Makalah Askep Ppok
Makalah Askep Ppok
Disusun Oleh:
STIKes Pertamedika
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Taufik dan
Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pendidikan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah kami masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................................................................. 3
2.1 Definisi .......................................................................................................................................... 3
2.2 Etiologi .......................................................................................................................................... 4
2.3 Patofisiologi................................................................................................................................... 5
2.4 Pathway......................................................................................................................................... 7
2.5 Komplikasi ..................................................................................................................................... 7
2.6 Manifestasi Klinis .......................................................................................................................... 8
2.7 Pemeriksaan Penunjang................................................................................................................ 9
2.8 Penatalaksanaan ........................................................................................................................... 9
2.9 Pencegahan ................................................................................................................................. 10
2.10 Asuhan Keperawatan .................................................................................................................. 12
BAB III PENUTUP ......................................................................................................................................... 37
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................. 37
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai dengan
keterbatasan aliran udara didalam saluran napas yang tidak sepenuhnya reversible dan bersifat
progresif (Depkes RI, 2004). Indikator diagnosis PPOK adalah penderita diatas usia 40 tahun,
dengan sesak napas yang progresif, memburuk dengan aktivitas, persisten, batuk kronik,
produksi sputum kronik. Biasanya terdapat riwayat pejanan rokok, asap atau gas berbahaya di
dalam lingkungan kerja atau rumah. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO), menunjukkan pada
tahun 2002 PPOK telah menempati urutan kelima penyebab utama kematian setelah penyakit
kardiovaskuler (WHO, 2002). Diperkirakan pada tahun 2030 akan menjadi penyebab kematian
ketiga di seluruh dunia. Menurut American Lung Association (ALA), PPOK merupakan
penyebab utama keempat kematian di Amerika Serikat. Hasil survei penyakit tidak menular oleh
Direktur Jendral PPM & PL di 5 Rumah Sakit di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Lampung dan Sumatera Selatan pada tahun 2004, PPOK menempati urutan pertama
penyumbang angka kesakitan (35%) (Depkes RI, 2004).
Berdasarkan sudut pandang fisioterapi, pasien PPOK menimbulkan berbagai tingkat
gangguan yaitu impairment berupa nyeri dan sesak nafas, edema, terjadinya perubahan pola
pernapasan, rileksasi menurun, perubahan postur tubuh, functional limitation meliputi gangguan
aktivitas sehari-hari karena keluhan-keluhan tersebut diatas dan pada tingkat participation
retriction yaitu berat badan menjadi menurun. Modalitas fisioterapi dapat mengurangi bahkan
mengatasi gangguan terutama yang berhubungan dengan gerak dan fungsi diantaranya
mengurangi nyeri dada dengan menggunakan terapi latihan yang berupa breathing exercise akan
mengurangi spasme otot pernafasan, membersihkan jalan napas, membuat menjadi nyaman,
melegakan saluran pernapasan (Helmi, 2005). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
peran fisioterapi pada pasien PPOK sangatlah bermanfaat, maka dari itu penulis ingin
1
2
mempelajari lebih lanjut tentang metode penanganan fisioterapi pada kasus Penyakit Paru
Obstruksi Kronik (PPOK) eksaserbasi akut.
1.2 Tujuan
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Kronik selanjutnya disebut PPOK atau Cronik Obstruktive
Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap
aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu
kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah asma bronchial, bronchitis kronikdan empysema
paru-paru. Sering juga penyakit-penyakit ini disebut dengan Cronik Obstruktive Lung Disease
(COLD) (Somantri 2009).
Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian.
Penyakit pada saluran pernafasan lebih sering terjadi dari pada sistem lain, salah satu penyebab
kesakitan dan kematian pada penyakit saluran pernafasan adalah penyakit paru obstruksi
kronik.PPOK adalah penyakit yang dapat dicegah dan diobati, ditandai dengan keterbatasan
aliran udara yang terus-menerus yang biasanya progresif dan berhubungan dengan respons
inflamasi kronis pada saluran napas dan
Paru-paru terhadap partikel atau gas yang beracun (Global Initiative for Chronic Lung
Disease, 2015).
Pasien dengan PPOK menunjukan kelemahan untuk bernafas, mereka yang menderita PPOK
akan menanggung akibat dari kurangnya oksigen. Penurunan kadar oksigen dalam sirkulasi dan
jaringan tubuh, menempatkan pasien pada risiko tinggi terhadap beberapa kondisi serius lainnya.
Akhir-akhir ini PPOK diketahui juga memiliki efek sistemik dengan manisfestasi ekstra paru.
Komplikasi sistemik PPOK terdiri dari peradangan sistemik, penurunan berat badan, gangguan
musculoskeletal, gangguan kardiovaskular,gangguan hematologi, neurologi dan psikiatri (Fahri
et al, 2008; Attaran et al, 2009).
PPOK mempunyai tanda dan gejala yakni Batuk (mungkin produktif atau non produktif), dan
perasaan dada seperti terikat, mengi saat inspirasi maupun ekskresi yang dapat terdengar tanpa
3
4
stetoskop, pernafasan cuping hidung, ketakutan dan diaphoresis, batuk produktif dengan sputum
berwarna putih keabu-abuan, yang biasanya terjadi pada pagi hari, inspirasi ronkhi kasar dan
whezzing, sesak nafas (Jaap CA Tappenburg,2008).
2.2 Etiologi
Etiologi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau chronic obstructive pulmonary disease
(COPD) adalah kerusakan jalan nafas atau kerusakan parenkim paru. Kerusakan ini dapat
disebabkan oleh :
1. Merokok
Merokok hingga saat ini masih menjadi penyebab utama dari PPOK, termasuk perokok pasif.
World Health Organitation (WHO) memperkirakan pada tahun 2005, 5.4 juta orang meninggal
akibat konsumsi rokok. Kematian akibat rokok diperkirakan akan meningkat hingga 8.3 juta
kematian pertahun pada tahun 2030 [3].
Merokok merangsang makrofag melepaskan fator kemotaktik netrofil dan elastase yang akan
menyebabkan destruksi jaringan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa penurunnan fungsi paru
dan perubahan struktur paru pada pasien yang merokok telah terjadi jauh sebelum gejala klinis
PPOK muncul.
2. Faktor Lingkungan
PPOK dapat muncul pada pasien yang tidak pernah merokok. Faktor lingkungan dicurigai
dapat menjadi penyebabnya namun mekanisme belum diketahui pasti. Pada negara dengan
penghasilan sedang hingga tinggi, merokok merupakan penyebab utama PPOK, namun pada
negara dengan penghasilan rendah paparan terhadap polusi udara merupakan penyebabnya.
Faktor risiko yang berasal dari lingkungan antara lain adalah polusi dalam ruangan, polusi luar
ruangan, zat kimia dan debu pada lingkungan kerja, serta infeksi saluran nafas bagian bawah
yang berulang pada usia anak.
3. Defisiensi enzim Alpha1-antitrypsin (AAT)
AAT merupakan enzim yang berfungsi untuk menetralisir efek elastase neutrophil dan
melindungi parenkim paru dari efek elastase. Defisiensi AAT merupakan faktor predisposisi
pada Emfisema tipe panasinar. Defisiensi AAT yang berat akan menyebabkan emfisema
5
prematur pada usia rata-rata 53 tahun untuk pasien bukan perokok dan 40 tahun pada pasien
perokok.
Penyebab PPOK Lainnya
2.3 Patofisiologi
Patofisiologi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau chronic obstructive pulmonary
disease utamanya adalah perubahan pada saluran nafas, tapi dapat juga ditemukan perubahan
pada jaringan parenkim paru dan pembuluh darah paru. Sebagian besar kasus PPOK disebabkan
karena paparan zat berbahaya, paling sering disebabkan oleh asap rokok. Mekanisme
patofisiologi masih belum jelas, namun diperkirakan disebabkan oleh banyak faktor.
yaitu dengan berkurangnya elastisitas dinding jalan nafas dan penyempitan jalan nafas. Terdapat
3 pola morfologik Emfisema, yaitu :
Centracinar
Ditandai dengan kerusakan pada bronkiolus dan bagian sentral dari asinus. Tipe emfisema ini
biasanya ditemukan pada perokok dan lobus paru atas merupakan bagian yang rusak paling
parah.
Panacinar
Ditandai dengan kerusakan menyeluruh pada semua bagian asinus. Tipe ini biasanya
menyebabkan kerusakan parah pada lobus paru bawah dan biasanya ditemukan pada pasien
dengan defisiensi alfa 1 antitrypsin.
Distal Acinar
Kerusakan terjadi pada struktur distal jalan nafas, duktus dan saccus alveolar. Tipe emfisema ini
terlokalisasi pada septa fibrous atau pleura dan akan menyebabkan pembentukan bullae. Bullae
apikal yang ruptur dapat menyebabkan timbulnya pneumothoraks spontan.
2.4 Pathway
2.5 Komplikasi
Komplikasi Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) menurut Grece & Borley
(2011), Jackson (2014) dan Padila (2012):
8
Manifestasi klinis menurut Reeves (2006) dan Mansjoe 2008) pasien dengan penyakit paru
obstruksi kronis adalah perkembangan gejala-gejala yang merupakan ciri dari PPOK yaitu :
malfungsi kronis pada sistem pernafasan yang manifestasi awalnya ditandai dengan batuk dan
produksi dahak khususnya yang muncul di pagi hari. Napas pendek sedang yang berkembang
menjadi nafas pendek akut.
Dipiro et.al (2008), menyebutkan bahwa penyebab terjadinya PPOK karena kerterbatasan
aliran udara. Terbatasnya aliran udara ini karena kelebihan sekresi mukus, terjadi kontraksi pada
otot bronkial di perifer sehingga terjadi penyempitan saluran udara.
Tanda dan gejala lainnya sebagai berikut:
1. Kelemahan badan
2. Batuk
3. Sesak napas
4. Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi
5. Mengi atau wheezing
6. Ekspirasi yang memanjang
7. Bentuk dada Barrel Chest pada penyakit lanjut
8. Penggunaan otot bantu pernapasan
9. Suara napas melemah
10. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal
9
1. Tes fungsi paru-paru (spirometri) akan dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut
spirometer. Fungsi paru-paru akan dinilai melalui volume hembusan napas pasien, yang
dikonversikan dalam sebuah grafik.
2. Tes darah, untuk memastikan apakah pasien menderita penyakit lain, seperti anemia dan
polisitemia, yang memiliki gejala serupa dengan PPOK. Tes darah juga digunakan untuk
memeriksa antitripsin alfa-1.
3. Analisis gas darah arteri. Tes ini untuk melihat kandungan oksigen dan karbondioksida
dalam darah.
4. Foto Rontgen dada. Foto Rontgen dada dilakukan untuk mendeteksi ganguan pada paru-
paru.
5. CT scan, yang dapat menunjukkan gambaran paru-paru secara lebih detail.
6. Elektrokardiogram (EKG) dan ekokardiogram, guna memeriksa kondisi jantung.
7. Pengambilan sampel dahak.
2.8 Penatalaksanaan
2.9 Pencegahan
Anda dapat mencegah PPOK dengan menjalani kebiasaan gaya hidup yang sehat. Berikut
adalah beberapa tips yang dapat membantu menjaga paru-paru Anda dan anggota keluarga tetap
sehat:
1. Berhenti merokok
Tips pertama adalah, tentu saja, untuk menghentikan penyebab utama PPOK. Jika anggota
keluarga Anda tidak pernah merokok, jangan memulainya. Jika anggota keluarga Anda merokok,
mereka harus berhenti demi kesehatan diri serta keluarga. Meskipun Anda pernah merokok,
berhenti dapat membantu memperlambat perkembangan PPOK dan membatasi kerusakan paru.
Risiko merokok juga berlaku bagi perokok pasif. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, 10
persen dari kematian terkait rokok diakibatkan oleh asap rokok.
Berhenti merokok sangatlah penting jika Anda memiliki kadar protein alpha-1 antitrypsin yang
rendah (protein yang diperlukan untuk melindungi paru-paru dan hati). Orang yang menderita
11
defisiensi alpha-1 antitrypsin bisa mengurangi risiko PPOK parah mereka jika mereka
mendapatkan suntikan alpha-1 antitrypsin secara teratur. Anggota keluarga dari seseorang yang
menderita defisiensi alpha-1 antitrypsin harus diuji untuk kondisi tersebut.
5. Dapatkan vaksin
Sebaiknya keluarga Anda mendapatkan vaksin PPOK. Suntikan yang umum adalah
untuk flu, pneumonia, dan vaksin pertussis (disebut juga batuk rejan).
12
A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 17 november 2018
Tanggal Masuk : 17 november 2018
Ruang/Kelas : 801/ III
Nomor Register : 158868
Diagnosa Medis : PPOK
1. Identitas Klien
Nama Klien : Tn. S
Jenis kelamin : Laki- laki
Usia : 62 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Betawi
Pendidikan : SMA
Bahasa yg digunakan : Bahasa Indonesia
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : JL. Perumahan Cilandak JAKSEL
Sumber biaya (Pribadi, Perusahaan, Lain-lain) : BPJS
Sumber Informasi (Klien / Keluarga) : Klien dan Keluarga
2. Resume
(Ditulis sejak klien masuk rumah sakit sampai dengan sebelum pengkajian dilakukan
meliputi : data fokus, masalah keperawatan, tindakan keperawatan mandiri serta
kolaborasi dan evaluasi secara umum)
Klien datang ke UGD pasar minggu pada tanggal 17 november 2018 pukul 19:00
WIB dengan keluhan utama sesak, TD 130/80 mmhg, N: 100x/menit, S: 37 C
RR:24x/menit, . masalah keperawatan yang di dapat adalah pola nafas tidak efektif,
13
3. Riwayat Keperawatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang.
1) Keluhan utama : Sesak
2) Kronologis keluhan
a) Faktor pencetus : Setelah berjalan
b) Timbulnya keluhan : ( √ ) Mendadak ( ) Bertahap
c) Lamanya : 15 menit
d) Upaya mengatasi : Relaksasi
b. Riwayat kesehatan masa lalu.
1) Riwayat Penyakit sebelumnya (termasuk kecelakaan) :
HHD, pneumonia, TB paru, peningkatan Enzim transaminase
2) Riwayat Alergi (Obat, Makanan, Binatang, Lingkungan) :
Tidak ada
3) Riwayat pemakaian obat :
Tidak ada
c. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram dan Keterangan tiga generasi dari klien)
d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi factor risiko
Tidak Ada
Riwayat Psikososial dan Spiritual.
1) Adakah orang terdekat dengan klien : Istrinya
2) Interaksi dalam keluarga :
a) Pola Komunikasi : terbuka
b) Pembuatan Keputusan : Bersama
c) Kegiatan Kemasyarakatan : Tidak ada
14
9) Pola kebiasaan
POLA KEBIASAAN
HAL YANG DIKAJI
Sebelum Sakit /
Di Rumah sakit
sebelum di RS
1. Pola Nutrisi
a. Frekuensi makan : …… X / 3x/hari 3x/hari
hari
b. Nafsu makan : baik/tidak Baik Baik
Alasan : ……..(mual,
muntah, sariawan)
c. Porsi makanan yang 1porsi 1porsi
dihabiskan
d. Makanan yang tidak disukai ………………………… ………………………………
e. Makanan yang membuat ………………………… ………………………………
alergi
f. Makanan pantangan ………………………… ………………………………
g. Makanan diet ………………………… ………………………………
h. Penggunaan obat-obatan ……..…………………. …………………….…………
sebelum makan
i. Penggunaan alat bantu ……..…………………. ……..………………….
(NGT, dll)
2. Pola Eliminasi
a. B.a.k. :
1) Frekuensi : ………. X / 2x/hari Tidak tentu
hari
2) Warna : ………….. Kuning Kuning
3)Keluhan : …………….. ………………………… ………………………………
4) Penggunaan alat bantu ……..…………………. ……..……………………
(kateter, dll)
16
b. B.a.b :
1) Frekuensi :…………. 1x/hari 2x/hari
X / hari
2) Waktu : pagi pagi
(Pagi / Siang / Malam /
Tidak tentu)
3) Warna : ………….. kuning kuning
4)Kosistensi : …………….. lembek lembek
5) Keluhan : ……………….. ………………………… ………………………..
6)Penggunaan Laxatif : ……..…………………. ………………………………
..…………..
b. Oral Hygiene
1) Frekuensi :…………. 2x/hari 1x/hari
X / hari
2) Waktu : Pagi / Siang/ pagi/sore pagi
Setelah makan
c. Cuci rambut
1) Frekuensi :…………. 3x/minggu 2x/minggu
X / minggu
4. Pengkajian Fisik :
a. Pemeriksaan Fisik Umum :
1) Berat badan : ……60……Kg (Sebelum Sakit : …60…Kg)
2) Tinggi Badan : ……158……cm
3) Keadaan umum : ( ) Ringan (√ ) Sedang ( ) Berat
4) Pembesaran kelenjar getah bening : ( ) Tidak
( ) Ya, Lokasi………..
b. Sistem Penglihatan :
1) Posisi mata : (√ ) Simetri ( ) Asimetris
2) Kelopak mata : (√ ) Normal ( ) Ptosis
3) Pergerakan bola mata : (√ ) Normal ( ) Abnormal
4) Konjungtiva : (√ ) Merah muda ( ) Anemis ( ) Sangat Merah
5) Kornea : (√ ) Normal ( ) Keruh/ berkabut
( ) Terdapat Perdarahan
6) Sklera : ( ) Ikterik (√ ) Anikterik
7) Pupil : (√ ) Isokor ( ) Anisokor
( ) Midriasis ( ) Miosis
8) Otot-otot mata : (√ ) Tidak ada kelainan ( ) Juling keluar
( ) Juling ke dalam ( ) Berada di atas
9) Fungsi penglihatan : (√ ) Baik ( ) Kabur
( ) Dua bentuk / diplopia
10) Tanda-tanda radang : tidak ada
11) Pemakaian kaca mata : (√ ) Tidak ( ) Ya, Jenis….…………
12) Pemakaian lensa kontak : tidak ada
13) Reaksi terhadap cahaya : tidak sensitif
c. Sistem Pendengaran :
1) Daun telinga : (√ ) Normal ( ) Tidak, Kanan/kiri……………
19
e. Sistem Pernafasan :
1) Jalan nafas : ( ) Bersih
( √ ) Ada sumbatan; sekret.
2) Pernafasan : ( ) Tidak Sesak (√ ) Sesak :…………..
3) Menggunakan otot bantu pernafasan : (√ ) Ya ( ) Tidak
4) Frekuensi : …24…. x / menit
5) Irama : ( ) Teratur ( √) Tidak teratur
6) Jenis pernafasan : Kausmaull( Spontan, Kausmaull, Cheynestoke, Biot,)
7) Kedalaman : ( ) Dalam (√ ) Dangkal
8) Batuk : ( ) Tidak (√ ) Ya …….(Produktif/Tidak
9) Sputum : ( ) Tidak ( √ ) Ya ..(Putih/Kuning/Hijau)
10) Konsistensi : ( ) Kental (√ ) Encer
11) Terdapat darah : ( ) Ya ( √ ) Tidak
12) Palpasi dada : simetris & tidak ada lesi
20
Sistem Kardiovaskuler :
1) Sirkulasi Peripher
a) Nadi ..100. x/ menit : Irama : (√ ) Teratur ( ) Tidak teratur
Denyut : ( ) Lemah ( ) Kuat
b) Tekanan darah : 130/80 mm/Hg
c) Distensi vena jugularis : Kanan : ( ) Ya ( ) Tidak
Kiri : ( ) Ya ( ) Tidak
d) Temperatur kulit ( √ ) Hangat ( ) Dingin
e) Warna kulit : ( ) Pucat ( ) Cyanosis (√ ) Kemerahan
f) Pengisian kapiler : 2 detik
g) Edema : ( ) Ya,………. ( √ ) Tidak
( ) Tungkai atas ( ) Tungkai bawah
( ) Periorbital ( ) muka
( ) Skrotalis ( ) Anasarka
2) Sirkulasi Jantung
a) Kecepatan denyut apical : ………… x/menit
b) Irama : ( √ ) Teratur ( ) Tidak teratur
c) Kelainan bunyi jantung : ( ) Murmur ( ) Gallop
d) Sakit dada : ( ) Ya (√ ) Tidak
1) Timbulnya : ( ) Saat aktivitas ( ) Tanpa aktivitas
2) Karakteristik : ( ) Seperti ditusuk-tusuk
( ) Seperti terbakar ( ) Seperti tertimpa benda berat
3) Skala nyeri :-
21
Sistem Hematologi
Gangguan Hematologi :
1) Pucat : (√ ) Tidak ( ) Ya
2) Perdarahan : (√ ) Tidak ( ) Ya, …..:
( ) Ptechie ( ) Purpura ( ) Mimisan
( ) Perdarahan gusi ( ) Echimosis
i. Sistem Pencernaan
Keadaan mulut :
1) Gigi : (√ ) Caries ( ) Tidak
2) Penggunaan gigi palsu : ( ) Ya ( √ ) Tidak
3) Stomatitis : ( ) Ya (√ ) Tidak
22
j. Sistem Endokrin
Pembesaran Kelenjar Tiroid : (√ ) Tidak ( ) Ya,
23
( ) Exoptalmus ( ) Tremor
( ) Diaporesis
Nafas berbau keton : ( ) Ya (√ ) Tidak
( ) Poliuri ( ) Polidipsi ( ) Poliphagi
Luka Ganggren : (√ ) Tidak ( ) Ya, Lokasi……………
Kondisi Luka………………
k. Sistem Urogenital
Balance Cairan : Intake……700…ml; Output…675….ml
Perubahan pola kemih : ( ) Retensi ( ) Urgency ( ) Disuria
( √ ) Tidak lampias ( ) Nocturia ( ) Inkontinensia
( aritmia ) Anuria
B.a.k : Warna : (√ ) Kuning jernih ( ) Kuning kental/coklat
( ) Merah ( ) Putih
Sistem Integumen
Turgor kulit : (√ ) Elastis ( ) Tidak elastis
Temperatur kulit : ( √ ) Hangat ( ) Dingin
Warna kulit : (√ ) Pucat ( ) Sianosis ( √ ) Kemerahan
Keadaan kulit : ( √ ) Baik ( ) Lesi ( ) Ulkus
( ) Luka, Lokasi…………..
( √ ) Insisi operasi, Lokasi …………………………...
Kondisi……………………….…………
( ) Gatal-gatal ( ) Memar/lebam
( ) Kelainan Pigmen
( ) Luka bakar, Grade……….. Prosentase…………
( ) Dekubitus, Lokasi………….
24
m. Sistem Muskuloskeletal
Kesulitan dalam pergerakan : ( ) Ya (√ ) Tidak
Sakit pada tulang, sendi, kulit : ( ) Ya (√ ) Tidak
Fraktur : ( ) Ya ( √) Tidak
Lokasi : …………………………………….
Kondisi:…………………………………….
Kelainan bentuk tulang sendi : ( ) Kontraktur ( ) Bengkak
( ) Lain-lain, sebutkan : …………
Kelaianan struktur tulang belakang: ( ) Skoliasis ( ) Lordosis
( ) Kiposis
Keadaan Tonus otot : (√ ) Baik ( ) Hipotoni
( ) Hipertoni ( ) Atoni
Kekuatan Otot : 4 4 4 4 4 4 4 4
3 3 3 3 3 3 3 3
1. Data Fokus
2. Analisa Data
No. Data Masalah Etiologi
1. DS
1. Klien mengatakan Ketidakefektifan pola napas Keletihan
sesak nafas
2. Klien mengatakan
26
3. DS
f
v 1. Klien mengatakan Gangguan pola tidur Kurang privasi dan
2 tidur hanya 3-4 jam pencahayaan
di malam hari
2. Klien mengatakan
tidak nyaman dengan
27
kondisi pencahayaan
pada malam hari
3. Klien mengatakan
ketidakpuasaan
dalam tidur
DO
1. Klien tampak tidak
terbiasa dengan
kondisi rawat inap
2. Klien tampak kurang
nyaman dengan
keadaan rawat inap
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
(Meliputi tindakan keperawatan independen dan interdependen)
28
Para
f&
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
Tgl No Rencana Tindakan nam
Keperawatan (PES) Hasil
a
jelas
1. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan 1. Mengukur TTV
nafas b.d keletihan tindakan keperawatan 2. Atur intake
DS 3x24jam diharapkan untuk cairan
1. Klien masalah teratasi 3. Atur peralatan
mengatakan dengan kriteria hasil: oksigenasi
sesak nafas 1. Menunjukan 4. Kolaborasi
2. Klien jalan nafas yang
mengatakan paten
batuk diserati 2. TTv dalam
dahak rentan normal
DO
1. TD: 130/80
S:36,8C, N:
84X/mnt,
RR;22x/mnt
2. Pernafasan
dibantu otot
dada
3. Klien tampak
sesak
4. Hasil radiologi
dengan kesan:
sus intertiral
lung disense,
infected
bronchiectasis,
29
emfisema
patronal
5. Klien
menggunakan
nasal kanul
DX 1 5. Mengukur IO
Hasil: I:700cc, O:645c, B:+55
DX 1,2&3
6. Kolaborasi pemberian obat (terapi obat sore)
Curcuma 1 tab
Inhalasi combiven 2,5ml
Inhalasi Pulmicort 0,5mg
Ranitidin 50mg
Mp 62.5 mg
DX 3 7. Menjelaskan pentingnya tidur
Hasil: klien akan memahami penjelasan
umum sedang
3. Terapi oksigen
Hasiil: klien tampak nyaman
4. Kolaborasi pemberian obat (terapi obat sore)
Curcuma 1 tab
Inhalasi combiven 2,5ml
Inhalasi Pulmicort 0,5mg
Ranitidin 50mg
Mp 62.5 mg
Hasil: klien tidak alergi
5. Pasien pulang
E. E V A L U A S I ( CATATAN PERKEMBANGAN )
No. Hari/Tgl./ Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf dan
DK. Jam (Mengacu pada tujuan) Nama Jelas
Dx1 26-11- S: klien mengatakan batuk dan sesak
2018 O: ku sedang TD:110/80mmhg, S:36,7 C,
18:00 RR:22x/mnt, N: 84x/mnt
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Mengukur TTV
2. Atur intake output
3. Atur alat oksigen
4. Kolaborasi
1. Mengukur TTV
2. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
3. Bantu klien untuk membangun motivasi diri
4. Kolaborasi
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi, setelah melakukan diskusi dan mencari buku sumber literatur yang dapatdipercaya,
bahwa Penyakit Paru Obstruktif Kronik (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan
untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan
resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang
membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah : Bronchitis kronis, emfisema
paru-paru dan asthma bronchiale (S Meltzer, 2001 : 595).
Penyakit Paru Obstruktif kronik merupakan penyakit yang menyerang sistem respirasi
dengan gangguan emfisema, asma, atau bisa ke duanya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
dan menyebabkan seseorang itu menderita penyakit paru obstruktif kronik seperti usia, jenis
kelamin, gen atau keturunan, gangguan sistem pernafasan lain, merokok, dan lingkungan.
Peran kita sebagai perawat tentunya sesuai dengan gejala dan diagnosa pada pasien, seperti
memberikan terapi oksigen pada tidak efektifnya jalan nafas, memberikan obat penenang dan
penghindar rasa nyeri serta kolaborasi dengan tenaga medis lainnya.
3.2 Saran
Berusaha dan selalu bekerja sama akan membawa kita menuju keberhasilan dalam
menyelesaikan masalah dan mengerjakan tugasserta melakukan tugas dengan penuh tanggung
jawab akan membuat kita semakin menjadi dewasa dan mandiri.
37
DAFTAR PUSTAKA
Kuwalak,Jeninifer.P.2011.PATOHFISIOLOGI,Jakarta:EGC
Somantri,Irwan.2009.Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika
Syamsudin,Sesilia Andriani keban.2013.Buku ajar Farmakoterapi gangguan saluran
pernapasan.Jakarta:Salemba Medika
Anies.2015.Penyakit berbasis lingkungan.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media
Herdman,T.Heather.2012.Diagnosis Keperawatan.Jakarta:EGC
Huda Nurarif,Amin dan Hardi Kusuma.2015.Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnose medis dan Nanda NIC-NOC.Yogyakarta:Mediaction
http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-contect/uploads/copd.pdf