Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN TUTORIAL I

KEPERAWATAN BENCANA

Disusun Oleh:
1. Prisila Monika Putri 21118034
2. Rindi Pransiska 21118035
3. Riska Darmayanti 21118036
4. Risva Hudalinas 21118037
5. Rizkia Pramadani 21118038
6. Rosi Erliyani 21118039
7. Safa Safira Ibta Putri 21118040
8. Sahada 21118041
9. Sandra WidiAstuti 21118042
10. Santri Handayani 21118043
11. Saskia Putri Rahmadani 21118044
12. Siti Nurshella Wulandari 21118045
13. Sry wachyuni 21118047

Dosen Pembimbing : Joko Tri Wahyudi S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
2020
Kasus I
Keperawatan gerontik
Pada tangggal 21 Desember tahun 2015, pukul 01.00 WIB telah terjadi banjir besar di
Kota Lombok dengan karakteristik hujan lebat 5 hari mengakibatkan meluapnya
bendungan air sehingga terjadilah banjir. Dampak yang ditimbulkan yakni sebagian
besar rumah penduduk tenggelam, kerusakan bangunan akibat banjir, beberapa pohon
dan tanaman ikut terseret arus serta merusak persawahan, beberapa penduduk dinyatakan
tewas terbawa arus serta beberapa korban mengalami luka-luka akibat benda yang
terseret air. Bencana banjir BNPB menyatakan belum memiliki data yang tepat jumlah
pengungsi anak-anak di lombok. Namun setidaknya, ada lebih dari 387 ribu pengungsi
dan puluhan ribu anak-anak. “data sementara di Kabupaten Lombok Utara ada 1.991
balita berusia nol sampai lima tahun dan 2.641 anak-anak berusia 6 sampai 11 tahun.
Terdapat juga laporan adanya Child-Trafficking yang dialami oleh anak-anak yang
kehilangan orang tua/wali. Pasca bencana, anak-anak beresiko mengalami maslaah-
masalah kesehatan jangka pendek dan jangka panjang baik fisik dan psikologis. Kondisi
tersebut dapat mengancam nyawa jika tidak diidentifikasi dan ditangani dengan segera
oleh petugas kesehatan.

A. Klasifikasi istilah
1. Child-Trafficking? (Sahada)
Jawab: Perdagangan manusia yang melibatkan eksploitasi anak(safa).
2. BNPB? ( rosi)
Jawab : Badan nasional penanggulangan bencana (santri)

B. Membuat Pertanyaan
1. Apa saja masalah kesehatan jangka panjang dan jangka pendek secara fisik? (sahada)

2. Termasuk fase apa siklus bencana pada kasus ini? (safa)

3. Bagaimana tahapan melakukan evakuasi setelah terjadi banjir? (sry wacyuni)

4. Kerugian apa yang terjadi akibat banjir? (rindi)

5. Bagaimana cara perawat utk mengatasi masalah psikologis pada anak? (saskia)

6. Apakah tindakan yang harus dilakukan terhadap child trafficking yang dialami oleh
anakanak? (risva)

7. Bagaimana penanganan religi yg dilakukan pasca bencana? (shela)

8. Kapan tanggap darurat itu dikerahkan oleh BNPB kelokasi bencana? (prisil)

9. Apa dampak yg terjadi pada anak pasca bencana banjir ? (rizkia)

10. Bagaimana cara penanganan untuk mengatasi dampak yg terjadi pada anak pasca
bencana banjir? (riska)

C. Menjawab Pertanyaan

1. Jangka panjang : a. Kesehatan mental


b. Trauma Jangka pendek :
a. Diare
b. Hipotermi
c. Personal hygiene
d. Penyakit kulit
e. Dbd f. Malaria (santri)
2. Termasuk fase Tanggap darurat (riska)

3. tahapan evakuasi : a. Melihat state : mempemgaruhi kualitas dan kuantitas SDA


b. Presure : evaluasi terhadap kegiatan kegiatan manusia
c. Respon : evaluasi terhadap perubahan perubahan yang terjadi
pada lingkungan, ekonomi dan sektoral serta prilaku
(sandra)

4. Kerugian yang terjadi akibat banjir : a. kerugian infrastruktur


b. kerusakan lingkungan
c. Adanya korban jiwa
d. kerugian ekonomi
e. penyebaran penyakit (sahada)

5. cara perawat untuk mengatasi masalah psikologis pada anak


a. berikan support,
b. terapi psikis : play terapi dance terapi dengan mengexpresikan emosi si anak
(rosi)
6. Apakah tindakan yang harus dilakukan terhadap child trafficking yang dialami oleh
anak-anak?
a. Memberikan perhatian lebih terhadap anak-anak, membuat wadah untuk
mengumpulkan anak-anak yang kehilangan orang tua untuk berkumpul dan
meningkatkan kemampuan anak-anak
b. Membuat rumah singgah terhadap anak-anak yang terkena child trafficking
c. Mendukung keberlanjutan pendidikan anak dengan memberikan bantuan dari
masyarakat dan pemerintah
d. Melakukan penggalangan dana (rindi)

7. penanganan religi yg dilakukan pasca bencana : dilakukan kultum atau ceramah untuk
orang dewasa sedangka untuk anak2 diberikan masukan hal2 positif bahwasannya
kejadian ini merupakan sudah ketentuan dari sang pencipta sehingga menerima kejadian
tersebut denngan lapang dada (safa)
8. waktu tanggap darurat itu dikerahkan oleh BNPB kelokasi bencana kurang dari 30
menit setelah kejadian bencana 9. dampak yg terjadi pada anak pasca bencana banjir :
a. fisik : terjangkit berbgai penyakit seperti diare.
b. Psikologis : stress, trauma, cemas, depresi, mimpi buruk, perasaan tidak aman
c. Psikososial : tidak ingin bermain, mengurung diri, tidak percaya diri, bullying
d. Spritual : putus asa, tidak ikhlas dengan ketentuan takdir Allah SWT. (sri wacyuni)

10. penanganan untuk mengatasi dampak yg terjadi pada anak pasca bencana banjir :
a. Fisik : Mendatangkan tenaga kesehatan utk mengtasi masalah fisik yang terjadi
b. Psikologis dan Psikososial : mendatangkan psikolog anak dan relawan utk
memberikan terapi psikis dan terapi bermain
c. Religi : mendatangkan pemuka agama untuk memberikan nasihat secara spiritual
(prisil)
D. PATHWAY

 Fisik : terjangkit berbagai


penyakit
Meluapnya bendungan air  Psikologis : cemas, stress,
depresi
 Psikososial : mengurung
 Rumah penduduk diri, tidak percaya diri
tenggelam  Spritual : tidak menerima
takdir Allah SWT
 Rusaknya bangunan

 Pohon dan tanaman


terserat arus

 Merusak persawahan BANJIR


Hujan lebat 5 hari
 Korban : Usia 0-5
tahun (balita) Usia 6-11
tahun (anak-anak)

Tahap Pra Bencana

1. Pencegahan (Prevention)

2. Mitigasi Bencana (Mitigation)

3. Kesiapsiagaan (Preparedness)

4. Peringatan Dini (Early Warning)

Tahap Saat Terjadi Bencana

1. Tanggap Darurat (response)

2. Bantuan Darurat (relief)

Tahap Pasca Bencana

1. Pemulihan (Recovery)

2. Rehabilitasi (rehabilitation)

3. Rekonstruksi (reconstruction)
E. Merumuskan learning objective
1. Konsep Banjir (sahada)
2. Analisis Dampak Akibat Bencana (riskia)
3. Tahapan Siklus Bencana (rindi)
4. Penanganan Dampak Dari Bencana(safa)
5. Sistem Komando Dalam Penanggulangan Bencana (santri)
6. Memahami Surveilans Bencana(risva)
F. Belajar Mandiri Dengan Mencari Sumber
1. Jangka waktu panjang : rusaknya fasilitas kesehatan, tidak memadainya jumlah dan
jenis obat serta alat kesehatan, terbatasnya tenaga kesehatan dan dana operasional, tingkat
pemenuhan kebutuhan gizi korban bencana,pengungsian tempat tinggal (shelter) yang
ada sering tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga secara langsung maupun tidak
langsung dapat menurunkan daya tahan tubuh dan bila tidak segera di tanggulangi akan
menimbulkan masalah di bidang kesehatan. Jangka waktu pendek : timbulnya masalah
kesehatan seperti kurangnya air bersih yang berakibatnya pada buruknya kebersihan diri,
buruknya sanitasi lingkungan yang merupakan awal dari perkembangbiakan beberapa
jenis penyakit, korban meninggal, korbancedera berat yang memerlukan perawatan
intensif, peningkatan resiko penyakit menular.
Sumber : Jurnal permasalahan kesehatan dalam kondisi bencana peran petugas kesehatan
dan partisipasi masyarakat.

2. Pada kasus ini Termasuk fase siklus tanggap darurat bencana karna serangkaian
kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani
dampak buruk yang ditimbulkan yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi
sumber, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar perlindungan, pengurusan, pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana . Sumber : Fillah, Azmi Sahid.
Program Penanggulangan Bencana Oleh Disester Manajemen Center (DMC) Dompet
Duafah.vol 3 no 2 hal 155-291

3. Menentukan tempat evakuasi di tiap kecamatan . kedua ,analisa untuk menetukan jalur
evakuasi menuju teman -teman yang telah ditentukan berdasarkan jaringan jalan ,
jaringan sungai ,daerah rawan banjir, kemiringan lereng . kedua tahapan ini akan di
analisa menggunakan metode analisis jaringan (network Anlyst )
Sumber : Jurnal analisis jalur evakuasi bencana banjir di kota manado).

4. Kerugian yang terjadi akibat banjir berdampak pada kerusakan beberapa sarana
ekonomi produktif antara lain sarana perumahan, pendidikan, tempat ibadah, sarana
transportasi , sumber energi dan sarana perairan. Selain itu, adanya banjir bandang juga
berakibat pada rusaknya sektor ekonomi produktif seperti sawah, perkebunan dan tempat
usaha, baik berupa jasa secara umum ataupun sektor perdagangan. Lebih dari itu secara
makro adanya banjir bandang berakibat pada rusaknya ketersediaan lingkungan disekitar
bencana dan juga lingkungan makro lainnya.
Sumber : jurnal kerusakan dan kerugian dalam perspektif ekonomi dan sosial dengan
metode ECLAC pada bencana banjir bandang panti, kabupaten jember- jawa timur

5. Cara perawat utk mengatasi masalah psikologis pada anak yaitu Dengan cara konseling
trauma Layanan konseling trauma pada prinsipnya dibutuhkan oleh semua kor-
banselamat yang mengalami stres dan depresi berat, baik itu orang tua maupun anak-
anak. Anak-anak perlu dibantu untuk bisa menatap masa depannya dan membangun
harapan baru dengan kon- disi yang baru pula. Bagi orang tua, layanan konseling trauma
akan mem- bantu mereka memahami dan menerima kenyataan hidup saat ini; untuk
selanjutnya mampu melupakan semtragedi dan memulai kehidupan baru. Sebelum
pelaksanaan layanan kon- seling diberikan, langkah pertama adalahmenciptakan rasa
aman (Weaver, dkk.2003 “Dalam teknik ini,klien dilatih dulu untuk relaksasi ke- mudian
secara bertahap relaksasi ini dipasangkan dengan situasi yang me- nakutkannya sampai
akhirnya ia dapatvmengatasi rasa takutnya” (Prawitasasi,2011: 159). Proses disensitisasi
dimulai dengan menyuruh klien duduk dalam keadaan santai dan nyaman sambil
memejamkan matanya. Teknik ini disebut latihan rileksasi, yaitu proses penegangan dan
pengenduran berbagai otot, seperti lengan, tangan, wajah, perut, kaki, dan lain sebagainya
(Wolpe dalam Hock,1999). Setelah klien merasa rileks, ia diminta untuk membayangkan
sesuatu yang paling sedikit menimbulkan kecemasan sesuai dengan hirarki yang telah
disusun. Apabila klien masih bisa santai dalam membayangkan peristiwa tersebut,
konselor bisa bergerak maju dalam hirarki selanjutnya sampai klien memberi isyarat
bahwa pada situasi itulah dia mengalami kecemasan, dan pada saat itu pula skenario
dihentikan (Wolpe, dalam Hock, 1999). Klien disuruh membuka matanya dan disuruh
duduh santai. Apabila klien tidak bersedia melanjutkan pada hirarki kecemasan yang
lebih tinggi, konselor bersama klien membahas secara mendalam apa yang dialaminya,
atau melanjutkannya pada konseling berikutnya. Sebaliknya bila klien bersedia
melanjutkan kon- seling, pengendoran ketegangan dimulai lagi dan dilanjutkan dengan
hirarki kecemasan yang lebih tinggi lagi. Konseling dihentikan manakala klien sudah
tidak mengalami kecemasan lagi. De- ngan demikian, pada klien yang meng- alami
PTSD yang tinggi, teknik di- sensitisasi cenderung dilakukan ber- ulang-ulang.
Sumber : Nirwana., Herman.2012.Konseling Trauma Pasca Bencana.Padang.vol 15 no 2

6. Upaya untuk menangani masalah child trafficking seharusnya dilakukan dalam 3


tingkatan yakni : 1. Ditingkat komunitas hendaknya memperkuat keterampilan korban
dan keluarganya untuk melawan perdagangan anak, lewat pendidikan, pengorganisasian
atau advokasi kasus secara individu maupun kolektif 2. Ditingkat masyarakat, hendaknya
ada kampanye dan pendidikan tentang perdagangan anak serta usaha-usaha untuk
melawannya 3. Ditingkat Negara hendaknya lobi dan kampanye pada pembuat kebijakan
(pemerintah) tentang perubahan hokum dan penegakannya
Sumber : Soraya, Anis,dkk. Perlindungan Terhadap Anak Korban Traficking .vol 2 no 1

7. Salah satu cara untuk menanganinya adalah dengan jalan dakwah. Terdapat bentuk
bentuk dakwah untuk menangani korban bencana dngan dakwah bentuk irsyad dan dan
tathwir islam,
salah satu fungsi dakwah agama dalam kehidupan manusia, menurut elisabeth K.
Nottingham adalah sebagai penyelamat. Dalam kondisi ketidakberdayaan, secara
psikologi nilai-nilai ajaran agama dapat membantu menentramkan gocangan batin.
Dengan kembali kepada tuntunan agama, korban berusaha menyadarkan dirinya, bahwa
musibah merupakan resiko yang harus dihadapi dalam menjalani kehidupan lebih dari itu
akan menjadi sadar bahwa manusia bukan pemilik mutlak dari segala yang menjadi
miliknya. Semua miliknya hanyalah titpan yang sewaktu-waktu dapat diambil. Oleh sang
pemilik mutlak, maka ucapan yang paling tepat dan menentramkan hati : “sesungguhnya
kami milik Allah dan kepada-Nya lah kami akan kembali”
Sumber : Jurnal dakwah pada korban bencana alam dan bencana sosial

8. Tanggap darurat bencana di turunkan atau di kerahkan segera pada saat terjadinya
bencana. Untuk menangani dampak buruk yang akan terjadi. Kegiatan penyelamatan dan
evakuasi korban ,harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan pengurus
pengusih ,penyelamatan , dan serta pemulihan persanan dan sarana .
Sumber : Jurnal komando tanggap darurat bencana

9. Pada umumnya anak=anak lebih rentan mendapat luka trauma mental yang berimbas
pada penurunan kualitas hidup anak, daya sosialisasi anak menurun, konsentrasi anak
menurun,cemas berlebihan ketika mendengar berita bencana dan rasa takut mengingat
peristiwa bencana.
Sumber : Jurnal sekolah petra (penanganan trauma) bagi anak korban bencan alam

10. Pencegahan maupun penanggulangan dampak bencana terutama pada anak sangat
diperlukan. Pertolongan pada konddsi krisi anak dapat dilakukan dengan menurunkan
bahkan menghilangkan trauma fisik dan psikis. Bentuk petolongan tersebut dapat berupa
konseling (taruma, proses berduka, krisis, penyelesaian masalah) serta bimbingan
antisipasi di pos pengungisan sebagai bentuk trauma healing, dapat juga diberikan dalam
pelajaran sekolah sebagai tindakan prmotif dan preventif.bantuan dari orang dewasa
terutama tenaga kesehatan sangat dibutuhkan, demi kelangsungan hidup dimasa yang
akan datang.
Trauma pada anak membutuhkan dukungan bersama untuk menanganinya, dukungan
tersebut mengalir dari sosok guru, orangtua, anggota keluarga lainnya, tim kesehatan
serta keterlibatan anak itu sendiri. Pentinganya tindakan antisipasi pengurangan dampak
trauma (krisi) pada anak dengan membekali mereka cara menyelamatkan diri dari
bencana yang terjadi.
Sumber : Jurnal tanggap bencana, solusi penanggulangan krisi pada anak

G. Menjawab learning objective

A.KONSEP BANJIR
Pengertian Banjir Menurut Undang-undang No.24 Tahun 2007, bencana didefisnisikan sebagai
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat. Bencana
dapat disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis. Menurut (Simajuntak, 2014) banjir merupakan fenomena alam
yang biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh alirasn sungai dan saat ini
sepertinya sudah menjadi langganan bagi beberapa daerah dan kota besar di Indonesia ketika
musim penghujan tiba. Banjir pada hakikatnya hanyalah salah satu outputdari pengelolan DAS
yang tidak tepat. Banjir bisa disebabkan oleh beberapa hal yaitu curah hujan yang sangat tinggi,
karakteristik DAS, penyempitan saluran drainase dan perubahan penggunaan lahan. Sementara
itu, menurut (Gultom, 2012) banjir dapat didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat
meluapnya air yang melebihi kapasistas pembuangan air disuatu wilayah dan dapat
menimbulkan kerugian fisik, sosial, dan ekonomi.
Aliran Permukaan = Curah Hujan – (Resapan ke dalam tanah + Penguapan ke udara)
Air hujan sampai di permukaan Bumi dan mengalir di permukaan Bumi, bergerak menuju ke
laut dengan membentuk alur-alur sungai. Alur-alur sungai ini di mulai di daerah yang tertinggi di
suatu kawasan, bisa daerah pegunungan, gunung atau perbukitan, dan berakhir di tepi pantai
ketika aliran air masuk ke laut. Secara sederhana, segmen aliran sungai itu dapat kita bedakan
menjadi daerah hulu, tengah dan hilir. 1. Daerah hulu : terdapat di daerah pegunungan, gunung
atau perbukitan. Lembah sungai sempit dan potongan melintangnya berbentuk huruf “V”. Di
dalam alur sungai banyak batu yang berukuran besar (bongkah) dari runtuhan tebing, dan aliran
air sungai mengalir di sela-sela batu-batu tersebut. Air sungai relatif sedikit. Tebing sungai
sangat tinggi. Terjadi erosi pada arah vertikal yang dominan oleh aliran air sungai. 2. Daerah
tengah: umumnya merupakan daerah kaki pegunungan, kaki gunung atau kaki bukit. Alur sungai
melebar dan potongan melintangnya berbentuk huruf “U”. Tebing sungai tinggi. Terjadi erosi
pada arah horizontal, mengerosi batuan induk. Dasar alur sungai melebar, dan didasar alur sungai
terdapat endapan sungai yang berukuran butir kasar. Bila debit air meningkat, aliran air dapat
naik dan menutupi endapan sungai yang di dalam alur, tetapi air sungai tidak melewati tebing
sungai dan keluar dari alur sungai. 3. Daerah hilir : umumnya merupakan daerah dataran. Alur
sungai lebar dan bisa sangat lebar dengan tebing sungai yang relatif sangat rendah dibandingkan
lebar alur. Alur sungai dapat berkelok-kelok seperti huruf “S” yang dikenal sebagai “meander”.
Di kiri dan kanan alur terdapat dataran yang secara teratur akan tergenang oleh air sungai yang
meluap, sehingga dikenal sebagai “dataran banjir”. Di segmen ini terjadi pengendapan di kiri dan
kanan alur sungai pada saat banjir yang menghasilkan dataran banjir. Terjadi erosi horizontal
yang mengerosi endapan sungai itu sendiri yang diendapkan sebelumnya.
Dari karakter segmen-segmen aliran sungai itu, maka dapat dikatakan bahwa : 1. Banjir
merupakan bagian proses pembentukan daratan oleh aliran sungai. Dengan banjir, sedimen
diendapkan di atas daratan. Bila muatan sedimen sangat banyak, maka pembentukan daratan juga
terjadi di laut di depan muara sungai yang dikenal sebagai “delta sungai.” 2. Banjir yang meluas
hanya terjadi di daerah hilir dari suatu aliran dan melanda dataran di kiri dan kanan aliran sungai.
Di daerah tengah, banjir hanya terjadi di dalam alur sungai.
Sebenarnya, UU Nomor 24 tahun 2007 selain mendefinisikan pengertian dari bencana, juga
menyebutkan beberapa pengertian dari bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.
Dari lingkup bencana alam, terdapat definisi dari dua buah jenis banjir, yakni banjir dan banjir
bandang. Banjir adalah terendamnya suatu daerah karena volume air yang meningkat.
Sementara, banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air yang besar
yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai. (Paripurno, 2013) dalam Modul
Pengenalan Banjir, menyebutkan terdapat tiga jenis banjir disertai dengan bagaimana penyebab
terjadinya banjir tersebut. Jenis banjir yang disebutkan yakni: 1. Banjir air Banjir yang satu ini
adalah banjir yang sudah umum. Penyebab banjir ini adalah meluapnya air sungai, danau, atau
selokan sehingga air akan meluber lalu menggenangi daratan. Umumnya banjir seperti ini
disebabkan oleh hujan yang turun terus-menerus sehingga sungai atau danau tidak mampu lagi
menampung air. 2. Banjir “Cileunang” Jenis banjir yang satu ini hampir sama dengan banjir air.
Namun banjir cileunang ini disebakan oleh hujan yang sangat deras dengan debit air yang sangat
banyak. Banjir akhirnya terjadi karena air-air hujan yang melimpah ini tidak bisa segera mengalir
melalui saluran atau selokan di sekitar rumah warga. Jika banjir air dapat terjadi dalam waktu
yang cukup lama, maka banjir cileunang adalah banjir dadakan (langsung terjadi saat hujan
tiba).
3. Banjir bandang Tidak hanya banjir dengan materi air, tetapi banjir yang satu ini juga
mengangkut material air berupa lumpur. Banjir seperti ini jelas lebih berbahaya daripada banjir
air karena seseorang tidak akan mampu berenang ditengah-tengah banjir seperti ini untuk
menyelamatkan diri. Banjir bandang mampu menghanyutkan apapun, karena itu daya rusaknya
sangat tinggi. Banjir ini biasa terjadi di area dekat pegunungan, dimana tanah pegunungan seolah
longsor karena air hujan lalu ikut terbawa air ke daratan yang lebih rendah. Biasanya banjir
bandang ini akan menghanyutkan sejumlah pohon-pohon hutan atau batu-batu berukuran besar.
Materialmaterial ini tentu dapat merusak pemukiman warga yang berada di wilayah sekitar
pegunungan
4. Banjir rob (laut pasang) Banjir rob adalah banjir yang disebabkan oleh pasangnya air laut.
Banjir seperti ini kerap melanda kota Muara Baru di Jakarta. Air laut yang pasang ini umumnya
akan menahan air sungan yang sudah menumpuk, akhirnya mampu menjebol tanggul dan
menggenangi daratan.
5. Banjir lahar dingin Salah satu dari macam-macam banjir adalah banjir lahar dingin. Banjir
jenis ini biasanya hanya terjadi ketika erupsi gunung berapi. Erupsi ini kemudian mengeluarkan
lahar dingin dari puncak gunung dan mengalir ke daratan yang ada di bawahnya. Lahar dingin ini
mengakibatkan pendangkalan sungai, sehingga air sungai akan mudah meluap dan dapat meluber
ke pemukiman warga.
6. Banjir lumpur Banjir lumpur ini identik dengan peristiwa banjir Lapindo di daerah Sidoarjo.
Banjir ini mirip banjir bandang, tetapi lebih disebabkan oleh keluarnya lumpur dari dalam bumi
dan menggenangi daratan. Lumpur yang keluar dari dalam bumi bukan merupakan lumpur biasa,
tetapi juga mengandung bahan dan gas kimia tertentu yang berbahaya. Sampai saat ini, peristiwa
banjir lumpur panas di Sidoarjo belum dapat diatasi dengan baik, malah semakin banyak titiktitik
semburan baru di sekitar titik semburan lumpur utama.
Penyebab Terjadinya Banjir 1. Saluran Air yang Buruk Pada kota-kota besar seperti Jakarta,
Bandung, dan lainnya yang kerap terjadi biasanya dikarenakan saluran air yang mengalirkan air
hujan dari jalan ke sungai sudah tidak terawat. Banyak saluran air di perkotaan yang tertutup
sampah, memiliki ukuran yang kecil, bahkan tertutup beton bangunan sehingga fungsinya
sebagai saluran air tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya lalu kemudian terjadi genangan air
di jalanan yang menyebabkan banjir. 2. Daerah Resapan Air yang Kurang Selain karena saluran
air yang buruk ternyata daerah resapan air yang kurang juga mempengaruhi suatu wilayah dapat
terjadi banjir. Daerah resapan air merupakan suatu daerah yang banyak ditanami pohon atau
yang memiliki danau yang berfungsi untuk menampung atau menyerap air ke dalam tanah dan
disimpan sebagai cadangan air tanah. Akan tetapi karena di daerah perkotaan seiring
meningkatnya bangunan yang dibangun sehingga menggeser fungsi lahan hijau sebagai resapan
air menjadi bangunan beton yang tentunya akan menghambat air untuk masuk ke dalam tanah.
Sehingga terjadi genangan air yang selanjutnya terjadi banjir.
3. Penebangan Pohon Secara Liar Pohon memiliki fungsi untuk mempertahankan suatu kontur
tanah untuk tetap pada posisinya sehingga tidak terjadi longsor, selain itu pohon juga memiliki
fungsi untuk menyerap air sebagaimana telah disebutkan pada poin sebelumnya. Jika pada
wilayah yang seharusnya memiliki pohon yang rimbun seperti daerah pegunungan ternyata
pohonnya ditebangi secara liar, maka sudah pasti jika terjadi hujan pada daerah tersebut air
hujannya tidak akan diserap ke dalam tanah tetapi akan langsung mengalir ke daerah rendah
contohnya daerah hilir atau perkotaan dan perdesaan yang menyebabkan banjir.
4. Sungai yang Tidak Terawat Sungai sebagai media mengalirnya air yang tertampung dari
hujan dan saluran air menuju ke laut lepas tentunya sangat memegang peranan penting pada
terjadi atau tidaknya banjir di suatu daerah. Jika sungainya rusak dan tercemar tentu fungsinya
sebagai aliran air menuju ke laut akan terganggu dan sudah dipastikan akan terjadi banjir.
Biasanya kerusakan yang terjadi di sungai yaitu endapan tanah atau sedimentasi yang tinggi,
sampah yang dibuang ke sungai sehingga terjadi pendangkalan, serta fungsi sempadan sungai
atau bantaran sungai yang disalahgunakan menjadi pemukiman warga. 5. Kesadaran Masyarakat
yang Kurang Baik Sikap masyarakat yang kurang sadar terhadap lingkungan juga ternyata
sangat berpengaruh pada resiko terjadinya banjir. Sikap masyarakat yang kurang sadar mengenai
membuang sampah agar pada tempatnya, menjagakeasrian lingkungan, dan pentingnya
menanami pohon menjadi faktor yang sangat penting untuk terjaganya lingkungan dan agar
terhindar dari bencana banjir. Selain dapat menghindarkan banjir, sikap peduli lingkungan juga
dapat menyehatkan dan tentunya akan meningkatkan taraf hidup masyaraktnya.
Dari kelima faktor di atas memang nampaknya kesadaran dari masyarakat untuk menjaga
lingkungan sekitar sangat penting agar dapat terhindar dari banjir. Sangat percuma atau bahkan
sia-sia jika program pemerintah dalam menanggulangi banjir seperti membangun kanal banjir,
memugar saluran air, mengeruk sungai dari sedimentasi, dan yang lainnya jik atidak didukung
oleh kesadaran warganya terhadap menjaga lingkungan
Dampak yang Ditimbulkan Oleh Banjir 1. Primer Kerusakan fisik - Mampu merusak berbagai
jenis struktur, termasuk jembatan, mobil, bangunan, sistem selokan bawah tanah, jalan raya,
dankanal. 2. Sekunder Persediaan air – Kontaminasi air. Air minum bersih mulai langka.
Penyakit - Kondisi tidak higienis. Penyebaran penyakit bawaan air. Pertanian dan persediaan
makanan - Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh kegagalan panen. Namun, dataran rendah
dekat sungai bergantung kepada endapan sungai akibat banjir demi menambah mineral tanah
setempat. Pepohonan - Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa bernapas.
Transportasi - Jalur transportasi rusak, sulit mengirimkan bantuan darurat kepada orangorang
yang membutuhkan.
3. Dampak tersier/jangka panjang Ekonomi - Kesulitan ekonomi karena kerusakan pemukiman
yang terjadi akibat banjir; dalam sector pariwisata, menurunnya minat wiasatawan; biaya
pembangunan kembali; kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan harga, dll.
Dari berbagai dampak negatif yang ditimbulkan, ternyata banjir (banjir air skala kecil) juga dapat
membawa banyak keuntungan, seperti mengisi kembali air tanah, menyuburkan serta
memberikan nutrisi kepada tanah. Air banjir menyediakan air yang cukup di kawasan kering dan
semi-kering yang curah hujannya tidak menentu sepanjang tahun. Air banjir tawar memainkan
peran penting dalam menyeimbangkan ekosistem di koridor sungai dan merupakan faktor utama
dalam penyeimbangan keragaman makhluk hidup di dataran. Banjir menambahkan banyak
nutrisi untuk danau dan sungai yang semakin memajukan industri perikanan pada tahun-tahun
mendatang, selain itu juga karena kecocokan dataran banjir untuk pengembangbiakan ikan
(sedikit predasi dan banyak nutrisi)
1 Penanggulangan Banjir Mencegah dan menanggulangi banjir tak dapat dilakukan oleh
pemerintah saja atau orang perorang saja. Dibutuhkan komitmen dan kerjasama berbagai pihak
untuk menghindarkan Jakarta dan kota lain di Indonesia dari banjir besar. Tindakan-tindakan
yang dapat dilakukan itu antara lain: 1. Membuang lubang-lubang serapan air
2. Memperbanyak ruang terbuka hijau
3. Mengubah perilaku masyarakat agar tidak lagi menjadikan sungai sebagai tempat sampah
raksasa Meninggikan bangunan rumah memang dapat menyelamatkan harta benda kita ketika
banjir terjadi, namun kita tidak mencegah terjadinya banjir lagi. Manusia yang mengakibatkan
banjir, manusia pula yang harus bersama-sama menyelamatkan kota. Menyelamatkan Jakarta
dari banjir besar bukan hanya karena berarti menyelamatkan harta benda pribadi, namun juga
menyelamatkan wajah bangsa ini di mata dunia. Partisipasi seluruh elemen masyarakat harus
dilakukan secara terorganisasi dan terkoordinasi agar dapat terlaksana secara efektif. Sebuah
organisasi masyarakat sebaiknya dibentuk untuk mengambil tindakan-tindakan awal dan
mengatur peran serta masyarakat dalam penanggulangan banjir. Penanggulangan banjir
dilakukan secara bertahap, dari pencegahan sebelum banjir penanganan saat banjir , dan
pemulihan setelah banjir. Tahapan tersebut berada dalam suatu siklus kegiatan penanggulangan
banjir yang berkesinambungan, Kegiatan penanggulangan banjir mengikuti suatu siklus (life
cycle), yang dimulai dari banjir, kemudian mengkajinya sebagai masukan untuk pencegahan
sebelum bencana banjir terjadi kembali. Pencegahan dilakukan secara menyeluruh, berupa
kegiatan fisik seperti pembangunan pengendali banjir di wilayah sungai sampai wilayah dataran
banjir dan kegiatan non-fisik seperti pengelolaan tata guna lahan sampai sistem peringatan dini
bencana banjir
B. ANALISIS DAMPAK AKIBAT BENCANA
Secara umum penyebab utama banjir adalah perubahan dan eskalasi perilakumanusia dalam
mengubah fungsi lingkungan. Di kawasan budidaya telah terjadi perubahantata ruang secara
massive, sehingga daya dukung lingkungan menurun drastis. Pesatnyapertumbuhan permukiman
dan industri telah mengubah keseimbangan fungsi lingkungan,bahkan kawasan retensi banjir
(retarding basin) yang disediakan alam berupa situ-situ telahjuga dihabiskan. Keadaan ini secara
signifikan menurunkan kapasitas penyerapan air secara drastis.Kondisi ini diperparah dengan
sistem drainase permukiman yang kurang memadai,sehingga pada curah hujan tertentu,
menimbulkan genangan air di mana-mana.Selain itu, lemahnya penegakan hukum ikut
mendorong tumbuh danberkembangnya permukiman ilegal di bantaran sungai, bahkan masuk ke
badan sungai.Keadaan ini makin memperburuk sistem tata air lingkungan, karena kapasitas
tampung danpengaliran sungai menurun dan terjadilah luapan air. Penambangan pasir illegal,
terutama pada areal-areal bangunan pengendali banjir,yang umumnya mudah diakses juga ikut
memperparah keadaan. Sebab, kemampuanbangunan pengendali banjir menjadi turun. Di sisi
lain, ternyata pada wilayah-wilayah kajian, secara umum belum adaimplementasi kebijakan
efektif untuk mengendalikan penggundulan hutan dan perubahanfungsi ruang di daerah hulu.
Aktivitas dan perubahan ini makin meningkatkan debit airyang masuk langsung dan secara cepat
ke badan sungai, dan pada akhirnya karenakapasitas tampung dan pengaliran sungai telah
menurun, meluaplah air sungai ke kawasankawasan permukiman, persawahan, dan pertambakan
serta kawasan industri.Meski demikian, secara umum hasil survai menunjukkan bahwa tidak ada
landasanhukum spesifik yang mengatur penanggulangan banjir, apalagi pengaturan
partisipasimasyarakat dalam penanggulangan banjir. Namun ada temuan yang
menggembirakan,yaitu partisipasi masyarakat sangat kentara dan dominan, terutama pada
kegiatan tanggapdarurat. Bahkan bersama-sama dengan kelompok stakeholder dari unsur
intermediaries, mereka membentuk “gugus tugas reaksi cepat” yang secara mandiri dan tanpa
intervensipemerintah, mampu memberi bantuan darurat bagi para korban banjir.Temuan
lapangan menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat lebih didorong olehsemangat
kesetiakawanan dalam bermasyarakat, bukan merupakan resultant upayapemerintah untuk
menggalangnya. Mencermati partisipasi masyarakat pada tahap siklus banjir, ternyata tidak
dapatdisamaratakan. Pada tahap tertentu partisipasinya sangat besar dan begitu
dominan.Sementara pada tahap lain sulit ditemukan, bahkan tidak ada. Perlu dianalisis lebih
jauhuntuk menemukenali jenis dan tingkat partisipasi masyarakat pada
kelompokkelompokkegiatan penanggulangan banjir. Analisis stakeholder memberi gambaran
bahwa tidak semua unsur stakeholder(beneficiaries, intermediaris, dan decision/policy maker)
mempunyai peran dan pengaruhyang sama pada tiap tahap penanggulangan banjir. Demikian
juga masingmasingkarakteristik/jenis kegiatan penanggulangan banjir, memerlukan jenis dan
tingkatpartisipasi yang berbeda. Mengikuti pengelompokkan kegiatan yang diperkenalkan Bank
Dunia7, maka dalam penanggulangan banjir ditemukan tiga jenis kebijakan/kegiatan yaitu: (1)
indirectbenefits, direct social cost; (2) large number of beneficiaries and few social cost;
(3)targeted assistance. Kegiatan berciri indirect benefits, direct social cost dikenali pada
kelompok kegiatan struktural di luar badan air (off-stream structural measures) yang meliputi
kegiatan-kegiatan peningkatan dan pembangunan sistem drainase, pembangunanparasarana
retensi air (retention
facilities), pembangunan sistem serapan air, pembangunansistem polder, dan penanganan
masalah erosi dan kemiringan tebing.Kegiatan berciri large number of beneficiaries and few
social cost terdapat padakelompok kegiatan non-struktural jangka panjang (long term flood
prevention nonstructuralmeasures) yang mencakup kegiatan-kegiatan pengaturan dataran
banjir(floodplain), pengendalian penggunaan lahan di luar dataran banjir, kebijakan
penyediaanruang terbuka (open space reservastion), kebijakan sarana dan pelayanan umum,
pedomanpengelolaan air permukaan, serta pendidikan dan informasi kepada
masyarakat.Kegiatan berciri targeted assistance ditemukan pada kelompok kegiatan
manajemendarurat banjir jangka pendek (short term flood emergency management) khususnya
padakegiatan-kegiatan pre-flood preparation, yang terdiri dari kegiatan pemetaan wilayahterkena
banjir, penyimpanan bahan penahan banjir, antara lain karung pasir dan bronjongkawat,
identifikasi lokasi dan pengaturan pemanfaatan peralatan yang diperlukan,pemeriksaan dan
perawatan peralatan dan bangunan pengendali banjir, dan penentuan danpengaturan lokasi dan
barak-barak pengungsian. (Jurnal kebijakan penanggulangan banjir di Indonesia, Deputoi bidang
Sarana dan Prasarana, Direktorat pengairan dan Irigasi)
C. SIKLUS MANAJEMEN BENCANA
Siklus manajemen bencana terbagi menjadi 3 tahapan atau fase, 3 tahap atau fase manajemen
bencana yaitu: 2.1 Tahap Pra Bencana Dalam fase pra bencana ini mencakup kegiatan, mitigasi,
kesiapsagaan dan peringatan dini. 1. Pencegahan (Prevention) Upaya yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya bencana jika mungkin dengan meniadakan bahaya. Contoh kegiatan
pencegahan diantaranya melarang pembakaran hutan dalam perladangan, melarang
penambangan batu di daerah curam, melarang membuang sampah sembarangan dan lain
sebagainya. 2. Mitigasi Bencana (Mitigation) Mitigasi adalah serangkaian upaya yang dilakukan
untuk mengurangi risiko bencana baik melalui pembangunan fisik, maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Kegiatan mitigasi ini dapat dilakukan
melalui pelaksanaan penataan ruangan; pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur,
tata bangunan; dan penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, pelatihan baik secara konvensional
maupun modern. 3. Kesiapsiagaan (Preparedness) Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan untuk mengantisipasi bancana melalui pengorganisasian dan langkah yang tepat
guna dan berdaya guna. 4. Peringatan Dini (Early Warning) Peringatan Dini adalah serangkaian
kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin pada masyarakat mengenai kemungkinan
terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang atau upaya untuk
memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi. Pemberian
peringatan dini ini harus menjangkau masyarakat (accesible), segera (immediate), tegas tidak
membingungkan (coherent), bersifat resmi (official).
Tahap Saat Terjadi Bencana Dalam tahap ini mencakup tanggap darurat dan bantuan darurat. 1.
Tanggap Darurat (response) Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan .
Ini meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan
dasar, perlindungan, pengurusan pengungsian dan pemulihan sarana prasarana. Berikut beberapa
kegiatan yang dilakukan pada tahap tanggap darurat, diantaranya yaitu: a. Pengkajian yang tepat
terhadap lokasi, kerusakan dan sumberdaya b. Penentuan status keadaan darurat bencana c.
Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana d. Pemenuhan kebutuhan dasar e.
Perlindungan terhadap kelompok rentan f. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital 2.
Bantuan Darurat (relief) Ini merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar berupa sandang, pangan, tempat tinggal sementara, kesehatan,
sanitasi dan juga air bersih.
Tahap Pasca Bencana Dalam tahapan ini mencakup pemulihan, rehabilitasi dan juga
rekonstruksi. 1. Pemulihan (Recovery) Pemulihan adalah rangkaian kegiatan untuk
mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan
memfungsikan kembali kelembagaab, prasarana dan sarana dengan melakukan upata rehabilitasi.
2. Rehabilitasi (rehabilitation) Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek
pelayanan publik atau masyarakat hingga tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek
pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana. 3. Rekonstruksi
(reconstruction) Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha serta langkah-langkah
nyata yang terencana dengan baik, konsisten dan berkelanjutan untuk membangun kembali
secara permanen semua prasarana, sarana dan sistem kelembagaan baik tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh berkembangnya kegiatan perekonomian,
sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban dan bangkitnya peran dan partisipasi
masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat di wilayah pasca bencana.
Lingkup pelaksanaan rekonstruksi terdiri atas program rekonstruksi fisik dan program
rekonstruksi non fisik.
D. PENANGANAN DAMPAK DARI BENCANA
Bencana alam merupakan peristiwa luar biasa yang dapat menimbulkan penderitaan luar biasa
pula bagi yang mengalaminya. Bahkan, bencana alam tertentu menimbulkan banyak korban
cedera maupun meninggal dunia. Bencana alam juga tidak hanya menimbulkan luka atau
cedera fisik, tetapi juga menimbulkan dampak psikologis atau kejiwaan. Hilangnya harta benda
dan nyawa dari orang-orang yang dicintainya, membuat sebagian korban bencana alam
mengalami stress atau gangguan kejiwaan. Hal tersebut akan sangat berbahaya terutama bagi
anak-anak yang dapat terganggu perkembangan jiwanya. Mengingat dampak yang luar biasa
tersebut, maka penanggulangan bencana alam harus dilakukan dengan menggunakan prinsip dan
cara yang tepat. Selain itu, penanggulangan bencana alam juga harus menyeluruh tidak hanya
pada saat terjadi bencana tetapi pencegahan sebelum terjadi bencana dan rehabilitasi serta
rekronstruksi setelah terjadi bencana. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar bencana alam tidak
terlalu banyak menimbulkan dampak buruk bagi korban bencana alam. A. Prinsip-Prinsip
Penanggulangan Bencana Alam Penanggulangan bencana alam bertujuan untuk melindungi
masyarakat dari bencana alam dan dampak yang ditimbulkannya. Karena itu, dalam
penanggulangannya harus memperhatikan prinsipprinsip penanggulangan bencana alam. Dalam
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, disebutkan sejumlah
prinsip Penanggulangan yaitu: 1. Cepat dan tepat Yang dimaksud dengan “prinsip cepat dan
tepat” adalah bahwa dalam penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara cepat dan tepat
sesuai dengan tuntutan keadaan. Keterlambatan dalam penanggulangan akan berdampak pada
tingginya kerugian material maupun korban jiwa. 2. Prioritas Yang dimaksud dengan “prinsip
prioritas” adalah bahwa apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapat
prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa manusia. 3. Koordinasi dan
keterpaduan Yang dimaksud dengan “prinsip koordinasi” adalah bahwa penanggulangan
bencana didasarkan pada koordinasi yang baik dan saling mendukung. Yang dimaksud dengan
“prinsip keterpaduan” adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sektor
secara terpadu yang didasarkan pada kerja sama yang baik dan saling mendukung. 4. Berdaya
guna dan berhasil guna Yang dimaksud dengan “prinsip berdaya guna” adalah bahwa dalam
mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya
yang berlebihan. Yang dimaksud dengan “prinsip berhasil guna” adalah bahwa kegiatan
penanggulangan bencana harus berhasil guna, khususnya dalam mengatasi kesulitan masyarakat
dengan tidak membuang waktu, tenaga , dan biaya yang berlebihan.
5. Transparansi dan akuntabilitas Yang dimaksud dengan “prinsip transparansi” adalah bahwa
penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. Yang
dimaksud dengan “prinsip akuntabilitas” adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan
secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum akuntabilitas” adalah
bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan
secara etik dan hukum. 6. Kemitraan Penanggulangan bencana tidak bisa hanya mengandalkan
pemerintah. Kemitraan dalam penanggulangan bencana dilakukan antara pemerintah dengan
masyarakat secara luas, termasuk lembaga swadaya masyarakat (LSM) maupun dengan
organisasiorganisasi kemasyarakatan lainnya. Bahkan, kemitraan juga dilakukan dengan
organisasi atau lembaga di luar negeri termasuk dengan pemerintahnya. 7. Pemberdayaan
Pemberdayaan berarti upaya meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengetahui,
memahami dan melakukan langkahlangkah antisipasi, penyelamatan dan pemulihan bencana.
Negara memiliki kewajiban untuk memberdayakan masyarakat agar dapat mengurangi dampak
dari bencana. 8. Nondiskriminatif Yang dimaksud dengan “prinsip nondiskriminasi” adalah
bahwa negara dalam penanggulangan bencana tidak memberikan perlakuan yang berbeda
terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras, dan aliran politik apa pun. 9. Nonproletisi Yang
dimaksud dengan ”nonproletisi” adalah bahwa dilarang menyebarkan agama atau keyakinan
pada saat keadaan darurat bencana, terutama melalui pemberian bantuan dan pelayanan darurat
bencana
B. Tahapan Penanggulangan Bencana Alam Penanggulangan bencana adalah segala upaya
kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan pencegahan, penjinakan (mitigasi), penyelamatan,
rehabilitasi dan rekonstruksi, baik sebelum, pada saat maupun setelah bencana dan
menghindarkan dari bencana yang terjadi. Berdasarkan pengertian tersebut, penangggulangan
bencana tidak hanya pada saat dan setelah terjadinya bencana tetapi upaya pencegahan juga
termasuk ke dalam kegiatan penanggulangan bencana. Karena itu, penanggulangan bencana
dilakukan melalui beberapa tahapan. 1. Tahap pencegahan Pada tahap ini berbagai upaya
dilakukan untuk meminimalkan dampak buruk dari bencana alam. Contoh-contoh kegiatan pada
tahap ini adalah: e. pembuatan waduk untuk mencegah terjadinya banjir dan
kekeringan.penanaman pohon bakau/mangrove di sepanjang pantai untuk menghambat
gelombang tsunami. f. pembuatan tanggul untuk menghindari banjir. g. pembuatan tanggul
untuk menahan lahar agar tidak masuk ke wilayah permukiman. h. reboisasi untuk mencegah
terjadinya kekeringan dan banjir dan sebagainya.
2. Tahap tanggap darurat Pada tahap tanggap darurat, hal paling pokok yang sebaiknya
dilakukan adalah penyelamatan korban bencana. Inilah sasaran utama dari tahapan tanggap
darurat. Selain itu, tahap tanggap darurat bertujuan membantu masyarakat yang terkena bencana
langsung untuk segera dipenuhi kebutuhan dasarnya yang paling minimal. Para korban juga
perlu dibawa ke tempat sementara yang dianggap aman dan ditampung di tempat penampungan
sementara yang layak. Pada tahap ini dilakukan pula pengaturan dan pembagian logistik atau
bahan makanan yang cepat dan tepat sasaran kepada seluruh korban bencana. Secara operasional,
pada tahap tanggap darurat ini diarahkan pada kegiatan: a. penanganan korban bencana
termasuk mengubur korban meninggal dan menangani korban yang luka-luka. b. penanganan
pengungsi c. pemberian bantuan darurat d. pelayanan kesehatan, sanitasi dan air bersih e.
penyiapan penampungan sementara f. pembangunan fasilitas sosial dan fasilitas umum
sementara serta memperbaiki sarana dan prasarana dasar agar mampu memberikan pelayanan
yang memadai untuk para korban
3. Tahap rehabilitas Tahap Rehabilitasi Dalam tahap rehabilitasi, upaya yang dilakukan adalah
perbaikan fisik dan non fisik serta pemberdayaan dan pengembalian harkat korban. Tahap ini
bertujuan mengembalikan dan memulihkan fungsi bangunan dan infrastruktur yang mendesak
dilakukan untuk menindaklanjuti tahap tanggap darurat, seperti rehabilitasi bangunan ibadah,
bangunan sekolah, infrastruktur sosial dasar, serta prasarana dan sarana perekonomian yang
sangat diperlukan. Sasaran utama dari tahap rehabilitasi adalah untuk memperbaiki pelayanan
masyarakat atau publik sampai pada tingkat yang memadai. Dalam tahap rehabilitasi ini juga
diupayakan penyelesaian berbagai permasalahan yang terkait dengan aspek kejiwaan/psikologis
melalui penanganan trauma korban bencana.
4. Tahap rekonstruksi Tahap Rekonstruksi Upaya yang dilakukan pada tahap rekonstruksi adalah
pembangunan kembali sarana, prasarana serta fasilitas umum yang rusak dengan tujuan agar
kehidupan masyarakat kembali berjalan normal. Biasanya melibatkan semua masyarakat,
perwakilan lembaga swadaya masyarakat, dan dunia usaha. Sasaran utama dari tahap ini adalah
terbangunnya kembali masyarakat dan kawasan. Pendekatan pada tahap ini sedapat mungkin
juga melibatkan masyarakat dalam setiap proses.
C. Penanggulangan beberapa bencana alam Secara umum tahapan penanggulangan bencana
relatif sama, namun perbedaan biasanya terletak pada cara pencegahan bencana. Karena itu,
pembahasan cara penanggulangan akan dilakukan untuk masing-masing bencana alam. 1.
Penanggulangan bencana banjir Bencana banjir terjadi karena berbagai faktor penyebab. Faktor
penyebab yang paling utama adalah alih fungsi hutan untuk kegiatan pertanian maupun
permukiman. Padahal, hutan berfungsi dalam meningkatkan air yang meresap ke dalam tanah,
sehingga mengurangi aliran air permukaan yang menjadi penyebab banjir. Selain itu, banjir juga
terjadi karena kebiasaan buruk sebagian masyarakat dalam membuang sampah, yaitu membuang
sampah ke sungai. Akibatnya aliran sungai terhambat oleh sampah dan mengakibatkan alirannya
meluap ke luar tubuh sungai. Banjir juga terjadi karena karakteristik fisik wilayah yang secara
alamiah memicu terjadinya banjir. Lahan yang datar, tanah yang kedap air memungkinkan
terjadinya genangan air pada saat hujan. Banyak daerah di Indonesia, tanahnya mempunyai daya
serapan air yang buruk. Jika keadaan tersebut terjadi, maka ketika hujan turun dalam waktu
singkat kadang terjadi banjir secara tiba-tiba yang disebut banjir bandang. Untuk menanngulangi
bencana banjir banyak hal yang harus dilakukan, di antaranya sebagai berikut: a. Sebelum
kejadian banjir Membersihkan saluran air dari sampah yang dapat menyumbat aliran air,
sehingga menyebabkan terjadinya banjir. Mengeruk sungai untuk menambah daya tampung air.
Membangun rute-rute drainase alternatif (kanal-kanal sungai baru, sistem-sistem pipa), sehingga
dapat mencegah beban yang berlebihan terhadap sungai.Tidak mendirikan bangunan pada
wilayah (area) yang menjadi daerah lokasi penyerapan air atau daerah tangkapan hujan, terutama
di daerah hulu sungai.Tidak menebangi pohon-pohon di hutan, karena hutan yang gundul akan
sulit menyerap air, sehingga jika terjadi hujan lebat secara terus menerus air tidak dapat diserap
secara langsung oleh tanah bahkan akan menggerus tanah. Hal ini juga dapat menyebabkan tanah
longsor. Membuat tembok-tembok penahan dan tanggul-tanggul di sepanjang sungai, tembok-
tembok laut di sepanjang pantai-pantai dapat menjaga tingkat ketinggian air agar tidak masuk ke
dalam daratan. b. Pada saat kejadian banjir Mengerahkan tim penyelamat beserta bahan dan
peralatan pendukung, seperti perahu karet, tambang, pelampung, dan obatobatan. Membawa
korban ke tempat yang aman atau penampungan sementara. Memantau perkembangan keadaan
banjir dan menyebarluaskan informasinya kepada masyarakat. c. Pasca kejadian banjir
Memberikan pertolongan medis bagi yang memerlukan. Memberikan bantuan obatobatan dan
makanan serta bantuan lainnya. Memperbaiki sarana dan prasarana yang rusak karena banjir.
sarana dan prasarana yang kotor karena banjir.
E. SISTEM KOMANDO DALAM PENANGGULANGAN BENCANA
Terbentuknya komando tanggap darurut bencana melipti tahap yang terdiri dari : 1. Informasi
kejadian awal 2. Penugasan tim reaksi cepat (TRC) 3. Penetapan status/tingkat bencana 4.
Pembentukan komando tanggap darurat bencana Tahap pembentukan komando tanggap darurat
bencana tersebut harus dilaksanakan secara keseluruan menjadi satu rangkaian sistem komando
yang terpadu. Rincian masingmasing tahap tersbut adalah: A. Informasi kejadian awal becana 1.
Informasi awal kejadian bencaan diperoleh melalui berbagai sumber atara lain pelapor, media
massaa, instansi/lembaga terkait, masyarakat, internet, dan informasi lain yang dapat dipercaya.
BNPB dan atau BPBD melalui klarifikasi kepada instansi/lembaga/masyarakat dilokasi bencana.
Informasi yang diperoleh dengan menggunakan rumusn pertanyaan terkait bencana yang terjadi,
teridir dari : a. Apa : jenis bencana b. Dilamana:hari, tanggal ,bulan, tahun, jam, waktu, setempat
c. Dimana : tempat/lokasi/daerah bencana d. Berapa : jumlah korban, kerusakan sarana dan
prasaran e. Penyebab : penyebab terjadinya bencana f. Bagaiman : upaya yang telah dilakukan g.
Penjelasan rumusan pertanyaan informasi kejadian awal yang harus dikumpulkan
B. Penugasan Tim reaksi cepat (TRC) 1. Dari informasi kejadian awal yang diperoleh, BNPB
dan atau BPBD menugaskan tim reaksi cepat (RTC) tanggap darurat bencana, untuk
melaksanakan tugas pengkajian secara cepat, tepat, dan dampak bencana serta memberikan
dukungan pendamping dalam rangka penganan daruruat bencana 2. Hasil pelaksanaan tugas
TRC tanggap darurat dan masukan dari berbagai instansi/lebaga terkait merupakan bahan
pertimbangan bagi : a. Kepala BPBD kabupaten/kota untuk mengusulakn kepada bupati/walikota
dalam rangka menetapkan status/tingkat bencana skala kabupaten/kota. b. Kepala BPBD provinsi
untuk mengusulkan kepada Gubernur dalam rangka menetapkan status/tingkat bencana skala
provinsi. c. Kepala BNPD untuk mengusulkan kepada presiden RI dalam rangka menetapkan
status/tingkat bencana skala nasional.
C. Penetapan status/tingkat bencana 1. berdasarkan usul sesuai butir B.2 diatsa dan berbagai
masukan yang dapat dipertanggung jawabkan dalam forum rapat dengan instansi/lembaga
terkait,maka : a. Bupati/walikota menetapkan status/tingkat bencana skala kebupaten/kota b.
Gubernur menetapkan statsu/tingkat skala provinsi c. Presiden RI menetapkan status/tingkatt
bencana skala nasional 2. Tindak lenajut dsri penetapan status/tingkat bencan tersebut, maka
kepal BNPB/BNPD provinsi kabupaten/kota sesuai dengan kewenagannya menunjukan seorang
pejabat sebagai komando penanganan tanggap darurat bencana sesuai status/tingkat bencana
skala nasional/daerah
D. Pembentukan komado tanggap daruruat bencana 1. Kepala BNPB/BPBD provinsi/BPBD
kebupaten/kota sesuai status/tingkat bencana dan tingkat kewenangannya: a. Mengelurkan surat
keputusan pembentukan komando tanggapan darurat bencana b. Melaksanakan mobilitas
sumberdaya manusia, perlatan dan logistik serta dari instansi/lembaga terkait dan atau
masyarakat. c. Meresmikan pembentukan komando tanggap darurat bencana 2. Ilustrasi
pembentukan komando tanggap darurat bencana
F. MEMAHAMI SURVEILANS BENCANA
Surveilans bencana meliputi : 1. surveilans penyakit-penyakit terkait bencana, terutama penyakit
menular Dilokasi pengungsian korban bencana, sangat perlu dilakukan survey penyakit-penyakit
yang ada, terutama pentakit menular.Dengan ini diharapakn nantinya ada tindakan penanganan
yang cepat agar tidak terjadi tranmisi penyakit tersebut. Ada 13 besar penyakit menular dan
penyakit terkait bercana : campak, DBD, diare berdarah, diare biasa, hepatitirs, ISPA, keracunan
makanan, malaria, penyakit kulit, pneumoria, tetanus, trauma (fisik), dan thypid. a. Penyakit
menular prioritas (dalam pengamatan dan pencegahan) 1) penyakit yang rentah epidemik 2)
Hepatitis3) Kolera 4) penyakit dalam program 5) Diare berdarah 6) Campak 7) Thypoid fever 8)
Tetanus b. Penyebab utama kesakitan dan kematian 1) Pnemonia 2) Campak 3) Diare 4)
Malnutrisi 5) Malaria 6) Keracunan pangan Mudahnya penyabab penyakit pasca bencana
dikenakan oleh adanya penyakit sebelum bencana, danya perubahan ekologi karena bencana,
pengungsian, kepadatan penduduk ditempat pengungsian, dan rusaknya fasilitas publik.
Pengungsi yang termasuk kategori keompok rentan yaitu bayi dan anak balita, orang tua atau
lansia, keluarga dengan kepala keluarga wanita, ibu hamil
2. Suerveilans data pengungis Data pengungsi meliputi data jumlah total pengungsi dan
kepadatan di tempat penggungsi, data pengungsi menrutu lokasi , golongan umur, dan jenis
kelamin. Data dikumpulkan setiap minggu aatau bulanan. 3. Surveilans kematian Yang
tercantum dalam kematian meliputi nama, tempat atau barak, umur, jenis kelamin, tanggal
meninggal, diagnosa, gejala, identitas pelapor. a. Peran surveilans bencana Surveilans berperan
dalam 1. Saat bencaan : Rapid Health Assesment (RHA), melihat dampak-dampak apaa saja
yang ditimbulkan oleh berncana, seperti berapa jumlah korban, barang-barang apa saja yang
dibutuhkan, peralatan apa yang harus disediakan, berapa banyak pengungsi lansia, anak-anak,
seberapa parh tingkat kerusakan dan kondisi sanitasi lingkungan.
2. Setelah bencana : data-data yang akan diperoleh dari kejadian bencana harus dapat dianalisis,
dan dibuat kesimpulan berupa bencana kerja atau kebijakan, misalnya apa saja yang harus
dilakukan masyarakat untuk kembali dari pengungsian, rekonstruksi dan rehabilitas seperti apa
yang harus diberikan 3. Menentukan arah respom/penggulangan dan menilai kerberhasilan
repon/ evalusi. Manajemne penganggulangan bencana meliputi fase I untuk tanggapan darurat,
fase II untuk fase akut, fase III untuk recovery (rehabilitasi dan rekonstruksi). prinsip dasara
penggulangan bencana adalah pada tahap preparedness atau kesiapsiagaan sebelum terjadi
bencana.
b. Upaya pengggulangan bencana meliputi 1. Pra-bencana  kelebagaan/koordinasi yang solid
 SDM/Petugas kesehatan yang terampil secara medik dan sosial (dapat bekerjasama dengan
siapapun)  ketersedian logistic (bahan,alat, dan obat)  ketersediaan informasi tenatng
bencana (daerah rawa, beresiko, terkena dampak  jaringan kerja lintas program/ sector 2. ketika
bencana RHA (Rapid Health Assement ) dilakukan hari H hingga H+3.6. Rapid Healt
Assement (penilaian kesehatan secara tepat) dilakukan untuk mengatur besarnya suatu maslah
yang berkaitan dengan kesehatan akibat bencana, yaitu dampak yang terjadi maupun yang
kemungkinan dapat terjadi terhadap kesehata, seberapa besara kerusakan pemungkiman yang
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan dan merupakan dasar bagi ipaya kesehatan yang
tepat dalam penanggulangan selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai