Anda di halaman 1dari 12

i

MAKALAH

GANGGUAN DISOSIATIF DAN GANGGUAN SOMATOFORM


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konseling Kelompok

Dosen Pengampu:

Dr. Nasruliyah S.Psi., M.Psi, Psikolog

Di susun oleh :

M.Sugeng Riyadi (2019186201B0043)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI ARGOPURO JEMBER

2022
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam pendalaman materi “ Gangguan Disosiatif dan Gangguan
Somatoform ”
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya sebagai penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Jember, 22 Oktober 2022


Penyusun
iii

DAFTAR ISI

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 1
BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................. 2
A. Definisi Gangguan Disosiatif dan Gangguan Somatoform ............... 2
B. Tipe-tipe Gangguan Disosiatif .......................................................... 3
C. Tipe-tipe Gangguan Somatoform ...................................................... 4
D Penanganan Gangguan Disosiatif dan Gangguan Somatoform ........ 5
BAB III. PENUTUP ..................................................................................... 7
A. Kesimpulan ........................................................................................ 7
B. Saran .................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 8
iv
BAB I
PENAHULUAN

A.      Latar Belakang
Somatoform Disorder merupakan gangguan psikologis yang melibatkan keluhan akan
simtom–simtom fisik, dan mengartikan secara berlebihan makna dari simtom fisiknya itu, yang
diyakini sebagai suatu “penyakit” yang serius namun tidak dibenarkan oleh dokter.
Dissociative disorder adalah sebuah tipe gangguan psikologis yang menganggu fungsi
self–identitas, memori, atau kesadaran, yang kemudian membentuk sebuah kepribadian yang
utuh. Orang yang mengalami gangguan Disosiatif tidak mengenal dirinya secara eksistensial atau
filosofis, ia hanya tahu, siapa namanya, dimana ia tinggal apa yang ia lakukan sehari – hari, ia
juga ingat peristiwaperistiwa penting dalam hidupnya, tapi ia tidak mampu menceritakan secara
detail.
Dari pengetahuan kedua gangguan di atas, kami sebagai pemakalah mencoba untuk
sedikit menjelaskan secara rinci apa itu gangguan disosiatif, dan apa itu gangguan somatoform
beserta macam dan bentuk gangguannya agar kita dapat mengetahui akan gangguan tersebut
beserta cara penanggulangannya

B.       Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan gangguan disosiatif dan gangguan somatoform?
2.    Apa saja tipe-tipe gangguan disosiatif ?
3.    Apa saja tipe-tipe gangguan somatoform ?
4.    Bagaimana penanganan gangguan disosiatif dan gangguan somatoform?

C.      Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui definisi gangguan disosiatif dan gangguan somatoform.
2.    Untuk mengetahui tipe-tipe gangguan disosiatif.
3.    Untuk mengetahui tipe-tipe gangguan somatoform.
4.    Untuk mengetahui cara penanganan gangguan disosiatif dan gangguan somatoform.

1
2

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Definisi Gangguan Disosiatif dan Gangguan Somatoform


1.    Definisi Gangguan Disosiatif
Gangguan disasosiatif adalah gangguan yang ditandai dengan adanya perubahan perasaan
individu tentang identitas, memori, atau kesadarannya. Individu yang mengalami gangguan ini
memperoleh kesulitan dalam mengingat peristiwa-peristiwa penting yang pernah terjadi pada
dirinya, melupakan identitas dirinya bahkan membentuk identitas baru (Davidson,Nale dalam
Fausiah,widuri, 2007)
Secara umum gangguan disasosiatif bisa didefinisikan sebagai adanya kehilangan
(sebagian, atau seluruh) dari integrasi normal (di bawah kendali sadar) yang meliputi ingatan
masa lalu, kesadaran identitas dan penginderaan segera (awarness of indetity and immediate
sensations), serta control terhadap gerak tubuh. Gejala utama gangguan ini adalah adanya
kehilangan (sebagian atau seluruh dari integrasi normal (dibawah kendali kesadaran) antara lain
a.    Ingatan masa lalu
b.    Kesadaran identitas dan penginderaan (awareness of identity and immediate sensations), dan
c.    Kontrol terhadap gerakan tubuh
2.    Definisi Gangguan Somatoform
Kata somatoform ini di ambil dari bahasa Yunani soma, yang berarti “tubuh”. Dalam
gangguan somatoform, orang memiliki simtom fisik yang mengingatkan pada gangguan fisik,
namun tidak ada abnormalitas organik yang dapat ditemukan penyebabnya. Gangguan
somatoform berbeda dengan malingering, atau kepura-puraan simtom yang bertujuan untuk
mendapatkan hasil yang jelas. Gangguan ini juga berbeda dengan gangguan factitious yaitu suatu
gangguan yang ditandai oleh pemalsuan simtom psikologis atau fisik yang disengaja tanpa
keuntungan yang jelas. Selain itu gangguan ini juga berbeda pula dengan sindrom Muchausen
yaitu suatu tipe gangguan factitious yang ditandai oleh kepura-puraan mengenai simtom medis.
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik
(sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis.
Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan penderitaan emosional
yang bermakna pada pasien atau gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam
peranan sosial atau pekerjaan.
3

B.       Tipe-tipe Gangguan Disosiatif


1.    Gangguan Identitas Disosiatif
Suatu gangguan disosiatif dimana seseorang memiliki dua atau lebih kepribadian yang
berbeda atau kepribadian pengganti (alter). Terdapat beberapa variasi dari kepribadian ganda,
seperti kepribadian tuan rumah atau utama mungkin tidak sadar akan identitas lainnya, sementara
kepribadian lainnya sadar akan keberadaan si tuan rumah (Dorahy, 2001) ada juga kepribadian
yang berbeda benar-benar tidak sadar satu sama lain. Terkadang dau kepribadian bersaing untuk
mendapatkan kontrol terhadap orang tersebut ada juga satu kepribadian dominan atau inti dan
ada beberapa kepribadian sub ordinat.
2.    Amnesia Disosiatif
Amnesia disosiatif dipercaya sebagai tipe yang paling umum dari gangguan disosiatif
(Maldonado, Butler, dan Speigel, 1998). Dalam amnesia disosiatif, orang menjadi tidak mampu
menyebutkan kembali informasi pribadi yang penting, biasanya melibatkan pengalaman yang
traumatis atau penuh tekanan, dalam bentuk yang tidak dapat dianggap sebagai lupa biasa.
Kehilangan ingatan ini juga tidak disebabkan oleh penyebab organis tertentu, seperti kerusakan
pada otak atau kondisi medis tertentu, bukan pula efek langsung dari obat-obatan atau alkohol.
Ingatan yang hilang dalam amnesia disosiatif dapat kembali, meski gangguan ini dapat
berlangsung selama beberapa hari, minggu atau bahkan tahun.
3.    Fugue Disosiatif
Fugue berasal dari bahasa latin fugere, yang berarti melarikan diri, fugue sama dengan
amnesia ”dalam pelarian”. Dalam fugue disosiatif memori yang hilang lebih luas dari pada
amnesia dissosiative, individu tidak hanya kehilangan seluruh ingatanya (misalnya nama,
keluarga atau pekerjaanya), mereka secara mendadak meninggalkan rumah dan pekerjaanya serta
memiliki identitas yang baru (parsial atau total) (APA, 1994). Namun mereka mampu
membentuk hubungan sosial yang baik dengan lingkungan yang baru. Fugue seperti amnesia,
relatif jarang dan diyakini mempengaruhi sekitar 2 orang di 1.000 di antara populasi umum
(APA, 1994).
4.    Gangguan Depersonalisasi
Gangguan depersonalisasi dimana persepsi atau pengalaman seseorang terhadap diri
sendiri berubah secara menyedihkan dan mengganggu. Dalam episode depersonalisasi, yang
umum dipicu oleh stress, individu secara mendadak kehilangan rasa diri mereka. Mereka
mengalami pengalaman sensori yang tidak biasa; contohnya, ukuran tangan dan kaki mereka
tampak berubah secara drastic atau suara mereka terdengar asing bagi mereka sendiri. Mereka
merasa berada diluar tubuh mereka, menatap diri mereka sendiri dari kejauhan. Kadangkala
mereka merasa seperti mesin, seolah-olah mereka dan orang-orang lain adalah robot, atau
mereka seolah bergerak didunia yang tidak nyata. Gangguan depersonalisasi  biasanya berawal
pada masa remaja dan perjalanannya bersifat kronis, yaitu, dialami dalam waktu yang lama.
4

C.      Tipe-tipe Gangguan Somatoform


1.    Pain Disorder
Pada pain disorder, penderita mengalami rasa sakit yang mengakibatkan
ketidakmampuan secara signifikan;faktor psikologis diduga memainkan peranan penting pada
kemunculan, bertahannya dan tingkat sakit yang dirasakan. Pasien kemungkinan tidak mampu
untuk bekerja dan menjadi tergantung dengan obat pereda rasa sakit. Rasa nyeri yang timbul
dapat berhubungan dengan konflik atau stress atau dapat pula terjadi agar individu dapat
terhindar dari kegiatan yang tidak menyenangkan dan untuk mendapatkan perhatian dan simpati
yang sebelumnya tidak didapat.
2.    Body Dysmorphic Disorder
Pada body dysmorphic disorder, individu diliputi dengan bayangan mengenai kekurangan
dalam penampilan fisik mereka, biasanya di bagian wajah, misalnya kerutan di wajah, rambut
pada wajah yang berlebihan, atau bentuk dan ukuran hidung. Wanita cenderung pula fokus pada
bagian kulit, pinggang, dada, dan kaki, sedangkan pria lebih cenderung memiliki kepercayaan
bahwa mereka bertubuh pendek, ukuran penisnya terlalu kecil atau mereka memiliki terlalu
banyak rambut di tubuhnya (Perugi dalam Davidson, Neale, Kring, 2004). Beberapa individu
yang mengalami gangguan ini secara kompulsif akan menghabiskan berjam-jam setiap harinya
untuk memperhatikan kekurangannya dengan berkaca di cermin. Ada pula yang menghindari
cermin agar tidak diingatkan mengenai kekurangan mereka, atau mengkamuflasekan kekurangan
mereka dengan, misalnya, mengenakan baju yang sangat longgar (Albertini & Philips daam
Davidson, Neale, Kring, 2004).
3.    Hypochondriasis
Hypochondriasis adalah gangguan somatoform dimana individu diliputi dengan
ketakutan memiliki penyakit yang serius dimana hal ini berlangsung berulang-ulang meskipun
dari kepastian medis menyatakan sebaliknya, bahwa ia baik-baik saja. Gangguan ini biasanya
dimulai pada awal masa remaja dan cenderung terus berlanjut. Individu yang mengalami hal ini
biasanya merupakan konsumen yang seringkali menggunakan pelayanan kesehatan; bahkan
terkadang mereka manganggap dokter mereka tidak kompeten dan tidak perhatian. Dalam teori
disebutkan bahwa mereka bersikap berlebihan pada sensasi fisik yang umum dan gangguan
kecil, seperti detak jantung yang tidak teratur, berkeringat, batuk yang kadang terjadi, rasa sakit,
sakit perut, sebagai bukti dari kepercayan mereka. Hypochondriasis seringkali muncul
bersamaan dengan gangguan kecemasan dan mood.
4.    Conversion disorder
Pada conversion disorder, gejala sensorik dan motorik, seperti hilangnya penglihatan atau
kelumpuhan secara tiba-tiba, menimbulkan penyakit yang berkaitan dengan rusaknya sistem
saraf, padahal organ tubuh dan sistem saraf individu tersebut baik-baik saja. Aspek psikologis
dari gejala conversion ini ditunjukkan dengan fakta bahwa biasanya gangguan ini muncul secara
5

tiba-tiba dalam situasi yang tidak menyenangkan. Biasanya hal ini memungkinkan individu
untuk menghindari beberapa aktivitas atau tanggung jawab atau individu sangat ingin
mendapatkan perhatian. Istilah conversion, pada dasarnya berasal dari Freud, dimana disebutkan
bahwa energi dari instink yang di repress dialihkan pada aspek sensori-motor dan mengganggu
fungsi normal. Untuk itu, kecemasan dan konflik psikologis diyakini dialihkan pada gejala fisik.

D.      Penanganan Gangguan Disosiatif dan Gangguan Somatoform


1.      Terapi Gangguan Disosiatif
a.    Psikoanalisis untuk Identitas Disosiatif
Psikoanalisis berusaha membantu orang yang menderita gangguan identitas disosiatif
untuk mengungkapkan dan belajar mengatasi trauma-trauma masa kecil. Mereka sering
merekomendasikan membangun kontak langsung dengan kepribadian-kepribadian alter. Setiap
kepribadian dapat diminta untuk berbicara tentang memori dan mimpi-mimpi mereka sebisa .
Setiap dan semua kepribadian dapat diyakinkan bahwa terapis akan membantu mereka untuk
memahami kecemasan mereka untuk membangkitkan pengalaman traumatis mereka secara aman
dan menjadikan pengalaman-pengalaman tersebut disadari. Menurut Wilbur, bila terapi berhasil
self akan mampu bergerak melalui ingatan traumatis dan tidak lagi perlu melarikan diri ke dalam
self pengganti untuk menghindari kecemasan yang diasosiasikan dengan trauma, sehingga terjadi
integrasi kepribadian.
b.   Psikoterapi untuk Fugue Disosiatif
Psikoterapi adalah penanganan primer terhadap gangguan disosiatif ini. Bentuk terapinya
berupa terapi bicara, konseling atau terapi psikososial, meliputi berbicara tentang gangguan yang
diderita oleh pasien jiwa. Terapinya akan membantu anda mengerti penyebab dari kondisi yang
dialami. Psikoterapi untuk gangguan disosiasi sering mengikutsertakan teknik seperti hipnotis
yang membantu kita mengingat trauma yang menimbulkan gejala disosiatif.
c.    Obat untuk Amnesia Disosiatif
Treatment untuk gangguan disosiatif ada bermacam-macam, sebagian besar karena
kondisinya juga bervariasi. Tujuan utama dalam memberika treatment terhadap orang dengan
symptom-symptom disosiatif adalah dengan membawa kestabilan dan integrasi dalam hidup
mereka. Hal yang penting dalam treatment mereka adalah membangun sebuah lingkungan yang
aman, jauh dari stressor yang mengancam yang mungkin dapat membangkitkan disosiasi. Pada
keamanan dalam konteks treatment, klinisi akan mengenalkan teknik yang menenangkan,
beberapa bersifat psikoterapeutik dan yang lain bersifat psikofarmakologis. Beberapa klinisi
akan menambah obat dan intervensi, juga dapat membantu meningkatkan kondisi tenang. Obat
yang paling umum digunakan adalah sodium pentobarbital dan sodium amobarbital yang
memfasilitasi proses wawancara, khususnya pada klien yang mengalami amnesia disosiatif dan
fugue disosiatif. Jika amnesianya telah hilang, maka klinisi akan membanti klien menemukan
kejadian apa dan faktor-faktor apa yang menyebabkan amnesia.
6

d.   Psikoterapi Stress untuk Depersonalisasi


Karena gangguan disosiatif tampaknya dipicu sebagai respon terhadap trauma atau
pelecehan, Pengobatan untuk individu dengan gangguan tersebut adalah psikoterapi stress,
meskipun kombinasi perawatan psychopharmacological dan psikososial sering digunakan.
Banyak gejala gangguan disosiatif terjadi dengan gangguan lain, seperti kecemasan dan depresi,
dan dapat dihilangkan dengan mengatasi penyebab dari kecemasan dan depresi. Sedangkan obat
yang sama digunakan untuk kecemasan dan depresi (misalnya, anti ansietas obat atau
antidepresan) sering diresepkan untuk orang dalam pengobatan untuk gangguan disosiatif, gejala
kecemasan dan depresi juga bisa mendapatkan keuntungan dari psikoterapi. Pengobatan
gangguan depersonalisasi dapat dilakukan dengan konseling psikologis dan dengan obat-obatan.
2.      Penanganan Gangguan Somatoform
Terapi behavioral dapat dilakukan pada penderita gangguan somatoform dan dapat
bekerja secara lebih langsung dengan si penderita gangguan somatoform, membantu orang
tersebut belajar dalam menangani stress atau kecemasan dengan cara yang lebih adaptif. Teknik
kognitif-behavioral paling sering pemaparan terhadap pencegahan respon dan restrukturisasi
kognitif. Secara sengaja memunculkan kerusakan yang dipersepsikan di depan umum, dan bukan
menutupinya melalui penggunaan rias wajah dan pakaian. Dalam restrukturisasi kognitif, terapis
menantang keyakinan klien yang terdistorsi mengenai penampilan fisiknya dan cara
meyemangati mereka untuk mengevaluasi keyakinan mereka dengan bukti yang jelas.
Penggunaan antidepresan dapat diberikan terutama fluoxetine(Prozac) dalam menangani
beberapa tipe gangguan somatoform.
7

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Gangguan disasosiatif adalah gangguan yang ditandai dengan adanya perubahan perasaan
individu tentang identitas, memori, atau kesadarannya. Individu yang mengalami gangguan ini
memperoleh kesulitan dalam mengingat peristiwa-peristiwa penting yang pernah terjadi pada
dirinya, melupakan identitas dirinya bahkan membentuk identitas baru
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik
(sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis.
Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan penderitaan emosional
yang bermakna pada pasien atau gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam
peranan sosial atau pekerjaan.
Gangguan tersebut mempunyai jenis dan tipe-tipe yang berbeda namun dapat di tangani
atau di obati dengan terapi.
B.       Saran
Dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan bagi para pembaca untuk dapat
mengetahui dan memahami tentang definisi, tipe-tipe dan cara penanganan dari gangguan
disosiatif dan somatoform
8

DAFTAR PUSTAKA

Gaming, IceCool. 2016. http://dickypatria.blogspot.co.id/2016/05/makalah-gangguan-


somatoform-dan.html

Anda mungkin juga menyukai