
- Mengurangi kejenuhan
- Reorganisasi
- Memperbaiki penempatan yang kurang cocok
- Memberi kepuasan kerja
- Kondisi kesehatan.
3. PENGEMBANGAN STAF
Tujuan :
Membantu individu meningkatkan diri dalam pengetahuan, ketrampilan serta pengalaman
dibidangnya melalui kegiatan pendidikan berkelanjutan, program pelatihan, dsb.
Aktifitas pengembangan ini dibuat untuk keuntungan individu perawat dan meningkatkan
produktifitas /pelayanan.
Macam pengembangan :
Sesuai dengan kebutuhan, baik training maupun pendidikan yang bermanfaat untuk
pekerjaan dan pengetahuan, ketrampilan serta sikap perawat.
Kegiatan ini meliputi :
- Introduksi training untuk karyawan baru
- Orientasi
- In - house education / on - the job training
- Pendidikan berkelanjutan formal dan non formal.
Pengaturan :
- Di rumah sakit yang besar mempunyai bagian tersendiri yang mengkait pada bagian
personalia .
- Bagian keperawatan membuat komisi atau diklat
4. PENJADWALAN
Penentuan pola dinas dan libur untuk karyawan pada suatu bangsal / unit tertentu.
Didalam penjadwalan pimpinan mempertimbangkan pertanyaan sbb:
1. Untuk berapa lama jadwal disiapkan
2. Hari apa kalender penjadwalan dimulai
3. Hari libur mingguan dapat dipecah atau beruntun
4. Berapa lama waktu kerja maksimum dan minimum
5. Berapa lama sebelumnya dapat mengajukan hari libur mingguan atau cuti tahunan
6. Berapa lama sebelumnya jadwal sudah dapat dilihat oleh staf
7. Berapa lama ada pergantian / rotasi shift
8. Apakah tenaga extra ( part-time) akan dimanfaatkan, kalau ya, bagaimana ketentuan
ratio secara ekonomis antara tenaga full time dan part time
9. Bagaimana penjadwalan disusun sentralisasi oleh kepala rawat inap,
supervisor/penyelia atau kepala ruangan
10. Bagaimana menciptakan, komunikasi terbuka antara staf dan pembuat jadwal.
Untuk mengurangi waktu menyusun jadwal dinas dapat digunakan jadwal siklus, yaitu
jadwal dinas dan shift yang disusun berdasarkan ramalan dan pola ulang dengan jumlah yang
sama. Kombinasi tenaga dan kelompok yang sama.
1. Penjadwalan siklus harus menunjukkan keseimbangan antara kebutuhan institusi akan tenaga
dan kebutuhan kerja dengan rekreasi karyawan.
2. Penjadwalan siklus harus mencakup hari kerja yang mengenakan dan yang tidak
mengenakan serta jam kerja yang adil antara karyawan.
3. Semua karyawan ditugaskan sesuai pola siklus.
4. Bila jadwal sudah dibuat, penyimpangan hanya dapat dilakukan melaluisurat permohonan.
5. Metode ini harus dikenal sebelum diterapkan dan jumlah tenaga serta komposisi cukup untuk
setiap unit dan shift.
6. Pola ini meningkatkan pelayanan keperawatan yang berkesinambungan dan mengembangkan
kerja tim.
Penanggulangan Tenaga :
Yaitu mengontrol variasi ketenagaan antara lain dengan kombinasi jam dinas tenaga lepas
( flosting) dan pemerataan / leveling tenaga.
Untuk 10 jam/shift kurang populer di Indonesia, karena negara tropis, kurang efektif.
5. PERENCANAAN TENAGA
Kegiatan pelayanan keperawatan tergantung pada kualitas dan kuantitas tenaga
keperawatan yang memberikan asuhan kepada pasien/keluarga di ruang perawatan.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan diperlukan dukungan sumber daya
manusia keperawatan yang mampu mengemban tugas untuk mempertahankan kualitas pelayanan
dan asuhan keperawatan selama 24 jam terus menerus, serta mampu mengadakan perubahan.
Untuk dapat melaksanakan pernyataan ini, perlu adanya klasifikasi pasien dan perencanaan
tenaga keperawatan, baik jumlah maupun klasifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan sistem
pengelolaan tenaga keperawatan yang ada.
Depkes (2002):
Klasifikasi ketergantungan pasien ada 4 kategori, masing-masing memerlukan waktu :
asuhan keperawatan minimal : 2 jam / 24 jam
asuhan keperawatan sedang : 3,08 jam/24 jam
asuhan keperawatan agak berat : 4,15 jam/24 jam
asuhan keperawatan maksimal : 6,16 jam/24 jam
Klasifikasi kategori asuhan keperawatan menurut Depkes 2002:
1) Asuhan keperawatan minimal :
a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
b) Makan dan minum dilakukan sendiri.
c) Ambulasi dengan pengawasan.
d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
e) Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
2) Asuhan keperawatan sedang :
a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
b) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam.
c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.
3) Asuhan keperawatan agak berat :
a) Sebagian besar aktifitas dibantu.
b) Observasi tanda-tanda vital setiap 2 – 4 jam sekali.
c) Terpasang folley cateter, intake output dicatat.
d) Terpasang infuse.
e) Pengobatan lebih dari sekali.
f) Persiapan pengobatan perlu prosedur
4) Perawatan maksimal :
a) Segala aktifitas diberikan perawat.
b) Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.
c) Makan memerlukan NGT, terapi intra vena.
d) Penggunaan suction.
e) Gelisah/disorientasi
Rumusan Perhitungan :
1). Peraturan Men. Kes. RI No.262/Men.Kes/Per/VII/1979 :
Perhitungan tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk kebutuhan seluruh RS
Perbandingan antara jumlah tempat tidur RS dibanding dengan jumlah perawat.
Rumah sakit kelas/tipe A,B,C perbandingan sbb.:
Jumlah tenaga perawat : jumlah tempat tidur =
RS Kelas A = 4 perawat : 2 tempat tidur
RS Kelas B = 3 perawat : 2 tempat tidur
RS Kelas C = 1 perawat : 1 tempat tidur
Keterangan :
A : jam efektif/24 jam → waktu perawatan yang dibutuhkan klien
B : sensus harian (jumlah pasien) → BOR x Jumlah tempat tidur
C : jumlah hari libur
365 :jumlah hari kerja selama 1 tahun
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi) dengan:
Menambah perawat libur (loss day) dan tugas non keperawatan.
TP = (jam efektif per 24 jam) x (BOR x jumlah tempat tidur) x 365
(365 – jumlah hari libur) x jam kerja per hari
KESIMPULAN
Pengelolaan tenaga keperawatan adalah hal yang mutlak harus dilakukan oleh setiap
pinpinan keperawatan untuk mendukung tercapainya hasil kerja atau kinerja yang optimal secara
efisien dan efektif dalam rangka peningkatan dan mempertahankan kualitas pelayanan dan
asuhan keperawatan selama 24 jam terus menerus. Untuk itu setiap pengelola keperawatan harus
mampu memahami dan dapat menerapkan berbagai peraturan pengelolaan tenaga keperawatan
dengan baik, sehingga dapat diperoleh selain kinerja yang optimal secara efisian dan efektif juga
diperoleh kepuasan kerja perawat yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
pasien/keluarga. Dengan demikian tujuan individu perawat dan tujuan organisasi dapat dicapai
dengan baik.
Klasifikasi pasien & perencanaan tenaga keperawatan yang tepat adalah merupakan suatu
proses pemikiran dan penentuan kebijakan dari hal-hal yang akan dilaksanakan oleh pimpinan
untuk masa yang akan datang dalam rangka pemenuhan kebutuhan tenaga keperawatan yang
tepat. Dalam upaya efisiensi dan efektifitas serta mempertahankan kualitas pelayanan
keperawatan di rumah sakit, maka semua pengelola keperawatan diharapkan mampu menyusun
perencanaan tenaga keperawatan berdasarkan analisa kegiatan dan perhitungan yang cermat,
sehingga dapat dicapai efisiensi dan efektifitas dalam pelayanan keperawatan dengan harapan
dapat diperoleh kinerja yang optimal.
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Jml.
Rata2
Index 0,17 0,27 0,36 0,14 0,15 0,30 0,07 0,10 0,20