Anda di halaman 1dari 5

PEMBAHASAN

Pada tanggal 4 Oktober 2011 telah dilakukan euthanasia dan nekropsi


seekor domba dengan nomer protokol C-20 milik Bapak Surana yang beralamat di
Dusun Tegal Senggotan, Desa Tirto Nirmolo, Kec. Kasihan, Kab. Bantul.
Berdasarkan anamnesa yang diperoleh dari peternak dan pengamatan terhadap
gejala klinik, diketahui domba dengan nomor protokol C-20 berjenis kelamin
betina, umur 5 bulan dengan berat badan 13 kg, populasi 40 ekor, sakit 1 ekor,
mati 1 ekor, kandang beralas tanah dan sebagian berbentuk panggung, pakan
jerami, kulit kedelai, sumber air minum dari sumur. Gejala klinis hewan nafsu
makan turun, dypnoe, leleran transudat dari hidung, kurus, lesu, diare, bulu
disekitar anus kotor, bulu kusam dan rontok.

Patologi anatomi (Histopatologi)


Domba di nekropsi dan dilakukan pemeriksaan secara laboratorik. Hasil
pemeriksaan patologi anatomi secara makroskopis organ setelah di nekropsi
terlihat adanya perubahan pada pulmo berupa warna pucat, belang abu-abu di
lobus dekster dan sinister, uji apung mengapung, bidang sayatan basah,
konsistensi lunak. Hepar tepinya tumpul, bidang sayatan basah, konsistensi lunak,
warna merah kehitaman, permukaan halus tidak ada perubahan. Jantung tertutup
lemak di pericardium, nodul putih diameter 2 mm di pericardium, bidang sayatan
basah, konsistensi kenyal. Jejunum berwarna kemerahan mukosa, bungkul
diamater 3 mm di serosa. Omasum berwarna kemerahan di mukosa.
Pemeriksaan histopatologi, terlihat pulmo mengalami penyempitan alveoli,
infiltrasi limfosit dan makrofag disepta interalveolaris. Hepar terlihat vakuola
tidak berbatas jelas pada sitoplasma hepatosit. Di jantung terlihat adanya infiltrasi
limfosit di sel otot myocardium. Pada jejunum terdapat erosi epitel mukosa,
infiltrasi limfosit di tunika mukosa, eritrosit keluar dari pembuluh darah di tunika
mukosa. Erosi epitel disebabkan oleh adanya manifestasi cacing di dalam lumen
usus yang menyebabkan kerusakan epitel usus. Terbentuknya hemoragi terjadi
sebagai akibat adanya respon infeksi terhadap cacing Moniezia exspansa yang

29
ditandai dengan adanya eritrosit keluar dari pembuluh darah di tunika mukosa.
Pada omasum terlihat adanya infiltrasi limfosit di tunika mukosa.

Parasitologi
Pada pemeriksaan parasitologi ditemukan cacing Haemonchus contortus
dan Trichuris sp, cacing cestoda Moniezia expanza, Eimeria ovina dan ektoparasit
pinjal Ctenocephalides felis. Haemonchus menyebabkan anemia, odema,
kekurusan dan mengalami gangguan pencernaan umum (Levine, 1994). Pada saat
nekropsi domba dengan nomer protokol C-20, terlihat mukosa omasum
mengalami pendarahan. Pada mukosa sekum ditemukan cacing Trichuris sp.
Melekatnya cacing Trichuris sp. pada mukosa sekum pada domba dengan nomer
protokol C-20, menyebabkan keradangan yang dapat meningkatkan peristaltik
usus, menurunkan nafsu makan, kehilangan cairan dan anemia (Subronto, 2006).
Pemeriksaan usus halus domba ditemukan cacing Moniezia expanza.
Infeksi cacing Moniezia expanza pada domba ini menyebabkan perdarahan
mukosa usus dan menyebabkan diare karena gangguan penyerapan makanan dan
pertumbuhan akan terhambat. Jaringan usus akan mengalami kerusakan akibat
infeksi cacing dewasa (Soulby, 1982).
Koksidiosis pada domba dengan nomer protokol C-20 ini disebabkan oleh
Eimeria ovina. Akibat dari infeksi koksidiosis ini menyebabkan diare, pada usus
halus akan mengalami erosi epitel mukosa, peradangan dan perdarahan
(hemoragi) pada mukosa usus (Levine, 1994). Infestasi ektoparsit pada domba
dengan nomer protokol C-20 ini ditemukan pinjal Ctenocephalides felis. Gigitan
pinjal Ctenocephalides felis ini menyebabkan rasa gatal dan bulu rontok pada
domba (Anonim, 2011).

Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi, sampel pulmo digunakan untuk mengisolasi
Pasteurella sp. yang diduga menjadi penyebab bakterial pada domba dengan
nomor protocol C-20 di tanam pada plat agar darah dan diinkubasikan pada suhu
37oC selama 24 jam. Pada isolasi Plat Agar Darah didapatkan koloni dengan
bentuk sirkuler, warna putih, dan tampak menghemolisa darah. Pewarnaan gram
30
dilakukan dengan cara yaitu pengulasan biakan bakteri dengan usa pada gelas
obyek yang sebelumnya ditetesi Nacl fisiologis. Kemudian fiksasi sampai kering
diatas api bunsen. Tetesi carbon gentian violet (initial strain) diamkan selama 2
menit. Cat dibuang dan jangan dicuci, kemudian tetesi lugol (mordant) biarkan
selama 1 menit. Cat dibuang dan jangan dicuci, kemudian tetesi alkohol 95%
(decolorizer) diamkan selama 1 menit. Cat dibuang, cuci dengan air kran.
Kemudian di tetesi air fushine (counter stain) biarkan selama 2 menit. Buang, cuci
sampai tidak keluar warna dan keringkan. Amati dibawah mikroskop. Hasil
pemeriksaan pengecatan gram menunjukan bahwa bakteri yang tumbuh
merupakan bakteri gram positif coccus tercat ungu. Dari hasil pemeriksaan
mikrobiologi tersebut, maka domba dengan nomor protocol C-20 tidak
ditemukan bakteri Pasteurella sp. (Quinn et al., 1999).

Patologi klinik
Pemeriksaan patologi klinik pada domba dengan nomer protokol C-20
menunjukkan adanya anemia mikrositik hipokromik, leukositosis, monositosis,
eosinofilia, hipoproteinemia, anisositosis, anulositosis. Anemia terjadi apabila
jumlah eritosit yang fungsional dan atau jumlah hemoglobin dibawah normal.
Anemia diindikasikan ketika parameter sel darah merah yaitu PCV, hemoglobin,
RBC terhitung dibawah normal untuk umur, jenis kelamin dan strain yang sama
dari spesies yang telah ditentukan (Jain, 2000).
Kejadian anemia pada kasus ini disebabkan karena infestasi cacing
Haemonchus contortus, Trichuris sp., Moniezia expanza, Eimeria ovina dan
infestasi pinjal Ctenocephalides felis yang mengigit dan menghisap domba.
Anemia mikrositik hipokromik pada domba dengan nomer protokol C-20 ini
terjadi keradangan dan perdarahan kronis akibat infeksi parasit pada mukosa usus
sehingga proses absorbsi nutrisi zat besi (Fe) terganggu (Kelly, 1984). Selain
infestasi cacing dan pinjal, pada kasus ini anemia disebabkan koksidiosis akibat
dari peradangan dan perdarahan usus (enteritis hemoragika) serta erosi epitel
mukosa.

31
Leukositosis merupakan peningkatan jumlah leukosit dari nilai normal per
mikroliter (Jain, 1986). Leukositosis pada kasus ini terjadi akibat adanya infestasi
parasit dan koksidiosis sehingga mengakibatkan peningkatan leukosit (Coles,
1986).
Domba dengan nomer protokol C-20 mengalami monositosis dan
Eosinofilia. Monositosis pada kasus ini terjadi karena keradangan dan defisiensi
zinc (Cowell, 2004). Eosinofilia pada kasus ini terjadi karena kontak antara
jaringan hospes dan parasit yang berlangsung lama akan menyebabkan timbulnya
respon sensitisasi sehingga merangsang terjadinya eosinofilia (Frandson dan
Whitten, 1995). Domba dengan nomer protokol C-20 menunjukkan perubahan
histopatologi jejunum yang mengalami erosi epitel mukosa, eritrosit keluar dari
pembuluh darah di tunika mukosa, dan infiltrasi limfosit di tunika mukosa.
Hipoproteinemia pada domba dengan nomer protokol C-20 disebabkan
karena perdarahan (hemoragi) pada usus yang disebabkan infestasi parasit
sehingga menyebabkan penurunan total protein plasma dalam darah (Benjamin,
1978).
Anisositosis adalah gambaran suatu bentuk kelainan eritrosit dimana besar
diameter eritrosit bervariasi di antara eritrosit berukuran normal (Harvey dan
Meyer, 1998). Keadaan anisositosis pada kasus ini disebabkan karena terjadi
defisiensi Fe dan vitamin B6 sehingga mengganggu proses maturasi eritrosit.
Anulosit adalah gambaran eritrosit pada bagian tengah berwarna pucat
tetapi ukuran diameternya normal (Duncan et al., 2003). Dalam kasus ini
kejadian anulosit terjadi karena rendahnya hemoglobin sehingga membentuk
lingkaran dengan warna hanya di bagian tepi. Anulosit muncul pada anemia yang
disebabkan karena defisiensi Fe (Loffler et al, 2005).

32
PATOGENESIS

Faktor predisposisi:
nutrisi jelek, lingkungan
kandang buruk,
Kepadatan kandang, belum
di beri obat cacing

Domba

Haemonchus Trichuris sp Moniezia Eimeria ovina Ctenochepalides


contortus expansa felis

Abomasitis
Enteritis hemoragika (terjadi Atelektasis & pneumonia
erosi epitel, infiltrasi interstitialis, degenerasi
limfosit, eritrosit keluar dari hidropik hepar,
pembuluh darah) myocarditis

Anemia mikrositik hipokromik,


leukositosis, monositosis,
eosinofiia, hipoproteinemia,
anisositosis, anulositosis
Ctenochepalides felis

Diare
Lesu, dypnoe, kurus, bulu
kusam dan rontok

33

Anda mungkin juga menyukai