2. Penanggung Jawab
Nama : Nisa Andawati
Umur : 46 tahun
Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga)
Pendidikan : SMP
Alamat : Jln. G.Obos XII No. 01
Hubungan keluarga : Istri
DIAGNOSA MEDIS : Decompensasi Cordis
1|Page
mendapatkan terapi candasartam, spironoketon, injeksi lasix, infus NACL( 10
tpm/menit) serta therapi oksigen sebanyak 4 liter.
b. Riwayat Kesehatan/Keperawatan Dahulu
Klien mengatakan pernah dirawat di Rumah Sakit pada tahun 2010 karena
penyakit Asma Bronkial.
c. Riwayat Kesehatan/Keperawatan Keluarga
klien mengatakan keluarganya ada penderita asma dan diabetes, sedangkan ibu
klien meninggal pada tahun 1975 karena penyakit hipertensi.
Perempuan
Laki-laki
Meninggal X
Pasien
Serumah ....
Bercerai
e. Riwayat Psikososial
2|Page
Hubungan klien dengan keluarga cukup baik, klien berkomunikasi dengan baik
menggunakan bahasa indonesia. Hubnugan klien dengan teman dan petugas
kesehatan cukup kooperatif.
4. Pola eliminasi
Klien mengatakan masih bisa BAB dan BAK dengan normal layaknya saat
sehat
Klien BAK 4 x sehari dan BAB 1-2 x sehari
Produksi urin ± 1200 cc per hari
3|Page
6. Pola kognitif perceptual
Klien mengatakan tidak terlalu mengerti dengan penyakit yang dideritanya
9. Pola seksual-reproduktif
Klien sudah menikah, dan mempunyai tiga orang anak
4|Page
2. Tanda-tanda vital
TD: 150/90mmHg RR:25 x / m HR: 78 x / m S: 360C
5. Pemeriksaan dada
Bentuk dada simetris, bunyi napas tambahan ronkhi, tidak ada nyeri tekan
pada dada klien. Jantung teraba (kardiomegali)
6. Pemeriksaan abdomen
Tidak ada asites, tidak ada nyeri tekan
b. Neurologis
n I: klien dapat membedakan bau atau aroma
n II: lapang pandang klien baik
n III: klien dapat menggerakan mata ke atas, bawah, dan ke dalam
5|Page
n IV: klien dapat menggerakan mata kebawah/dalam
n V: klien dapat menggerakan otot mata kebawah, kedalam
n VI : klien dapat mengunyah mampu mengontrol ekspresi wajah
n VII : klien dapat mengontrol ekspresi wajah seperti tersenyum
n VIII: kondisi udara baik
n IX : klien dapat menelan air liur dan minum,
n X : klien dapat mengatakan ohhh.... okula tampak simetris
n XI : klien dapat membalikan/menoleh kesisi berlawanan
n XII : klien dapat menggerakan/menjulurkan lidah
2. Pemeriksaan diagnostic
Foto thorax rongent : kesan kardiomegali
VI. Terapi
1. Infus NaCl 0,9% (10 TPM)
6|Page
2. Obat oral
a. Candesartan 2x1
b. Digoxin 1x1
Indikasi : payah jantung kronik, payah jantung penderita lansia dengan atau
tanpa payah ginjal, payah jantung akut, payah jantung pada anak.
c. Spironolacton 2x1
Indikasi : hipertensi esensial, edema pada payah jantung kongestif, edema yang
disertai peningkatan kadar aldosteron dalam darah, misalnya pada sindrom
nefrotik atau serosis hati, juga digunakan pada diagnosis maupun pengobatan
pada hiperaldosteronisme primer.
d. Laxadin syr 1x1
Indikasi : mengatasi buang air besar, persiapan menjelang tindakan radiologis
atau operasi.
e. Salbutamol 3x1
Indikasi :
f. Simvastatin 1x1
Indikasi : mengurangi kadar kolesterol total dan LDL. Sebagai anti
hiperkolesterol primer maupun sekunder.
g. CPG 1x1
h. Aspilet 1x1
Indikasi : demam, sakit kepala, sakit gigi, rasa nyeri pada otot dan sendi.
3. Obat injeksi
a. Inj furosemid 1x2
b. Inj simextam 2x1
c. Inj ranitidin 2x1
d. Arixtra 2,5gr x1
7|Page
B. Analisa Masalah
Data fokus
DS: klien mengatakan Pola napas tidak efektif Penurunan ekspansi paru
napasnya sesak
DS: klien mengatakan nafsu Nutrisi kurang dari Intake tidak adekuat
makan nya menurun. Kadang kebutuhan tubuh
mual, dan muntah
BB sebelum sakit 70 kg
8|Page
BB setelah sakit 66 kg
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan pola tidur berhubungan dengan sesak
nafas
9|Page
10 | P a g e
D. Perencanaan
No Diagnose keperawatan Tujuan & kriteria Intervensi Rasionalisasi Nama &
hasil keperawatan paraf
1 Pola napas tak efektif Setelah dilakukan 1. Kaji fungsi 1. kecepatan biasanya
b/d penurunan ekspansi tindakan keperawatan pernapasan seperti meningkat, dispnue dn
paru selama 3 x 7 jam, frekuensi dan terjadi peningkatan
kedalaman kerja napas
diharapkan pola napas
pernapasan
klien efektif, dengan 2. Auskultasi bunyi 2. bunyi napas biasanya
kriteria hasil : napas dan catat menurun bila jalan
adanya bunyi napas napas obstruktif
Pola nafas kllien
tambahan sekunder terhadap
dengan frekuensi
perdarahan / bekuan
dan kedalaman 3. Observasi tanda –
3. mengetahui keadaan
yang normal tanda vital klien umum klien
Klien 4. Bantu klien pada 4. posisi semi fowler
menyatakan : posisi semi fowler membantu
sesak napasnya
memaksimalkan
berkurang /
5. Berikan terapi ekspansi paru
hilang
oksigen sesuai 5. memaksimalkan
indikasi pernapasan dan
menurunkan kerja
napas
11 | P a g e
nafsu makan 4. timbang berat badan makanan
klien meningkat klien 4. mengukur derajat
berat badan klien kekurangan nutrisi
meningkat klien
klien tidak 5. anjurkan klien 5. agar masukan makan
mengalami makan dalam posisi lancar dan mengurangi
kelemahan fisik duduk rangsang muntah
dan dapat 6. berikan oral hygiene 6. menghilangkan krasa
melakukan untuk klien tidak enak pada mulut
aktivitasnya dan meningkatkatkan
nafsu makan.
7. kolaborasi dengan
ahli gizi pemberian 7. kebutuhan nutrisi klien
diet untuk klien dapat terpenuhi sesuai
diet
4. Gangguan pemenuhan Setelah dilakukan 1. kaji pola tidur klien 1. Mengidentifikasi berapa
kebutuhan istirahat dan tindakan keperawatan lama tidur klien dalam
2. Berikan oksigen sehari
pola tidur berhubungan selama 3 x 7 jam,
tambahan dengan 2. Meningkatkan jumlah
dengan sesak nafas diharapkan kebutuhan nasal kanul atau oksigen yang ada untuk
istirahat dan pola tidur masker sesuai pemakaian miokardium.
klien dapat terpenuhi dengan indikasi.
dengan kriteria hasil : 3. Ciptakan lingkungan 3. Meningkatkan rasa
yang nyaman dan nyaman klien
klien tampak tenang
segar 4. Berikan tempat tidur 4. Meningkatkan
pola tidur klien yang nyaman, ganti kenyaman tidur klien
7-8 jam laken yang sudah
kotor 5. Meningkatkan ekspansi
klien tidak 5. berikan posisi semi paru, mengurangi sesak
mengalami fowler
kelemahan fisik
12 | P a g e
4 Intoleransi aktivitas b/d Setelah dilakukan 1. pantau pasien dalam 1. mengidentifikasi
kelemahan tindakan keperawatan melakukan aktivitas tingkat intoleransi
selama 3 x 7 jam, 2. bantu ADL klien aktivitas klien
2. kebutuhan klien dapat
diharapkan klien
3. tingkatkan tirah terpenuhi
mampu melakukan baring 3. meningkatkan istirahat
aktivitas sesuai untuk menurunkan
kemampuannya, dengan kebutuhan o2 dan kerja
riteria hasil : 4. anjurkan klien untuk jantung
menghentikan 4. regangan
pasien dapat aktivitas apabila kardiopulmonal
beraktivitas terjadi nyeri dada, berlebih / stress dapat
sendiri napas pendek dan menimbulkan
klien segar dan kelemahan dekompensasi
kelemahan
berkurng / hilang
13 | P a g e
E. Implementasi
No diagnosa Tanggal & Pelaksanaan Evaluasi tindakan / respon pasien Nama &
keperawatan jam paraf
I 6-2-2013 1. Mengkaji fungsi pernafasan seperti 1. Do : Kecepatan nafas klien 24 x / menit
10.00 WIB frekuensi dan kedalamannya
2. Mengobservasi tanda – tanda vital 2. Do : TTV :
TD: 130/80 mmHg, S : 36 C, N : 80 x /
menit, RR : 24 x / menit
3. Membantu klien pada posisi semifowler 3. Ds : Pasien mengatakan lebih nyaman
dengan posisi semifowler
4. memberikan terapi oksigen sesuai 4. Do : Oksigen sudah diberikan sebanyak
indikasi 2 liter via nasal kanul
II 6-2-2013
1. Mengawasi konsumsi makanan / cairan 1. Do:Klien masih belum bisa
10.00 WIB
menghabiskan porsi makanan yang
disediakan ( hanya ¼ porsi makanan yg
2. Memperhatikan adanya mual . muntah
dimakan )
2. Ds :Klien mengatakan sudah tidak ada
mual / muntah
3. Menganjurkan klien makan sedikit tapi
3. Klien mengatakan akan mengikuti
sering
anjuran perawat
4. Menimbang berat badan klien
4. Berat badan klien tidak bertambah
14 | P a g e
( tetap ) yaitu : 67 kg
5. menganjurkan klien makan dalam posisi 5. Klien kooperatif
duduk
6. berikan oral hygiene untuk klien 6. Oral hygiene sudah dilakukan oleh
keluarga klien
III 6-2-2013
1. mengkaji pola tidur klien 1. Ds : klien mengatakan hanya dapat
10.00 WIB
tidur 2 – 3 jam pada malam hari
4. memberikan tempat tidur yang nyaman, 4. Do : laken klien sudah diganti dengan
ganti laken yang sudah kotor yang bersih
15 | P a g e
No. Tanggal Catatan perkembangan (SOAP) Nama dan
Dx dan jam paraf
19 | P a g e
3. nokturna dispnea. Gejala ini biasanya terjadi saat pasien duduk lama dengan posisi kaki atau tangan dibawah atau
setelah pergi berbaring ditempat tidur.
4. Batuk, baik kering maupun basah sehingga menghasilkan daha atau lendir.
5. Mudah lelah, dimana gejala ini muncul akibat cairan jantung yang kurang sehingga menghambat sirkulasi cairan dan
sirkulasi oksigen.
6. Kegelisahan akibat gangguan oksigenasi jaringan.
7. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kana atas
8. Anoreksia dan mual.
9. Rasa ingin kencing pada malam hari.
10. Badan lemah akibat menurunya curah jantung.
Dalam kasus Tn. Z yang mengalami decompensasi cordis yang berfokus pada asuhan keperawatan pada klien dengan
decompensasi cordis, keadaan fisik serta respon klien. Pada saat pengkajian klien terutama mengeluhkan seseak nafas
yang ia rasakan, hal itu kemungkinan disebabkan karena pada teori Doengos (2000: 52 ) berfokus pada masalah utama
yang terjadi pada penyakit kardivaskular yaitu kegagalan serambi kiri / kanan jantung yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk memberikan keluaran yang cukupuntuk memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan
terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik yang berdampak paru mengalami tekanan yang menyebabkan pada
penurunan ekspansi pada paru.
Pada Tn. Z Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, juga melalui catatan
keperawatan mengenai status klien, di dukung oleh pemeriksaan penunjang laboratorium.
20 | P a g e
Hasil dari pengumpulan data tersebut diperoleh informasi data dasar klien yang memungkinkan untuk mengidentifikasi
masalah-masalah klien, merumuskan diagnosa keperawatan, membuat rencana keperawatan dan implementasi
keperawatan serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan.
Menurut Doenges (2000:786) pemeriksaan diagnostik pada klien dengan adalah tergantung pada kondisi DC
tersebut. pemeriksaan diagnostik nya terdiri dari:
1. Pemeriksaan fisik EKG untuk melihat ada tidaknya infark myocardial akut, dan guna mengkaji kompensaai
seperti hipertropi ventrikel. Irama sinus atau atrium fibrilasi, gel. mitral yaitu gelombang P yang melebar serta
berpuncak dua serta tanda RVH, LVH jika lanjut usia cenderung tampak gambaran atrium fibrilasi.
2. Echocardiografi dapat membantu evaluasi miokard yang iskemik atau nekrotik pada penyakit jantung
kotoner
3. Film X-ray thorak untuk melihat adanya kongesti pada paru dan pembesaran jantung
4. echo-cardiogram, gated pool imaging, dan kateterisasi arteri polmonal.utuk menyajikan data tentang fungsi
jantung.
5. Foto polos dada
a. Proyeksi A-P; konus pulmonalis menonjol, pinggang jantung hilang, cefalisasi arteria pulmonalis.
b. Proyeksi RAO; tampak adanya tanda-tanda pembesaran atrium kiri dan pembesaran ventrikel kanan.
21 | P a g e
Pada kasus Tn. Z tidak semua prosedur diagnostik dan laboratorium dilakukan, pemeriksaan yang dilakukan adalah :
Foto thorax rongent : kesan kardiomegali, Natrium :152mmol/L ( n : 138-146 mmol/L), Kalium 5,2mmol/L (n : 3,5-
4,9mmol/L), Cl 118mmol/L (n : 98-109mmol/L), leukosit 11.310 (n : 4.00-100 x 10^3), Eritrosit 6,100 (n : 3.50-5,50), Hb
17,7gr/dl (n : 13,5-18 gr/dl), GDS 129 (n : <200), Cretinin 1,40 (n :0,17-1,5 gr/dl), SGPT 66 (n : 370C = <4), Kholesterol
244 (n : <200), Trigliserit 127 (n :<200), Urit acit 6,0 mg/dl (n : 3,4-7,0mg/dl).
Pada pemeriksaan rontgen didapatkan kesan bahwa klien mengalami kardiomegali, hal ini kemungkinan disebabkan
jantung bekerja terlalu keras untuk memompa darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan tubuh, jantunng yang bekerja
terlalu keras membuat jantung mengalami pembesaran.
Pada pemeriksaan laboaratorium didapatkan bahwa kolesterol Tn. Z melampaui batas normal dan kolesterol yang tinggi
tidak baik untuk jantung.
Pada pengkajian tanggal 05-2-2013 didapatkan data dari keluhan klien yaitu klien mengatakan napasnya sesak, klien
mengatakan nafsu makan nya menurun. Kadang mual, dan muntah, : klien mengatakan tidak bisa tidur karena sesak yang
dirasakan.
Pada dasarnya tanda dan gejala yang didapatkan dari klien sama dengan teori Doengos : 2000:52.
Dalam pelaksanaan pengkajian yang telah di lakukan oleh penulis terdapat ada beberapa faktor pendukung, yaitu :
tersedianya peralatan yang di sediakan dari kampus dari mahasiswa sendiri maupun oleh perawat di ruang ICCU untuk
melakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik, disamping itu sikap kooperatif dari klien dan keluarga selama di lakukan
pengkajian, adanya pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan di ruangan, adanya data-data dari tim medis yang
menunjang dalam pengkajian seperti hasil pemeriksaan laboratorium, status klien yang memberikan keadaan klien.
Sedangkan faktor penghambat dalam pelaksanaan pengkajian ini adalah terbatasnya waktu untuk pengkajian kerena klien
membutuhkan istirahat yang cukup.
22 | P a g e
B. Perumusan Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa keperawatan.
Adapun kriterianya adalah proses diagnosa terdiri dari analisa, interpretasi data, identifikasi masalah klien, dan perumusan
diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan tanda atau gejala (S). Bekerja
sama dengan klien dan petugas kesehatan lain untuk memalidasi diagnosa keperawatan (Nursalam, 2002:312)
Diagnosa keperawatan pada DC menurut Doengoes (2000:52-54) ada 4 yaitu curah jantung menurun
berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokard, intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai oksigen/kebutuhan, kelemahan, kelebihan volume cairan berhubungan denganmenurunnya laju filtrasi glomerulus,
kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler, kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan tirah baring lama. Serta dari referensi lain yaitu
Sedangkan pada kasus Tn. Z hanya ditemukan 4 diagnosa yaitu Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru, Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat, Gangguan pemenuhan
kebutuhan istirahat dan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas, Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
a. Diagnosa 1
b. Diagnosa II : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat
Nutrisi kurang adalah suatu keadaan dimana individu yang tidak puasa mengalami atau berisiko mengalami penurunan
berat badan yang berhubungan dengan masukan yang tidak adekuat atau metabolisme nutrien yang tidak adekuat untuk
23 | P a g e
kebutuhan metabolik (Potter & Perry, 2005:1447). Tanda-tanda nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah lesu,
kelemahan dan nyeri otot (dapat menyebabkan ketidakmampuan berjalan), mudah lelah, anoreksia, konstipasi atau
diare, membran mata pucat (konjungtiva pucat), edema pada tungkai.
Data yang mengindikasikan adanya masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang ditemukan pada Tn. Z
adalah adanya ungkapan klien mengatakan bahwa ia kurang nafsu makan, Kadang mual, dan muntah ,dan klien hanya
mampu menghabiskan ½ porsi makanan yang disediakan berat badan sebelum sakit 70 kg, dan saat sakit berat badan klien
turun menjadi 66 kg, klien tampak lemah di tempat tidur, konjungtiva pucat dan mukosa bibir kering.Data tersebut
mendukung untuk diangkatnya diagnosa perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan.
c. Diagnosa III: , Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas.
Diagnosa keperawatan pada DC menurut Doengoes (2000:52-54) ada yang tidak diangkat kedalam kasus yaitu curah
jantung menurun berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokard, kelebihan volume cairan berhubungan
denganmenurunnya laju filtrasi glomerulus, kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
Ke tiga diagnosa tersebut tidak penulis angkat disebabkan oleh data-data yang mendukung adanya diagnosa-diagnosa
keperawatan tersebut tidak ditemukan pada saat pengkajian, Penulis membuat diagnosa keperawatan berdasarkan data yang
dikumpulkan dari klien dan keluarga serta data yang mendukung lainnya.
24 | P a g e
Faktor pendukung dalam penegakan diagnosa ini adalah adanya data-data baik subjektif maupun objektif dengan
kerjasama klien dan keluarga dalam menceritakan kejadian dan keluhan yang dialami klien.
Faktor penghambat yang dirasakan yaitu kurangnya ketelitian serta kurangnya pengetahuan serta kurang
mendalamnya pengkajian dalam merumuskan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien dan prioritas
masalahnya
25 | P a g e
26 | P a g e
27 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
28 | P a g e
Barbara Engram, (1995), Perawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta
F.A davis Company, Philadelphia. Carpennito L.J (1997), Nursing Diagnosis, JB. Lippincot, New York
Hudak & Gallo (1997), Keperawatan Kritis Pendekatam Holistik, Penerbit EGC, Jakarta.
Lily ismudiati rilanto dkk, (2001). Buku Ajar Kardiologi, penerbit Fakultas Kedokteran Unversitas Indonesia, Gaya
Baru Jakarta.
Long. C.B (1996) Medical Surgical. Nursing. CV. Mosby St Louis, USA.
29 | P a g e